Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seedhouse, Erik
New York:: John Wiley & Sons, 2002
616.89 SEE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brown, J.A.C. (James Alexander Campbell), 1911-1964
London: Watts & Co, 1946
616.89 BRO d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Maudisa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari coaching terhadap malingering. Penelitian ini didasari oleh penemuan sebelumnya bahwa coaching diketahui mampu menurunkan keakuratan diagnosa tes deteksi malingering. Penelitian ini berupa eksperimen dimana partisipan diberikan vignette, kemudian partisipan diminta mengisi Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) milik Smith dan Burger (1997) yang digunakan untuk mengukur malingering. Tujuh puluh mahasiswa psikologi diminta mengisi SIMS dengan instruksi untuk meyakinkan penguji bahwa mereka memiliki gangguan mental agar mereka dapat lolos dari tes deteksi malingering. Sebelum mengisi SIMS, kelompok eksperimen (n = 38) diberikan coaching berupa pemberian informasi mengenai simtom gangguan psikosis dan cara menghindari deteksi malingering, sedangkan kelompok kontrol (n = 32) tidak diberikan coaching dan langsung diminta mengerjakan SIMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari coaching terhadap malingering, t(40.087) = 2.212, p = .033.

ABSTRACT
The objective of this study was to examine the effect of coaching on malingering. This study was based on findings that coaching can reduce the accuracy of a malingering detection assessment. This study was an experimental research that use vignette to the subjects, then the subjects were administered Smith and Burger?s (1997) the Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) that used to detect malingering. Seventy pschology students were asked to fill out the questionnaire to assure the tester that they suffered mental disorder in order to pass the test. Before they completed the SIMS, the experiment group (n = 38) received coaching which gave them some information about psychosis? symptoms and strategies to avoid the detection of malingering, meanwhile the control group (n = 32) didn?t receive any coaching and directly instructed to complete the SIMS. The results in this study showed that the coaching affected malingering, t(40.087) = 2.212, p = .033.
"
2016
S63378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medhira Fathinadia
"Lingkungan buatan diketahui memiliki dampak yang cukup ekstensif terhadap perilaku manusia. Ruang domestik merupakan lingkungan buatan manusia di mana memori, pengalaman, hubungan dengan sesama manusia dan keterkaitan berada. Tidak lain halnya dengan penderita penyakit jiwa skizofrenia, semua manusia memiliki kebutuhan akan sebuah ruang memiliki nilai sentimen dan familiarity. Kombinasi elemen interior pada ruang domestik dapat menentukan bagaimana individu berorientasi dalam ruang, dan memiliki dampak terhadap munculnya episode halusinasi dan delusi. Penelitian ini akan membahas kaitan antara elemen interior seperti pencahayaan, kualitas akustik dan privasi ruang dengan ruang domestik dengan kemunculan gejala psikosis serta well-being penderita.

The built environment has been known to have an extensive effect upon human behavior. Domestic space in particular has memory, experience, relationship between people and attachment. All human beings, especially the ones with mental incapacities need a sense of familiarity and sentiment in their domestic space. The total combination of interior elements within a space can determine how an individual lives in a space and has been known to have a certain effect on the emergence of psychotic behaviors such as hallucinations and delusions. This research will discuss the relationship between interior elements such as lighting, room acoustics and privacy and the psychotic symptoms and well-being of a schizophrenic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Ekaputri
"Psikotik merupakan gangguan jiwa berat yang menyebabkan beban ekonomi besar karena menyebabkan berkurangnya produktivitas pada pasien. Luaran skizofrenia dipengaruhi oleh banyak faktor prognostik, diantaranya gejala negatif, lama waktu mencari pengobatan/ duration of untreated psychosis DUP dan fungsi kognitif. Namun demikian, interaksi DUP dengan faktor prognostik lainnya belum dipahami dengan jelas. DUP diduga berhubungan dengan metakognisi karena DUP berhubungan dengan gejala negatif. Metakognisi merupakan mediator antara fungsi kognitif dan luaran fungsional psikotik. Studi ini adalah studi potong lintang untuk meneliti hubungan DUP dengan fungsi metakognisi setelah pengobatan. Sampel merupakan 50 pasien berumur 5-18 tahun penderita gangguan psikotik yang didapatkan melalui consecutive sampling. Fungsi metakognisi diukur dengan indeks metakognisi pada kuisioner Behaviour Rating Inventory of Executive Function versi Bahasa Indonesia BRIEF-BI oleh orangtua dan DUP didapatkan melalui rekam medis atau wawancara. Subjek penelitian memiliki median DUP 2.0 0; 84.0 bulan dan lama pengobatan 12.0 0; 72.0 bulan. Analisis bivariat memperlihatkan hubungan bermakna antara DUP ge;6 bulan dan fungsi metakognisi, inisiasi, perencanaan, dan monitor lebih buruk p.

