Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elviera Gamelia
"Di dunia, malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama
di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Di Jawa Tengah, kasus mala-
ria terus memperlihatkan kecenderungan yang meningkat, salah satu
daerah endemis malaria di Banyumas adalah Puskesmas II Sumpiuh.
Berdasarkan survei pendahuluan masih banyak ditemukan perilaku berisiko
yang dapat mengakibatkan terjadi malaria. Penelitian ini bertujuan menge-
tahui persepsi masyarakat, kemungkinan aksi, dan informasi tentang mala-
ria yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan malaria di Puskesmas
Sumpiuh II Banyumas. Penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional ini dilakukan pada populasi kepala keluarga di Puskesmas II
Sumpiuh. Jumlah sampel sebanyak 95 kepala keluarga ditarik menggu-
nakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan menggunakan metode
analisis univariat dengan statistik deskriptif, analisis bivariat dengan kai
kuadrat, serta analisis multivariat dengan regresi logistik. Persepsi masya-
rakat tentang kerentanan, persepsi tentang kegawatan, kemungkinan aksi
hambatan dan informasi tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan
malaria, kecuali kemungkinan aksi manfaat berhubungan dengan perilaku
pencegahan malaria. Variabel yang berpengaruh pada perilaku pencega-
han malaria adalah manfaat pencegahan malaria.
Malaria has still been a threatening of health problem in the world, particu-
larly in tropical countries including Indonesia. The malaria cases in Central
Java continued to increase. One of the Malaria endemic areas in Banyumas
is Sumpiuh Primary Health Care II. Based on preliminary survey, It was
found that there were risky behavior affecting the emerge of malaria. This
study aimed to find out the community perception, action probabilility and in-
formation about malaria which influenced to preventive behavior in Primary
Health Care II Sumpiuh.Cross sectional study was conducted to head of
household in primary health care II Sumpiuh. The number of sample that
was selected with simple random sampling method was 95 household
heads. Data analysis methods used in this study were univariate analysis
with descriptive statistic, bivariate with chi square and multivariate with
logistic regression. Community perceptions about vulnerability, seriousity of
disease, obstruction and perception about information did not relate to
preventive behavior of Malaria, except perception about the benefit related
to preventive behavior.The influenced variable for malaria preventive
behavior was prevention benefit taken by community."
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Puspitasari
"ABSTRAK
Secara global, insiden TB dunia pada tahun 2015 sebesar 10,4 juta kasus.
Indonesia berada di urutan kedua dari total kasus diseluruh dunia sebesar 10%,
setelah India. Prevalensi TB berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%). Padatnya tingkat hunian di pesantren dapat menimbulkan kondisi
rentan sehingga dianggap memicu banyaknya kasus TB. Pengendalian TB
berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dalam
penanggulangan TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pemberdayaan
santri kader TB terhadap perilaku pencegahan TB di pondok pesantren Garut Jawa
Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pada 230
santri sebagai sampel pada masing-masing kelompok intervensi dan kontrol.
Pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pengumpulan data awal,
setelah itu dilakukan intervensi berupa pelatihan pada 30 santri yang terpilih
sebagai kader TB dengan melakukan penyuluhan dan kunjungan kamar 2 bulan
kemudian dilakukan pengumpulan data akhir. Analisis yang digunakan adalah uji
wilcoxon, mann-whitney dan uji regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil
penelitian membuktikan santri yang mendapat intervensi berpeluang memiliki
perilaku pencegahan baik hampir 3 kali (OR=2,90; 95%CI= 1,9-4,4)
dibandingkan dengan santri yang tidak mendapatkan intervensi setelah dikontrol
jenis kelamin santri.

ABSTRACT
Globally, the incidence of tb in 2015 amounted to 10.4 million cases. tb ranks in
the 2nd place of the total cases all over Indonesia by 10% after India. The highest
prevalence of TB by province is western Java (0.7%,). Tb incidence did not occur
only in the general population, but also arise in certain community such as islamic
boarding schools. The density of occupancy in Islamic boarding school can cause
vulnerable condition causing many cases of tb. Community-based TB control is
one of health promotion efforts in TB prevention. This study aims to determine
the impact of Empowerment of Tuberculosis (TB) Against Student Cadres
Behavior in TB Prevention at Islamic boarding school, Garut, West Java.
