Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina
"Skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab pertama terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Permasalahan Penelitian, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Ruang lingkup Penelitian, Sumber Data, Prosedur Kerja dan Sistematika Penyajian.
Dalam bab kedua dijabarkan teori tentang verbs berprefiks bahasa Jerman dari Drosdowsky, Ulrich Engel dan Wolfgang Fleischer.
Pada bab.ketiga, korpus data yaitu 265 verba berprefiks dalam sepuluh artikel politik yang diambil dari Frankfurter Al-gemeine Zeitung dianalisis.
Kesimpulan dari hasil analisis ada pada bab keempat. Dalam sepuluh artikel politik yang ada, terdapal 146 verba berprefiks terikat dan 119 verba berprefiks tidak terikat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S14622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitang, Paulus Josef
"Awalan se- termasuk salah satu bentuk terikat, yang tak dapat berperan sebagai inti ('nucleus'), dan secara fonologis ia bergabung dengan inti Adapun penamaannya sebagai awalan oleh para penulis tatabahasa hingga kini, sebenarnya menyangkut hanya masalah posisinya belaka didalam sebuah konstruksi. Dari segi hubungan strukturilnya dengan bentuk-bentuk lain disampingnya, awalan - dapat dibedakan atas dua tips, yakni se-1 dan se-2. Awalan berperan sebagai suatu formatif dalam kon-struksi, dimana hubungan strukttrilnya dengan bentuk-bentuk lain disampingnya, secara fonologis maupun morfologis, tak terpisahkan oleh sesuatu unsur lain yang disisipkan diantaranya; dengan demikian bentuk kompleks 'se-1 _ bentuk lain disampingnya' tersebut berperan sebagai satu unit saja didalam kelorapok kata. Awalan ;se-2 berperan sebagai suatu klitika dalam konstruksi, dimana hubungan strukturilnya dengan bentuk-bentuk lain disampingnya secara fonologis terikat, tetapi secara morfo-logis ia dapat dipisahkan dari bentuk yang digabunginya itu de_ngan jalan menyisipkan sesuatu unsur lain diantaranya; dengan demikian se-2 dan bentuk yang digabunginya tersebut masing-masingnya berperan sebagai unit sendiri-sendiri didalam kelompok-kata. Klitika se-2 dapat disebut sebagai kata yang tidak mempunyai te_kanan kata sendiri dan berdiri didepan kata yang mendapat tekanan serta membentuk satu kesatuan tekanan dengannya; karena se-2 itu menduduki posisi awal dalam konstruksi ' se-2 + kata disamnin nya' itu, maka ia disebut proklitika. Perilaku sintaktik awalan belum digarap dengan semestinya oleh para penulis tatabahasa hingga kini. Adapun yang lazim dikemukakan penulis-penulis tersebut hanyalah segi-segi historis dan struktur semantisnya saja. Dari segi struktur formilnya_"
Depok: Universitas Indonesia, 1968
S10995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bestari Diniarti
"Ver adalah prefiks yang banyak terdapatg dalam bahasa Belanda Pirefisaasi dengan ver- mengakibatkan perubahan bentuk dan makna tersebut suatu kategori yang menjadi bentuk dasarnya. Perubahan bentuk dan makna tersebut menjadi titik tolak dalam penulisan skripsi ini ini, Untuk meneliti perubahan yang ditimbulkaan khususnva oleh verba berprefiks ver- dengan sendirinya diperlukan pula berbagai teori yang berkaitan dengan vet- khususnva teori -teori yang berasal dari Arians Van Santen (1990) tentang spesivikasi proses pembentukan kata, Dik & Kooij. tentang derivasi dan fleksi sebagai kaidah pembentukan kata yang berlaku pada verba berprefiks ver- Jan teori lalu yang berasal dari Geeit dkk (1984) yang telah) memberikan pengkategorian makna untuk verba beiprefiks ver- berdasarkan makna yang terdapat di dalamnya. Penelitian lain ternyata menunujukkan bahwa kemampuan ver- untuk berkombinasi dengan kategori verba dan adjektiva jauh, lebih besar persentasenya jika dibandingkan dengan .jumlah nomina yang lebih sedikit dan dengan demikian telah menunjukkan bahwa verba dan adjektiva .lebih produktif dari yang lain lagii pula makna yang dihasilkan pun cukup bervariasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apipudin
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Denys Rizkiana
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas peran prefiks pada kata kerja bahasa Rusia. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan sumber data berupa cerpen ? ? Hozjain I Rabotnik lsquo;Majikan dan Pelayan rsquo; dan Nabeg karya Leo Tolstoy. Teori yang digunakan adalah teori pembentukan kata kerja oleh Svedova dalam Akademi Nauk, 1980, Popov 1986, dan Rozental 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran prefiks pada kata kerja bahasa Rusia. Hasil penelitian menunjukan bahwa prefiks pada kata kerja bahasa Rusia memiliki tiga peran yang ditemukan dalam sumber data. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa setiap prefiks memiliki makna yang berbeda-beda.

