Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santi Indra Astuti
"Ramadhan merupakan saat ibadah yang istimewa bagi umat Islam. Keistimewaan ini lantas dirayakan oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia, dengan menghadirkan program-program bemuansa Ramadhan, ketika bulan Ramadhan berlangsung kurang Iebih selama 30 hari. Pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah apakah kehadiran program-program tersebut menandakan kesalehan ritual dalam industri televisi kita ketika Ramadhan tiba? Ada 2 wacana yang bertemu ketika Ramadhan tiba disambut gegap gempita oleh televisi. Media massa, sebagai industri yang bergerak dalam pasar bisnis, membawa wacana yang berasal dari wilayah yang relatif sekuler. Sedangkan Ramadhan memiliki esensi nilai yang bersumber dari wacana religius-sebuah domain yang disakralkan. Lantas, bagaimana wacana religius tersebut ditransfer dalam media massa dengan wacana sekuler-nya? Hasilnya adalah program religius yang maknanya dikonstruksi bersama bukan oleh kalangan agamawan sendiri, tetapi Iebih banyak oleh pelaku produksi dan kalangan media.
Mengambil paradigma konstruktivisme, dengan pendekatan kognisi sosial Van Dijk, penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Penelusuran data maupun analisis dilakukan pada tiga level: level teks dengan mencermati teks-teks program Sahur Ramadhan, level organisasi dengan meneliti mode produksi serta kognisi sosial pembuat program, level societal dengan menganalisis posisi wacana religius di tengah ruang sosial masyarakat dewasa ini, seperti tercermin dari temuan penelitian.
Wawancara untuk mengetahui mode produksi dan skema kognisi sosial dilakukan pada para informan di stasiun televisi yang diteliti (RCTI, TPI, Indosiar, SCTV, Trans TV dan Metro 1V), terdiri dari para produser dan kru yang terlibat secara langsung dalam proses produksi program Sahur Ramadhan. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap para pengamat media, Amir Siregar dan Ade Armando, untuk mengetahui konteks pemlasalahan dan aspek industri media, dilengkapi dengan wawancara terhadap sejumlah narasumber yang mewakili wacana religius, mulai dari anggota MUI hingga ustadz atau da'i yang terlibat dalam acara-acara tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sbb. (1) Pada level teks, terlihat kuatnya gejala infotainmentization program-program sahur Ramadhan tayangan entertainment/komedi situasi, yang berujung pada inkonsistensi penyampaian makna substansial Ramadhan; (2) Pada level organisasional, terlihat bahwa gejala infotainmentization ini terlihat pada program dengan mode produksi yang menggunakan tolok ukur sukses program berdasarkan rating dan audience share. Program sahur Ramadhan didominasi oleh komedi dan infotainment karena pendekatan inilah yang disukai masyarakat di saat Ramadhan maupun bukan Ramadhan; (3) Masih di level organisasional, pemetaan skema kognisi sosial memperlihatkan adanya perbedaan memaknai Ramadhan dan fungsi-fungsi media, di antara pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam produksi wacana religius di televisi. Makna Ramadhan yang dominan bagi stasiun televisi adalah sebuah momen produksi yang bisa digunakan untuk meraih pemasukan sebesar-besamya. Makna ini didukung oleh sebagian kalangan agamawan yang -apapun dalihnya-bersedia tampil di televisi tanpa mengritisi peran, porsi, maupun substansi wacana religius yang dibawakannya; (4) Pada level societal, gejala infotainmentization program sahur Ramadhan menampakkan kuatnya 'ideologi hiburan' yang dicekokkan kepada pemirsa, bahkan ketika muatan yang akan ditransfer adalah wacana-wacana religius. Dalam konteks sosiokultural yang lebih luas, terlihat bahwa mediasi antara wacana religius dalam raang media komunikasi massa dalam industri budaya saat ini telah memosisikan agama sebagai pihak yang dimarjinalisasikan saat berhadapan dengan stasiun televisi.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa perpindahan wacana religius (maupun wacana lainnya) ke dalam raang media, bukan sekadar persoalan mentransfer pesan. Perpindahan medium pada dasamya adalah sebuah proses mediasi-yaitu transformasi mode komunikasi yang mengandung implikasi-implikasi sosiokultural. Perubahan-perubahan ini berpangkal dari konstruksi dan rekonstruksi makna yang menjadi fokus penelitian ini.
