Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gilbert Sandy Santana
"Indonesia merupakan negara berkembang dan terletak di kawasan Asia yang merupakan kawasan dengan pasar yang tumbuh dengan cepat, dimana para investor asing berminat untuk ikut menanarnkan investasinya di kawasan ini. Berdasarkan kondisi diatas banyak investasi langsung dilakukan oleh investor asing dimana salah satunya adalah bidang Industri Otomotif yang rnerupakan bisnis yang menarik terlihat dari peningkatan jumlah pasar otomotif dari tahun 1997 sebesar 380.000 unit/ tahun menjadi 500.000 unit/ tahun pada tahun 1998. Namun dengan adanya krisis moneter di kawasan mi yang dirnulai dari Thailand dan akhirnya mempengaruhi Indonesia pada pertengahan 1997, maka dalam waktu 6 bulan terjadi penurunan nilai mata uang sebesar ± 80% terhadap dolar Arnerika sehingga terjadi koreksi dari pasar otomotif Indonesia menjadi 240.000 unit/tahun.
Melihat strategi investasi dari PT. X yang dilakukan waktu sebelum dan sesudah krisis moneter, dirnana keputusan akhirnya adalah membatalkan projek investasi untuk mencapai kandungan lokal (KL) 60%, sehingga fasiiitas pembebasan PPnBM dari pemerintah sebesar 20% dari hargajual tidak dapat dinikmati. Menurut penulis, strategi ini hanya berpengaruh positif terhadap jangka pendek, namun dalam jangka panjang akan rnenyebabkan berkurangnya keunggulan bersaing dan PT. X dimana dalam jangka waktu paling lama 5 tahun lagi pasar bebas untuk kawasan Asia akan segera terlaksana. Alasan utama dari PT. X melakukan strategi mi dikarenakan adanya ketidakpastian dari pasar otomotif, arah kebijakan pemerintah dan dukungan dari pihak prinsipal.
Berdasarkan temuan penulis dalam melakukan studi ini, dengan menggunakan perhitungan volume titik impas (Breakeven Volume) dan perhitungan penghematan biaya produksi, maka volume titik impas dari investasi yang dilakukan adalah sebesar 8,381 unit dimana rencana penjualan tahun 1999 sebesar 19,193 unit clan akan terjadi penghematan biaya produksi sebesar 8 Miliar Rupiah pada tahun 1999. Berdasarkan analisa faktor internal dan internal, PT. X mempunyai kekuatan untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan meningkatkan relatif kemampuan bersaing dari produknya secara cepat untuk menghadapi persaingan yang akan datang.Sehingga ditinjau dan analisa biaya ataupun faktor internal clan eksternal perusahaan terlihat bahwa investasi tersebut layak untuk dilanjutkan.
Walaupun pada saat ini kondisi perusahaan untuk melanjutkan investasi dirasakan sulit, menurut penulis alternatif pernecahan adalah masalah teknis pendanaan dapat dilakukan dengan mencari pendanaan dari Institusi Keuangan Internasional yang dijamin oleh pihak prinsipal Jepang dan alternatif sistim pernbayaraimya dilaksanakan satu tahun sesudah mencapai KL > 60%, dimana dananya bisa diambil dari penghernatan biaya produksi akibat fasilitas pembebasan PPnBM dari pemerintah. Untuk masalah dukungan dari prinsipal dapat diminta oleh PT. X dengan menjelaskan keuntungan yang didapat dengan dijalankannya investasi untuk pencapaian kandungan lokal minimal 60%.
Selain itu dengan dilanjutkannya investasi tersebut, maka PT. X telah menciptakan sinergi yang membuat perusahaan lebih efisien clan efektif dikarenakan sebagian besar investasi dipakai untuk membuat komponen utama dari kendaraan otornotif yang mana akan mempercepat alih teknologi di bidang ini dan meningkatakn kemampuan bersaing dari perusahaan di masa depan"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmizi
"ABSTRAK
Alat Penukar Kalor merupakan suatu peralatan industri yang mempunyai fungsi strategis dalam berbagai proses terutama dalam industri kimia, untuk industri perminyakan, pupuk, dan lain-lain.