ABSTRACT
This thesis discusses about role of prefixes in russian verb. This research is analitical descriptive method. Data obtained from short stories, Hozjain I Rabotnik lsquo Master and Man rsquo and Nabeg lsquo The Raid rsquo .The analysis uses theory of word formation by Svedova 1980, Popov 1986, and Rozental 2010. This study aims to describe role of prefixes in russian verb. The results of research shows that there are three roles of prefixes in Russian verbs founded in these short stories. Futhermore, the meaning of prefixes can be different each others. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husni Pratama
"Sufiks -er pada bahasa Jerman merupakan salah satu dari sekian banyak afiks yang produktif dalam pembentukan nomina. Berdasarkan pengalaman dalam mempelajari bahasa Jerman, penulis beranggapan bahwa ada kesepadanan antara sufiks -er pada bahasa Jerman dan prefiks pe- pada bahasa Indonesia. Terhadap kedua afiks tersebut dilakukan suatu penelitian untuk melihat sejauh mana adanya kesepadanan makna semantis antara keduanya. Untuk mendukung analisis kontrastif tersebut juga dilakukan karakterisasi proses morfologis dengan sufiks -er dan prefiks pe-.
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber utama, yaitu: Wortbi1dung der deutschen Gegenwartssprache (Wolfgang Fleischer, 1983) untuk bahasa Jerman dan Pembentuksn Kata dalam Bahasa Indonesia (Harimurti Kridalaksana, 1989) untuk bahasa Indonesia. Kedua afiks tersebut masing-masing dijabarkan dan dianalisis secara terpisah, baik dari segi morfologis maupun dari segi makna semantis. Hasil analisis yang didapatkan digambarkan dalam bentuk tabel. Pada analisis kontrastif diperlihatkan perbedaan-perbedaan karakteristik sufiks -er dan prefiks pe-.
Dari analisis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses morfologis dengan sufiks -er pada bahasa Jerman bersifat paradigmatis; sedangkan proses morfolo_gis dengan prefiks pe- pada bahasa Indonesia merupakan proses morfologis yang bertahap/bertingkat. Perbandingan klasifikasi leksem memperlihatkan bahwa pada bahasa Jerman leksem yang dibentuk dari verba, frase verbal, nomina, frase nominal, numeralia dan ajektiva dapat mengalami proses morfologis dengan sufiks -er dan pada bahasa Indonesia hanya verba, frase verbal dan ajektiva yang dapat mengalami proses morfologis dengan prefiks pe-. Secara semantis, sufiks -er dan prefiks pe- tersebut berpadanan untuk nomina agentis, nomina patientis, nomina instrumenti dan nomina verbal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Sunu Wijayanto
"ABSTRAK. Penelitian mengenai prefiks khususnya prefiks sa- telah dila kukan oleh para linguis bail( secara morfologis maupun sintak_tis. Namun apa yang telah dibahas para linguis hanya secara umum se_hingga kurang memadai. Maksud penelitian ini ialah mengupas apa yang telah dibicarakan dan yang belum pernah dibicarakan oleh para linguis sehingga dari apa dikupas dapat diketahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus ditambah. Pengumpulan data dilakukan dengan mengutip dari majalah Panyebar semangat, kamus-kamus bahasa Jawa serta wawancara dengan beberapa orang yang masih aktif. Bahasa yang dipergunakan dalam pengumpulan data ini ialah bahasa Jawa standar. Tataran bahasa yang digunakan adalah tataran bahasa karma dan ngoko. Dalam membahas masalah ini digunakan teori linguistik struk_tural dan ditinjau secara deskriptif. Hasil penelitian prefiks sa- dan afiks sa- -e secara morfolo_gis ternyata dapat diungkapkan