Apa yang diperlihatkan dalam kesimpulan penelitian ini, yaitu konstruksi seputar makna religius (khususnya makna Ramadhan) dalam program-program televisi, memperlihatkan berlakunya paradigma konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa realitas tidaklah muncul begitu saja, melainkan dibentuk melalui interaksi di antara para pelaku produksi dalam sebuah konteks tertentu. Interaksi tersebut dapat menghasilkan negosiasi, negasi, bahkan seleksi atas makna-makna-yang -disepakati bersama-dan ini terlihat dari `kerjasama' pekerja media dan sebagian kalangan agamawan selaku para pelaku produksi dalam memproduksi tayangan sahur Ramadhan.
Interaksi yang berlangsung dalam level (konsensus) pemaknaan ini, dalam sejumlah aspek krusial seperti hubungan antar para pelaku produksi, temyata kuat dipengaruhi oleh struktur. Pada banyak situasi, struktur lembaga sangat mempengaruhi dan mengerangka pemaknaan individu selaku agent. Namun, yang menarik, agent juga bisa mempengaruhi struktur ketika kedua entitas ini dapat mencapai konsensus mengenai makna bersama. Lagi-lagi, ini memperlihatkan bahwa realitas merupakan produk konstruksi sosial, dan bukan semata-mata pemaksaan realitas secara sepihak."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Fahrial Syam
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
297.34 ARI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Izzudin Al Farras Adha
"ABSTRAK
Permintaan yang lebih tinggi pada bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya menyebabkan inflasi yang terjadi di bulan ramadan selalu diwaspadai oleh otoritas pemantau dan pengendali inflasi di Indonesia. Inflasi ramadan merupakan paradoks bagi muslim Indonesia karena seharusnya bulan Ramadan menjadi momen untuk mengurangi konsumsi dimana puasa mengharuskan muslim menahan lapar dan haus selama sebulan penuh. Namun faktanya setiap tahun selalu terjadi lonjakan harga yang tak biasa. Rasionalitas perilaku konsumen muslim Indonesia diuji dalam penelitian ini dengan melihatnya dari sudut pandang inflasi dan rasionalitas tersebut didasarkan pada rasionalitas yang ada pada ajaran agama islam. Metodologi penelitian dalam melihat pengaruh inflasi adalah dengan menggunakan regresi model ARMAX. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi ramadan di Indonesia berpengaruh signifikan terhadap inflasi tahunan dan inflasi ramadan yang terjadi di provinsi-provinsi dengan penduduk mayoritas muslim di Indonesia justru menyumbang pengaruh yang signifikan terhadap inflasi tahunan Indonesia. Sebaliknya, mayoritas provinsi dengan penduduk minoritas muslim tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam inflasi ramadannya terhadap inflasi tahunan Indonesia. Pada akhirnya, kesimpulan penelitian ini adalah perilaku konsumen muslim Indonesia di bulan Ramadan yang dilihat dari sudut pandang inflasi belum rasional.

ABSTRACT
Higher demand in the month of Ramadan compared to other months caused inflation in the month of Ramadan to be constantly monitored by the authority of monitoring and controlling of inflation in Indonesia. Ramadan inflation is a paradox for Indonesian Muslims because it should be a moment to reduce consumption where fasting requires Muslims to endure hunger and thirst for a whole month. But the fact is that every year there is always an unusual price jump. The rationality of the behavior of Indonesian Muslim consumers is tested in this study by looking at it from the inflation point of view and the rationality is based on the rationality that exists in Islamic religion. The research methodology in looking at the effect of inflation is by using ARMAX model regression. The results of this study shows that Ramadan inflation in Indonesia has a significant effect on the annual inflation and the ramadan inflation occurring in the provinces with the majority Muslim population in Indonesia actually contribute a significant influence to the annual inflation of Indonesia. In contrast, the majority of provinces with Muslim minority populations do not have a significant influence in their ramadan inflation on Indonesia 39 s annual inflation. In the end, the conclusion of this study is the behavior of Indonesian Muslim consumers in the month of Ramadan seen from the perspective of inflation is not rational."
