Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Eep Saefulloh Fatah, 1967-
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
303.4 EEP p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irwin Tedja
"Latar Belakang: Hipersensitivitas obat anti tuberkulosis (OAT) dapat mempengaruhi pilihan pengobatan pasien selanjutnya dan mempengaruhi keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TB). Uji provokasi obat diharapkan dapat memandu pengobatan TB pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas OAT.
Tujuan: Penelitian dilakukan untuk mengetahui proporsi hipersensitivitas masing-masing OAT lini pertama melalui uji provokasi obat, mengetahui karakteristik pasien yang mengalami hipersensitivitas OAT lini pertama, dan mengetahui keberhasilan pengobatan TB terpandu uji provokasi obat pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas OAT
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif melibatkan 92 pasien TB dengan riwayat hipersensitivitas OAT yang menjalani uji provokasi obat dan 1.998 pasien TB tanpa riwayat hipersensitivitas OAT. Cara pengambilan sampel dilakukan secara total sampling untuk kedua kelompok. Pasien yang menjalani uji provokasi dicatat untuk jenis OAT lini pertama yang menunjukkan hasil positif hipersensitivitas. Pasien dengan riwayat hipersensitivitas OAT dicatat karakteristik usia, jenis kelamin, jenis TB paru/ekstra paru, status HIV, status nutrisi, riwayat alergi obat lainnya, komorbid autoimun dan komorbid diabetes berdasarkan data rekam medis. Seluruh pasien dilakukan pengamatan sampai selesai pengobatan TB kemudian dikelompokkan menjadi keberhasilan atau kegagalan pengobatan berdasarkan data rekam medis.
Hasil: Proporsi hipersensitivitas OAT lini pertama melalui uji provokasi obat sebagai berikut rifampisin 39,6%, INH 24,7%, pirazinamid 40,8%, etambutol 30,4%. Pada kelompok hipersensitivitas ditemukan proporsi subjek yang lebih tinggi dibanding kelompok tanpa hipersensitivitas untuk jenis TB ekstra paru, overweight (IMT 23,0), dan status HIV positif. Pada kelompok hipersensitivitas ditemukan 10,9% subjek dengan komorbid penyakit autoimun dan 9,8% subjek memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap obat selain OAT. Didapatkan penurunan keberhasilan pengobatan TB terpandu uji provokasi obat pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas OAT dibandingkan pasien tanpa riwayat hipersensitivitas OAT, namun tidak bermakna secara statistik (p=0,840).
Simpulan: Tidak terdapat penurunan yang bermakna dari keberhasilan pengobatan TB terpandu uji provokasi obat pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas OAT dibandingkan pasien tanpa riwayat hipersensitivitas OAT.

Background: Hypersensitivity to anti-tuberculosis drugs (ATD) can affect the patient's subsequent treatment options and affecting the success of tuberculosis (TB) treatment. Drug provocation test is expected to guide TB treatment in patients with a history of ATD hypersensitivity.
Objective: This study was conducted to determine the proportion of hypersensitivity of each first-line ATD through drug provocation test, to determine the characteristics of patients who experience hypersensitivity to first-line ATD, and to determine the success of TB treatment guided by drug provocation test in patients with a history of ATD hypersensitivity.
Methods: This study is a retrospective cohort study involving 92 TB patients with a history of ATD hypersensitivity who underwent drug provocation testing and 1,998 TB patients without a history of ATD hypersensitivity. The sampling method was carried out by total sampling for both groups. Patients who underwent provocation testing were noted for the first-line type of ATD that showed a positive result of hypersensitivity. Patients with a history of ATD hypersensitivity were recorded for age, gender, type of pulmonary/extrapulmonary TB, HIV status, nutritional status, history of other drug allergies, autoimmune comorbidities and diabetes comorbidities based on medical record data. All patients were observed until completion of TB treatment and then grouped into treatment success or failure based on medical record data.
Results: The proportion of hypersensitivity to first-line ATD through drug provocation tests as follows: rifampin 39.6%, INH 24.7%, pyrazinamide 40.8%, ethambutol 30.4%. In the hypersensitivity group, a higher proportion of subjects was found than the group without hypersensitivity for the type of extrapulmonary TB, overweight (BMI 23.0), and HIV positive status. In the hypersensitivity group, 10.9% of subjects had comorbid autoimmune diseases and 9.8% of subjects had a history of hypersensitivity to drugs other than ATD. There was a decrease in the success of drug provocation-guided TB treatment in patients with a history of ATD hypersensitivity compared to patients without a history of ATD hypersensitivity, but not statistically significant (p=0.840).
