Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Annisa Nashaq
"ABSTRAK
Pada beberapa penelitian mengenai video game prososial, telah ditemukan bukti bahwa video game prososial dapat memengaruhi tingkah laku prososial. Salah satu penelitian yang berhasil menemukan bukti dari pengaruh video game prososial terhadap tingkah laku prososial adalah penelitian Greitemeyer dan Osswald (2010). Namun, ada beberapa aspek yang luput dari manipulation check salah satu eksperimen dalam penelitian tersebut, yaitu aspek afeksi dan arousal. Didasari oleh General Learning Model (Buckley dan Anderson, 2006), penelitian eksperimen ini merupakan penelitian replikasi dari eksperimen dua penelitian Greitemeyer dan Osswald (2010). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang sejauh mana video game prososial dapat memengaruhi tingkah laku prososial dengan menambahkan aspek afeksi dan arousal dalam manipulation check. Sebanyak 69 responden diminta untuk memainkan salah satu dari video game yang disediakan oleh peneliti (video game netral atau video game prososial), kemudian diukur tingkah laku prososialnya setelah memainkan video game. Berdasarkan hasil analisis one way anova, tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dari video game prososial terhadap tingkah laku prososial.

ABSTRACT
In several researches about prosocial video games, the evidence has been found that prosocial video game affects prosocial behaviors. One of the research that found the evidence of the prosocial video game effect on prosocial behavior is a research that conducted by Greitemeyer dan Osswald (2010). However, there is something that missed on the manipulation check of that research, that is affective and arousal aspect. Based on General Learning Model (Buckley and Anderson, 2006), this research is a replication of experiment two in Greitemeyer dan Osswald (2010) research. This research aimed to study the extent to which prosocial video games affects prosocial behavior by adding the affective and arousal aspect in manipulation check. 69 respondents were asked to play one of the video games that the research provided (neutral or prosocial) and the prosocial behaviors was measured afterwards. Based on one way anova analysis result, there is no significant effect of prosocial video games towards prosocial behavior."
2016
S64864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauldina Mustika Sadikin
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengalaman parentification dan perilaku prososial pada mahasiswa penerima bidikmisi. Penelitian ini merupakan penelitian retrospective study dimana parentification sebagai pengalaman yang dialami oleh mahasiswa bidikmisi ketika usia di bawah 18 tahun dan perilaku prososial sebagai dampak dari pengalaman tersebut yang diperoleh saat dewasa. Teori parentification yang digunakan dalam penelitian mengacu pada teori Boszormenyi-Nagy dan Spark (1973) dan teori perilaku prososial mengacu pada teori Eisenberg & Mussen (1989). Dalam mengukur parentification, penelitian ini menggunakan Parentification Inventory (Hooper, 2009) yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu emotional parentification, instrumental parentification, dan perceived benefit parentification dan untuk mengukur perilaku prososial menggunakan Adults Prosocialness Instrument (Caprara, Steca, Zelli, dan Capanna, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat dua dari tiga dimensi parentification (emotional dan instrumental parentification) yang memberikan kontribusi terhadap perilaku prososial. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa bidikmisi yang berkuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) seluruh Indonesia dengan rentang usia 18 sampai 24 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan multiple regression. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman parentification berperan positif secara signifikan terhadap perilaku prososial mahasiswa bidikmisi dan memprediksi sebesar 5.8%. Hasil juga menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu poin pada skor parentification, maka akan diikuti dengan kenaikan .24 poin pada skor perilaku prososial. Selain itu, kedua dimensi parentification (emotional dan Instrumental parentification) berperan positif secara signifikan terhadap perilaku prososial mahasiswa bidikmisi. Namun, dari kedua dimensi parentification, hanya emotional parentification yang berkontribusi terhadap perilaku prososial mahasiswa bidikmisi.