2017
S70013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pekanbaru: Yayasan Sagang, 2013
899.221 SEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Azumah Putri Amuna
"ABSTRACT
Penelitian ini akan mengkaji secara komprehensif mengenai Analisis Pengaruh Ramadan terhadap Determinan Inflasi Indonesia dengan periode dari 2009-2016. Peninjauan determinan ini akan dibahas berdasarkan dua sudut pandang yakni dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Data dari dua sisi ini kemudian dilihat bagaimana keduanya membentuk inflasi pada Indeks Harga Produsen IHP dan Indeks Harga Konsumen IHK , yang akan menjadi bahan analisa untuk melihat pengaruh Ramadan terhadap determinan tersebut dengan menggunakan metode VAR dan ARMA. Temuan dalam penelitian ini menghasilkan bahwa determinan inflasi IHP dapat lebih dijelaskan dengan oil price dan food price, serta nilai IHP sebelumnya. Sedangkan determinan inflasi IHK lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor dari sisi permintaan. Berkaitan dengan pengaruh Ramadan, Ramadan signifikan berpengaruh terhadap peningkatan harga pangan global dan IHK terutama pada harga konsumen yang berkaitan dengan barang pokok seperti bahan makanan, minuman dan makanan olahan, serta sandang. Dengan demikian Ramadan lebih berpengaruh terhadap IHK, sehingga mencerminkan lonjakan harga terjadi pada tingkat eceran.

ABSTRACT
This research will comprehensively examine with regards to the analysis of Ramadan rsquo s impact towards Indonesia rsquo s inflation determinants for the period between 2009 and 2016. These determinants of inflation will be further two different perspectives, which are cost push inflation and demand pull inflation. This will be followed by examining how the two sides cost push and demand pull inflation may shape inflation on Producer Price Index PPI and Consumer Price Index CPI , which will then be used as the analytical tools to assess the impact of Ramadan towards the determinants of inflation using methods of VAR and ARMA. Findings from this research suggests that the determinants of inflation in PPI can be explained by the fluctuations in oil price and food price, as well as the previous PPI rsquo s value. On the other hand, CPI rsquo s determinants of inflation is explained by factors arising from the demand pull inflation. Pertaining to the impact of Ramadan , Ramadan is evident to be significant towards the rise in global food price and CPI, mainly for consumer rsquo s prices that deals with primary goods such as food ingredients, drinks, processed foods and clothing. In conclusion, Ramadan has greater impact towards CPI, which is reflected in the price spike at a retail level. "
2017
S68001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rissa Ummy Setiani
"Maen pukulan merupakan budaya Betawi yang mengandung unsur olah raga, budaya, spiritual, dan bela diri. Ia merupakan warisan yang hidup pada masyarakat Betawi serta Jakarta dan sekitarnya. Satu aliran maen pukulan yang relatif lama, eksis, dan populer pada masa kini ialah Beksi Tradisional H. Hasbullah. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji penggunaan memori kolektif pada perguruan maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah sebagai bagian dari budaya masyarakat Betawi dilihat dari sistem pewarisan dan pengelolaan perguruan pada masa kini. Pada perguruan tersebut, memori yang terpelihara terbagi menjadi memori individu yang teraplikasi pada guru maen pukul dan memori kolektif yang terdapat pada komunitas. Menggunakan tiga teori mengenai memori kolektif oleh Rubin, Bernecker, dan Halbwachs ditemukan bahwa maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah berkembang menggunakan memori kolektif para guru, murid, serta masyarakat yang menanggap pertunjukan Beksi. Ditemukan pula memori individu guru membentuk pola pewarisan yang ia pilih bagi muridnya serta tipe pengelolaan yang digunakan dalam kepengurusan perguruan. Memori kolektif berperan pada pertunjukan yang mengandung Beksi di dalamnya. Memori menjadi panduan ketika terjadi perbedaan walau di sisi lain, memori yang tereduksi menyebabkan terjadinya pengerucutan pakem pertunjukan. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peran memori kolektif untuk eksistensi dan perkembangan maen pukulan di masa depan.