Psychosis is a serious mental disorder causing big economic burden due to decreased productivity of the patients. Outcome of schizophrenia is influenced by many prognostic factors, including negative symptoms, duration of untreated psychosis DUP , and neurocognition. Yet, interaction between DUP and other prognostic factors is not fully understood. DUP is thought to have a relationship with metacognition since DUP is associated with negative symptoms. This is a cross sectional study which aims to study the relationship between DUP and metacognition after antipsychotic treatment. Sample consists of 50 patients aged 5 18 years old with psychotic disorder which was selected by consecutive sampling. Metacognition was measured as metacognition index of Behaviour Rating Inventory of Executive Function Indonesian Version questionnaire by parents and DUP is obtained from medical records or interview. The median DUP is 2.0 0 84.0 months and duration of treatment is 12.0 0 72.0 months. Bivariate analysis showed significant relationships between DUP ge 6 months and worse metacognition, initiation, planning, dan monitor p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetti Agustin
"Pendahuluan: Prevalensi psikosis pada epilepsi (PPE) 15 kali lebih tinggi dibandingkan psikosis pada populasi umum. Gambaran klinis PPE berupa halusinasi dan waham yang dominan dengan hendaya. Faktor risiko PPE antara lain onset dini epilepsi, epilepsi yang tidak terkontrol, riwayat status epileptikus, fokus epileptogenik di temporal kiri, sklerosis hipokampus, dan riwayat psikosis dalam keluarga. PPE sendiri sering dihubungkan dengan gangguan fungsi psikososial dan kesejahteraan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian PPE pada epilepsi fokal, gambaran klinis serta faktor-faktor yang berkaitan.
Metode: Studi ini bersifat deskriptif dengan metode potong lintang pada pasien epilepsi fokal di Poliklinik Neurologi RSCM. Subjek yang bersedia ikut serta dalam penelitian kemudian dilakukan wawancara menggunakan MINI-ICD 10 bagian psikotik untuk menapis gejala psikotik dan dilakukan konfirmasi hasil dengan dokter spesialis kesehatan jiwa untuk mendiagnosis PPE.
Hasil: Jumlah subjek yang didapatkan sebanyak 34 subjek. Dari MINI ICD-10 bagian psikotik, terdapat 10 subjek mengalami gejala psikotik dan hendaya dialami 2 subjek. Angka kejadian PPE didapatkan sebesar 5,9%. Gambaran klinis psikosis berupa halusinasi (auditori dan visual), waham (paranoid dan bizzare), dan hendaya. Kedua subjek PPE memiliki jenis kelamin perempuan, awitan epilepsi usia muda, durasi epilepsi ke psikosis selama 6 dan 23 tahun, frekuensi kejang yang belum terkontrol, riwayat status epileptikus, memiliki sindrom epilepsi lobus temporal dan sklerosis hipokampus dengan lateralisasi fokus bilateral dan kiri serta keduanya menggunakan politerapi.
Kesimpulan: Angka kejadian PPE pada epilepsi fokal sebesar 5,9% dengan waham yang muncul berupa waham paranoid dan bizzare. Halusinasi yang muncul adalah halusinasi visual dan auditorik. Penelitian ini tidak dapat mencari faktor resiko yang berhubungan dengan PPE.