Quantitative research method with quasi experimental design on 230 students as
sample in each intervention and control group. Data collection was done 2 times,
that is initial data collection, after that do intervention in the form of training at 30
students selected as TB cadre by doing counseling and visit room 2 month later to
do final data collecting. The analysis used was wilcoxon test, mann-whitney and
multiple logistic regression test of risk factor model. The result of the research
shows that students who have intervention have a good prevention behavior
almost 3 times (OR = 2,90; 95% CI = 1,9-4,4) compared with students who do not
get intervention after separation of gender."
2017
T48657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidyah Ananda
"Kecamatan Bolo adalah salah satu Kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah kejadian luar biasa (KLB) DBD pada bulan Maret Tahun 2023. Hal ini dapat dipicu oleh kurangnya penerapan perilaku pencegahan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD pada masyarakat di Kecamatan Bolo. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada 110 responden berusia 17-60 tahun diambil secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan cara responden mengisi kuesioner secara mandiri yang sebelumnya telah diujicobakan. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki perilaku pencegahan DBD dengan rata-rata nilai 64 dari skala 100. Hasil analisis variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD adalah: jenis kelamin (p=0,002), usia (p= 0,001,r= 0,307), pengetahuan (p= 0,001, r=0,43, persepsi manfaat (p=0,001, r=0,360) dan isyarat bertindak (p=0,006, r=0,360) sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD persepsi kerentanan (p=0,805, r=0,024), persepsi keparahan (p=0,266, r=0,107 dan persepsi hambatan (p=0,190, r=0,126). Atas dasar tersebut maka pemberian edukasi dan promosi kesehatan yang dilakukan secara rutin dengan metode-metode yang sesuai sangat diperlukan untuk meningkatkan perilaku pencegahan DBD.

Bolo District is one of the districts designated as a DHF outbreak area in March 2023. This could be triggered by the lack of implementation of DHF prevention behaviors. This study aimed to determine the factors associated with dengue prevention behavior in the community in Bolo. This study used a cross sectional study design on 110 respondents aged 17-60 years taken by consecutive sampling. Data was collected by respondents filling out a questionnaire independently which had previously been tested. The results of this study showed that the respondents had a good dengue prevention behavior which was 64 of a scale of 100. The results of the analysis of variables correlated with dengue prevention behavior, gender (p = 0.002), age (p = 0.001, r = 0.307), knowledge (p = 0.001, r = 0.43, perceived benefits (p = 0.001, r = 0.360) and cues to action (p = 0.006, r = 0.360), 006, r=0.360) while variables that were not correlated with DHF prevention behavior were perceived susceptibility (p=0.805, r=0.024), perceived severity (p=0.266, r=0.107 and perceived barriers (p=0.190, r=0.126). Providing education and health promotion that is carried out routinely with appropriate methods is needed to improve dengue prevention behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
"Kelompok sebaya wanita usia subur (WUS) yang ada dan berkembang di masyarakat sudah banyak terbentuk salah satunya adalah kelompok sebaya dalam wadah PKK RT. Salah satu permasalahan yang terjadi pada kelompok WUS adalah anemia gizi besi (AGB). Kelompok sebaya PKK RT diharapkan dapat membantu WUS dalam melakukan pencegahan AGB. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan perilaku dalam pencegahan AGB, jenis penelitian eksperimen semu, desain non-equivalent pretest-postest with control group, dengan intervensi edukasi kelompok sebaya PKK RT. Proses penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2008 di Kota Semarang dengan metode multistage random sampling, jumlah sampel 110 (55 responden kelompok perlakuan, dan 55 responden kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur WUS 35.5 tahun dengan pendidikan WUS terbesar SMA. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pengetahuan (p<0.05). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dan sikap (p<0.05).
Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara sebelum dan setelah pada kedua kelompok, namun masih lebih tinggi pada kelompok perlakuan yang mendapat intervensi edukasi kelompok sebaya. Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Intervensi edukasi kelompok sebaya mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat dilihat dari nilai p<0.05, berarti bahwa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tidak dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan tetapi dipengaruhi oleh intervensi edukasi kelompok sebaya. Berdasar hasil tersebut perlu optimalisasi kelompok sebaya wanita yang sudah ada di masyarakat, mengintegrasikan upaya promotif dan preventif AGB kedalam programnya.

There are many existing and developing fertile age women (FAW) peer groups in community, one of them is peer group in PKK RT. Since ferrous deficiency anemia (FDA) was frequently suffered by FAW, peer group of PKK RT was expected to facilitate FAW in preventing FDA. The purpose of this study was to examine the effect of peer group’s education on behavior change in preventing FDA. A quasi-experimental design using non-equivalent pretest-posttest with control group was employed in this study and the intervention was education for PKK RT peer group. Data collection was conducted from March to June 2008 by multistage random sampling at Semarang. Samples were 110 FAW comprised of 55 FAW in intervention group and 55 FAW in control group. Mean of age was 35.5 years old and majority of educational background was high school (51.8%).
The result showed that age significantly related to knowledge (p<0.05). Mean of knowledge, attitude and skill exhibited significant differences between intervention and control group (p<0.05). Intervention of education in peer group significantly affected knowledge, attitude and skill (p<0.05) which were not interfered by age and educational background. It is recommended that existing peer groups of FAW in community need to be optimized and health promotion and prevention efforts should be integrated in the programs of the FAW peer group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Meiliyana
"COVID-19 merupakan jenis penyakit menular baru, yang ditemukan pada Desember 2019 dan menjadi pandemi di tahun 2020. Tenaga kesehatan merupakan garda depan yang berjuang melindungi masyarakat melawan pandemi COVID-19. Tingkat kematian nakes di Indonesia sangat tinggi. Belum ada obat untuk penyakit ini, dan satu-satunya cara adalah dengan mencegah paparan penyakit dengan protokol kesehatan tepat dan konsisten. Teori perilaku yang digunakan pada penelitian ini adalah health belief model. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas, dalam masa pandemi di Indonesia tahun 2020. Metode penelitian: kuantitatif dengan desain cross sectional, menggunakan data sekunder, hasil survei PPPKMI yang bekerja sama dengan PPK FKM UI, di bulan Juni 2020. Variabel independen yang dipilih: faktor modifikasi, persepsi kerawanan, persepsi keseriusan, persepsi hambatan, dan isyarat bertindak, dengan variabel dependennya perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas di Indonesia. Hasil: Sampel didapatkan 651 responden yang bekerja di Puskesmas, dengan perempuan 82%, usia terbanyak 20-29 tahun, PNS 54,7% dan wilayah kerja pulau Jawa 62,7%. Proporsi tindakan yang dilakukan yaitu selalu memakai masker saat keluar rumah 93,7%, ditempat kerja 96,2%, selalu mencuci tangan 90%, selalu menjaga jarak 86,7%, dan ketersediaan masker harian≥3 buah 81,6%. Deskripsi mempraktikan perilaku pencegahan sebesar 97,75%. Variabel yang signifikan adalah jenis kelamin, pengetahuan dan persepsi hambatan, dengan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan di Puskesmas adalah persepsi hambatan dengan p-value =0,0001 OR.2,080.

