Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niode, Nurdjanah Jane
"Hepatitis B merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual, sehingga kelompok risiko tinggi seperti WPS rentan terhadap kemungkinan terinfeksi penyakit ini dan juga menularkannya kepada orang lain.
Di Sulawesi Utara belum ada penelitian tentang prevalensi hepatitis 8 di kalangan risiko tinggi termasuk WPS.Jumlah WPS di Bitung, Sulawesi Utara cukup tinggi, sehingga perlu diketahui seberapa besar masalah hepatitis B dan hubungannya dengan -pengetahuan, sikap, Berta perilaku mereka terhadap penya kit tersebut.
RUMUSAN MASALAH
a. Berapakah prevalensi kepositivan serologik HBsAg pada WPS di Bitung ?
b. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS di Bitung terhadap hepatitis B?
c. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap hepatitis B pada WPS di Bitung dengan kepositivan serologik HBsAg?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estee Fina Pleyto
"Dalam bekerja, para pekerja seks biasanya membangun tembok yang menghalangi atau membatasi antara dirinya yang sebenarnya (real self) dengan dirinya pada saat mereka melayani para pria yang menjadi konsumennya. Barry (1995) menyebutnya sebagai disengangement, di mana pekerja seks membangun suatu jarak emosional dengan dirinya sendiri. Pheterson (1996) menyebut gejala ini sebagai detachment (ketidakterlibatan). Salah satu komponen utama yang digunakan untuk mengembangkan definisi pelacuran atau prostitusi adalah adanya ketidakacuhan emosional.
Konsep serupa dikemukakan oleh Seeman (dalam Mirowsky & Ross, 1989) sebagai self-estrangement, yaitu perasaan individu bahwa dirinya terpisah dari pikiran, perilaku, dan pengalamannya sendiri karena berada di bawah kontrol orang lain. Maddi dkk. (1979) menyebut gejala serupa sebagai vegetativeness, yaitu ketidakmampuan individu untuk memberikan makna pada pekerjaannya. Sikap yang terkait dengan vegetativeness adalah sikap apatis dan tidak perduli. Self-estrangement atau vegetativeness merupakan salah satu dimensi/bagian atau jenis dari alienasi, sebuah tema yang akan dibahas dalam penelitian ini. Maddi juga menemukan bahwa alienasi berkorelasi negatif secara signifikan terhadap makna hidup. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran alienasi dan makna hidup pada pekerja seks.
Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Alienasi (oleh Maddi dkk.,1979) dan Skala Makna Hidup (oleh Crumbaugh & Macholick) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Komalasari (1995). Selain itu peneliti juga membuat pedoman wawancara terstandar yang terbuka untuk mendapatkan data kualitatif.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa secara umum para pekerja seks di PSBKW Harapan Mulya Kedoya teralienasi dari kehidupannya. Para pekerja seks tersebut terpisah dan menjadi asing (alienated) dari pekerjaan, dari diri mereka sendiri, dari masyarakat (institusi sosial), dari hubungan interpersonal, serta dari keluarga mereka. Seluruh dimensi alienasi dihayati oleh para pekerja seks dalam seluruh area alienasi, dengan penghayatan paling signifikan adalah penghayatan powerlessness, diikuti oleh penghayatan nihilism, vegetativeness, dan terakhir penghayatan adventurousness. Alienasi dari hubungan interpersonal terkait erat dengan alineasi dari institusi sosial dan alienasi dari diri sendiri. Riga ditemukan bahwa alienasi dari hubungan interpersonal tidak sating terkait dengan alienasi dari keluarga. Selain itu, para pekerja seks di PSBKW Harapan Mulya Kedoya yang teralineasi belum tentu tidak rnemiliki penghayatan terhadap makna atau tujuan hidupnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danti Pudjiati
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku seksual remaja pekerja seks, risiko kesehatan reproduksi mereka dan pengalamannya memanfaatkan Iayanan klinik milik sebuah LSM di DKI Jakarta. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan perspektif perempuan digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, studi dokumen dan observasi.
