Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeni Mulyani Supriatin
"Tulisan ini membahasa nasionalisme yang tergambarkan dalam novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Masalah menarik yang diangkat dalam tulisan ini adalah nasionalisme seperti apa yang terungkap dalam novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Tujuan penulisan adalah untuk mengungkap nasionalisme yang terdapat dalam novel Siti Nurbaya karya Marah rusli. Hasil pembahasan Hasil pembahasan menunjukkan bahwa nasionalisme yang muncul dalam novel ini adalah pembelaan orang-orang Minang terhadap masyrakat dan Tanah Minang sebagai pribumi atau sebagai pihak dikuasai ketika beradapan dengan pemerintah kolonial sebagai penguasa."
Bandung: ITB (Institut Teknologi Bandung), 2010
495 JUSOS 9:19 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Anita Salim
"Negara Indonesia merupakan negara multietnik, yang terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa. Tetapi dari sekian banyak suku dan bangsa tersebut, dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Golongan Pribumi dan Golongan Non-Pribumi. Golongan Pribumi merupakan suku asli Indonesia, misalnya suku Jawa, Batak, Sunda dan sebagainya, sedangkan Golongan Non-Pribumi merupakan bangsa pendatang seperti Arab, India Cina dan sebagainya.
Tetapi semakin lama Golongan Non-Pribumi menunjuk pada satu bangsa yaitu keturunan Cina, karena dari sekian banyak bangsa pendatang, hanya bangsa Cina ini yang paling sulit berbaur. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya konflik yang terjadi diantara kedua golongan ini. Konflik-konflik yang terjadi diantara kedua golongan ini disebabkan penguasaan sektor ekonomi oleh Golongan Non- Pribumi. Selain Golongan Non-Pribumi ini sudah bergerak di bidang ekonomi sejak jaman penjajahan Belanda, diduga ada faktor budaya yang berperan. Budaya antara Golongan Pribumi dan Golongan Non-Pribumi ini berbeda.
Berbicara tentang ekonomi, tidak lepas kaitannya dengan bekerja. Bekerja merupakan peranan penting dalam kehidupan manusia karena dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Mulai dari kebutuhan fisiologis sampai dengan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Tidak lepas kaitannya dengan bekerja adalah arti bekerja. Ada dugaan bahwa sementara bahwa titik pangkal dari mantap atau tidaknya seseorang menekuni kegiatan kerjanya, berhasil atau tidaknya seseorang menekuni kegiatan kerjanya dan bahkan pula berkembang atau tidaknya seseorang menekuni pekerjaan lebih banyak ditentukan oleh arti bekerja yang dimiliki oleh seseorang. Arti bekerja ini dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik pekeijaan, konteks sosial dan budaya.
Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan arti bekerja bagi Golongan Pribumi dan Golongan Non-Pribumi yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dan melihat apakah ada perbedaan diantara kedua golongan. Arti bekerja diukur dalam 5 aspek, yaitu sentralitas keija sebagai peran hidup, norma sosial mengenai bekerja, hasil bekerja yang paling bernilai, tujuan bekerja yang penting dan identifikasi peran bekerja. Subjek penelitian yang diambil adalah individu yang telah bekerja (karyawan) di Jakarta, berada pada tahapan karir awal dan mempunyai tingkat pendidikan akademi ke atas.
Hasil penelitian menyatakan bahwa arti bekerja untuk Golongan Pribumi adalah sentralitas kerja yang dimiliki tinggi, bekerja dipandang sebagai hak dan kewajiban dari individu, hasil bekerja yang paling bemilai adalah pendapatan dan hubungan interpersonal, tujuan bekerja yang penting adalah pendapatan dan belajar, dan bekerja teridentifikasi pada pendapatan dan tugas. Sedangkan Golongan Non-Pribumi sentralitas kerja tinggi, bekerja dipandang sebagai kewajiban individu, hasil bekerja yang paling bernilai adalah pendapatan serta status dan prestise, tujuan bekerja yang penting adalah pendapatan dan tugas, dan bekerja teridentifikasi pada pendapatan dan tugas. Secara keseluruhan perbedaan yang terjadi tidak signifikan.