Guna mengantisipasi perkembangan dan peluang permintaan penawaran Alat Penukar Kalor dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung meningkat, maka industri manufaktur yang bergerak dalam proses pabrikasi alat penukar kalor perlu melakukan standarisasi dalam proses pabrikasi dan penawaran harga, sehingga perusahaan akan dapat mengantisipasi setiap perubahan unsur-unsur biaya yang akan terjadi, dan akan memberikan keleluasaan pada perusahaan untuk mendapatkan order melalui tender-tender yang ada.
Sistem estimasi terhadap perhitungan biaya pabrikasi dan penentuan harga alat penukar kalor yang dilakukan diiaksanakan dalam usaha untuk mempercepat proses penentuan harga sebuah unit Alat Penukar Kalor dengan ketepatan dan kecepatan terhadap estimasi perhitungan biaya-biaya yang akan dikeluarkan.
Dari hasil analisa terhadap sistem yang telah dilakukan temyata memberikan kontribusi penghematan dalam perhitungan penawaran harga terhadap; biaya sebesar 30 %, waktu sebesar 85 % dan jam tenaga kerja 72 %, serta tenaga kerja sebesar 20 %.

ABSTRACT
Heat Exchanger is an industrial equipment which possesses strategic functions in various processes in chemical industry, for oil industry, fertilizer and so forth.
In order to anticipate the development and demand opportunity of domestic Heat Exchanger which is recently increasing, therefore the industrial manufacture which is active in Heat Exchanger fabrication process needs to carry out standardization in fabrication process and price offering in order that the companies will be able to anticipate each cost changing element which will occur and will give convenience to the companies in obtaining orders through the existing tenders.
Estimation system fabrication cost calculation and Heat Exchanger price determination which is carried out, will be carried out for the purpose of quickening price fixing process of a Heat Exchanger unit with accuracy and speed towards cast calculation estimation to be spent.
The analysis result which is carried out to the system done has really given saving contribution in price offering calculation towards cost amounting to 30 %, the time is 85 %, working hours 72 %, and workers 20 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sucipto
"Penelitian ini membahas tentang pembuatan model optimasi perencanaan produksi pada kondisi ketersediaan bahan baku yang terbatas dan tidak pasti di industri turunan minyak nilam. Tujuan optimasi ini adalah meminimalkan biaya produksi, biaya penyimpanan, dan biaya backlog. Dalam penelitian ini metode peramalan yang digunakan dengan bantuan software Oracle Crystall Ball dimana model peramalan yang didapat autoregressive integrated moving average, dan double moving average. Untuk model optimasi linear programming, penyelesaiannya dengan menggunakan bantuan software Lingo 9.0. Model yang dihasilkan dapat mengefisienkan 19,09%. Selain itu dianalisis mengenai kemungkinan menaikan harga pembelian bahan baku dari kondisi standar. Berdasar perhitungan diperoleh nilai trade off 1,67% terhadap kondisi aktual.

This study discusses the optimization model at industrial production planning in patchouli oil derivatives industry. Objective of this optimization is to minimize the production costs, carrying costs, and backlogging cost. In this study the forecasting methods used moving averages method, the solution uses software support Oracle Crystall Ball. The optimization model of linear programming is optimized by Lingo. Resulting model can streamline 19.09% of the actual conditions in the absence of planning. In addition, Further analysis of efficiency can also be done by raising the purchase price of raw materials less than 1,67% if supplying to be under certainty."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soebagijo Soemodihardjo
"ABSTRAK
Menyongsong datangnya era globalisasi perdagangan dan investasi yang salah satu ciri utamanya adalah meningkatnya persaingan bisnis termasuk persaingan dalam bisnis penerbangan, GARUDA harus segera melakukan peningkatan daya saingnya, antara lain dengan peningkatan efisiensi dalam aspek pemasaran internasional melalui saluran pemasaran.
Dengan asumsi bahwa production cost dan distribution cost temasuk relationship cost serta perilaku manajemen tetap, maka tingkat efisiensi di dalam saluran pemasaran internasional dapat diketahui melalui biaya transaksi ekonominya.
Dalam kerangka pemikiran tersebut di atas dan mengingat kurang lebih 90% tiket penerbangan internasional GARUDA di wilayah Jabotabek dijual melalui Biro Perjalanan Wisata/Agen Penjualan Tiket Penerbangan Internasional atau BPWIAPTP-I maka penelitian difokuskan pada perilaku BPWIAPTP-I dikaitkan dengan pembentukan biaya transaksi ekonomi yang bersangkutan yang secara lebih terinci adalah : (1) untuk mengetahui faktor-faktor biaya transaksi ekonomi yang berpengaruh pada saluran pemasaran, (2) untuk mengetahui besarnya biaya transaksi ekonomi GARUDA dibanding pesaingnya di BPWIAPTP-I yang sama, (3) untuk mengetahui faktor dominan perilaku organisasi dalam saluran pemasaran internasional GARUDA yang menimbulkan biaya transaksi ekonomi yang besar, dan (4) untuk merumuskan rekomendasi untuk perbaikan efisiensi saluran pemasaran GARUDA.