 

 


This study aims to know the relationship between experience of parentification and prosocial behaviour among bidikmisi college students. This study is retrospective study where parentification as an experience which event is happened by bidikmisi students under 18 years old and prosocial behaviour as an effect from those events which is obtained as an adult. Parentification theory which is use in this study referring to Boszormenyi-Nagy and Spark theory (1973) and prosocial theory referring to Eisenberg & Mussen theory (1989). To measure parentification in this study is use Parentification Inventory (Hooper, 2009) with three dimensions i.e. emotional parentification, instrumental parentification, and perceived benefit parentification and to measure prosocial behaviour is use Adults Prosocialness Instrument (Caprara, Steca, Zelli, and Capanna, 2005). The researcher also wants to see which two of three dimensions of parentification (emotional and instrumental parentification) that contribute to prosocial behavior. Participants in this study are bidikmisi students who studied in public universities all over Indonesia with age range from 18 to 24 years old. The hypotesist test is done by multiple regression. The results from this study indicates that experience of parentification has significant positive relationship towards prosocial behaviour among bidikmisi college students and predict it as much as 5.8%. The result also indicates that each increase of one point on the parentification score will be followed by  .24 point increase in prosocial behavior scores. Furthermore, two dimensions of parentification (emotional and instrumental parentification) has significant positive relationship towards prosocial behaviour among bidikmisi college students. But, only emotional parentification who contributed toward prosocial behaviour among bidikmisi college students between two dimensions of parentification.

 