Conclusions: There was no significant decrease in the success of drug provocation-guided TB treatment in patients with a history of ATD hypersensitivity compared to patients without a history of ATD hypersensitivity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryuani Indriastuti
"Kepadatan di Jalan Raya Kalimalang antara perempatan Agung Shop hingga Pasar Sumber Aria pada jam-jam sibuk pada tahun 1996 yang dihitung berdasarkan hasil bagl kapasitas jalan per volume kendaraan atau disebut juga visi rasio adalah 1.53. Kondisi tersebut berdasarkan ketentuan DLLAJ adalah kondisi yang sangat padat.
Keadaan ini adalah gambaran kejadian sehari-hari dengan lalu lintas hariannya sebesar 7225 smp (satuan muatan penumpang) dengan 4725 sedan yang beroperasi setiap jamnya. Keadaan ini menimbulkan kemacetan yang membuat pengemudi membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam untuk menempuh jarak yang hanya 1,5 km panjangnya. Hal ini mengakibatkan pengemudi hanya bisa menjalankan kendaraannya dengan batas kecepatan maksimal 5 km/jam. Kondisi jalan yang padat dan macet ini membuat pengemudi merasakan sesak, tegang dan stress. Tujuan dan harapan yang ingin dicapainya terhalang sehingga dapat menimbulkan frustrasi.
Frustrasi yang dialami dapat memunculkan berbagai bentuk perilaku agresif pada saat mengemudi. Hal ini sesuai dengan teori dari Berkowitz (1989). yang mengatakan bahwa adanya frustrasi mendorong seseorang melakukan perilaku agresif. Selain melalui frustrasi, perasaan crowding yang muncul dapat menimbulkan perilaku agresif mengemudi pada beberapa pengemudi melalui adanya dorongan atau dipicu oleh berbagai perilaku dari pengemudi lain yang dlanggap memprovokasi pengemudi. Dollard et al (Berkowitz, 1993:16) mengatakan kecenderungan berperilaku agresif didorong adanya provokasi. Saling memotong, membuat jalur baru, memaki, menabrakkan badan mobil, membunyikan klakson adalah contoh-contoh tingkah laku agresif yang muncul di jalan raya yang didapat melalui observasi dari studi awal. Perilaku-perilaku tersebut diatas menurut Lavender (1997) dapat dikategorikan sebagai perilaku agresif mengemudi.
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji proses yang terjadi dalam timbulnya perilaku agresif pada saat mengemudi di jalan yang padat dan macet pada pengemudi kendaraan pribadi di daerah Kalimalang. Pertanyaan yang muncul adalah apakah perilaku agresif yang muncul akibat kondisi padat dan macet di daerah Kalimalang disebabkan oleh frustrasi atau oleh provokasi dari pengemudi lain?
Untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hal tersebut diatas penulis bermaksud mengadakan penelitian pada penduduk pengguna Jalan Raya Kalimalang antara perempatan Agung Shop hingga Pasar Sumber Arta. Penelitian ini ditujukan pada pengemudi kendaraan beroda empat yang mengemudikan sendiri kendaraannya dan menggunakan kendaraan tersebut sebagai alat utama untuk menuju tempat tujuan. Alasan dan studi kepustakaan yang dilakukan menunjukkan bahwa belum ada penelitian sebelum ini yang memfokuskan studinya pada pengemudi kendaraan pribadi yang berperilaku agresif mengemudi.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan meiakukan wawancara terhadap penduduk yang menggunakan Jaian Raya Kalimalang antara Perempatan Agung Shop hingga Pasar Sumber Arta. Teknik analisa yang digunakan adalah menggunakan program Ethnograph dan Triangulasi Teori.
Hasil Penelitian ini ditemukan adanya dua proses terjadinya perilaku agresif mengemudi pada pengemudi kendaraan pribadi di daerah Kalimalang. Proses yang pertama adaiah proses awal subyek mengalami kemacetan yaitu keadaan padat dan macet di jalan raya menimbulkan perasaan sesak yang menekan. Lamanya subyek terjebak dalam situasi tersebut memunculkan frustrasi karena ada tujuan yang terhalang dan mendorong terjadinya perilaku agresif mengemudi. Selain melalui frustrasi, adanya provokasi dari pengemudi Iain terhadap subyek yang merasa sesak yang menekan ini juga dapat menimbulkan periiaku agresif dalam mengemudi. Proses yang kedua adalah proses setelah subyek melakukan adaptasi, yaitu para pengemudi melakukan perilaku coping sehingga tidak memunculkan perilaku agresif dalam mengemudi. Namun perilaku coping ini tidak selalu menghasilkan adaptasi karena perilaku agresif mengemudi tetap muncul. Hal ini terjadi karena adanya provokasi dan pengemudi Iain serta kondisi-kondisi terberi di luar diri juga dapat memancing munculnya anger (rasa marah). Rasa marah yang disebabkan adanya provokasi pengemudi Iain mendorong terjadinya perilaku agresif mengemudi. Sedangkan rasa marah yang dikarenakan adanya kondisi-kondisi terberi yang ada di luar diri tidak mendorong munculnya perilaku agresif rnengemudi. Rasa marah itu sendiri dapat menimbulkan perilaku agresif mengemudi walau tidak ada provokasi dari pengemudi Iain maupun kondisi-kondisi terberi yang ada di luar diri subyek. Rasa marah ini sudah terbawa dalam diri subyek yang dikarenakan oleh peristiwa sebeIumnya. Selain itu, perilaku coping yang dilakukan subyek tetap dapat memunculkan perilaku agresif tanpa didahului oleh apapun juga.