Background: The prevalence of psychosis in epilepsy (PPE) is 15 times higher than general population. The clinical features of PPE are hallucinations and dominant delusions with disability. Risk factors for PPE include early onset of epilepsy, uncontrolled epilepsy, history of status epilepticus, left temporal epileptogenic focus, hippocampal sclerosis, and family history of psychosis. PPE often associated with impaired psychosocial functioning and patient well-being. This study aims to determine the incidence clinical features and related factors of PPE in focal epilepsy.
Method: This study is a descriptive cross-sectional in patients with focal epilepsy at the RSCM Neurology outpatient clinic. Subjects are focal epilepsy patient who willing to participate then interviewed using the MINI-ICD 10 psychotic section to screen for psychotic symptoms. Results are confirmed by psychiatrist to diagnose PPE.
Results: The number of subjects obtained was 34 subjects. From the psychotic section of the MINI ICD-10, there were 10 people who experienced psychotic symptoms and 2 subjects experienced disability. The prevalence of PPE was 5.9%, with clinical features of psychosis are hallucinations (auditory and visual) and delusions (paranoid and bizzare). Both PPE subjects had female gender, young onset of epilepsy, duration of epilepsy to psychosis for 6 and 23 years, uncontrolled seizure frequency, history of status epilepticus, temporal lobe epilepsy syndrome and hippocampal sclerosis with focal lateralization to bilateral and left as well as use of polytherapy.
Conclusion: The incidence of PPE was 5.9% with delusions in the form of paranoid and bizzare. The hallucinations that manifest are visual and auditory hallucinations. This study was unable to look for risk factors associated with PPE.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ivana Ariella Nita Hadi
"Psikosis merupakan gangguan jiwa berat yang mengakibatkan gangguan fungsi pengendalian perilaku pada anak. Penelitian sebelumnya menyatakan lama waktu pencarian pengobatan duration of untreated psychosis, DUP yang panjang berhubungan dengan fungsi eksekutif yang lebih buruk. Namun belum ada penelitian mengenai hubungannya dengan fungsi pengendalian perilaku sebagai salah satu komponen fungsi eksekutif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan pasien psikosis terhadap fungsi pengendalian perilaku. Desain studi ini adalah potong lintang dengan 48 subjek yang memenuhi kriteria penelitian dengan metode consecutive sampling. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu DUP pendek 6 bulan. Orang tua / wali dari subjek diwawancara dengan menggunakan kuesioner Behavior Rating Inventory of executive function- Bahasa Indonesia BRIEF-BI. Dengan uji T-test, didapat fungsi pengendalian perilaku dengan lama waktu pencarian pengobatan dengan beda rerata= 10,12 IK95 = 1,09-19,15; nilai p= 0,029 . Komponen dari fungsi pengendalian perilaku, inhibisi, shift, dan kontrol emosional bernilai p= 0,146; p= 0,007; p= 0,120 secara berurutan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan dengan fungsi pengendalian perilaku. Namun, hanya komponen shift yang menunjukkan hasil signifikan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmianto Abadi
"Latar Belakang: Penilaian kepatuhan minum obat adalah hal yang penting dalam tatalaksana pengobatan pasien psikosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk menilai kepatuhan minum obat pasien psikosis, yaitu MARS versi Bahasa Indonesia dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang, diagnosis psikosis ditegakkan dengan SCID (Structured Clinical Interview and Diagnosis DSM IV di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Januari hingga Juli 2017 (N= 100, usia 18 hingga 59 tahun) dengan sampling konsekutif dan sampling sistematik untuk tes ulang (N=35), melakukan penerjemahan yang disesuaikan dengan budaya Indonesia, perjemahan balik, uji validitas isi dan reliabilitas instrumen MARS versi Bahasa Indonesia.
Hasil: Uji validitas isi memperoleh koefisien 0,90 yang menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam instrumen sesuai dengan teori. Uji validitas konstruksi membuktikan bahwa butir-butir pertanyaan dalam instrumen mewakili konstruksi teoritis dan konseptual. Uji reliabilitas dengan penghitungan koefisien Cronbach's Alpha memperoleh hasil 0,80 dan test-retest 0.798 yang menunjukkan konsistensi internal instrumen adalah baik. Penelitian ini menghasilkan instrumen MARS versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai kepatuhan minum obat pasien psikosis.
Diskusi: Belum ada instrumen pembanding kepatuhan minum obat pada pasien psikosis di Indonesia.

Background: -Assessment of medication adherence is an important part of pharmacological treatment of psychotic disorders. This study aims to obtain an instrument to assess medication adherence in psychotic patients, MARS -- -Bahasa Indonesia version, - and to evaluate the validity and reliability of the instrument. -
Methods: This is a cross-sectional study conducted in the Psychiatric Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from January to July 2017. Subjects were recruited through consecutive sampling (N = 100, aged 18-59 years old). Psychotic disorders were diagnosed using SCID (Structured Clinical Interview and Diagnosis DSM-IV). The instrument was translated, adapted to Indonesian culture, and back-translated. Content validity and test- retest reliability (N = 35 using systematic sampling) of MARS -- -Bahasa Indonesia version- were evaluated.
Results-: All items in the instrument are relevant to theory, as evidenced by content validity coefficient of 0,90. Construct validity test showed that the items represent theoretical as well as conceptual construction of medication adherence. Internal consistency reliability -was good, with Cronbach’s alpha of 0,80 and 0,798 in the test--retest evaluation. This study produced a valid and reliable MARS -- -Bahasa Indonesia Version. -
Discussion-: Currently there is no other instrument assessing medication adherence in psychotic patients in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Dewi Kusumaningrum
"Psikosis akut merupakan gangguan  jiwa yang dikarakteristikkan dengan adanya halusinasi, waham, dan gangguan perseptual, serta adanya perubahan perilaku dengan onset gejala dua minggu. Salah satu perubahan perilaku pada psikosis akut adalah risiko perilaku kekerasan. Risiko perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dilakukan oleh individu, baik secara verbal maupun non verbal, yang dapat merugikan atau mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah risiko perilaku kekerasan dan menganalisis teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tanda dan gejala fisiologis pada klien dengan risiko perilaku kekerasan. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah analisis kasus. Evaluasi akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan adalah terdapat penurunan tanda dan gejala fisiologis pada klien dengan risiko perilaku kekerasan

Acute psychosis is a mental disorder characterized by hallucinations, delutions, and perceptual disorders, as well as changes in behavior with the onset of symptoms for two weeks. One behavior change in acute psychosis is the risk of violent behavior. Risk of violent behavior is a response to stressors carried out by individuals, both verbally and non-verbally, which can harm or injure oneself, others, and the environment. This scientific work aims to identify the problem of the risk of violent behavior and analyze relaxation techniques of deep breathing to decrease physiological signs and symptoms in clients with the risk of violent behavior. The method used in this scientific work is case analysis. The final evaluation of nursing care provided is that there is a decrease in physiological signs and symptoms in clients with the risk of violent behavior"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>