Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noviarty
"Abstrak
Telah dilakukan analisis radionuklida dalam sampel batuan menggunakan spektrometer gamma. Analisis radionuklida dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah radionuklida yang terdapat dalam sampel batuan, sehingga asal dari radionuklida tersebut juga dapat diketahui. Analisis radionuklida dapat dilakukan dengan pencacahan sampel menggunakan spektrometer gamma genny. Pencacahan sampel dilakukan terhadap sampel batuan dengan waktu pencacahan selama 80000 detik.
Dari hasil pencacahan diperoleh 5 jenis radionuklida yang tercacah yaitu radionuklida Pb-212 dengan kandungan 5,14E-11 μg/g aktivitas 0,11 Bq/g; radionuklida Ac-228 3,41E-11 μg/g, dengan aktivitas 0,13 Bq/g; radionuklida U-235 0,15 μg/g, dengan aktivitas 0,013 Bq/g; radionuklida Pb-214 9,77E-14 μg/g dengan aktivitas 0,12 Bq/g; dan radionuklida Bi-214 5,71E-13 μg/g dengan aktivitas 0,98 Bq/g.
Selanjutnya untuk melihat keberterimaan hasil analisis aktivitas radionuklida dalam sampel batuan tersebut dilakukan perhitungan akurasi dari standar uranium bersertifikat dari CRM. Pada penentuan nilai akurasi tersebut diperoleh nilai akurasi rerata pengukuran radionuklida uranium (U-235) yang terdapat dalam standar uranium bersertifikat dari CRM yaitu 3,45%, nilai akurasi yang diperoleh cukup baik yaitu lebih kecil dari 5%."
Jakarta: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2017
600 PIN 10:19 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Ajrina
"Dalam penelitian ini, dilakukan studi mengenai radionuklida 210Po yang terdapat pada biota dan analisis kadar radionuklida 210Po yang terakumulasi di dalam tubuh biota berdasarkan tingkatan trofikya. Biota uji yang digunakan adalah ikan Belanak (Mugil dussumieri), ikan bawal hitam (Parastromateus niger), ikan kembung (Restrelliger kanagurta), ikan bawal putih (Pampus argenteus),dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) yang didapatkan dari perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta. Analisis aktivitas 210Po dilakukan pada bagian daging, kepala, dan sistem pencernaan. Distribusi aktivitas 210Po paling tinggi terdapat pada sistem pencernaan, setelah itu kepala dan daging. Analisis aktivitas 210Po juga dilakukan pada daging yang telah dilakukan food prossesing atau pengolahan makanan dengan metode penggorengan. Aktivitas 210Po mengalami penurunan sebesar 30% sampai 64% setelah dilakukan proses penggorengan. Daily intake untuk kelima jenis sampel berbeda-beda, untuk ikan belanak sebesar 0,099 Bq, ikan bawal hitam sebesar 0,110 Bq, ikan kembung sebesar 0,253 Bq, ikan bawal putih sebesar 0,323 Bq, dan ikan tenggiri sebesar 0,451 Bq, sedangkan untuk dosis asupan tahunan sebesar 4,359 x 10-5 sv / tahun sampai 19,7798 x 10-5 sv / tahun dan Lifetime Cancer Risk (LCR) sebesar 4,785 x 10-5 sampai 21,713 x 10-5. Hasil ini menunjukan bahwa kelima biota uji masih tergolong aman untuk dikonsumsi.

In this research, a study of 210Po radionuclides found in biota and an analysis of 210Po radionuclide accumulation in biotas based on their trophic levels were performed. The biota used in this study were mullet (Mugil dussumieri), black pomfret (Parastromateus niger), mackerel (Restrelliger kanagurta), white pomfret (Pampus argenteus), and mackerel (Scomberomorus commersonii) obtained from Muara Kamal, Teluk Jakarta. Analysis of 210Po activity was carried out on the meat, head, and digestive system of the experimental biota. The highest distribution of 210Po activity was found in the digestive system, followed by head and meat. Analysis of 210Po activity was also carried out on meat biota after food processing by frying.  210Po activity decreased by 30% to 64% after a frying process. Daily intake of 210Po for each five samples were different, for mullet fish was 0.099 Bq, black pomfret was 0.110 Bq, mackerel was 0.253 Bq, white pomfret was 0.323 Bq, and mackerel fish was 0.451 Bq, value for annual intake dose  from 4,359 x 10-5 sv / year to 19,7798 x 10-5 sv / year and Lifetime Cancer Risk (LCR)  from 4,785 x 10-5 to 21,713 x 10-5. Therefore, five biotas specimen are safe to be consumed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Refluks vesiko-ureter (RVU) adalah suatu keadaan berbaliknya urin dari kandung kemih kembali ke ureter dan secara potensial ke parenkim ginjal. RVU timbul dalam lima stadia menurut The International Reflux Study, masih terdapat perbedaan paham mengenai penanganan RVU berat (stadium IV dan V). Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai laju filtrasi glomerulis (LFG) dengan pemeriksaan radionuklir DTPA pada anak dengan RVU pada berbagai stadia. Selama periods satu tahun (Agust.93-Agust.94) diteliti 21 anak dengan berbagai stadia RVU. Terdapat 14 anak laki-laki dan 7 perempuan dengan umur berkisar antara 2 jam sampai 15 tahun dan lama menderita RVU berkisar antara 5 hari sampai 8 tahun.