Perbedaan arti bekerja antara Golongan Pribumi dan Golongan Non-Pribumi tidak berbeda secara signifikan, sedangkan budaya yang dimiliki oleh kedua golongan berbeda. Hal ini mungkin disebabkan adanya pergeseran nilai dari Golongan Pribumi dari budaya petani menjadi masyarakat modem, tahapan karir yang sama antara Golongan Pribumi dan Golongan Non-Pribumi, pengalihan bahasa yang mungkin kurang tepat, variabilitas sampel yang kurang besar, pengambilan sampel hanya di Jakarta, tidak dipisahkannya Golongan Pribumi ke dalam suku-suku yang lebih spesifik karena ada beberapa suku yang mempunyai budaya yang hampir sama dengan Golongan Pribumi, dan tidak dilakukannya pemisahan antara totok dan peranakan pada Golongan Pribumi. Oleh karena itu disarankan untuk memperbaiki tingkat pendidikan pada Golongan Pribumi, perbaikan dalam alih bahasa kuesioner, variabilitas sampel yang diperbesar, pengambilan sampel tidak hanya di Jakarta, dilakukannya pemisahan antara suku pada Golongan Pribumi dan pemisahan antara totok dan peranakan pada Golongan Non-Pribumi."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S3032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ilham Pramudya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas sejarah Vrijmetselarij atau yang lebih dikenal Freemasonry
di Indonesia. Terutama hubungan Vrijmetselarij dengan elit pribumi di Jawa sejak
tahun 1908, ketika kemunculan organisasi modern pertama, Budi Utomo, sampai
dibubarkannya Vrijmetselarij di Indonesia pada tahun 1962. Perhatian
Vrijmetselarij terahadap bidang pendidikan, termasuk pendidikan untuk pribumi,
disinyalir menjadi salah satu faktor kemunculan elit modern Indonesia yang
mayoritas para tokohnya berlatar belakang pendidikan Barat. Mayoritas elit
pribumi yang bergabung dengan Vrijmetselarij pun mempunyai latar belakang
pendidikan yang baik. Ketika keanggotaan Vrijmetselarij dari kalangan elit
pribumi sudah mencapai suatu keadaan yang mapan setelah Indonesia merdeka,
maka didirikanlah Loji Agung Indonesia yang independen, meskipun umurnya
tidak panjang

ABSTRACT
This thesis discusses the history Vrijmetselarij or better known as Freemasonry in
Indonesia. Especially Vrijmetselarij relationship with the indigenous elites in Java
since 1908, when the emergence of the first modern organization, Budi Utomo,
until the dissolution of Vrijmetselarij in Indonesia in 1962. Vrijmetselarij
attention to education, including education for the natives, presumably be one
factor in the emergence of modern Indonesian elite that the majority of the
characters of Western educational backgrounds. The majority of the indigenous
elite who joined Vrijmetselarij also have a good educational background. When
membership Vrijmetselarij of indigenous elites had reached a steady state after
Indonesia's independence, the Indonesian Supreme Lodge founded an
independent, though its age is not long.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43747
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyana, translator
"Periode Perang Kemerdekaan merupakan masa terjadinya proses
pembentukan kekuatan bersenjata/militer Indonesia, militer merupakan Salah satu
unsur pendukung perjuangan bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan
sebagai cerminan dari perwujudan ketahanan nasional. Tetapi jarang sekali
ditemui hasil karya Studi empiris orang Indonesia yang membahas tentang hal
yang berhubungan dengan aspek militer negaranya sendiri kecuali berupa tulisan
mengenai sejarah kesatuan dan pengalaman pribadi atau otobiografi, dan lebih
jarang lagi yang melakukan Studi empiris mengenai tentara Indonesia bentukan
Jepang yang dikenal dengan sebutan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau
Tentara Pela. Lebra rnengatakan : ?Selama ini memang ada suatu pengabaian
yang cukup mencolok dalam mengadakan studi empiris mengenai tentara-tentara
yang dilalih Jepang di Asia Tenggara" (Lebra, 1988:8). Padahal dalam masa Perang Kemerdekaan bahkan sampai sesudahnya pun para eks Tentara Pela
memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam organisasi ketentaraan
Indonesia, baik itu dalam Tentara Keamanan Rakyat (FKR), Tentara
Keselamatan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), maupun dalam
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebagian besar kedudukan mulai dari
Komandan Regu sampai Panglima Besar dijabat oleh para eks Tentara Peta,
sehingga memungkinkan para eks Tentara Peta memiliki peranan yang tidak kecil
dalam pembentukan kekuatan bersenjata bangsa Indonesia. Walaupun ada
bermacam-macam pendapat mengenai alasan diperolehnya kedudukan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 . Untuk mendalami pengetahuan tentang asal-usul / latar belakang eks
Tentara Peta, sehingga dapat mengetahui keragaman yang ada dalam
Tentara Peta sebagai awal terwujudnya Integrasi Nasional di Indonesia.