Penelitian dilakukan pada 17 BPWIAPTP-I dan sebagai pembanding dipilih pesaing GARUDA yang peringkat internasionalnya hampir sama, yaitu Malaysian Airlines (MAS) dan yang tingkat pelayanannya sering dijadikan bench mark yaitu Singapore Airlines (SIA).
Analisis dilakukan dengan metode Proses Hirarkhi Analitis (PHA) atau Analytical Hierarkhi Process (AHP), dan hasilnya adalah (1) faktor biaya transaksi ekonomi pada saluran pemasaran perusahaan penerbangan melalui BPWIAPTP-I yang terutama adalah Opportunistic Behaviour, faktor biaya transaksi ekonomi kedua adalah Bounded Rationality dan faktor biaya transaksi ekonomi ketiga adalah Asymmetric Information; (2) Biaya transaksi ekonomi GARUDA pada saluran pemasaran BPWIAPTP-I lebih besar dibanding biaya transaksi ekonomi MAS dan SIA pada saluran pemasaran yang sama; dan (3) Faktor dominan perilaku organisasi dalam saluran pemasaran GARUDA yang menyebabkan biaya transaksi ekonomi lebih besar dibanding MAS dan SIA adalah pada penggunaan kekuasaan paksaan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, untuk meningkatkan efisiensi pada saluran pemasaran Internasional GARUDA melalui BPWIAPTP-I direkomendasikan untuk : (1) melakukan pembenahan manajemen dan (2) melakukan pembenahan yang ditujukan langsung kepada karyawan GARUDA; keduanya dengan mengupayakan perubahan "corporate culture" dan menjadikan GARUDA sebagai suatu "learning organization"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismet Komarudin
"Meningkatnya biaya, kompetisi dan tekanan dari konsumen untak menurunkan harga jual dari Iayanan yang ditawarkan telah membuat banyak perusahaan kontraktor EPC melakukan telaah kembali terhadap proses kerja internal mereka dan berusaha mencari potensi penghematan dari indirect spending.
Proses pengadaan barang dan jasa merupakan porsi biaya terbesar dari kegiatannya, yaitu antara 60 hingga 80 persen dari Iransaksi pembelian barangl material. Kegiatan pengadaan barang kebanyakan disibukkan dengan kegiatan paperwork yang bersifat non-value adding sehingga sangat menyita waktu dan tidak efisien.
Electronic Procurement dapat menjadi salah satu pilihan solusi dalam mengatasi permasaiahan yang dihadapi perusahaan dibidang pengadaan barang. Tujuan utama dari e-procurement adalah untuk mernbuat kegiatan procurement lebih ringkas sehingga perusahaan dapat lebih memfokuskan waktu manajemennya kepada bagaimana memperoleh pendapatan usaha dan meningkatkan Iayanan kepada pars konsumen.
Kegiatan perusahaan kontraktor EPC yang bersifat project based memberikan tantangan tersendiri dalam desain dan penerapan e -procurement dalam kegiatan pengadaan barang yang dilakukan perusahaan. Agar dapat dilaksanakan dalam bentuk e-procurement, maka bisnis proses procurement perusahaan hares terlebih dahulu dilakukan re-engineering. Penggunaan teknologi sangatlah panting dan mendasar guna memaksimalkan dampak yang dihasilkan dari business process reengineering tersebut.
Data dalam tulisan ini diperoleh dengan melakukan interview dan pencatatan yang ada di dalam perusahaan yang menjadi obyek penelitian maupun lingkungan sekitar perusahaan. Interview dilakukan di kalangan karyawan divisi procurement, PT. Rekayasa Industri guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan kegiatan procurement. Selanjutnya data tersebut diolah dengan metoda business process reengineering. Kemudian data tersebut dibuat dalarn bentuk usulan modul a -procurement, dan Label perbandingan waktu kerja antara pembelian secara manual dengan pembelian melalui e -procurement.
Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa penerapan work in progress (WIP) dengan cara autornasi dapat mempersingkat proses bisnis procurement dan proses bisnis procurement milik divisi procurement PT. Rekayasa Industri saat ini masih banyak terdapat proses kegiatan yang sebenarnya tidak memberikan nilai tam bah pada pekerjaan. Kegiatan ini berkontribusi sebesar 30 persen dari total waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pengadaan barang.
Proses bisnis yang bersifat kebijakan perusahaan tersebut berimbas kepada pengadaan barang yang dilakukan dengan proses e -procurement. Hal ini ditunjukkan oleh perbandingan konsumsi waktu antara pekerjaan yang memberikan nilai tam bah yang hanya menghabiskan porsi 7,7 % dengan total waktu hanya 30 menit, dengan kegiatan inspeksi (review dan pemberian persetujuan) yang menghabiskan 35,8 persen dengan total waktu 140 menit.
Secara keseluruhan, penerapan e-procurement dapat memberikan penghematan waktu penyelesaian pekerjaan sebanyak 2.059 menit, atau sama dengan 34,32 jam, dan sama dengan 4,29 hari. Penghematan waktu ini sangat erat hubungannya dengan efektifitas, efisiensi dan kapasitas pengadaan barang proyek yang mampu dilakukan oleh divisi procurement.

The increase of production cost, competition and pressure from the customer to reduce the selling price of the service offered by EPC contractors has lead them to review their business process in order to seek a way of saving and cost reduction from indirect spending.
Procurement process has the biggest portion of production cost, ranging from 60 up to 80 percent, which derived from purchasing of raw material and other services. Most of the procurement process is comprises of non-value-adding papenvork, in which very time consuming and inefficient.
Electronic Procurement could be one of the solutions to deal with these procurement problems. The main objective of e -procurement is to make a streamline procurement process, so that the management could focus their time in gaining more revenues and increasing the level of sen'ice to the customer.
The activities of EPC Contractor Company, which is project based, raise a challenge of its own during the design and implementation of e -procurement. Procurement business process must go through reengineering steps before it could be transform into e-procurement. Technology is a crucial and essential factor in order to maximize the effect of business process reengineering.
The data within this paper is obtained by interviewing several person in-charges that works in the procurement division of PT. Rekayasa Industri. The purpose of the interview is to gather data as close as possible with the real procurement execution of the company. Then, the data is processed using business process reengineering method. The result is then transformed into a suggestion of e -procurement module, and a table to compare a simulation of work time consumed between manual procurement process and the one using e-procurement.
Based on data processing we found out that implementation of work in progress (WIP) by means of automation could make the procurement business process more stream line. Furthermore, we also find that the current procurement business process of PT. Rekayasa Industry?s procurement division still contains a lot of non-value adding work steps. This non value adding work steps contributes 30 percents of total time spend during in manual procurement process.
The corporate policy on those business processes also affects the procurement lead time using e -procurement. This effect can be seen by comparing time consumed between value added work steps, which counts 7.7 percent of the total lime and take only 30 minutes, and with inspection steps (review and approval) that took 35.8 percent of total time and consuming a total of 140 minutes.
Overall the implementation of e-procurement could save around 2,059 minutes of procurement lead time, or equal to 34.32 hours, or 4.29 days. Time saving has a lot of correlation with affectivity, efficiency, and procurement capacity that can be handled by the procurement division."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldila Septia Berdapaningtyas
"ABSTRAK
UKM yang menawarkan produk pakaian wanita dengan aplikasi sulam yang bernama Aleyka Baju Sulam Indonesia. Fokus dari tesis ini adalah peningkatan nilai pelanggan unggul, pengembangan pasar melalui media online serta peningkatan efisiensi biaya dari UKM. Business coaching ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu depth interview dengan pelaku UKM.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan business coaching menunjukkan beberapa perbaikan terkait dengan pembentukan lini produk untuk menguatkan nilai pelanggan unggul, pengembangan pasar melalui media online yang dilakukan melalui media sosial online dan website serta peningkatan efisiensi biaya produksi melalui penjalinan kerja sama dengan distributor bahan baku dan efisiensi biaya saluran distribusi melalui media online.

ABSTRACT
The thesis that is carried out in the form of business coaching discusses an SME that is offering women's clothing with embroidery application named Aleyka Baju Sulam Indonesia. The focus of this thesis is the superior customer value enhancement, development of the market through online media as well as increased cost efficiency of SMEs. Business coaching is conducted using qualitative methods of depth interview with SMEs.
