Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryo Nugroho Triyudanto
"ABSTRAK
Latar Belakang. Meskipun kemajuan dalam desain dan bentuk fiksasi pada implant total knee replacement (TKR) meningkatkan kesintasan dan fungsi TKR secara dramatis, jumlah perdarahan prosedur ini hingga kini masih merupakan masalah penting yang belum dapat teratasi dengan baik.
Metode. Penelitian ini adalah randomized controlled trial. Terdapat 28 pasien yang menjalani TKR periode Agustus 2014 hingga Februari 2016 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 22 diantaranya memenuhi kriteria inklusi dan dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok kontrol, kelompok asam tranexamat intraartikular intraoperatif dan kelompok asam traneksamat intravena preoperatif. Perdarahan intraoperatif, kadar hemoglobin (Hb) preoperasi hingga hari kelima pasca operasi, total produksi drain, jumlah transfusi total dan hari pencabutan drain dicatat dan dibandingkan.
Hasil. Jumlah transfusi pada kelompok intraartikular (200 +/- SB 100 ml) dan intravena (238 ± SB 53 ml ) secara signifikan berbeda dengan kelompok kontrol (1016 ± SB 308.2 ml) (p = 0.001). Total produksi drain pada kelompok intraartikuler (328 ml ± SB 193 ml) maupun intravena (391 ml ± SB 185 ml) berbeda bermakna dengan kelompok kontrol (652 ± SB 150 ml) (p = 0.003). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah transfusi antara grup intravena dengan grup intraartikuler. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar Hb baik preoperasi maupun pascaoperasi, jumlah perdarahan intraoperatif, maupun hari drain dicabut pada setiap kelompok.
Simpulan. Pemberian asam traneksamat menghasilkan total transfusi dan total produksi drain yang secara signifikan berbeda dibandingkan dengan kontrol, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah transfusi antara grup intravena dengan grup intraartikuler. Pemberian asam traneksamat baik intravena maupun intraartikuler dapat mengurangi jumlah transfusi dan total produksi drain secara efektif pada pasien yang menjalani prosedur TKR

ABSTRACT
Introduction. This is a randomized controlled trial study. From 28 patients who underwent TKR from August 2014 to Februari 2016 at Cipto Mangunkusumo Hospital, 22 patients met the inclusion criteria and were divided into three groups. The control group,tranexamic acid intraarticular-intraoperative group, and intravenous tranexamic acid preoperative group. Intraoperative bleeding, hemoglobin (Hb) level on pre-operative to fifth day post surgery, total drain production, total blood tranfusion needed and the drain removal timing were recorded and compared.
Method. This is a randomized controlled trial study. From 28 patients who underwent TKR from August 2014 to Februari 2016 at Cipto Mangunkusumo Hospital, 22 patients met the inclusion criteria and were divided into three groups. The control group,tranexamic acid intraarticular-intraoperative group, and intravenous tranexamic acid preoperative group. Intraoperative bleeding, hemoglobin (Hb) level on pre-operative to fifth day post surgery, total drain production, total blood tranfusion needed and the drain removal timing were recorded and compared.
Result. The amount of blood transfusions needed both in the intra-articular group (200 +/- SD 100ml) and in the intra-venous group (238 ± SD 53 ml) was significantly different compared with those in the control group (1016 ± SD 308.2 ml) (p = 0.001), but there is no significant difference between the amount of blood transfusion needed in the intra-articular group and the amount needed in the intra-venous group. The total drain production in the intra-articular group (328 ml ± SD 193 ml) and intra-venous group (391 ml ± SD 185 ml) was significantly different compared to those in the control group (652 ± SD 150 ml) (p = 0.003). There is no significant difference between the levels of both preoperative and postoperative hemoglobin, the amount of intraoperative bleeding, as well as the duration of drain usage on each group.
Consclusion. Tranexamic acid used both intra-articularly and intra-venously significantly reduce the amount of blood transfusion needed dan total drain production compared to control, but there is no significant difference between the intra-articular group and intra-venous group."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Auliani
"Latar Belakang: Penggunaan cardiopulmonary bypass dalam bedah jantung terbuka pada anak yang berkepanjangan dapat memicu koagulopati dan hemodilusi, serta menyebabkan perdarahan pasca operasi. Pasien anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik memiliki risiko lebih tinggi karena sistem koagulasi darah mereka yang imatur. Meskipun demikian, tidak ada penelitian serupa yang betujuan untuk menilai hubungan antara keduanya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti korelasi antara CPB time dan perdarahan pasca operasi jantung terbuka pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik.
Metode: Penelitian ini bersifat descriptive-analytical dengan metode cross- sectional. Rekam medis 100 pasien anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari Januari 2016 sampai dengan Maret 2018 digunakan sebagai sampel. Pasien anak berusia 0 sampai 17 tahun dengan penyakit jantung bawaan sianotik, yang telah melalui bedah jantung terbuka elektif digunakan sebagai sampel. Korelasi Spearman digunakan untuk meneliti hubungan antara CPB time dengan perdarahan pasca operasi.
Hasil: Dari 100 data yang diperoleh, tidak terdapat korelasi antara CPB time dan perdarahan pasca operasi (p = 0.087). Median dari CPB time adalah 87 menit (29 – 230). Perdarahan pasca operasi pasien memiliki median 15.3/kgBB dalam 24 jam (3.0 – 105.6).
Konklusi: Tidak ada hubungan antara CPB time dan post-operative bleeding pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik. Faktor lain dapat mempengaruhi kedua variabel diteliti, termasuk dari pasien sendiri dan dari tindakan operasi, seperti kemampuan operator menangani perdarahan serta jenis prosedur operasi. Maka dari itu, CPB time tidak dapat dianggap sebagai faktor tunggal yang dapat mempengaruhi perdarahan pasca operasi.

Background: Prolonged use of cardiopulmonary bypass during open heart surgery can induce coagulopathy and hemodilution, contributing towards post-operative bleeding. Pediatric patients with cyanotic congenital heart disease are susceptible due to presence of immature coagulation system. However, no similar studies have been done to assess the relationship between the two.
Aim: This study aims to assess correlation between CPB time and post-operative bleeding in pediatric patients with cyanotic congenital heart disease undergoing open heart surgery.
Method: This is a descriptive-analytical study, utilizing cross-sectional method. Medical records of 100 pediatric patients from Cipto Mangunkusumo General Hospital between January 2016 to March 2018 were used. Patients aged 0 to 17 years old with cyanotic congenital heart disease, who underwent elective open heart surgery were included as sample. Spearman’s correlation was used to determine correlation between CPB time and post-operative bleeding.
Result: Data from 100 patients were obtained. No correlation was observed between CPB time and post-operative bleeding (p = 0.087). Patients’ CPB time has a median of 87 minutes (29 – 230). Patients’ post-operative bleeding has a median of 15.3 ml/kgBW in 24 hours (3.0 – 105.6).
Conclusion: CPB time and post-operative bleeding has no correlation in pediatric patients with cyanotic congenital heart disease. Presence of various factors can influence both variables, including from the patients or operative factors, including dexterity of operator and applied procedure. Thus, CPB time cannot be held responsible as a single determining factor for post-operative bleeding.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library