Penelitian ini menemukan bahwa perilaku seksual informan pekerja seks menimbulkan risiko kesehatan reproduksi. Bagi remaja putri risiko itu adalah KTD, aborsi, terpapar IMS HIV-AIDS dan kekerasan seksual sedangkan bagi remaja waria adalah terpapar IMS HIV AIDS dan kekerasan seksual. Informan remaja putri maupun remaja waria mengatasi sendiri risiko kesehatan reproduksi tersebut sebelum mereka periksa di klinik. One day service yang cepat dan murah untuk pemeriksaan IMS membuat para informan ini datang ke klinik tersebut. Di samping itu, mereka dilayani dengan baik dan ramah di sana. Diperlukan penguatan kepribadian bagi remaja putri dan waria agar mereka sadar untuk meninggalkan profesi sebagai pekerja seks secepatnya karena membahayakan hidupnya di mass depan. Disamping itu negara wajib menghentikan prostitisi anak berkaitan dengan UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

This research aimed to describe sexual behavior of adolescent prostitution, their risk in reproductive health and their experiences in using the services offered by a clinic which belong to a non government organization in DKI Jakarta. Qualitative approach using women perspective was applied in this research. The data collection techniques were in-depth interview, documentation study, and observation.
This research revealed that sexual behavior of the informants who are adolescent prostitution causes reproductive health risk. For female informants the risks are unwanted pregnancy, abortion, sexually transmitted infection (STI) - HIV/AIDS and sexual violence. The risks for transgender adolescent informants are sexually transmitted infection (STI) - HIV/AIDS and sexual violence. Both informants, female adolescent and transgender adolescent, tried first to overcome those risks by taking antibiotics which sold out over the counter before going to the clinic. The one day service for examining STI which is quick and cheap makes informants prefer to visit that clinic_ Besides, they felt that they were well treated and the health providers are friendly. It needs a personal reinforcing for female and transgender adolescent to make them realize to leave prostitution as soon as possible since it is harmful for their future life. Actually, the state is responsible to stop child prostitution based on Law No 2312002 concerning child protection.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T18358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Safitri
"ABSTRAK
Profesi seorang perempuan sebagai pelacur selama ini mendapatkan citra yang kurang baik di lingkungan masyarakat, maupun dari golongan perempuan itu sendiri. Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti akan menunjukkan citra yang berbeda dari seorang pelacur. Melalui novel Supernova:Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari dan Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan, peneliti akan melihat perbedaan citra pelacur dari perempuan penulis dan laki-laki penulis. Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah perbedaan dari perempuan penulis dan laki-laki penulis menggambarkan citra pelacur dengan teori ecriture feminine atau feminine writing dari perspektif Helene Cixous. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan citra pelacur di dalam novel yang ditulis perempuan penulis dan laki-laki penulis. Jika ditinjau dari teori feminine writing, citra pelacur yang digambarkan dari perempuan penulis dan laki-laki penulis menunjukkan sosok pelacur yang mempunyai kekuasaan lebih dari laki-laki dengan memanfaatkan kebutuhan laki-laki sehingga menjadi daya tawar untuk mengekploitasi.

ABSTRACT
The profession of a woman as a prostitute always connotates a bad image in the community, also from the female society it self. Therefore, in this study, researchers will show a different side of a prostitute. Through the novel Supernova: Knight, Princess, and a Shooting Stars by Dewi Lestari and Beuty Is Pain by Eka Kurniawan, researchers will compare the differences in prostitutes from the perspective of female writers, and male writers. The formulation of the problem in this study is the difference between female writers and male authors assessing the image of prostitutes with ecriture feminine theory or feminine writing from Helena Cixous`s perspective. This study uses descriptive analytical methods. This research is intended to show a picture of prostitutes in novels written by women and men. If viewed from the feminine theory, the picture of prostitutes displayed by female writers and male writers shows a picture of prostitutes who have more power than men by using men`s needs so that it becomes a bargaining power to exploit."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library