Maen pukulan is a part of Betawinese tradition that contains sport, cultural, spiritual, and martial arts elements. It is a living heritage among Betawinese community and is found in Jakarta and its surrounding areas. A relatively old school of maen pukulan which still exists and popular today is the H. Hasbullah’s Traditional Beksi. This research aims to investigate the use of collective memory in the current Maen Pukulan Beksi Traditional H.Hasbullah schools as a part of Betawinese culture related to its cultural inheritance pattern and management. At the maen pukulan schools, there are two types of preserved memory. The first is individual memory which is applied by the maen pukulan gurus and the second is collective memory which is found among the community. Using three theories about collective memory by Rubin, Bernecker, and Halbwachs, it is found that the traditional maen pukulan Beksi of H. Hasbullah has developed through the collective memory of the gurus, students, and the publics who perceive the Beksi performance. It is also found that individual memory of the gurus forms an inheritance pattern which they choose for their students and the type of management use at the maen pukulan school organisation. Collective memory has its role in the performance that contains Beksi in it. The memory, on the one hand, becomes their guide when there is a dispute about Beksi. On the other hand, reduced memory has caused some changes and reduction, along with the continuity in the maen pukulan Beksi performance. This research shows the important role of collective memory in maintaining the existence and development of maen pukulan in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brama Ihsan Sazli
"ABSTRAK
Latar Belakang: Puasa selama bulan Ramadhan adalah perubahan dalam gaya hidup untuk periode sebulan penuh yang rutin tiap tahunnya. Sejumlah penelitian menunjukkan terjadinya perubahan biokimia tubuh saat berpuasa baik pada pasien diabetes dan juga nondiabetes yang dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin.
Tujuan: Menilai pengaruh berpuasa selama Ramadhan terhadap perubahan kontrol glikemia, kadar Fetuin A, dan TNF-α dibandingkan sebelum dan sesudah puasa Ramadhan
Metode: Penelitian prospektif terhadap dua kelompok (diabetes dan non diabetes). Parameter kontrol glikemik, Fetuin A, dan TNF-α diukur 2-4 minggu sebelum berpuasa Ramadhan, minimal 14 hari puasa Ramadhan dan 4 minggu setelah puasa Ramadhan.
Hasil: Puasa Ramadhan menurunkan glukosa darah puasa (GDP) secara signifikan pada kelompok Diabetes (D) (p=0,013) dan pada kelompok Non Diabetes (ND) (p=0,047), sedangkan serum Fetuin A turun tidak signifikan pada kelompok D (p=0,217) dan secara signifikan pada kelompok ND (p=0,009). Dan tidak ada perubahan yang signifikan kadar TNF-α pada kedua kelompok dibandingkan sebelum puasa Ramadhan (p=0,248, p=0,789). Pada 4 minggu setelah puasa Ramadhan,GDP kembali ke nilai yang tidak berbeda dari nilai dasar pada kedua kelompok, sementara Fetuin A secara signifikan lebih rendah pada kelompok diabetes (p=0,039) dan TNF-α lebih rendah secara signifikan pada kelompok ND (p=0,042) dari dari nilai dasar.
Kesimpulan: Puasa selama Ramadahan memperbaiki kontrol glikemia pada kedua kelompok. Puasa Ramadhan juga mampu menurunkan nilai Fetuin A pada kedua kelompok, dan TNF-α pada kelompok ND

ABSTRACT
Background: Fasting during Ramadan is a anually change in lifestyle for the period of a lunar month. Numerous studies have mentioned the biochemical alterations while fasting among both in nondiabetic patients and diabetic patients which can affect glucose metabolism and insulin sensitivity.