Beberapa kesimpulan sementara dapat disebut disini ialah :
1. Penderita ISK simtomatis atau asimtomatis pada kasus RVU ditemukan 52.4%.
2. Kreatinin serum dan klirens kreatinin merupakan parameter yang baik untuk menilai fungsi ginjal yang abnormal pada RVU.
3. Terdapat hubungan bermakna antara berat RVU pada tiap ginjal dengan menurunnya LFG.

Visicoureteral reflux (VUR) is a condition in which urine regurgitates from the bladder back into the ureter and potentially to the renal parenchyma. VUR occurs in five degrees of severity according to the International Reflux Study. There remain some controversy concerning the management of severe VUR (stage IV and V). The purpose of this study is to evaluate the glomerular filtration rate (GFR) using the radionuclide DTPA examination in children with VUR of different stages. During a one year period (Aug.93 - Aug.94) 21 children with varying degrees of VUR were studied. Fourteen boys and 7 girls were encountered. The ages range from 2 hours till 15 years and the duration of the VUR were from 5 days up till 8 years.
Some preliminary conclusions could be taken from this study:
1. Patients with symptomatic or asymptomatic UTI reveal the presence of VUR in 52.4% of cases.
2. Serum creatinine and creatinine clearance are good parameters to evaluate the abnormal renal function in VUR,
3. There was a significant correlation between the degree of the VUR of each kidney and the degree of GFR reduction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Riana
"Individual Treatment Planning (ITP) direkomendasikan dalam peptide receptor radionuclide therapy (PRRT). Namun, metode Fixed Dose Treatment Planning (FDP) telah sering dipilih daripada ITP di klinik karena kompleksitas dan beban kerja yang tinggi dari pengukuran biokinetik yang dibutuhkan dalam ITP. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan studi Population and Covariate Model (POPCOV) untuk menyederhanakan proses ITP dengan menggunakan parameter yang mudah diukur, daripada menggunakan data biokinetik untuk melakukan ITP di PRRT dengan minimal Physiologically Based Pharmacokinetic (mPBPK) Model. Semua sistem biologis yang bersifat penting dalam PRRT seperti ginjal dan darah dikembangkan dalam model mPBPK. Data biokinetik dari 9 pasien dengan meningioma atau tumor neuroendokrin setelah injeksi pra-terapi yaitu 111In-DOTATATE digunakan untuk pengembangan model. Metode POPCOV digunakan untuk memprediksi parameter yang tidak diketahui dari model mPBPK menggunakan masing-masing kovariat. Adapun unknown/fitted parameter yang diestimasi yaitu reseptor densitas di ginjal (Rk) reseptor densitas di organ rest (RRest) laju degradasi (λrelease) dan laju pengikatan peptida ke albumin dalam darah (konAlb). Selain itu, tujuh parameter kovariat dari pasien yang digunakan untuk analisis, yaitu berat badan, usia, luas permukaan tubuh (BSA), laju filtrasi glomerulus (GFR), volume ginjal, volume limpa, dan volume hati. Metode seleksi bertahap (forward dan backward) digunakan untuk pemilihan kovariat dan penentuan final model POPCOV. Dalam tahap evaluasi dan validasi final model POPCOV diuji dengan membandingkan time integrated activity coefficient (TIACs) ​​dari FDP dan metode ITP konvensional. Berdasarkan analisis metode POPCOV, GFR diidentifikasi sebagai kovariat terbaik untuk Rk untuk variasi data biokinetik yang berbeda dan RRest untuk 9 data biokinetik. Adapun final model kovariat untuk Rk dengan 11 data biokinetik adalah [Rk] (10-15mol/l) = 6.32x106*(GFR/0.09)(0.67), Rk dengan 10 data biokinetik adalah [Rk] (10-15mol/l) = 6.28x106*(GFR/0.10)(0.80), Rk dengan 9 data biokinetik adalah [Rk] (10-15mol/l) = 6.37x106*(GFR/0.11)(1.18), dan RRest dengan 9 data biokinetik adalah [RRest] (10-15mol/l) = 0.17x106*(GFR/0.11)(1.01). Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja POPCOV sekitar 20% lebih baik daripada FDP untuk ginjal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode POPCOV dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam PRRT untuk memprediksi TIAC ginjal jika data biokinetik individu tidak tersedia.