beberapa masalah dalam proses morfo_logis, makna dalam pembentukan kata, dan variasi bentuk afiks. Masa_lah proses morfologis dari prefiks sa- dan afiks sa- -e di sini yaitu afiksasi, reduplikasi, pemendekan, dan perpaduan. Dalam pembentukan kata prefiks sa- dan afiks sa- -e mempunyai beberapa makna. Prefiks sa- mempunyai makna numeralia, sama dengan, seluruh, sampai, dan deiksis. Afiks sa- -e mempunyai makna superlatif, temporal, se_sudah, tempat, bersama dengan, tiap-tiap, sampai dan numeralia. Pe_neliti,an mengenai vari.asi bentuk afiks sa- menghasilkan beberapa va_riasi antara lain /sal, /sa?/, /s?/, /su/ dan /s/. Penelitian pre_fiks sa- dan afiks sa- -e secara sintaktis menghasilkan beberapa ma_salah yang dapat diungkapkan yaitu masalah kategori kata yang ber_prefiks sa- dan/atau afiks sa- -e, hubungan prefiks sa- dan/atau afiks sa- -e dengan kata yang dilekati kemudian diungkapkan masalah kata yang berprefiks sa- dan/atau afiks sa- -e dalam tataran klausa dan kalimat."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanurani Prajanto
"Penelitian mengenai verba dengan prefiks er- dan ver- dalam bahasa Jerman telah dilakukan secara komparatif. Tujuannya ialah memberi gambaran perbandingan verba dengan prefiks er- atau ver- yang mempunyai basis yang sama dan modifikasi sintaktis maupun semantis yang muneul dalam hubungan paradigmatis antar verba ini di dalam kalimat. Skripsi ini terdiri atas empat bab. Bab pertama ialah pendahuluan. Di dalam bab kedua dijabarkan kerangka teori, yakni gramatika dependensi - valensi, aspek morfologis dan semantis verba dengan prefiks er- dan ver- Berta teori probabilitas. Pada bab ketiga dianalisis sejumlah contoh kalimat dan akan disimpulkan akhirnya pada Bab keempat. Hasilnya ialah: Prefiksasi verba dengan prefiks er _atau ver- akan mengakibatkan termodifikasinya struktur kalimat maupun maknanya. Verba dengan prefiks er- atau ver- apabila mempunyai basis sama dapat mempunyai perbedaan struktur kalimat dan atau maknanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Im, Young Ho
"Sampai saat ini para ahli bahasa tidak henti-hentinya menggarap masalah pola kalimat bahasa Indonesia sebagai bahan studi. Bukanlah suatu kebetulan bila akhir-akhir ini perhatian lebih banyak ditujukan pada tataran sintaksis daripada tataran-tataran lainnya. Pendekatannya pun saat ini lebih bersifat murni, yaitu semata-mata berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis suatu bahasa. Pendekatan tersebut menunjukkan adanya ketidakpuasan sementara ahli bahasa dengan hasil analisis yang ada yang cenderung menganalis tataran ini yang mengaitkannya dengan tataran semantis misalnya. Dengan adanya pendekatan demikian ini akibatnya munculnya kerancuan dalam usaha menjelaskan permasalah-permasalahan yang ada di dalam tataran sintaksis..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujakir
"Pembahasan mengenai prefiks ber- dan men- telah banyak dilakukan oleh ahli bahasa dewasa ini. Para ahli bahasa tersebut berusaha semaksimal mungkin untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna kedua prefiks tersebut dalam hubungannya dengan proses penggabungan antara kedua prefiks itu dengan morfem dasar. Proses penggabungan afiks dengan morfem dasar menimbulkan pelbagai peri laku, back pada saat berlangsungnya maupun setelah terjadinya proses itu. Perilaku ini, biasanya ditentukan oleh afiks yang bergabung dengan morfem dasar itu karena pada dasarnya tiap-tiap afiks mempunyai kekhasan sendiri-sendiri.
