Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistiyani
"Status kesehatan masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang erat dengan tahapan atau kondisi pembangunan sosial ekonomi dan lingkungannya, Komponen-komponen lingkungan seperti udara, air dan tanah berada dalam waktu dan ruang (spatial) yang sama. Ruang atau wilayah atau spatial dapat bermakna geografis, iklim, topografi dengan segala isinya termasuk udara, air dan tanah yang secara ekologis memiliki batas perbedaan seperti kesamaan peruntukan, kesamaan iklim, kesamaan ciri geografis dan lain-lain sehingga batas wilayah administrasi belum tentu merupakan suatu batas spatial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan masyarakat di Jawa Tengah berdasarkan perbedaan wilayah spatial dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder berasal dari data morbiditas SKRT 1995, dan rancangan penelitian yang digunakan adalah survey. Analisa statistik yang dilakukan adalah univariat dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS for Windows release 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan jenis sakit untuk daerah Urban dan Rural, yaitu pada Rural terdapat jenis sakit endokrin, nutrisi dan metabolime sedangkan pada daerah Urban tidak muncul. Pada daerah Pantai, Peralihan dan Pegunungan juga terdapat perbedaan jenis sakit dimana pada Pantai terdapat jenis sakit urogenital, pada daerah Peralihan terdapat jenis sakit kulit dan pada daerah Pegunungan terdapat jenis sakit endolain, nutrisi & metabolisme. Jenis sakit tertinggi dari masing - masing daerah di Jawa Tengah adalah Digestiv. Jenis sakit Musculoskeletal tertinggi untuk daerah Pegunungan dan Rural Pegunungan. Daerah Banyumas, Cilacap dan Grobogan merupakan daerah yang mempurryai jenis sakit tertinggi di Jawa Tengah, yaitu Digestiv, Sirkulasi dan Respirasi untuk daerah Banyumas; Saraf untuk daerah Grobogan dan Mata untuk daerah Cilacap.

The public health status of a nation has close relation to the social - economic and environmental development condition. Environmental components such as air, water and soil are in the same space and time (spatial). The space or zone or spatial could mean the geography, the weather, the topography with all its content including the air, the water and the soil, which ecologically have disparities such the similarity of means, the similarity of weather, the similarity of geographical characteristics and so on. Therefore, the administrative region boundaries does not necessary mean the spatial boundary.
The objective of the research is to perceive the public health status in Central Java according to spatial regional differences from the data of Household Health Survey (SKRT) 1995.
This descriptive analysis is using secondary data form SIRT morbidity data 1995, and survey is used as research approach. The statistical analysis is univariant, executed by the assistance of SPSS computer program for Windows release 6.0.
The result obtained from this research shows that there are different diseases for the Urban and Rural area. In the Rural area there are endocrine, nutrition and metabolism diseases while in the Urban area are not found. Diseases found in the coastal are urogenital, in the buffer zone there are types of skin diseases and in the highland area there are diseases related to endocrine, nutrition and metabolism. In Central Java from each region, the highest rate of illness is due to digestion. Musculoskeletal is the highest for the highland and highland rural area. Banyumas, Cilacap and Grobogan are the three area where we found the highest rate of illness in Central Java. In Banyumas we found Digestion, Circulation and Respiratory diseases, while in Cilacap we found Eye diseases and Nervous diseases in Grobogan.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzalia Safanta
"Tingkat konsumsi rokok di Indonesia meningkat setiap tahun sehingga mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Konsumsi rokok merupakan salah satu penyebab faktor risiko Penyakit Tidak Menular. Upaya pemerintah dalam mengendalikan rokok diatur dalam PP 109 tahun 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok terhadap status kesehatan masyarakat dalam upaya pengendalian produk tembakau di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey 5 (IFLS 5) dengan metode mix method. Desain penelitian ini sequential eksplanatory design, didahului analisis data kuantitif pada 5.221 responden dan dilanjutkan dengan penelitian kualitatif. Variabel independen terdiri dari provinsi, umur, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, usia mulai merokok, jumlah rokok, jenis rokok, dan kesulitan menahan diri untuk tidak merokok di tempat umum. Variabel dependen yaitu status kesehatan masyarakat Indonesia.
Hasil akhir menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan status kesehatan adalah provinsi (OR 1,504); jenis kelamin (OR 2.574); pekerjaan (OR 8,730-19,275); penghasilan (OR 0,501-1,366); usia mulai merokok (OR 1,019); jenis rokok (OR 1,076-3,023). Pengendalian tembakau belum berhasil, pemerintah harus lebih serius, tegas, dan ketat dalam membuat regulasi pengendalian tembakau sehingga dapat menekan tingkat konsumsi rokok di Indonesia.

The level of cigarette consumption in Indonesia increases every year so that it affects the condition of public health. Cigarette consumption is one of the causes of risk factors for Non-Communicable Diseases. Government efforts in controlling cigarettes are regulated in PP 109 of 2012. The purpose of this study was to determine the relationship of smoking habits to public health status in efforts to control tobacco products in Indonesia.
This study uses secondary data from Indonesia Family Life Survey 5 (IFLS 5) with the mix method. The design of this research is sequential explanatory design, preceded by analysis of quantitative data on 5,221 respondents and continued with qualitative research. The independent variable consisted of province, age, gender, occupation, income, age when smoking started, number of cigarettes, types of cigarettes, and difficulty refraining from smoking in public places. The dependent variable is the health status of the Indonesian people.
The final results show that the variables that have a significant relationship with health status are provinces (OR 1,504); gender (OR 2,574); occupation (OR 8,730-19,275); income (OR 0.501-1,366); age at smoking time (OR 1,019); types of cigarettes (OR 1,076-3,023). Tobacco control has not been successful, the government must be more serious, decisive, and strict in making tobacco control regulations so that it can reduce the level of cigarette consumption in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library