ABSTRACT
Individual Treatment Planning (ITP) is recommended in Peptide-Receptor Radionuclide Therapy (PRRT). However, Fixed Dose Treatment Planning (FDP) method has been frequently chosen over the ITP in the clinic due to the complexities and high workload of the biokinetic measurements. In this study, a Population and Covariate Model (POPCOV) was implemented to simplify the ITP process by using easy measured parameters, instead of using the biokinetic data, to perform ITP in PRRT with minimal Physiologically based Pharmacokinetic (mPBPK) model. All important biological systems in PRRT, e.g. kidneys and blood, were modeled using the developed mPBPK model. The biokinetic data of 9 patients with meningioma or neuroendocrine tumors after pre-therapeutic injection of 111In-DOTATATE was used for the model development. POPCOV method was used to predict the unknown parameters of the PBPK model using the individual covariates. The unknown parameters were the receptor density in the kidney (Rk), receptor density in the rest organ (RRest), degradation rate (λrelease) and binding rate of peptide to the albumin in blood (konAlb). Seven individual covariates of the investigated patients were used for the analysis, i.e. body weight, age, body surface area (BSA), glomerular filtration rate (GFR), kidneys volume, spleen volume, and liver volume. Stepwise selection procedures (forward selection and backward elimination) were used for the covariate selection and the derivation of the final model. The performance of the final model was tested by comparing the predicted time integrated activity coefficient (TIACs) from the FDP and conventional ITP method. Based on POPCOV analysis, GFR was identified as the best covariate for Rk with variations of different biokinetic data and RRest for 9 biokinetic data. The final covariate model of Rk with 11 biokinetic data was: [Rk] (10-15mol/l) = 6.32x106*(GFR/0.09)(0.67), Rk with 10 biokinetic data was: [Rk] (10-15mol/l) = 6.28x106*(GFR/0.10)(0.80), Rk with 9 biokinetic data was: [Rk] (10-15mol/l) = 6.37x106*(GFR/0.11)(1.18), and RRest with 9 biokinetic data was: [RRest] (10-15mol/l) = 0.17x106*(GFR/0.11)(1.01). These results indicated that the performance of POPCOV was around 20% better than the FDP for the kidneys. The results showed that the POPCOV method can be used as an alternative method in PRRT to predict kidneys TIACs in case where the individual biokinetic data is unavailable.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Winansi
"Pada kondisi operasi normal fasilitas nuklir berpotensi melepaskan zat radioaktif ke badan air yang disebut dengan pelepasan rutin. Transfer radionuklida pada lingkungan sangat kompleks sehingga dibuat penyederhanaan dengan pendekatan model matematis menggunakan perangkat lunak Surface Water Modelling Systems yang menyelesaikan persamaan differensial hidrodinamika dengan metode elemen hingga. Penyebaran polutan sangat dipengaruhi oleh proses adveksi dan difusi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan distribusi radionuklida pada Kali Cisalak yang terletak di sekitar Kawasan Nuklir Serpong. 60Co merupakan radionuklida paling dominan yang terkandung pada lepasan efluen radioaktif. Pada penelitian ini simulasi dibagi ke dalam dua tahap yaitu simulasi model hidrodinamika menggunakan modul Resources Management Associates-2 (RMA-2) untuk memodelkan arus dan RMA-4 untuk memodelkan sebaran 60Co. Sedangkan nilai dosis efektif pada kelompok kritis dihitung menggunakan software PC-Cream 98. Pada analisis sensitivitas, koefisien kekasaran manning dan koefisien viskositas Eddy tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola sebaran konsentrasi 60Co di Kali Cisalak. Sedangkan koefisien diffusi dan settling velocity memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Dari hasil pemodelan didapatkan konsentrasi 60Co tertinggi sebesar 5,38 Bq/L pada jarak 10 m dari titik pelepasan, sedangkan konsentrasi terendah sebesar 0,0005 Bq/L terdeteksi pada jarak 540 m. Perhitungan dosis individu orang dewasa akibat jalur paparan akuatik yaitu 14,094 μSv/tahun.

Under normal operating conditions nuclear facilities have potential release of radioactive substances into water bodies called routine releases. Radionuclide transfer in the environment is very complex so that simplification is made with a mathematical model approach using the Surface Water Modeling Systems 10.1 software that resolves hydrodynamic differential equations with the finite element method. The goal of this research is to model the distribution of 60Co radionuclides in Cisalak River located around Serpong Nuclear Area. 60Co is the most dominant radionuclide contained in radioactive effluent discharges. In this research the simulation is divided into two stages, they are the simulation of the hydrodynamic model using the Resources Management Associates-2 (RMA-2) module to model the flow and continued using RMA-4 to model the distribution of 60Co. Whereas the effective dose in the critical group was calculated using PC-Cream 98 software. In the sensitivity analysis, the manning roughness coefficient and Eddy viscosity coefficient did not have a significant effect on the distribution pattern of 60Co concentrations in Cisalak River. But the diffusion coefficient and settling velocity have a significant influence. The result of modeling obtained the highest 60Co concentration of 5,38 Bq/L at a distance of 10 m from the release point, while the lowest concentration of 0,0005 Bq/L was detected at a distance of 540 m. Calculation of adult individual doses due to aquatic exposure pathways is 14,094 µSv/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Scrotal pathology is a comprehensive practical guide to the management of patients who present with scrotal disorders. Introductory chapters consider imaging instrumentation, clinical evaluation, and clinical and imaging anatomy. The full range of disorders is then discussed in individual chapters organized according to clinical presentation. All clinical and imaging aspects are covered in depth, with full description of symptoms and explanation of the value of different clinical tests and imaging modalities. In addition, underlying histopathological features are presented and correlated with imaging features in order to clarify their pathological basis. For each disorder, therapeutic strategies are discussed and appraised. Adults and children are considered separately whenever necessary, bearing in mind that they often present essentially different scrotal pathology. The many images are all of high quality and were obtained using high-end equipment."