 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunnia Diah Kurniasih
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan masing-masing komponen komitmen organisasi, kepribadian prososial, dan motivasi relawan terhadap keterlibatan relawan. Penelitian ini memakai studi lapangan yang melibatkan 103 responden yang berasal dari 15 organisasi yang bergerak dibidang kesehatan dan pendidikan. Sebagian besar responden (55.3%) berusia 20-29 tahun, perempuan (64,l%), memiliki pendidikan Sl-S3 (43.7%) tidak menikah (8l,6%). Dilihat dari status pekerjaan mereka, tiga terbesar adalah karyawan (36,9%), pelajar (30,l%), dan pengangguran (9,7%). Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa komitmen afektif kepribadian prososial dalam dimensi suka menolong, dan motivasi karir mempengaruhi keterlibatan relawan yang dioperasionalisasikan sebagai kedatangan pada kegiatan kerelawanan di organisasi dan kontak dengan kelompok/individu yang menjadi binaan organisasi. Sumbangan ketiganya tidak terlau besar (18.5%) terhadap keterlibatan relawan membuka celah bagi dilakukannya pengkajinn baru dengan melihat pada interaksi kelompok. Diskusi dan saran berdasarkan hasil penelitian dijelaskan di dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
"Kajian tentang tingkah laku manusia dari dulu hingga sekarang bahkan mungkin di masa yang akan datang tetap menarik. Para ahli filsafat, psikologi dan ilmu-ilmu sosial
terus mendiskusikan apakah manusia pada dasarnya belsifat prososial atau anti sosial, lebih bersifat egoistik atau altruistik, serta cenderung ben-Tuhan (beragama) atau ateis.
Stereotipe masyarakat Indonesia adalah prososial, suka menolong, gemar bergotong royong, ramah dan agamis. Bangsa Indonesia meletakkan keTuhamm sebagai sila pertama pada dasar negara, tempat ibadah hampir di semua tempat telah dibangun pengajian keagamaan cukup marak tetapi bagaimana dengan kehidupan sosialnya ?
Akhi:-akhir ini di beberapa bagian masyarakat Indonesia tidak hanya menunjukkan tingkat kesetiakawanan sosial yang menurun, tetapi sesama anggota masyarakat saling
menyakiti bahkan saling membunuh. Apakah ini dikarenakan religiusitas atau keberagamaan masyarakat Indonesia telah menurun ? Make yang menjadi permasalahan utama penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan tingkahlaku prososial ?
Tingkah laku prososial sebagai tingkah laku yang menguntungkan atau
mensejahterakan orang/pihak lain diduga dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen Salah satu faktor endogen atau yang ada dalam manusia adalah religiusitas.
Religiusitas terdiri dari lima dimensi, yakni; dimensi ideologi, num, ekspenensin,konsekuensial dan intelektual. Adapun yang termasuk faktor eksogen adalah keluarga,sekolah dan masyrakat sekitar atau daerah dimana bertempat tinggal. Hipotesis
mayor penelitian ini adalah ada hubugan yang positif dan bermakna antara religiusitas dengan tingkah laku prososial pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang.
Vadabel prediktor penelitian ini adalah religiusitas dengan 5 dimensinya, adapun variabel kriteriumnya adalah tingkah laku prososial, serta yariabel moderatornya adalah
religiusitas keluarga, inteusitas pendidikan agama asal sekolah (SMU), asal daerah dan jenis kelamin. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang
yang bemsia 18-21 tahun dan beragama Islam, dengan teknik pencuplikan: stratified
random sampling. Enstrumcn yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala religimsitas dan skala tingkah laku prososial yang disusun oleh peneliti. Adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi multivariat.
Prosedur pengumpulan data penelitian ini dimulai dengan mencntumkan subjek penelitian dengan cara undian bertingkat. Bertingkat dan undian fakultas, undian jurusan, dan undian untuk mata kuliah yang diikuti mahasiswa. Dari undian dihasilkan total
subjek 99 orang dan setelah diseleksi ternyata hanya 88 orang yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian ini. Setelah subjek mengisi sejumlahh aitem skala, diberi skor,
ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 7.5. Hasilnya ternyata hanya variabel religiusitas (total), dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial yang
berkorelasi posilif socara signifikan dengan tingkah laku prosossial, sedangkan variabel dimensi ideologi, ritual dan intelektual serta keluarga, asal sekolah, asal daerah dan jenis
kelamin koreasinya tidak signifikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah: ada korelasi yang positif dan signifikan antara re1igiusi!as(total), dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial dengan tingkah laku
prososiai pada mahasiswa Univeritas Diponegoro Semarang Sedangkau untuk dimensi ideologi, ritual dau intelektual serta religiusitas keluarga, asal sekolah, asal daerah dan
jenis ke1amin` tidak signifikan korelasinya Terbuktinya hipotesis utama penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Turmudhi (1991) dan Suhartanto (1994). Saran untuk berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama,
kiranya perlu meninjau kembali mated dan metode khususnya yang berkaitan dengan keimanan, ibadah ritual dan pengetahuan agama. Untuk para peneliti lanjutan, instrumen
penelitian ini masih perlu disempurnakan dan jika ingin lebih komprehensif, perlu dipertimbangkan jika pendekatan penelitiannya digabungkan dengan pendekatan kualitatif
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Miftahul Jannah
"ABSTRAK
Perundungan merupakan isu utama yang menjadi masalah di SMA XYZ. Perundungan ini sudah menjadi tradisi yang menahun sehingga menyebabkan siswa merasa tertekan secara psikologis dan merasa tidak nyaman di sekolah. Dari studi literatur diketahui bahwa semakin positif hubungan antar siswa, yang ditandai dengan tingginya tingkat perilaku prososial, tingkat kejadian perundungan akan semakin rendah. Sebelum intervensi dilakukan, peneliti melakukan studi baseline di SMA XYZ. Berdasarkan studi baseline tersebut, diketahui bahwa beberapa siswa memiliki kemauan untuk mengubah tradisi perundungan dan menginginkan hubungan yang lebih positif di sekolah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan perilaku prososial siswa pada kelompok intervensi, agar terbentuk hubungan yang positif di sekolah. Partisipan pada kelompok intervensi adalah pengurus OSIS, yang terdiri dari 10 siswa kelas X dan 10 siswa kelas XI. Pertimbangan pemilihan pengurus OSIS adalah karena mereka dapat menjadi agent of change di SMA XYZ. Intervensi dirancang dengan memodifikasi program CEPIDEA Counteract Externalizing Problems in Adolescence , salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan komunikasi pada siswa. Materi yang disampaikan berupa komunikasi verbal, komunikasi noverbal dan komunikasi asertif. Indikator keberhasilan intervensi ini adalah meningkatnya keterampilan komunikasi siswa dan perilaku prososial secara signifikan. Hasil pengukuran wilcoxon signed rank test menunjukkan terdapat peningkatan secara signifikan pada skor keterampilan komunikasi dan perilaku prososial siswa.

