Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herdhana Suwartono
"Latar belakang: Kanker serviks menyumbang angka kematian kanker keempat terbanyak di dunia khususnya di negara berkembang seperti Indonesia dimana didapatkan sebanyak 0,8 kasus kanker serviks per 1000 penduduk. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan cara yang efektif untuk deteksi dini kanker serviks dengan nilai sensitivitas yang cukup baik. Pasien dengan hasil IVA positif perlu segera dilakukan tatalaksana untuk mencegah perkembangan lesi prakanker. Namun, krioterapi sebagai pilihan utama terapi belum tersedia luas di Indonesia. Alternatif tatalaksana yang menjanjikan adalah dengan menggunakan larutan Trichloroacetic Acid (TCA). TCA 85% merupakan bahan yang dapat menginduksi keratocoagulation yang mudah ditangani, murah, dan sebelumnya telah terbukti efektif digunakan untuk menangani keganasan lainnya di area vagina dan anus. Tujuan: Mengetahui efikasi TCA 85% pada tatalaksana IVA positif dibandingkan dengan krioterapi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian randomized control trial menggunakan metode non-inferiority study. Subyek penelitian ini merupakan pasien dengan hasil IVA positif yang dirujuk ke Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dilakukan random block sampling untuk menentukan subjek yang mendapatkan terapi TCA (n=36) atau krioterapi (n=36). Selanjutnya dilakukan follow-up pada bulan ke-3 pasca tatalaksana. Dari data yang didapatkan dilakukan analisis bivariat dengan fisher exact test untuk mengetahui hubungan antara variabel.
Hasil:Dari 72 subjek yang diteliti, 36 subjek diterapi dengan TCA 85% sedangkan 36 lainnya diterapi dengan krioterapi. Sebanyak 35 (97,2%) pasien yang ditatalaksana dengan TCA 85% mengalami konversi menjadi IVA negatif pada follow-up bulan ke-3, sedangkan seluruh pasien yang ditatalaksana dengan krioterapi menjadi konversi menjadi IVA negatif. Dilakukan analisis bivariat fishers exact test dan didapatkan nilai p sebesar 1,00 (p>0,05). Kesimpulan:Tidak ada perbedaan bermakna dari efikasi penggunaan TCA 85 % dibandingkan dengan krioterapi pada terapi IVA positif.

Background: Cervical cancer mortality rate accounts for fourth among all cancer. In a Developing country such as Indonesia, the prevalence of cervical cancer is 0,8 case per 1000 population. Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) is an effective cervical cancer screening method. Patients with positive VIA result have to be immediately treated in order to avoid cancer progression. However, cryotherapy as the first line treatment of positive VIA result is not currently widely available in Indonesia. Alterative treatment using Trichloroacetic Acid (TCA) solution is a promising treatment alternative to cryotherapy as it is cheap and easy to be handled. Furthermore, TCA has been proven to be effective to treat vaginal and anal neoplasia.
Objective: To investigate the effectiveness TCA 85% compared to cryotherapy to treat patients with positive IVA result.
Method: This is a non-inferiority randomized controlled trial study. Patients with positive VIA result referred to Jatinegara Primary Health Center were included in this study. Eligible samples were then treated with either TCA 85% or cryotherapy. The treatment was determined using simple random sampling method. Samples were then followed up 3 months after treatment in order to determine VIA result conversion.
Result: Thirty-six patients were treated with TCA 85% and 36 others were treated with cryotherapy. 35 (97,2%) patients treated with TCA 85% converted to negative VIA, whereas all of the patients that were treated with cryotherapy convert to negative VIA. Bivariate analysis fisher exact test was then conducted with a result P value of 1,00 (p > 0,05).
Conclusion: There were no statistically significant difference of result between TCA and Cryotherapy for treating patients with positive VIA result."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Desrizal
"Latar belakang: Krioterapi adalah salah modalitas terapi yang sering dilakukan pada lesi IVA positif di Indonesia. Selain memiliki angka kesembuhan yang cukup tinggi, krioterapi tergolong murah dan mudah dilakukan dengan sumber daya yang terbatas. Namun, efek samping pasca krioterapi seperti keputihan, perdarahan bercak, dan nyeri adalah hal yang tidak bisa dihindari. Beberapa penelitian mengaitkan adanya hubungan derajat dan luas lesi prakanker dengan angka kesembuhan pasca krioterapi. Jenis krioterapi (single-freeze atau double-freeze) juga dihubungkan dengan luas area nekrosis pasca krioterapi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan luas lesi IVA positif dan jenis krioterapi terhadap efek samping pasca krioterapi
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prosepektif. Populasi terjangkau
adalah pasien dengan IVA positif yang menjalani krioterapi oleh Female Cancer Program dari Juli sampai dengan Oktober 2019 di Jakarta. Evaluasi dilakukan dengan pengisian lembar keluhan efek samping krioterapi selama satu bulan. Analisis data dalam bentuk deskriptif dan analitik.
Hasil: Didapatkan 43 subjek IVA positif, 27 (62,8%) subjek lesi luas, dan 16 (37,2%) subjek lesi sempit, jenis krioterapi dibagi menjadi 33 (76,7%) subjek double-freeze, 10 (23,3%) subjek single-freeze, setelah sebulan didapatkan keluhan keputihan sebanyak 88,4%; perdarahan bercak 51,2%, nyeri 58,1%; tidak didapatkan hubungan bermakna antara luas lesi IVA positif dengan keputihan (nilai-p 0,63), perdarahan bercak (nilai-p 0,61), dan nyeri (nilai-p 0,54), krioterapi double-freeze berhubungan bermakna dengan efek samping perdarahan bercak (RR 0,5; nilai-p 0,0032; CI 0,3-0,9).
Kesimpulan: krioterapi double-freeze berhubungan bermakna dengan efek samping perdarahan bercak pasca krioterap.

Background: Cryotherapy is a procedure often performed in positive VIA lesions in Indonesia. Not only having a high cure rate, but cryotherapy is also relatively cheap and easy to perform with limited resources. However, side effects such as vaginal discharge, spotting, and pain are unavoidable. Several studies have linked the degree and width of precancerous lesions with cure rate after cryotherapy. Type of cryotherapy (single-freeze or double-freeze) is also related with amount of necrosis area produced after cryotherapy.
Objective: To determine the association of positive VIA area and the type of cryotherapy with post-cryotherapy side effects.
Method: This is a prospective cohort study. The population are women with positive VIA result who underwent cryotherapy by the Female Cancer Program from July to October 2019 in Jakarta. Evaluation was performed by filling out the patients complaint sheet for one month. Data was analysed descriptively and analytically.
Results: There were 43 women with positive VIA results, grouped into 27 (62.8%) large lesion, and 16 (37.2%) small lesion, types of cryotherapy was grouped into 33 (76.7%) double-freeze, 10 (23,3%) single-freeze, after one month follow-up there were complaints of vaginal discharge 88.4%; spotting 51.2%, pain 58.1%; found unsignificantly association between width of positive VIA area with vaginal discharge (p-value 0.63), spotting (p-value 0.61), and pain (p-value 0.54), double-freeze cryotherapy was significantly associated with side effect of spotting (RR 0.5; p-value 0.0032; CI 0.3-0.9).
Conclusion: double-freeze cryotherapy is significantly related with side effect of spotting.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library