Objective: to assess the impact of fasting during Ramadan on glycemic control, Fetuin A l, and TNF-a compared to before and after Ramadhan fasting
Methods: Prospective Study of diabetic patients (D group) and non-diabetic subjects (ND group). Parameters of glycemic control, Fetuin A, and TNF-a were measured 2-4 weeks before Ramadan fasting, at least 14 days of Ramadan fasting and 4 weeks after Ramadan fasting.
Results: Ramadan fasting reduced fasting blood glucose (FBG) significantly in D groups (p=0,013) and in the (ND) groups (p=0,047) , respectively, serum Fetuin A were lowered insignificantly in D groups (p=0,217) dan significantly in ND groups (p=0,009). And no significant differences of TNF-α level ini both group compared to before Ramadhan fasting (p=0,248, p=0,789). At 4 weeks post-Ramadhan fasting FBG returned to levels indistinguishable from their baseline values in both groups, while Fetuin A was maintained significantly lower in D groups (p=0,039) and TNF-α significantly lower in ND groups (p=0,042) from their baseline.
Conclusions: Fasting during Ramadan improves glycemic control in both groups, Ramadan fasting was also able to reduce Fetuin A level in both groups, and TNF-α in the ND group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar Ramadhana Sonjaya
"Pengujian empiris teori pasar efisien (EMH) terus dilakukan oleh banyak peneliti baik yang hasilnya memperkuat maupun yang memperlemah teori tersebut. Salah satu penelitian yang memperlemah teori EMH adalah studi anomali, seperti Ramadan effect. Studi anomali sendiri dibantah oleh penelitian terbaru yang menemukan bukti adanya pelemahan bahkan menghilangnya efek anomali. Penelitian ini mencoba menguji persistensi Ramadan effect pada stock return di 10 negara Muslim. Penulis menemukan bahwa Ramadan effect memang hadir tetapi tidak bersifat persisten. Hal ini konsisten dengan temuan pada uji bentuk pasar efisien, dimana ditemukan bahwa semua pasar di 10 negara Muslim tidak efisien. Ketika dimasukkan faktor krisis, Ramadan effect tetap tidak hadir secara persisten.

Empirical testing of Efficient Market Hypothesis (EMH) theory continues to be done by many researchers which the results strengthen or weakened the theory. One that weaken the EMH theory is the study of anomalies, such as the Ramadan effect. Study of anomalies itself is disputed by a new research that found evidence of weakening and even disappearance of the anomalous effect. This study attempts to examine the persistence of Ramadan effect on stock return in 10 Muslim-majority countries. We find the Ramadan effect is present but is not persistent. This is consistent with the findings of the test of efficient market form, where it was found that market in all 10 countries is not efficient. While the crisis factors is also excluded, the Ramadan effect remains not persistently present.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Safyanty
"ABSTRAK
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang wajib dijalankan umat muslim termasuk
pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe-2. Perubahan pola makan saat puasa menyebabkan
perlu dilakukan penyesuaian pemakaian obat agar pasien dapat berpuasa dengan aman.
