Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Maurilla
"Terdapat banyak kosakata bahasa Jepang yang memiliki makna lebih dari satu namun makna-makna tersebut masih saling berhubungan yang disebut sebagai polisemi (多義語; tagigo). Verba wakaru merupakan salah satu contoh kata berpolisemi. Adanya perbedaan pada makna verba wakaru sering menimbulkan kesalahan dalam penerjamahan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap berbagai makna pada verba wakaru. Penelitian ini berfokus pada komponen makna pada verba wakaru. Data penelitian diambil dari drama Jepang periode tahun 2015-2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba wakaru sebagai polisemi memiliki tujuh buah makna dan setiap makna mengandung komponen makna yang berbeda, yaitu `pemahaman terhadap suatu hal`, `sesuatu hal menjadi jelas`, `rasa empati`, `pernyataan setuju`, `mengetahui informasi`, `mengerti apa yang diucapkan`, `mengenali seseorang`. Selain dapat dijelaskan dengan kata `tahu` dan `paham`, verba wakaru juga dapat dijelaskan dengan kata `mengenali`, `berempati`, dan juga kata `setuju` tergantung pada komponen makna yang dikandungnya.

There are many Japanese vocabularies that have more than one meaning but the meanings are still interconnected which is called polysemy (多 義 語; tagigo). Verb wakaru is an example of the word that polysemics. Differences in the meaning of verb wakaru often lead to errors in translation into Indonesian. Therefore, research needs to be done on various meanings on verb wakaru. This research focuses on the meaning components of meaning in verb wakaru. The research data was taken from Japanese drama period 2015-2019. The research method used is a qualitative method. The results showed that verb wakaru as polysemics had seven meanings and each meaning contained different meaning components, namely `understanding of something`, `things become clear`, `empathy`, `statement of agreement`, `know some information`, `understand what is said`, `recognize someone`. Besides being able to be explained with the words 'know' and 'understand', wakaru verbs can also be explained with the words 'recognize', 'empathize', and also the word 'agree' depends on the meaning components contained."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Aycan Kolukisa
"When we are learning a foreign language, it is obvious that bilingual dictionaries are the most important resources. However, if we leave aside the fact that the bilingual dictionaries are the most irreplaceable resources for foreign language education, user habits show that advanced-level of language learners prefer monolingual dictionaries mostly instead of a bilingual ones. When we look at the reasons behind this, it is because of the mismatching of concept explained in the target language, or in the source language. Actually this is not a matter realized at basic levels and most of the language learners do not even understand what is wrong in their utterances. They believe that every matching word explained in bilingual dictionaries can be used as exactly as the same under every circumstances in both languages. However this is what indeed causes the lexical translation errors in their utterances. In this paper, we will see fi rst what the polysemy is and how it does come into existence. Then by considering the lexical translation errors seen in Turkish-Japanese examples, we will determine and suggest a new connotative meaning for the Turkish word "güzel"."
Osaka: Graduate School of Language and Culture, Osaka University, 2018
400 FRO 1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zaqiatul Mardiah
"ABSTRACT
Artikel ini menyajikan kerangka berpikir linguistik kognitif (LK) untuk menganalisis struktur semantis nomina spasial bahasa Arab, fawqa dengan menggunakan Model Polisemi Berprinsip (MPB) dari Tyler dan Evans (2003). Ancangan MPB dapat mengubah pandangan para ahli LK tentang variasi semantis konsep fisik-geometris sebuah preposisi. Sebagai sebuah leksem polisemis, fawqa digunakan oleh penutur jati bahasa Arab untuk mengungkapkan beragam makna baik relasi spasial maupun relasi nonspasial. Telaah tentang makna-makna leksem fawqa didasarkan pada korpus linguistik corpus.kacst.edu.sa dan memanfaatkan lima langkah dari MPB. Dengan ancangan MPB, penggunaan fawqa yang menyatakan makna-makna perluasan dapat dipastikan tetap berada dalam jejaring semantisnya. Studi ini mengungkapkan bahwa struktur makna fawqa dalam beragam situasi dan kasus, yang dicermati dengan mengandalkan ancangan kognitif, memperlihatkan relasi spasial non-updown dan nonfisik, yang tetap merujuk pada makna
primernya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
907 PJKB 9:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Citania
"Setiap makna dalam leksem kai memiliki hubungan antarmakna yang masih berhubungan atau berkaitan, hal tersebut dimaknai sebagai polisemi. Ketika leksem kai berpadu dengan leksem lain, kemudian membentuk sebuah kata majemuk, maka makna leksikal kai dapat bertambah di konteks yang lebih luas. Fenomena tersebut disebut sebagai perluasan makna. Sering kali fenomena perluasan makna ini mengakibatkan makna leksikal yang asli dari leksem yang membentuk kata majemuk itu tidak transparan, karena konteks pemakaiannya sudah meluas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan bahwa makna leksem kai dalam kata majemuk bahasa Madarin, maknanya akan tetap kekal walaupun telah mengalami perluasan makna. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dijelaskan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenomena perluasan makna pada leksem kai. Data yang digunakan berupa makna dan kata majemuk leksem kai dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2017). Data akan dianalisis menggunakan teori analisis komponen makna Nida (1975) dan tabel persamaan konsep makna untuk mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi pengekalan makna pada setiap kata majemuk yang berpadu dengan leksem kai.

Each meaning of the lexeme kai shows the relationship of meaning between them. A word which has many related meanings is called polysemy. When the lexeme kai combines with another lexeme will form a compound words. The meaning of kai in those compound words will increase and can be used in a wider context. This phenomenon is interpreted as an extension of meaning. Often the original meaning is not transparent anymore because of the widespread usage context. The data are taken from the compound words containing the lexeme kai from Xiandai Hanyu Cidian (2017). This study uses a qualitative descriptive methods by describing the phenomenon of extensional meaning of lexeme kai. This study aims to prove that the meaning of the lexeme kai in compound words remain exist even though it has experienced an expansion of meaning. The data will be analyzed using Nida's (1975) theory of meaning components and the equation table of meaning concepts to achieve the aims of this research. The result shows that the meaning of each compound word of kai lexeme still exists."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library