Berlin : Springer, 2012
e20426010
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfy Dzikrillah Hanindi Alfaqih Mas`udi
"Di dalam studi ini, kami mengidentifikasi parameter fisiologis yang paling penting dalam menentukan dosis serap (DS) individual organ at risk (OAR) dan tumor di dalam Peptide-receptor radionuclide therapy (PRRT). Oleh karena itu, global sensitivity analysis (GSA) dengan metode Sobol dan model physiologically-based pharmacokinetic (PBPK) digunakan. Model PBPK seluruh-tubuh yang telah dibangun untuk perencanaan pengobatan PRRT untuk pasien-pasien meningioma digunakan. Parameter-parameter fisiologis of interest untuk analisis GSA merupakan parameter yang sebelumnya telah diestimasi dari data biokinetik dan dilaporkan di dalam literature, yaitu densitas reseptor organ Rd, aliran serum organ f, laju degradasi, dan laju pengikatan peptide. GSA dengan metode Sobol dipilih berdasarkan akurasinya untuk studi-studi sensitivitas. Sebuah toolbox GSA berbasis MATLAB yang umum digunakan (https://www.safetoolbox.info/) dan program in-house berbasis software MATLAB  (versi R2018b) digunakan untuk analisis. Metode sampling dengan distribusi log-normal digunakan untuk menghindari nilai-nilai negatif dari parameter-parameter yang disampel. Efek-efek utama Si dan efek-efek total STi dihitung dan dianalisis menggunakan program GSA dan model PBPK untuk identifikasi pentingnya masing-masing parameter model i untuk individualisasi DS di dalam PRRT. Untuk menjamin konvergensi dari nilai Si and STi, berbagai jumlah simulasi model hingga 15000 sampel digunakan. Variabilitas inter-individual DS tumor (koefisien variasi KV mencapai 97.05%) lebih tinggi dibandingkan OAR (mis. Ginjal KV sekitar 31.59%). Densitas reseptor teridentifikasi sebagai parameter yang paling penting yang menentukan DS dari tumor, mis. [RdTU2]: Si = 0.856, STi = 0.951. Hasil yang sama juga ditemukan untuk OAR dimana densitas reseptor memiliki efek utama dan efek total yang paling tinggi  [RdK]: Si = 0.802, STi = 0.963. Kami telah menunjukan implementasi GSA yang pertama kali dengan metode Sobol untuk identifikasi parameter-parameter yang paling penting untuk individualisasi DS di dalam PRRT. Hasil yang kami miliki menyarankan pengukuran yang akurat terhadap densitas-densitas reseptor untuk sebuah penentuan DS tumor dan OAR yang akurat.

In this study, we identified the most important physiologic parameters determining the individual organ at risk and tumor absorbed doses (ADs) in Peptide-receptor radionuclide therapy (PRRT). Therefore, a global sensitivity analysis (GSA) with Sobol method and a physiologically-based pharmacokinetic (PBPK) model were used. A whole-body PBPK model that has been developed for treatment planning in PRRT therapy for meningioma patients was used. The physiologic parameters of interest for the GSA analysis were the parameters that have been previously estimated from the biokinetic data and were reported in the literature, i.e. the organ receptor densities Rd, organ flows f, organ release rates, and peptide binding rate. GSA with Sobol method was chosen based on its accuracy for sensitivity studies. A widely used GSA MATLAB-based toolbox (https://www.safetoolbox.info/) and an in-house program based on MATLAB software (version R2019b) were used for the analysis. The sampling method with a log-normal distribution was used to avoid any negative values of the sampled parameters. The main effects Si and total effects STi were calculated and analyzed using the GSA program and the PBPK model to identify the importance of each model parameter i for the individualization of the ADs in PRRT. To warrant the convergence of the calculated Si and STi, various numbers of model simulations up to 15000 samples were used. The inter-individual variability of tumor ADs (coefficients of variation CV up to 97.05%) was higher than that in the organ at risk (e.g. kidneys CV around 31.59%). Receptor density was identified as the most important parameters determined the ADs of tumors, e.g. [RdTU2]: Si = 0.856, STi = 0.951. The same results was found for the organ at risk where the receptor density had the highest main effect and total effect values, e.g. [RdK]: Si = 0.802, STi = 0.963. We have shown the first implementation of the GSA with the Sobol method to identify the most important parameters for the individualization of the calculated ADs in PRRT. Our results suggested an accurate measurement of the receptor densities for an accurate determination of the tumor and organ at risk ADs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Arivin Billah