Background: COVID-19 is a new contagious disease that was emerging in December 2019 and became a pandemic in 2020. Both morbidity and mortality rates have hit worldwide due to this disease. Health workers as the frontliner had to protect public from the COVID-19 infection. This study used Health belief model framework. Objective: To analyze the prevention behavior of COVID-19 among health workers at health centers, during the pandemic in Indonesia in 2020. Method: This study using cross-sectional approach on secondary data of the Indonesian Society for Health Promotor and Educator (PPPKMI) and Center of Health Researches Public Health Faculty of Universitas Indonesia (PPKFKM UI) in June 2020 survey. Selected independent variables consist of modification factors, perceived threats, perceived barriers, and cues to action. Results: The total sample used was 651 respondents consist of 82% female, 20-29 years old, 54.7% civil servants and 62.7% working area in Java. Proportion of always wearing mask when leaving the house 93,7%, at work 96.2%, always wash hands 90%, always keep a distance 86.7 and the availability of personal masks≥3 pieces is above 91,6%. The average of practicing preventive behavior was 97,75 points. Independent variables that have a significant relationship with COVID-19 prevention behavior are gender, knowledge and perceived barriers. Conclusion: this study found that perceived barriers were the most influencing factor on COVID-19 prevention behavior among health workers at Puskesmas p-value =0,0001 OR.2,080."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Rezaprasga
"ABSTRAK
Soil-transmitted helminthes (STH) adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah terpencil dan kumuh. Desa Pacet, Cianjur merupakan daerah pertanian yang penduduknya bekerja sebagai petani dan anak-anaknya sering membantu orang tuanya berkebun/atau kontak dengan tanah sehingga berrisiko terinfeksi STH. Tujuan riset ini adalah mengetahui hubungan perilaku membersihkan diri murid yang berhubungan dengan dengan STH dan tingkat pendidikannya. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan subyek semua murid madrasah X, di desa Pacet, Cianjur. Data dikumpulkan pada 10-11 September 2011 dengan meminta murid untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai perilaku membersihkan diri. Data dianalisis dengan program SPSS versi 20 dan diuji dengan chi square. Hasilnya menunjukkan murid tsanawiyah yang berperilaku buruk adalah 11,7%, sedang 54%, dan baik 34,1% sedangkan aliyah 18%, 9.5%, dan 46%. Pada uji chi-square tidak terdapat perbedaan bermakna antara Tingkat perilaku membersihkan diri dengan tingkat pendidikan (p=0.210). Disimpulkan perilaku membersihkan diri murid tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan di madrasah.

ABSTRACT
Soil-transmitted helminthes (STH) is a disease that has always been a health problem in Indonesia especially in the rural areas, slums, and densely-populated areas. Pacet Village, Cianjur is a plantation area in which the villager?s profession is usually agricultural-related. In addition, their children often help their parents at the plantation which cause the children to be exposed to soil and thus at risk for STH infection. The purpose of this research is to know the association between the self-hygiene behavior related to STH infection and their level of education. This study uses a cross-sectional study design with all of the students in madrasah X in Pacet Village, Cianjur as the subject. The data was collected in 10-11 September 2011. During data, all of the students are asked to fill the questionnaire to assess their level of self-hygiene behavior. The data is analyzed using SPSS 20.0 and are tested with chi-square. The result shows that tsanawiyah students that have poor self-hygiene behavior are 9.5%, tsanawiyah students that have ?fair? score are 56.8%, and tsanawiyah student that have ?good? score are 33.5% whereas 18% of aliyah students had ?poor? score, 46% of tsanawiyah student have ?fair? score and 36% of tsanawiyah student had ?good? score. Result analysis using Chi-square shows that there is no significant association between the level of self-hygiene behavior and level of education (p=0.210). In conclusion, there is no association between self-hygiene behavior and level of education in madrasah students"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Wagiono
"Nyeri punggung bawah NPB merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang berisiko tinggi dialami oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi keperawatan dengan perilaku pencegahan NPB pada perawat pelaksana di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel 141 perawat. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner General Self-Efficacy yang berisi 10 pertanyaan, kuesioner supervisi keperawatan yang berisi 20 pertanyaan tentang persepsi perawat pelaksana terhadap supervisi keperawatan, dan kuesioner perilaku pencegahan NPB untuk mengetahui persepsi perawat pelaksana dalam melakukan tindakan pencegahan NPB.
Uji statistik menggunakan Chi Square dengan signifikasi le;0,050 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara supervisi keperawatan dengan perilaku pencegahan NPB pada perawat pelaksana di rumah sakit p=0,015 dan nilai koefisien korelasi r=0,214. NPB pada perawat pelaksana dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran tentang perlunya memperhatikan aspek keselamatan diri selama bekerja dan mengoptimalkan fungsi supervisi keperawatan.