2. Untuk mendalami pengetahuan tentang keberadaan sesungguhnya
eks Tentara Peta dalam pembentukan kekuatan bersenjata Republik
Indonesia/TNI.
3. Untuk mendalami pengetahuan tentang hal-hal yang menyebabkan
eks Tentara Peta banyak yang berkedudukan sebagai pemimpin pasukan
di dalam kekuatan bersenjala Republik Indonesiaf / TNI.
4. Untuk mendalami pengetahuan tentrang peranan yang dilakukan
eks Tentara Peta dalam pembentukan Tentara Nasional Indonesia sebagai
Salah satu unsur pendukung Ketahanan Nasional.
Kegiatan merekonstruksi pembentukan suatu badan perjuangan
bersenjata pada masa Perang Kemerdekaan yang merupakan peleburan
dari berbagai macam kelompok perjuangan bersenjata/lasykar bentukan
spontan rakyat ini dilaksanakan dalam rangka untuk meneliti peranan eks
Tentara Peta di dalamnya. Maka metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini ada dua jenis yaitu:
a. Metode Penelitian Sejarah, tujuannya untuk membuat
rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan
cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat (Sumadi Suryabrata, 1995:16).
b. Metode Penelitian Deskriptii; tujuannya untuk menyelidiki
dan menjelaskan/menguraikan mengenai sesuatu fenomena atau
kenyataan sosial dan kaitannya dengan fenornena lainnya dalam
suatu perkembangan sosial masyarakat, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan
masalah dan unit yang diteliti (Sanapiah Faizal, 1992:20)."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T10868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetoyo Hadi Saputro
"ABSTRAK
Tesis ini membahas potensi konflik antara Masyarakat Pribumi Indonesia (MPI)
dengan etnis Tionghoa di Kota Medan, serta mengajukan konsep pencegahan
potensi konflik dan penanganan paska konflik. Penelitian ini menggunakan
qualitative method, diawali pendekatan deskriptif menganalisis potensi konflik,
dilanjutkan analisa penanganan intelijen dengan pendekatan trend analysist untuk
menganalisis jaringan dan kecenderungan potensi konflik dimasa depan. Hasil
penelitian menunjukkan potensi konflik yang terjadi antara MPI dan etnis
Tionghoa cukup besar dan kerawanannya tinggi, hal ini dipicu oleh faktor
ekonomi, budaya dan juga politik. Pencegahan potensi konflik inipun dapat
dilakukan dengan strategi penguatan institusi kelembagaan dan sistem deteksi dini
sementara penanganan konflik dapat dilakukan dengan strategi kolaborasi dan
strategi kompromi-negosiasi

ABSTRACT
This thesis discusses the potential conflict between the Indonesian Indigenous
Peoples (MPI) with ethnic Chinese in Medan, and proposed the concept of the
potential for conflict prevention and post-conflict management. This study uses a
qualitative method, starting descriptive approach to analyze the potential for
conflict,continued handling of intelligence analysist with analysist approach to
analyze network trends and tendencies of potential conflict in the future. The
results show the potential for conflict between MPI and the ethnic Chinese are
quite large and high vulnerability, it is triggered by economic factors, culture and
politics. Preventing potential conflict has to do with the institutional strengthening
of institutional strategies and early warning systems while handling the conflict to
do with the strategy of collaboration and compromise-negotiation strategy"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Christina
"ABSTRAK
Hubungan antara etnis pribumi dan Tionghoa yang seringkali diwamai
konflik menandakan bahwa usaha asimilasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
belum memuaskan. Salah satu upaya mempermudah proses asimilasi antara dua
golongan etnis tersebut adalah melalui perkawinan campur. Namun, perbedaan latar
belakang budaya dalam perkawinan campur dapat menimbiilkan konflik bagi
pasangan sehingga diperlukan strategi coping yang tepat untuk mengatasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi coping yang digunakan wanita
etnis Tionghoa dalam mengatasi konflik budaya dengan suaminya yang pribumi.