Penelitian ini melihat hubungan penyesuaian obat berdasarkan International Diabetes
Federation - Diabetes and Ramadhan International Alliance (IDF-DAR) dengan nilai
HbA1c pasien DM tipe-2 setelah puasa Ramadhan di RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Penelitian dilakukan di poli penyakit dalam dan poli endokrin RSUD Pasar Rebo
Jakarta dengan desain studi cross sectional melibatkan 80 pasien DM tipe-2 yang
puasa. Penelitian bertujuan melihat penggunaan obat DM selama puasa, menilai
hubungan penyesuaian obat berdasarkan IDF-DAR dan faktor perancu terhadap nilai
HbA1c pasien setelah puasa. Pengumpulan data dari hasil wawancara dan rekam medis
yang dilakukan pada bulan Juli sampai November 2016 dan dianalisis dengan uji Chi
Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien DM Tipe-2 yang menjalani puasa
Ramadhan persentase terbesar patuh menggunakan obat 62,5%, menggunakan obat oral
sebesar 60% yaitu golongan obat biguanid + sulfonilurea 27,5% dan sesuai dengan
rekomendasi IDF-DAR sebesar 56,2 %. Rerata nilai HbA1c sebelum penyesuaian obat
adalah 8,75 ± 1,90, menurun menjadi 8,63 ± 1,82 setelah penyesuaian obat, namun
penurunan tersebut secara statistik tidak bermakna (p 0,082). Terdapat perbedaan
bermakna antara nilai HbA1c pasien DM yang menggunakan obat sesuai dengan
rekomendasi IDF-DAR dibandingkan yang tidak sesuai dengan IDF-DAR dengan nilai
p 0,030 (p<0,05). Ketidaksesuaian penggunaan obat berdasarkan IDF-DAR 3,222 kali
lebih besar menyebabkan nilai HbA1c tidak terkontrol dibandingkan kesesuaian
penggunaan obat berdasarkan IDF-DAR. Jenis obat merupakan variabel yang
berpengaruh secara bermakna terhadap nilai HbA1c (p 0,050). Obat insulin-kombinasi
insulin 3,754 kali lebih besar menyebabkan nilai HbA1c tidak terkontrol dibandingkan
obat hipoglikemik oral setelah dikontrol variabel kesesuaian penggunaan obat
berdasarkan IDF-DAR.

ABSTRACT
Fasting Ramadan is a mandatory worship of Muslims including patients type-2 Diabetes
Mellitus (DM). Dietary changes during fasting cause a drug adjustment is needed so
that DM patients can fast safely. This study looked at the correlation of drug adjustment
based on International Diabetes Federation - Diabetes and Ramadhan International
Alliance (IDF-DAR) and HbA1c value of type 2 DM patient after Ramadan fasting at
RSUD Pasar Rebo Jakarta. The study was conducted in outpatient clinic of Pasar Rebo
Hospital Jakarta with cross-sectional study design involving 80 patients with fasting
type 2 diabetes. The study aimed to see the use of DM drugs during fasting, assessed the
relation of drug adjustment based on IDF-DAR and confounding factors and the HbA1c
values of patients after fasting. Data collection from interview and medical record
conducted in July until November 2016 and analyzed by Chi-Square test. The results
showed that the patients with Type-2 DM who execute Ramadan fasting, the largest
percentage of medication adherence 62.5% , using oral medication by 60% of the
biguanide + sulfonylurea 27.5% and 56,2% drug adjustment according to IDF-DAR
recommendations. The mean HbA1c value before the drug adjustment was 8.75 ± 1.90
and after adjustment 8.63 ± 1.82 but the reduction was not statistically significant (p
0.082). There was a significant difference in HbA1c value of DM patients after
obtaining drug use adjustment based on IDF-DAR compared with IDF-DAR
incompatible with p value 0,030 (p <0,05). Discrepancy of drug use based on IDF-DAR
3,222 times greater causes uncontrolled HbA1c compared with drug use according to
IDF-DAR. The drug type is the main statistically significant variable that gives effect to
HbA1c value (p 0,050). Insulin-combination insulin drugs are 3,754 times larger
causing the HbA1c value to be uncontrolled than oral medication after controlled by the
suitability of drug use based on IDF-DAR variable."
2018
T49012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwindo
"Latar Belakang: Puasa ramadan menurunkan petanda inflamasi pada individu sehat. pasien PGK (Penyakit ginjal kronik) yang menjalanin hemodialisis rutin meskipun dianjurkan tidak berpuasa sebagian besar masih tetap berpuasa ramadan. PGK merupakan kondisi inflamasi kronik dengan petanda inflamasi IL-6 yang tinggi, IL-6 berkorelasi kuat dengan skor inflamasi malnutrisi dan menjadi prediktor mortalitas pasien PGK yang menjalanin HD rutin. Saat ini belum diketahui pengaruh puasa ramadan pada pasien PGK yang menjalanin HD rutin apakah akan juga mempengaruhi petanda inflamasi seperti individu sehat.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan pada pasien dengan hemodialisis rutin terhadap inflamasi.