"Radionuklida [177Lu]Lu bebas pengemban adalah sediaan radionuklida [177Lu]Lu dengan aktifitas spesifik yang sangat tinggi namun dibutuhkan pemisahan yang sangat sulit untuk memperolehnya. Pada penelitian ini dikembangkan metode produksi [177Lu]Lu bebas pengemban dari aktivasi tidak langsung isotop Ytterbium alam menggunakan metode pemisahan kromatografi penukar ion dengan fasa diam resin Dowex W50 X8 dan campuran eluen alpha Hydroxyisobutiric Acid (α-HIBA) dan HCl. Hasil penelitian menunjukan bahwa reaktor nuklir G.A Siwabessy telah mampu menghasilkan [177Lu]Lu sebanyak 296 MBq/10 mg sampel Yb2O3. Dua metode pemisahan spesifik diperoleh, pertama dengan menahan radionuklida [177Lu]Lu di dalam resin sedangkan ion dan radionuklida pengotor keluar dari kolom menggunakan campuran eluen HCl 0,25 M dan ɑ-HIBA 0,1 M yang dapat mengeluarkan pengotor [175Yb]Yb  sekitar 1,6 x 10-3 % yield/ml dan [169Yb]Yb sekitar 4,2 % yield/ml. Metode kedua didapatkan dengan menggunakan peningkatan konsentrasi eluen α-HIBA 0,15 M yang menyebabkan [177Lu]Lu keluar dari kolom sedangkan pengotor tetap berada di dalam kolom dengan kemurnian [177Lu]Lu sekitar 81,9 % dan aktifitas spesifik (1,163 GBq/mg). Faktor peningkatan konsentrasi HCl diatas 0,25 M pada eluen menyebabkan penurunan selektifitas pemisahan [177Lu]Lu dari matriks ytterbium. Sedangkan faktor peningkatan temperatur elusi 50 oC dapat menaikan selektifitas pemisahan dengan menahan lebih baik [177Lu]Lu di dalam resin.

No-carrier added [177Lu]Lu radionuclide is a [177Lu]Lu radionuclide preparation with very high specific activity but requires very difficult separation to obtain it. In this research, a carrier-free [177Lu]Lu production method was developed from indirect activation of natural Ytterbium isotopes using an ion exchange chromatography separation method with a Dowex W50 X8 resin and mixed eluent alpha hydroxyisobutyric acid (α-HIBA) and hydrochloric acid (HCl). The research results showed that the G.A Siwabessy nuclear reactor was able to produce [177Lu]Lu as much as 296 MBq/10 mg Yb2O3 sample. Two specific separation methods were obtained, first by retaining the [177Lu]Lu radionuclide in the resin while the impurity ions and radionuclides come out of the column using a mixture of 0.25 M HCl and 0.1 M ɑ-HIBA eluents which can remove [175Yb]Yb impurities around 1.6 x 10-3 % yield/ml and [169Yb]Yb around 4.2 % yield/ml. The second method was obtained by using an increase in the eluent concentration of 0.15 M α-HIBA which caused [177Lu]Lu to come out of the column while the impurities remained in the column with a [177Lu]Lu purity of around 81.9% and specific activity (1.163 GBq/mg ). The increasing factor of HCl concentration above 0.25 M in the eluent causes a decrease in the selectivity of [177Lu]Lu separation from the ytterbium matrix. Meanwhile, increasing the elution temperature by 50 oC can increase separation selectivity by better retaining [177Lu]Lu in the resin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The horizons of sophisticated imaging have expanded with the use of combined positron emission tomography (PET) and computed tomography (CT). PET-CT has revolutionized medical imaging by adding anatomic localization to functional imaging, thus providing physicians with information that is vital for the accurate diagnosis and treatment of pathologies. Since the integration of PET and CT several years ago, PET/CT procedures are now routine at leading medical centers throughout the world. This has increased the importance of nuclear medicine physicians acquiring a broad knowledge in sectional anatomy for image interpretation. The Atlas of Sectional Radiological Anatomy for PET/CT is a user-friendly guide presenting high-resolution, full-color images of anatomical detail and focuses solely on normal FDG distribution throughout the head & neck, thorax, abdomen, and pelvis, the primary sites for cancer detection and treatment through PET/CT.