The results obtained from the implementation of the business coaching show some improvement associated with the formation of product lines to strengthen superior customer value, market development through online media is done through online social media and website as well as increased cost efficiency of production through establishing cooperation with distributors of raw materials and cost efficiency distribution channels through online media.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qashtalani Haramaini
"Pola konsumsi energi ternyata menjadi masalah tersendiri yang menyebabkan biaya pokok penyediaan yang tinggi dikarenakan mahalnya sumber energi yang di gunakan untuk memenuhi beban puncak, serta nilai investasi yang tinggi untuk membangun pembangkit listrik yang hanya digunakan untuk memenuhi pemakian pada satu waktu . Maka tulisan ini meneliti dampak tarif listrik dinamis terhadap tagihan listrik dan biaya pokok penyedian untuk mengoptimalkan pembangkit yang tersedia. Dari hasil penelitian bahwa membuat rasio tarif off peak dengan peak 1:2 atau penurunan off peak 6% dan kenaikan tarif peak 26% membuat kenaikan tarif rata rata pelanggan industri 9% dan membutuhkan pergeseran beban dari peak & mid-peak ke off peak sebesar 28% dan 1% agar tagihan listrik konsumen tidak berubah, kemudian jika tarif off peak diturunkan 30% dan tarif peak dinaikkan 26% membuat kenaikan tarif rata rata pelanggan industri 5%. Dengan kenaikan tarif mid-peak 50% dan kenaikan peak 26% membuat kenaikan tarif rata rata pelanggan industri 33 % dan membutuhkan pergeseran beban dari peak& mid-peak ke off peak sebesar 63% dan 43% agar tagihan listrik konsumen tidak berubah. Selain itu  elastisitas tarif menunjukan angka minus yang menunjukan bahwa tarif listrik industri bersifat elastis dan elastisitas silang nya bersifat komplenter. Tarif mid-peak memiliki elastisitas yang paling berpengaruh dengan nominal -0,3%. Sekitar 33% pelanggan yang bersedia melakukan investasi untuk alat yang bisa menggeser beban ke luar beban puncak. Dari total biaya pembangkitan perhari yang mencapai Rp. 955.974.721.222 untuk suatu sistem maka dengan skema Time of Use bisa menurunkan biaya pokok penyediaan total sebanyak 2,59% perhari atau Rp 10.126.850.860 ( Rp. 3.645.666.309.746 / tahun).

The pattern of energy consumption turns out to be a separate problem that causes high cost of supply due to the high energy sources used to meet peak loads, as well as a high investment value to build a power plant that is only used to meet usage at one time. So this paper examines the impact of dynamic electricity tariffs on electricity bills and supply costs to optimize the available power plants. From the results of the study that made the peak 1: 2 off peak tariff ratio or 6% drop off peak and 26% peak tariff increase made the average tariff increase for industrial customers 9% and needed a shift in load from peak & mid-peak to off peak of 28 % and 1% so that the consumer electricity bill does not change, then if the off peak tariff is reduced by 30% and the peak tariff is increased by 26%, the average tariff increase for industrial customers is 5%. With a 50% increase in mid-peak rates and a 26% increase in peak, the average tariff increase of industrial customers is 33% and requires a shift of load from peak & mid-peak to off peak by 63% and 43% so that consumer electricity bills do not change. In addition, the tariff elasticity shows a minus number which indicates that industrial electricity tariffs are elastic and the cross elasticity is complex. Mid-peak rates have the most influential elasticity with a nominal of -0.3%. Around 33% of customers are willing to invest in a tool that can shift the load out of the peak load. Of the total generation costs per day which reaches Rp. 955,974,721,222 for a system with the Time of Use scheme can reduce the total cost of providing a total of 2.59% per day or Rp. 10,126,850,860 (Rp. 3,645,666,309,746 / year)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T52542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani Rahmawati