ABSTRACT
Bullying is an issue that has becomes a major problem in SMA XYZ. It has become a tradition for years and caused students to feel uncomfortable and psychologically depressed in school. Previous studies found that the positive relationship among students, which marked by the high level of prosocial behavior, is inversely proportional to the number of bullying incidences in school. Before the intervention was carried out, the researcher conducted a baseline study in SMA XYZ. The baseline study finds that most students have willingness to change the bullying tradition and want a more positive relationship among students in school. The research aims to improve the prosocial behavior in the intervention group, in order to establish a positive relationship among students in school. Participants in the intervention group were the student council member OSIS , consisting of 10 students from class X and 10 students from class XI. The OSIS members were chosen because of their potential as an agent of change in SMA XYZ. The intervention was designed by modifying the CEPIDEA program Counteract Externalizing Problems in Adolescence , and one of the program were by providing communication skills training to the students. The materials presented in training are verbal nonverbal and assertive communication. The indicators of success of this intervention are the significant improvement in students rsquo communication skills and prosocial behavior. The Wilcoxon signed rank test shows that there is a significant increase in students rsquo communication skill and prosocial behavior score."
2018
T51366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Ghina Nafsi
"Memiliki kemampuan untuk mengatakan kebohongan prososial pada anak usia sekolah merupakan bagian dari perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ToM dan MoToM beserta komponennya dalam memprediksi kemampuan anak usia sekolah dalam mengatakan kebohongan prososial. Penelitian ini diikuti oleh 71 anak berusia 7-9 tahun, murid SD Negeri di Depok. Berdasarkan analisis binary logistic regression, didapatkan hasil bahwa terdapat peran ToM dan MoToM dalam memprediksi kebohongan prososial anak usia 7-9 tahun secara signifikan, yakni sebesar 30,1%. Pada komponen ToM, ditemukan adanya peran first-order hidden emotion yang signifikan negatif dalam memprediksi kebohongan prososial anak usia 7-9 tahun, tetapi first-order false belief ataupun second-order false belief tidak berperan terhadap kebohongan prososial. Penelitian ini juga membuktikan bahwa MoToM (termasuk MoToM false belief dan MoToM evaluasi moral) dapat memprediksi kebohongan prososial anak.

Possessing the ability to tell prosocial lies to school-aged children is essential in children's developmental milestone. This study aims to determine the role of ToM and MoToM and their components in predicting the success of school-age children in telling prosocial lies. This study draws data from 71 children aged 7-9 years from public elementary schools in Depok. Based on the analysis conducted using binary logistic regression, a significant role of ToM and MoToM in predicting the probability of successful prosocial lying for children aged 7-9 years was found, which accounts for 30,1%. In the ToM component, there was a significant negative role of first-order hidden emotion in predicting prosocial lie-telling of children aged 7-9 years. On the other hand, first-order false beliefs or second-order false beliefs did not play a role in prosocial lies. This study also proves that MoToM (which includes MoToM false belief and MoToM moral evaluation) can predict prosocial lie-telling of children aged 7-9 years.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Nurul Mufidah
"ABSTRAK
Penelitian ini mengamati hubungan antara konformitas dan perilaku prososial
terhadap toleransi beragama remaja muslim di wilayah DKI Jakarta. Penelitian
bersifat kuantitatif dengan metode pendekatan survei kuesioner yang dianalisis
dengan menggunakan teknik Analisa Regresi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner adaptasi Socio-Religious Tolerance, konstruk alat ukur Konformitas, dan kuesioner adaptasi Prosocial Tendencies Measure-Revised. Sampel penelitian adalah remaja muslim yang mengikuti kegiatan organisasi masyarakat yaitu Jama'ah Tabligh, FPI, dan Kelompok Tarbiyah. Pemilihan responden menggunakan teknik non probability dan convenience sampling dari tiga organisasi masyarakat di DKI Jakarta. Data primer yang diperoleh dari 300 responden (n=300) berusia 16-18 tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu konformitas dan perilaku prososial dengan uji F berpengaruh terhadap toleransi beragama. Hasil secara parsial dengan uji t menunjukkan bahwa, variabel konformitas dan perilaku prososial berpengaruh secara parsial terhadap toleransi beragama dengan tingkat
signifikansi 10,23% dan 15,07%.