"
New York: Springer, 2012
e20425864
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
B.Y. Eko Budi Jumpeno
"Pembangunan Kawasan Reaktor Nuklir GA. Siwabessy di Serpong, Jawa Barat yang meliputi juga Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy didasarkan pada pertimbangan bahwa teknologi nuklir memiliki suatu manfaat yang besar bagi pembangunan. Walaupun demikian paparan radiasi nuklir dan kontaminasi zat radioaktif dalam operasi normal maupun pada kasus kecelakaan, terutama terhadap kesehatan dan keselamatan manusia merupakan risiko penggunaan teknologi nuklir, sehingga pembangunan dan pengoperasian suatu instalasi nuklir -termasuk Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy-, selalu berpedoman pada tiga asas yaitu justifikasi, optimisasi (ALARA) dan limitasi. Selain itu diperlukan suatu studi AMDAL yang juga meliputi rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan Iingkungan (RPL) dan sudah dilakukan di Kawasan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy. Paparan radiasi nuklir dan kontaminasi zat radioaktif dapat terjadi di kawasan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy sehingga diperlukan upaya pemantauan konsentrasi zat radioaktif di udara. Pemantauan secara periodik diperlukan untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya Iepasan zat radioaktif ke Iingkungan melalui cerobong atau lepasan zat radioaktif dalam udara ruangan kerja pada kondisi operasi normal sehingga bila terjadi peningkatan lepasan dapat segera dilakukan tindakan pengurangan atau penghentian operasi. Selain melaksanakan pemantauan secara teratur, Batan melalui SK Dirjen Batan No. PN 03/160/DJ/1989 telah menetapkan tingkat konsentrasi radioaktivitas dalam udara yang diperkenankan berdasarkan rekomendasi International Commission on Radiological Protection (ICRP Publication 26, 1977). Tingkat konsentrasi radioaktivitas di udara ini berkaitan dengan nilai limit on intake (ALI) pada jalur inhalasi dan kapasitas paru-paru pekerja radiasi dan anggota masyarakat. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah rekomendasi-rekomendasi yang telah diadopsi oleh Batan dari ICRP didasarkan pada perhitungan risiko yang menggunakan data fisiologi standar yang sebagian besar merupakan data manusia ras Kaukasus. Berdasarkan studi lanjut pada korban radiasi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, ICRP menerbitkan rekomendasi keselamatan radiasi yang baru dalam ICRP Publication 60 tahun 1990, di mana salah satu butir rekomendasinya ialah pengurangan nilai batas dosis dari 50 mSv/tahun menjadi 20 mSv/tahun. Seperti pada ICRP Publication 26 tahun 1977, penentuan batas-batas standar keselamatan juga didasarkan pada standar fisiologi ras Kaukasus dan ditambah standar fisiologi manusia Jepang. Namun demikian rekomendasi keselamatan yang terakhir masih menjadi bahan studi negara-negara pemilik fasilitas nuklir.
Salah satu aspek penting yang perlu dicermati dari rekomendasi batas dosis pada ICRP Publication 60 tahun 1990 yang boleh diterima oleh manusia adalah apakah desain sistem keselamatan yang diterapkan pada saat ini memenuhi kriteria tersebut. Apabila desain sistem keselamatan tidak memenuhi kriteria maka konsekuensi logisnya adalah perubahan desain keselamatan yang bemilai ekonomi sangat besar. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian aspek-aspek yang terkait dengan keselamatan. Kegiatan studi paparan internal pada jalur inhalasi menempatkan kondisi Iingkungan faktual pads saat Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy dalarn keadaan beroperasi yang meliputi :
1. Definisi kapasitas paru-paru para pekerja di kawasan
2. Rentang fluktuasi lepasan radionuklida di kawasan
3. Prediksi dosis interna yang disebabkan oleh paparan radionuklida yang terdeposisi di dalam tubuh melalui jalur inhalasi.
Penelitian dan kajian dalam Studi Paparan Interna pada Jalur lnhalasi di Kawasan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy bertujuan untuk mendapatkan data kapasitas paru-paru pekerja di kawasan, untuk mendapatkan data jenis dan kadar radionuklida di udara kawasan, dan untuk memprediksi dosis interna yang diterima para pekerja. Data tersebut sangat berguna untuk mengevaluasi desain keselamatan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy baik yang mengacu pads ICRP Publication 26 tahun 1977 maupun ICRP Publication 60 tahun 1990 serta mengevaluasi prosedur-prosedur keselamatan yang diterapkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disampaikan hipotesis penelitian ini sebagal berikut:
Pertama; kapasitas paru-paru seseorang ditentukan oleh faktor jenis kelamin, umur, berat dan tinggi badan, serta kondisi kesehatan seseorang. Ras dan kondisi kesehatan seseorang diduga sangat menentukan nilai kapasitas paru-paru.
Kedua; konsentrasi radioaktivitas di udara dipengaruhi oleh tinggi cerobong lepasan, dan faktor cuaca seperti kecepatan angin dan curah hujan. Tetapi faktor cuaca tersebut berlangsung sangat acak. Rentang maksimum diduga pada kondisi kecepatan angin rendah dan kondisi tidak hujan. Sedangkan rentang minimum diduga terjadi pada kondisi angin bertiup kencang dan kondisi sesudah hujan deras.
Ketiga; prediksi dosis interna melalui jalur inhalasi ditentukan oleh kapasitas paru-paru yang meliputi kapasitas fungsional residu, volume ruang mati dan volume tidal; konsentrasi radioaktivitas di udara; diameter partikel radionuklida; laju pernapasan dan dimensi saluran pernapasan yang meliputi diameter trakea dan diameter bronkiolus. Sumbangan masing-masing parameter tersebut terhadap nilai dosis interna berbeda-beda. Diduga pengaruh terbesar diberikan oleh diameter trakea, diameter bronkiolus dan diameter partikel radionuklida yang terdeposisi di dalam tubuh.