Metode: Penelitian dengan desain kohort prospektif yang dikerjakan pada ramadan tahun 2022 (April-Mei) pada pasien hemodialisis rutin di 3 unit HD, dibagi menjadi 2 kelompok (berpuasa/tidak berpuasa) dimana subjek dengan kondisi infeksi, dalam terapi steroid, edema pulmo, diabetes yang tidak terkontrol, disabilitas, tuli pendengaran serta memiliki penyakit kardiovascular berat dikeluarkan dalam penelitian ini. Kadar IL-6 dan skor MIS dinilai sebelum menjalankan proses HD di minggu pertama dan terkhir ramadan. Analisis dilakukan dengan menghitung median dari tiap variable dependen.
Hasil: Total 70 subjek diikutsertakan pada penelitian ini. Sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki (54,3%), berusia lebih dari 45 tahun (52,9%), berasal dari rumah sakit PMI (42,9%) dengan jenis dialiser LF (Lowflux) 78,6%. Durasi lama puasa lebih dari sama dengan 15 hari adalah 70%, tidak menjalankan ibadah puasa saat HD 71,4% dengan lama menjalani hemodialisis lebih dari 5 tahun 48,6% dan komorbid hipertensi 64,3%. Delta kadar IL-6 Kel berpuasa 6,1 pg/mL, kel tidak berpuasa 13,6 pg/mL dengan p=0,828. Delta MIS kel berpuasa 1 point dan kel tidak berpuasa 2 point dengan p=0,376.
Simpulan: Pasien hemodialisis rutin yang berpuasa ramadan menunjukan peningkatan kadar IL-6 dan skor MIS lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak berpuasa walaupun secara statistik tidak bermakna
Background and Objectives Ramadan fasting reduces sign of inflammation in healthy individuals. CKD patients who undergo routine hemodialysis, although those patients are not recommended to fast, most of them were still fasting. CKD is a chronic inflammation condition which indicated by high level of IL-6. Level of IL-6 is strongly correlated with Malnutrition- Inflammatory Score (MIS) and is a mortality predictor in PGK patients who undergo routine dialysis. Currently, there is no information on the effect of Ramadan fasting on CKD patients who undergo dialysis and whether it has similar effect on inflammation index compared to healthy individuals.
Materials and Methods: The study employed prospective cohort design which was done during Ramadan 2022 (April – May) on routine hemodialysis patients in 3 hemodialysis unit. The subject was divided into two groups (i.e. fasting/ non- fasting) where subjects with infection conditions, undergoing steroid therapy, pulmonary edema, uncontrolled diabetes, disability, hearing impaired, and cardiovascular disease are excluded from this study. Level of IL-6 and MIS score was taken before undergo hemodialysis in the first and last week of Ramadan. Data analysis was done by calculating median to every dependent variable.
Results: A total of 70 subjects were included in this study. Most of the subjects are male (54.3%), aged more than 45 years old (52.9%), taken from PMI hospital (42.9%), and with low-flux membrane dialyzers (LF) (78.6%). The duration of fasting was more or equal to 15 days (70%), undergo hemodialysis without fasting (71.4%), have been undergo hemodialysis for more than five years (48.6%) and comorbidity of hypertension (64.3%). The change of IL-6 level in fasting group was 6.1 pg/mL; not fasting group was 13.6 pg/mL with p value= 0.828. The difference in MIS in fasting group was 1 point and non-fasting group was 2 points with p value=0.376.
Conclusion: Patients undergo routine hemodialysis in fasting group showed increase in IL-6 levels and MIS score lower compared to non-fasting group, although statistically insignificant. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>