ABSTRACT
This research observing the relationship between conformity and behavior prososial against one form of religious tolerance muslim teens in jakarta area. Quantitative methods of research with a questionnaire that survey analyzed by using a technique regression analysis. The questionnaires used is the questionnaire adaptation socioreligious tolerance, construct a measuring instrument conformity, and questionnaires adaptation prosocial measure-revised tendencies. The research sample is muslim teens who follow community organizations Jama' ah Tabligh, FPI, and clusters of preacher. The selection of respondents had to use the technique of non probability and convenience of sampling of three community organization in Jakarta. Primary
data obtained from 300 respondents ( n = 300 ) aged 16-18 years. The research was done in october to november 2018. The results of the study simultaneously shows that variables independent namely conformity and behavior prososial by test f impact on form of religious tolerance. The result in partial by test t shows that, variable conformity and behavior prososial influential in partial to form of religious tolerance with a significance 10,23 % and 15,07 %."
2019
T52513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
"ABSTRAK
Berbagai media massa menampilkan kasus penyimpangan perilaku yang
tergolong perilaku antisosial, seperti tawuran SMU dan penggunaan narkoba
yang banyak terjadi di kalangan pelajar SMU. Berdasarkan dua komponen
perilaku antisosial, yaitu timbulnya perilaku antisosial dan hilangnya perilaku
prososial. dapat dilakukan upaya pencegahan dengan cara mengembangan .
perilaku prososial remaja, yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk
menolong atau memiliki konsekuensi sosial positif yang berguna bagi
kesejahteraan fisik dan psikologis orang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi
timbulnya perilaku prososial adalah penalaran moral, yaitu cara berpikir atau
alasan orang dalam menentukan suatu keputusan moral, baik dan buruk atau
benar dan salah. Penalaran moral dalam penelitian ini diukur menggunakan the
Defming Issnes Test (DIT) dari Rest.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara penalaran
moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU. Selain itu, karena ada
perbedaan pendapat mengenai peranan jenis kelamin, maka penelitian ini juga
bertujuan untuk mengungkap apakah ada perbedaan kecenderungan perilaku
prososial dan penalaran moral remaja SMU berdasarkan jenis kelamin. Penelitian
ini dilakukan pada 100 remaja SMU IKIP Jakarta. Kuesioner kecenderungan
perilaku prososial terdiri dari 40 pernyataan dengan reliabilitas koefisien alfa
sebesar 0.89 dan kuesioner penalaran moral yang merupakan adaptasi DIT
bentuk singkat, terdiri dari 3 cerita dilema moral dengan reliabilitas koefisien alfa
sebesar 0.72.
Berdasarkan perhitungan korelasi dengan teknik Pearson Product
Moment dan perhitungan Mest yang ada pada program SPSS 10.0.5, disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan
kecenderungan perilaku prososial remaja SMU, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kecenderungan perilaku prososial remaja SMU laki-laki dan
perempuan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penalaran moral
remaja SMU laki-laki dan perempuan. Menurut dugaan peneliti hal ini
disebabkan karena ada kemungkinan kecenderungan perilaku prososial yang
tinggi masih didasari oleh tahap-tahap penalaran moral di bawah penalaran moral berdasarkan prinsip, kuesioner kecenderungan perilaku prososial diduga
mengandung bias social desirability, dan kurangnya motivasi subyek. Selain itu,
perbedaan perilaku prososial laki-laki dan perempuan cenderung pada bentuk
pertolongan yang dilakukan, sedangkan kuesioner kecenderungan prososial tidak
mempertimbangkan bentuk pertolongan yang dilakukan orang. Oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian kecenderungan perilaku
prososial dengan mempertimbangkan bentuk perilaku prososial dan melakukan
revisi pada kuesioner kecenderungan perilaku prososial agar terhindar dari bias
social desirability."
2002
S3153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>