Masaiali-masalah yang mungkin timbul dalam perkawinan campur antara lain,
komunikasi, perbedaan nilai, dan hubungan dengan keluarga (Markoff, dalam Tseng,
McDermott, & Maretzki, 1977). Strategi coping yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut terbagi dalam kategori problem-focused coping atau
coping terpusat-masalah, emotion-focused coping atau coping terpusat-emosi, dan
gabungan keduanya (Lazarus, Folkman, Schetter, DeLongis, & Gruen, 1986 dalam
Bird & Melville, 1994).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memungkinkan
peneliti mendapatkan penghayatan subyek mengenai strategi coping yang digimakan
dalam menyelesaikan terjadinya konflik berlatar belakang budaya dalam perkawinan campur. Pemilihan subyek sebanyak 3 orang menggunakan salah satu pedoman yang
diuraikan oleh Patton (1990), yaitu pemilihan subyek berdasarkan teori atau
berdasarkan konstruk operasional. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara dan didukung oleh metode observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subyek jarang mengalami konflik
dengan suami mengenai perbedaan budaya. Namun, bila teijadi konflik, ketiga
subyek menggunakan strategi coping yang berbeda untuk mengatasinya. Subyek EN
cenderung menggunakan strategi coping terpusat-masalah, sedangkan subyek LI
lebih cenderung menggunakan coping teipusat-emosi dan mengalah. WL sendiri
menggunakan kedua cara coping tersebut secara bergantian, tidak ada satu
kecenderungan tertentu.
Kurang nampaknya konflik budaya dalam penelitian ini mungkin disebabkan
oleh perbedaan budaya yang tidak terlalu jauh antara subyek dan suaminya, seperti
dalam kasus WL dan IN. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dicari pasangan
subyek yang kebudayaannya memang iaub berbeda agar gambaran konflik dan
strategi coping yang digunakan terlihat lebih jelas dan nyata. Berdasarkan analisis
hasil penelitian, disarankan agar pasangan perkawinan campur menggunakan strategi
coping terpusat-masalah untuk mengatasi konflik budaya karena strategi coping ini
membantu pasangan untuk menyelesaikan perbedaan budaya di antara keduanya,
tidak sekadar mengurangi tekanan akibat adanya perbedaan tersebut."
2001
S2797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celia Efrianthi Zohra
"Situasi hukum waris di Indonesia yang bersifat plural mengakibatkan sering terjadi perdebatan mengenai hukum waris mana yang akan dijadikan acuan oleh hakim dalam menyelesaikan suatu sengketa waris. Oleh karena itu, tesis ini akan membahas hukum waris mana yang berlaku terutama bagi penduduk asli non-Muslim, dilihat dari dua sudut pandang, yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dari putusan pengadilan, serta melihat hukum waris mana yang umumnya disebut berdasarkan hukum waris. atas keputusan yang sedang diperiksa. Tesis ini merupakan penelitian yuridis normatif, dengan pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen. Dimana dapat diketahui bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hukum waris yang seharusnya berlaku bagi Penduduk Asli Non Muslim adalah Hukum Waris Adat, kecuali ada keadaan khusus seperti tunduk pada Hukum Barat. Namun kenyataannya dalam beberapa putusan Pengadilan Negeri, Majelis Hakim tidak mengacu pada suatu undang-undang tertentu dalam menyelesaikan sengketa waris. Selain hukum waris adat, majelis hakim juga mengacu pada hukum waris barat, dan ada pula yang hanya mengacu pada asas keadilan dan kepatutan. Dan berdasarkan putusan pengadilan yang diteliti dapat diketahui bahwa ketentuan yang berlaku secara umum mengacu pada Asas Harta dan Keadilan, sehingga tidak mengacu pada ketentuan hukum tertentu.
The situation of inheritance law in Indonesia which is plural in nature results in frequent debates about which inheritance law will be used as a reference by judges in resolving an inheritance dispute. Therefore, this thesis will discuss which inheritance law applies mainly to non-Muslim natives, viewed from two perspectives, namely the prevailing laws and regulations and from court decisions, and see which inheritance law is generally referred to based on inheritance law. . on the decision under review. This thesis is a normative juridical research, with data collection carried out by document study. Where it can be seen that based on the applicable laws and regulations, the inheritance law that should apply to Non-Muslim Indigenous People is the Customary Inheritance Law, unless there are special circumstances such as subject to Western Law. However, in reality, in several District Court decisions, the Panel of Judges does not refer to a certain law in resolving inheritance disputes. In addition to customary inheritance law, the panel of judges also refers to western inheritance law, and some only refers to the principles of justice and propriety. And based on the court decisions studied, it can be seen that the provisions that apply generally refer to the Principles of Property and Justice, so they do not refer to certain legal provisions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4   >>