Studi paparan interna pada jalur inhalasi ini dilaksanakan di Kawasan Reaktor Nuklir G.A Siwabessy dalam radius sekitar 500 meter dari reaktor.
Pengambilan sampel udara Iingkungan dilakukan pada enam titik pengukuran dengan memperhatikan arah angin dominan yaitu pada arah tenggara sampai selatan, sedangkan para pekerja yang diukur kapasitas paru-parunya meliputi juga pengukuran laju pernapasan berasal dari Pusat Reaktor Serbaguna G.A. Siwabessy sebagai responden di dalam gedung reaktor dan dari Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif untuk responden di Iuar gedung reaktor.
Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis statistik sederhana untuk menghitung kapasitas paru-paru para pekerja, analisis spektroskopi nuktir untuk mengidentifikasi radionuklida dan menentukan konsentrasi radioaktivitasnya, analisis grafik untuk menentukan nilai activity median aerodynamic diameter (AMAD) serta penggunaan perangkat iunak LUDEP (Lung Dose Evaluation Program) 2.0 untuk memprediksi dosis interna. Parameter-parameter yang menjadi input dalam perhitungan dosis interna menggunakan LUDEP 2.0 ialah kapasitas paru-paru, dimensi saluran pernapasan, laju pernapasan; konsentrasi radioaktivitas di udara serta diameter partikel radionuklida.
Pada penelitian ini diperoleh hasil nilai median kapasitas vital para pekerja di Kawasan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy sebesar 3,15 liter untuk pria dan 2,20 liter untuk wanita. Sedangkan nilai median volume tidal untuk pria ialah 1,04 liter dan untuk wanita sebesar 0,88 liter. Sementara di udara kawasan tersebut teridentifikasi radionuklida Thallium-208, Plumbum-212 dan Plumbum-214 yang berasal dari alam pada konsentrasi di bawah lima Bq/M3.
Sedangkan hasil perhitungan dosis interna oleh para pekerja menggunakan perangkat lunak LUDEP 2.0 diperoleh penerimaan dosis efektif tertinggi untuk seluruh tubuh sebesar 3,097mSv/tahun pada radius 150 arah selatan tenggara gedung reaktor.
Berdasarkan pengukuran, perhitungan dan kajian yang telah dilakukan dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Kapasitas paru-paru para pekerja di Kawasan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy relatif lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas paru-paru manusia ras Kaukasus yang dipakai sebagai standar ICRP. Hal ini dapat dilihat pada nilai perbandingan kapasitas vital para pekerja di kawasan tersebut terhadap kapasitas vital manusia ras Kaukasus yang dipakai sebagai standar ICRP yang nilainya lebih kecil dari satu.
Di udara ruang kerja Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy dan di lingkungan luar reaktor pada radius 500 meter tidak ditemukan adanya radionuklida hasil fisi maupun hasil aktivasi, namun terdeteksi adanya radionuklida Thallium-208, Plumbum-212 dan Plumbum-214 yang berasal dari alam pada konsentrasi lebih kecil dari lima Bq/M3 udara. Dengan demikian pengoperasian Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy tidak menimbulkan efek peningkatan radioaktivitas pada Iingkungan udara di kawasan tersebut.
Hasil prediksi perhitungan penerimaan dosis interna melalui jalur inhalasi selama satu tahun untuk konsentrasi radioaktivitas di udara dan ukuran AMAD yang sama, ternyata berbeda pads masing-masing pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kapasitas paru-paru, nilai dimensi saluran pernapasan dan nilai laju pernapasan yang menjadi input perhitungan dosis mempengaruhi penerimaan dosis intema melalui jalur inhalasi, walaupun tingkat pengaruhnya berbeda-beda untuk masing-masing parameter. Berdasarkan perhitungan tersebut penerimaan dosis efektif interna tertinggi nilainya hanya dalam orde 10 mSv. Apabila dibandingkan dengan penerimaan dosis eksterna tertinggi selama satu tahun yang nilainya adaiah 6,28 mSv, sumbangan dosis interna melalui jalur inhalasi terhadap keseluruhan penerimaan dosis tidak signifikan. Nilai ini juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan batas penerimaan dosis tertinggi tahunan menurut ICRP Publication 60 yaitu sebesar 20 mSv yang merupakan gabungan dosis intema dan dosis ekstema.
Dari hasil penelitian ini juga terdapat beberapa saran yang baik bagi pengelola Kawasan Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy maupun bagi para peneliti lain yang akan melakukan kajian lebih lanjut mengenai radioaktivitas di udara kawasan tersebut sebagai berikut: Untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada pengukuran konsentrasi radioaktivitas di udara diperlukan waktu sampling dan waktu pencacahan yang lebih lama. Studi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam kajian keselamatan radiasi suatu instalasi nuklir; khususnya berkaitan dengan paparan interna melalui jalur inhalasi.