Dari hasil yang diporoleh dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu intensitas dari pengemudi dalam berperilaku agresif, perilaku coping dan rasa marah dalam diri individu. Pendalaman mengenai penelitian kualitatif dan teknik mewawancara agar tidak terjadi leading questions dan cara pengambilan data yang Iebih baik dengan menggunakan self-report. Perlunya perhatian Pemda untuk memperbaiki sarana transportasi umum, merealisasikan proye kjalan tol dan memperbaiki kondisi jalan yang rusak. Pihak pengembang rnemperhatikan sarana infrastruktur yang ada sebelum membangun kawasan real estat. Pengemudi mengembangkan perilaku coping yang paling sesuai untuk dirinya untuk meminimalkan gangguan psikologis."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Mulyawarman
"Tujuan:Membandingkan perubahan,nilai puncak dan rata-rata tekanan intra okular (TIO) pada pasien glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) yang terkontrol menggunakan travoprost 0,004 %dengantimolol hydrogel 0,1% padauji provokes iminum air.
Metode: ujieksperimental tersamar tunggal pada 42 pasien GPSTa yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Kelompok yang mendapatkan pengobatan dengan Travoprost 0,004% dengan frekuensi sekali/hari, selanjutnya dibandingkan dengan yang mendapatkan Timolol hydrogel 0,1% sekali/hari. Pemeriksaan TIO dilakukan pada evaluasi minggu ke-empat pasca terapi, meliputi TIO baseline sebelum uji provokasi minum air, TIO menit ke-15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 pasca uji provokasi minum air.
Hasil:Setelah terapi selama empat minggu, TIO baseline sebelum uji provokasi minum air tidak berbeda bermakna antara kelompok travoprost 0,004% dibandingkan dengan timolol hydrogel 0,1% (p=0,28; uji T tidak berpasangan). Nilai TIO minimal dan maksimal pasca uji provokasi minum air secara signifikan lebih rendah pada kelompok travoprost 0,004% dibandingkan dengan timolol hydrogel 0,1% (p=0,04; p=0,01, uji T tidak berpasangan). Nilai mean TIO pada kelompok travoprost juga didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan timolol hydrogel 0,1% (p=0,02, uji T tidak berpasangan). Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara fluktuasi TIO kelompok travoprost 0,004% dengan timolol hydrogel 0,1% (p=0,15, uji Mann Whitney).
Kesimpulan: Travoprost 0,004% lebihbaikdalammempertahankanTIO dibandingkan dengan Timolol Hydrogel 0,1% pada uji Provokasi Minum Air.

Objective: To evaluate the intraocular pressure (IOP) profile after water drinking test (WDT) in primary open angle glaucoma (POAG) patients who had already treated with travoprost 0,004% eye drop versus timolol hydrogel 0,1%.
Methods: A single-blind experimental study. Fourty two POAG patients were randomly assigned to receive travoprost 0,004% once daily or timolol hydrogel 0,1% once daily. The IOP profiles were evaluated 4-weeks after treatment, including baseline IOP before WDT, IOP 15-, 30-, 45-, 60-, 75-, 90-, 105-, and 120-minutes after WDT.
Results: At 4-week after treatment, travoprost 0,004% and timolol hydrogel 0,1% had equivalent effect on baseline IOP (p=0,28; unpaired t-test). Minimum and maximum IOP after WDT of travoprost 0,004% group were significantly less than timolol hydrogel 0,1% group (p=0,04; p=0,01; unpaired t-test, respectively). Mean IOP of travoprost 0,004% group was lower than hydrogel 0,1% group as well (p=0,02; unpaired t-test). The IOP fluctuation was not different between two groups (p=0,15; Mann Whitney test).
Conclusion: This study suggests that travoprost 0,004% was more likely to maintain IOP after WDT compared to timolol hydrogel 0,1% treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library