Lower back pain LBP is one of the high risk musculoskeletal disorders found by nurses. This research aims to identify the relationship nursing supervision and LBP preventive behavior among nurses in the hospital. This study used cross sectional design with 141 samples of nurses. The instrument used was General Self Efficacy questionnaire consisting of 10 questions, a nursing supervision questionnaire containing 20 questions about the nurse 39s perception of the nursing supervision, and questionnaire on LBP preventive behavior among nurses in hospital to know perception of nurse in taking LBP preventive action.
The statistical test using Chi Square with significance le 0,050 showed a significant correlation between nursing supervision and LBP preventive behavior among nurses in the hospital p 0,015 and the coefficient correlation r 0.214. LBP in nurses can be prevented by raising awareness of nurses about the need to pay attention to aspects of personal safety during work and optimize the nursing supervision function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanun Thalia
"Untuk menekan laju pandemi Covid-19, serangkaian tindakan pencegahan, baik promotif maupun interventif dilakukan. Dari variabel pencegahan dari anak kecil hingga lansia terus dilakukan sosialisasi. Akan tetapi, cukup banyak variabel risiko bagi kelompok lansia yakni komorbid dan umur lansia. Lalu, bagaimana pada individu yang tinggal dengan lansia? Penelitian ini menilik perilaku pencegahan Covid-19 pada individu yang tinggal dengan lansia melalui lensa Health Belief Model (HBM) dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19.
Dari 305 partisipan penelitian, hasil penelitian menunjukkan model konseptual HBM dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19 dapat menjelaskan hampir 25% (R² = 0,247) varians dari perilaku pencegahan Covid-19. Dua variabel ditemukan signifikan dalam memprediksikan perilaku pencegahan Covid-19, yaitu perceived benefits dan cues to action. Maka apabila individu mengetahui bahwa melakukan perilaku pencegahan Covid-19 memiliki banyak keuntungan dan tersadarkan dengan informasi terkait pencegahan Covid-19, ia akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku pencegahan Covid-19.

To suppress the Covid-19 pandemic, a series of preventive measures, both promotive and interventive were taken. From small children to the elderly, socialization continues to be carried out. However, there are quite a lot of risk factors for the elderly group, namely comorbid and elderly age. Then how about individuals living with the elderly? This research looks at the Covid-19 preventive behavior in individuals living with the elderly through the lens of the Health Belief Model (HBM) and individual perceptions of the susceptibility of the elderly to Covid-19 infection.
Of the 305 research participants, the research results show that the Health Belief Model conceptual model and individual perceptions of the elderly's vulnerability to Covid-19 infection can explain almost 25% (R² = 0.247) the variance of Covid-19 prevention behavior. Two variables were found to be significant in predicting Covid-19 prevention behavior, namely perceived benefits and cues to action. Therefore, if the individual knows that carrying out Covid-19 preventive behavior has many advantages and is awakened with information related to Covid-19 prevention, he will be more inclined to carry out Covid-19 preventive behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannia Veronica
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh health belief model (persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi keuntungan, persepsi halangan, self-efficacy, dan cues to action) dan perceived social support (keluarga, teman, dan significant others) terhadap perilaku pencegahan Covid-19 (perilaku mempromosikan kebersihan dan perilaku menghindari kontak sosial) pada populasi usia produktif di Jabodetabek. Sebanyak 192 partisipan mengisi tiga kuesioner self-report pada bulan April 2021. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dua komponen dari variabel health belief model, yaitu persepsi halangan dan self-efficacy, memengaruhi perilaku pencegahan Covid-19 berupa perilaku mempromosikan kebersihan, F(9,182) = 6,075, p < 0,05. Selanjutnya, tiga komponen dari variabel health belief model, yaitu persepsi keuntungan, persepsi halangan, dan self-efficacy, dan dua sumber perceived social support, yaitu keluarga dan teman, memengaruhi perilaku pencegahan Covid-19 berupa perilaku menghindari kontak sosial, F(9,182) = 8,958, p < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan pemerintah perlu difokuskan pada eliminasi halangan perilaku pencegahan Covid-19 dan kampanye berupa ajakan interaksi sosial secara daring, terutama pada perempuan dan usia muda, supaya kebutuhan dukungan sosial tetap terpenuhi dan di saat yang sama tetap melindungi keluarga dan orang terdekat yang berisiko terinfeksi virus Covid-19.