The development of G.A. Siwabessy Nuclear Reactor Area at Serpong, West Java including G.A. Siwabessy Nuclear Reactor was based on thought that nuclear technology would benefit the nation. However, the effect of nuclear radiation exposure and radioactive contaminant in normal operation or accident cases, especially for human health and safety, are the risks introduced by the application of nuclear technology, so the development and operation of nuclear installations - including G.A. Siwabessy Nuclear Reactor - always take three principles namely justification, optimization (ALARA) and limitation. Beside, it is necessary to carry out study of analysis for environmental impact (AMDAL) including environmental management plan (RKL) and environmental monitoring plan (RPL) and this activity has already done at G.A. Siwabessy Nuclear Reactor.
Nuclear radiation exposure and radioactive contaminant of the G.A. Siwabessy Nuclear Reactor area are necessary to be monitored. Regular monitoring is needed to detect the releasing of radionuclide into the air or working room at normal condition as early as possible. If the radioactive release improved, the operation could be reduced or stopped. Based on Director General Decree Number PN 03/160/DJ/1989, Batan has made a regulation on the limit of radioactive concentration in the air based on ICRP recommendation (ICRP Publication 26, 1977). The limit of radioactive concentration in the air is related to the limit of intake (ALI) of inhalation pathway and lung capacity of workers or members of public. It is necessary to know that the recommendations adopted Batan from ICRP are based on risk calculations using standard physiological data which much of them are the Caucasian data. Based on advanced researches of atomic bomb victims in Hiroshima and Nagasaki, ICRP published the new radiation safety recommendations in the ICRP Publication 60 year 1990. One of the recommendations is reduction of dose limit from 50 mSv/year to 20 mSv/year. As the recommendations in the ICRP Publication 26 year 1977, the safety standard limits are based on the physiological standard of the Caucasian with additional consideration of physiological standard of the Japanese. However, the recommendations are still assessed by countries which have nuclear facilities.
One of important aspects of dose limit in the ICRP Publication 60 year 1990 is whether the safety system design fulfils the criteria. if the safety system doesn't fulfill the criteria so its consequence is expensive safety design change.
Third, internal dose prediction through inhalation pathway is determined by lung capacity including residual functional capacity, dead space and tidal volume; concentration of radioactivity in the air, diameter of radionuclide particle; rate of respiration and also dimension of respiratory tract including diameter of trachea and diameter of bronchioles . The contribution of each parameter to the internal dose is different. It is estimated that the most influence is contributed by diameter of trachea, diameter of bronchioles and diameter of radionuclide particle deposited in the body.
Study of internal dose at inhalation pathway was carried out in radius 500 meters from reactor. Air sampling was taken at six points by south east to south west wind direction. Meanwhile, the measurement of lung capacity of workers including the rate of respiration was carried out at G.A. Siwabessy Multi Purpose Reactor Centre and Radioactive Waste Management Centre.
Simple statistic is applied to analyze lung capacity of workers; Nuclear spectroscopy method is used for identifying radionuclide and determining its concentration. Curved analysis is used for determining activity median aerodynamic diameter (AMAD). The effective internal dose was calculated by using software LUDEP (Lung Dose Evaluation Program) 2.0. with input of inhalation parameter including lung capacity, dimension of respiratory tract and rate of respiration. The concentration of radioactivity in the air and diameter of radionuclide particle are the other input parameters.
The study reported that vital capacity median of workers is 3.15 liters for male and 2.20 liters for female. Meanwhile, tidal volume for male is 1.04 liters and it is 0.88 liters for female. Thallium-208, Plumbum-212 and Plumbum-214 from natural radioactivity at concentration under five Bq/M³ are identified in the air of G.A. Siwabessy Nuclear Reactor Area. Meanwhile, maximum body effective dose calculated using LUDEP2.0 is 3.097E-1 mSv/year at 150 meters from reactor in south-south east direction.
The conclusions of this research are as follows:
Lung capacity of workers at G.A. Siwabessy Nuclear Reactor Area is lower than the Caucasian lung capacity. It could be seen from comparative vital capacity value which is lower than one.
There are no fissile and activated products indoor and outdoor at radius 500 meters. However, it is detected the existence of Thallium-208, Plumbum-212 and Plumbum-214 from natural radioactivity by concentration lower than five Bq/M³. So that, the operation of G.A. Siwabessy Nuclear Reactor does not cause the radioactive increment to the air.
The calculation of annual body effective internal dose prediction for the same radioactive concentration and AMAD based on LUDEP 2.0 is different for each worker. This shows that lung capacity, dimension of respiratory tract and rate of respiration influence effective internal dose. Maximum effective internal dose received is approximately 10 mSv, compared to maximum external effective dose of 6.28 mSv, this contribution to total effective dose is not significant. According to ICRP
Publication 60, the value is much lower than the annual permissible maximum dose (20 mSv) representing for internal and external dose.
Results of the study suggests as follows :
1. To get the better results in measurements of radioactive concentration in
the air it is suggested to take more time of sampling and counting in order.
2. This study can be used for the assessment of radiation safety around nuclear installations, especially for the internal dose through inhalation pathway.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library