"Optimalisasi gas lift sistem  pada salah satu lapangan fasilitas kompressi gas di lapangan A, pada PT XYZ untuk menaikkan produksi menjadi 1500 bopd dan 2.5 mmscfd. Berdasarkan perhitungan / perkiraan kebutuhan daya untuk gas lift sistem  baru adalah sebesar  100.57  KVA dan 132.33 KVA beban puncak , dimana sistem kelistrikan saat ini terdiri dari PLN 33 KVA,3 phase,50 HZ dan GEG 106 KVA,3 phase,50 HZ . Dengan kondisi seperti diatas maka sistem kelistrikan saat ini tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas lift sistem  yang baru sehingga memerlukan pengembangan sistem kelistrikan. Instrument air package merupakan suporting sistem  untuk gas lift sistem  yang vital, dimana  berhentinya sistem ini lebih dari 15 menit akan menyebabkan gas lift sistem  berhenti beroperasi dan menyebabkan shutdown plant. Biaya pemadaman / biaya yang diakbatkan berhentinya sistem  adalah sebesar  6199 usd/ jam. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis pengembangan sistem kelistrikan untuk mendukung optimalisasi gas lift syatem. Analisis meliputi kriteria teknis dan non teknis. Evaluasi teknis meliputi analisis kecukupan daya, kehandalan sistem  dengan menggunakan simulator ETAP 12.6 serta indeks keandalan sistem  dengan menggunakan reliability blok diagram sedangkan untuk evaluasi non teknis melalui biaya investasi dan biaya yang timbul akibat pemadaman. Pada penelitian dilakukan 3 skenario pengembangan, skenario 1,2.1.2.2 dan 3 untuk kemudian dilakukan evaluasi baik teknis maupun non teknis. Berdasarkan penelitian skemario 2.2 merupakan sistem kelistrikan yang optimum  dengan indeks keandalan 0.9963633 dan 0.9493694 dengan biaya investasi sebesar Rp. 8.631.771.033,07. Dan biaya pemadaman sebesar RP. 2.903.023.023.515.

Optimization of  the gas lift sistem  in one of  gas compression facilities in field A, at PT XYZ to increase production to 1500 bopd and 2.5 mmscfd. Based on the calculation / estimation of power requirements for the new gas lift sistem  is 100.57 KVA and the beban puncak  is 132.33 KVA, while the current electricity sistem  consists of PLN 33 KVA, 3 Phase, 50 HZ and GEG 106 KVA, 3 Phase, 50 HZ. With the requirements above, the current electricity sistem  cannot be used to meet the needs of a new gas lift sistem  so that requires the development of an electrical sistem . The instrument air package is a vital support sistem  for gas lift sistem , in case the package shutdown down for more than 15 minutes will cause the gas lift sistem  shutdown and cause a plant shutdown. The cost of loss production because shutdown plant is about 6199 USD / hour. In this research, an analysis of the development of the electrical sistem  will be carried out to support the optimization of gas lift syatem. Analysis consist of Technical Criteria and Non-Technical Criteria evaluation / analysis. Technical evaluation are assessment of power adequacy, sistem  sistem  analysis using the ETAP 12.6 simulator, calculate reliability indeks using reliability block diagram and for non-technical evaluation are investment costs and cost of loss production. In the research carried out 4 development scenarios, scenarios 1,2.1,2.2 and 3. Based on the research of Scenario 2.2 is the optimum scenario."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Fatin
"Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan yang merupakan produsen makanan dan minuman dengan skala multinasional sehingga memiliki risiko biaya selisih kurs yang berasal dari translasi mata uang asing akibat dari transaksi bisnis menggunakan mata uang asing. Selisih biaya kurs yang muncul perlu dialokasikan hingga tingkat produk agar PT X dapat menghitung biaya produksi yang sesuai sehingga menghasilkan harga produk dengan akurat dan andal. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini deskriptif analisis dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian adalah menganalisis dasar alokasi yang tepat dengan menggunakan metode ABC untuk mengalokasikan biaya selisih kurs pada akun PRO dan menganalisis dampak penggunaan dasar alokasi terhadap biaya produksi sehingga menghasilkan pengambilan keputusan yang akurat dan andal.

This research is a case study of a company that is a multinational food and beverage producer, so it has a risk of foreign exchange costs originating from foreign currency translation as a result of business transactions using foreign currencies. The difference in exchange costs that arise needs to be allocated to the product level so that PT X can calculate the appropriate production costs so as to produce product prices accurately and reliably. The approach used in this study is a descriptive analysis using qualitative methods. The result of this research is to analyze the appropriate allocation basis using the ABC method to allocate foreign exchange costs to PRO accounts and analyze the impact of using the allocation basis on production costs so as to produce accurate and reliable decision-making."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>