This research examined the effect of health belief model (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, and cues to action) and perceived social support (family, friends, and significant others) on Covid-19 preventive behavior (promoting hygiene and cleaning and avoiding social closeness) in the working age population in Jabodetabek. A total of 192 participants completed the self-report questionnaire in April 2021. The analysis result of multiple linear regression showed two components of health belief model, that is perceived barrier and self-efficacy, predicted Covid-19 preventive behavior in the form of promoting hygiene and cleaning, F(9,182) = 6,075, p < 0,05. In addition, three components of health belief model, that is perceived benefit, perceived barrier, and self-efficacy, and perceived social support from family and friends predicted Covid-19 preventive behavior in the form of avoiding social closeness, F(9,182) = 8,958, p < 0,05. Based on these results, government policy should aim on the elimination of Covid-19 preventive behavior’s barriers and campaign about online social interaction, especially for women and young adults, so they can fulfill their need of social support while also protecting family and significant others who have high risk of being infected by Covid-19 virus.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kumala Dewi
"Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah mengetahui pengetahuan dan persepsi pengemudi terhadap pencemaran udara di kota Semarang saat ini dan mengetahui perilaku pencegahan yang dilakukan pengemudi angkutan kota Semarang terhadap pencemaran udara.
Tujuan penelitian adalah diperolehnya informasi tentang perilaku pencegahan terhadap pencemaran udara oleh pengemudi angkutan kota dan bus umum, dan hubungannya dengan persepsi dan pengetahuan mereka terhadap pencemaran udara. Hipotesisnya adalah hipotesisi nol, yaitu tidak ada hubungan antara perilaku pencegahan dengan pengetahuan mengenai pencemaran udara, dan tidak ada hubungan antara perilaku pencegahan dengan persepsi terhadap pencemaran udara.
Desain penelitian adalah cross-sectional dengan populasi pengemudi angkutan kota Semarang dan sampelnya kelompok supir angkutan dan. supir bus. Sampling adalah purposive dan accidental. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis datanya adalah univariat dan uji chi-square untuk bivariat. Hasil penelitian diperoleh bahwa hipotesis nol terbukti.
Simpulan dalam penelitian ini adalah responden menganggap pencemaran udara belum merupakan masalah yang membahayakan kehidupan mereka, karena mereka tidak memahami dampak pencemaran udara bagi kesehatannya. Sehingga perilaku yang terbentuk lebih bertujuan pada perawatan/pemeliharaan kondisi mesin dan belum mengarah pada pencegahan pencemaran udara. Saran dalam penelitian ini adalah diperlukannya suatu kampanye untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai dampak dan resiko pencemaran udara bagi masyarakat terutama pengemudi angkutan. Disamping itu, kontrol untuk merawat/memelihara kinerja mesin perlu ditingkatkan dan dipantau oleh pemilik atau pengemudi sendiri dan petugas yang berwenang.

Relationship between the Knowledge and Perception of Public Transportation Driver to Motor Car Air Pollution in Semarang with Its Preventive Behavior on 1996The problem statement of this study is exploring the knowledge and perception of public transportation driver about air pollution caused by motor car in Semarang and its preventive behavior.
The research purpose of this study is behavior analysis of public transportation driver for air pollution prevention related to their knowledge and perception. The nule hypotesis of the study is no relation between preventive behavior with the knowledge and perception of motor car air pollution.
The survey design is cross sectional analysis, using public transportation driver in Semarang as population, and bus driver and mini-station driver as the sample. The research use questionnaire as instrument. The data is analyzed using univariat and chi-square test for bivariat. The result show that the nule hypothesis is solved.
The conclusion is the effect of air pollution do not a trouble problem at the current time for the public transportation driver, because they do not know the impact of air pollution to their health condition. The behavior of car maintenance do not purpose for air pollution prevention yet. The research suggest a regular campaign from local government for creating society awareness about the impact and risk of motor car air pollution, especially for the driver. Besides that the control performance of motor car machine maintenance should be improved and monitored by the car owner or the driver and the government official.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T1423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library