Kekhasan yang penulis maksudkan disini adalah kemampuan afiks itu melekat dengan morfem dasar dengan memperhitungkan fungsi dan makna afiks tersebut jika bergabung dengan morfem dasar. Sebagai contoh, proses penggabungan prefiks men- + tanam = menanam. Di sini, ada aspek morfofonemis (Ramlan, 1980 : 52) yaitu perubahan fonem /N/ menjadi /n/, kemudian ada aspek sintaksis ( Kridalaksana, 1986 : 50) yaitu hasil dari proses penggabungan tersebut menghasilkan verba aktiv transitif, dan ada aspek semantis (Kridalaksana, 1988 : 39) yaitu ada makna gramatikal 'melakukan' dalam prefiks men-.
Menurut pendapat penulis, jika yang bergabung itu prefiks di atau prefiks lainnya, belum tentu bentuk, fungsi, dan makna kedua prefiks itu sama. Hal inilah yang penulis maksudkan dengan kekhasan afiks masing-masing itu. Namun jika kite mendapatkan bentuk bertanam yang berpasangan dengan bentuk menanam, mungkin kits harus melihat lebih teliti karena kedua bentuk ini dibangun oleh prefiks yang berbeda, tetapi sering kita temukan dalam struktur klausa yang sama.
Sepengetahuan penulis, para ahli bahasa memusatkan analisisnya pada tiap-tiap afiks, baik dari segi bentuk, fungsi, maupun maknanya. Akan tetapi, yang penulis ketahui, mereka belum mengupas secara terinci interaksi prefiks ber- dan men- dalam morfem dasar yang sama. Kupasan mereka terpusat pada bentuk-bentuk yang tidak menimbulkan interaksi antara prefiks satu dengan prefiks lainnya. Para ahli bahasa yang penulis maksudkan itu, antara lain, Keraf (1984 : 94) yang mengemukakan fungsi, bentuk, dan makna afiks masing-masing, diantaranya prefiks ber- dan men-. Dardjowidjojo (1983 : 6) memperlihatkan Janis morfem dasar yang mampu bergabung dengan prefiks men- dan kemungkinan morfem dasar tersebut berganbung dengan men-kan atau men-i.Karangan-karangan dart penulis lainnya akan penulis tuangkan dalam bab 2 : Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori.
Maksud penulis mengetengahkan tulisan para ahli bahasa tersebut adalah untuk memperlihatkan bahwa sejauh ini belum ada tulisan yang jelas mengenai interaksi prefiks ber- dan men-. Namun, diantara para ahli bahasa dewasa ini, ada uraian yang diketengahkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Harimurti Kridalaksana yang menguraikan interaksi prefiks ber- dan men- dalam morfem dasar bebas. Menurut pendapat penulis, uraian kedua ahli itu berdekatan dengan topik penelitian penulis. Alisjahbana (1978 : 22) mengemukakan bahwa interaksi prefiks ber--dan men- pada morfem dasar yang sama akan menyulitkan kita dalam membedakan kedua bentuk tersebut. Dengan memperhitungkan aspek maknanya, Alisjahbana membedakan ber- sebagai penanda keadaan dan men- sebagai penanda pekerjaan. Kridalaksana (1986 : 54) mengemukakan masalah interaksi prefiks ber- dan men- dengan melihat aspek semantisnya. Untuk membedakan bentuk yang berprefiks ber- atau men-, Kridalaksana menggunakan aspek tulis dan atelis, yaitu dengan melihat tuntas atau tidak tuntasnya pekerjaan yang diperlihatkan oleh verba berprefiks ber- atau men-.
Menurut pendapat penulis, kedua ahli bahasa tersebut sudah membuka jalan bagi penulis untuk melakukan penelitian dan melihat aspek-aspek yang ada dalam proses penggabungan prefiks ber- maupun men- dengan morfem dasar, serta melihat aspek yang ada dalam interaksi prefiks ber- dengan men-. Oleh karena itu, dalam skripsi yang diberi judul Interaksi prefiks ber- dan men- dalam morfem dasar. penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengungkapkan segala aspek yang diakibatkan oleh proses penggabungan maupun interaksi prefiks ber- dan men-."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>