Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apip Hadi
"Telah dilakukan penelitian untuk menguji peningkatan laju disolusi parestamol dengan pembentukan sistem dispersi padat parasetamol dengan pembawa polivinilpirolidon. Hal ini berdasarkan permasalahan teoritis bahwa suatu obat yang sukar larut atau tidak larut dalam air akan mengalami ketidakmenentuan disolusinya sehingga absorpsinya-pun tidak menentu. Dalam penelitian ini digunakan lima perbandingan berat parasetamol (500 mg) dan polivinilpirolidon , yaitu perbandingan 1 : 0,2, perbandingan 1 : 0,4, perbandingan 1 : 0,6 perbandingan 1 ; 0,8 dan perbandingan 1 1. Peningkatan laju disolusi terbesar terjadi pada dispersi padat dengan perbandingan 1 : 1 dibandingkan dengan parasetamol nya sendiri, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk terdisolusi sebesar 80% nya adalah 4,98 menit, sedangkan parasetamol tunggalnya sebesar 7,89 menit. Secara statistik hal ini berbeda secara berrnakna. Sedangkan dispersi padat dengan perbandingan 1 : 1 dibandingkan dengan dispersi padat lain, seperti perbandingan 1 : 0,6 dan 1 : 0,8 tidak berbeda secara bermakna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Gunawan
"Kurkumin merupakan senyawa fenolik terbukti memiliki berbagai  efek farmakologi, akan tetapi jarang diformulasikan dalam sediaan oral karena memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Untuk meningkatkan kecepatan kelarutan kurkumin dalam air, kurkumin diformulasikan menjadi dispersi padat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tablet kunyah dispersi padat kurkumin-polivinilpirolidon dengan pemanis ekstrak stevia. Dispersi padat kurkumin dibuat menggunakan polivinikpirolidon K-30 dengan perbandingan 1:10. Dispersi padat kurkumin yang diperoleh dikarakterisasi meliputi: uji kandungan lembab, uji kandungan obat, uji gugus fungsi dan uji disolusi. Selanjutnya, dispersi padat kurkumin polivinilpirolidon K-30 tersebut dicetak menjadi tablet kunyah dengan metode kempa langsung dalam tiga formula, yaitu  Formula A (Avicel PH 102 10%), Formula B (Avicel PH 102 15%) dan Formula C (Avicel PH 102 20%). Tablet kunyah dispersi padat kurkumin yang peroleh dievaluasi yang mencakup kekerasan, keregasan, keseragaman kandungan dan disolusi tablet. Berdasarkan hasil yang diperoleh tablet formula C merupakan formula terbaik dengan kandungan tertinggi pada uji disolusi (99,3%) dalam 60 menit, dilanjutkan dengan kekerasan dan kekerasan yang memenuhi persyaratan berturut-turut yaitu 8,07 Kp dan 0,37%. Oleh karenanya,  dapat disimpulkan bahwa Formula C dengan kandungan Avicel PH 102 20% b/b merupakan formula terbaik untuk tablet kunyah kurkumin.

Curcumin is a phenolic compound shown to have various pharmacological effects, but is rarely formulated in oral dosage form because it has low solubility in water. To enhance the solubility rate of curcumin in water, curcumin is formulated into a solid dispersion. This reasearch aimed to obtain chewable tablets of curcumin-polyvinylpyrrolidone solid dispersion with stevia extract sweetener. A solid dispersion of curcumin was prepared using polyvinilpyrrolidone K-30 in a ratio of 1:10. The solid dispersion of curcumin obtained was characterized including: moisture content, drug content, functional group and dissolution profile. Furthermore, the solid dispersion of curcumin-polyvinipyrrolidone K-30 was prepared into chewable tablets by direct compession method in three formulas, which were Formula A (Avicel PH 102 10%), Formula B (Avicel PH 102 15%) and Formula C (Avicel PH 102 20%). The obtained chewable tablets of the curcumin solid dispersion were evaluated in terms of hardness, friability, content uniformity and dissolution. Based on the results, the best formula was Formula C with the highest curcumin release (99.3%) in 60 minutes, as well as the acceptable hardness and friability of 8.07 Kp and 0.3%, respectively.  Therefore, it can be concluded that formula C that containing Avicel PH 102 20%w/w is the best formula for the curcumin chewable tablet."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Hasna Ananto
"Perkembangan industri batik tidak diimbangi dengan pengolahan limbah yang memadai. Sebagian besar penghasil batik membuang langsung limbah cairnya ke perairan tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Pada penelitian ini dilakukan upaya pengolahan limbah batik menggunakan metode filtrasi dengan mengevaluasi pengaruh variasi konsentrasi bahan membran dan tekanan umpan terhadap kemampuan penyisihan pengotor. Pada penelitian ini, dilakukan preparasi membran flat sheetberbahan polisulfon dengan pelarut N-metil-2-pirrolidon atau NMP dan aditif polivinilpirolidon (PVP). Membran yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan uji SEM, FTIR, dan sudut kontak. Membran dipreparasi dengan komposisi PSf dan PVP masing-masing 7,35 gram dan 0,15 gram untuk membran PSf/PVP0,15; 7,25 gram dan 0,25 gram untuk membran PSf/PVP0,25; dan 7,15 gram dan 0,35 gram untukPSf/PVP0,35; dengan pelarut NMP sebanyak 42,5 mL. Proses filtrasi membran dilakukan dengan variasi tekanan umpan 4, 5, 6, dan 7 bar. Hasil penelitian menunjukkan membran PSf/PVP0,25memiliki jumlah pori terbanyak dan memiliki sifat paling hidrofilik dengan sudut kontak 50o. Filtrasi membran menunjukkan hasil bahwa semakin rendah tekanan, semakin tinggi persentase rejeksi sedangkan pengaruh komposisi membran berbeda-beda untuk tiap parameter. Dengan tekanan 4 bar, membran PSf/PVP0,25memiliki rejeksi COD dan warna tertinggi sebesar masing-masing 61,73% dan 61,16%; sedangkan membran PSf/PVP0,35memiliki rejeksi TDS dan konduktivitas tertinggi sebesar masing-masing 49,43%.Variasi tekanan umpan dan komposisi membran tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyisihan TSS dan perubahan pH permeat.

The development of the batik industry is not matched by adequate waste treatment. Most batik producers dispose of their liquid waste directly into the waters without processing it first. In this research an attempt was made to treat batik waste using a filtration method by evaluating the effect of variations in membrane material concentration and feed pressure on the ability of impurity removal. In this study, a flat sheet membrane made from polysulfone was prepared with N-methyl-2-pyrrolidone or NMP solvent and polyvinylpirolidone (PVP) additive. The resulting membrane was characterized using SEM, FTIR, and contact angletests. Membranes were prepared with PSf and PVP compositions of 7.35 grams and 0.15 grams for the PSf/PVP0,15 membrane; 7.25 grams and 0.25 grams for the PSf/PVP0,25membrane; and 7.15 grams and 0.35 grams for the PSf/PVP0,35 membrane; with NMP as much as 42.5 mL. The membrane filtration process is carried out with feed pressure variations of 4, 5, 6, and 7 bars. The results showed the PSf/PVP0,25membrane has the highest number of pores and has the most hydrophilic properties with a contact angle of 50o. Membrane filtration shows results that the lower the pressure, the higher the rejection percentage, while the effect of membrane composition vary with each parameter. With a pressure of 4 bar, the PSf/PVP0,25membrane has the highest COD and color content rejection of 61.73% and 61.16% respectively while the PSf/PVP0,35membrane has the highest TDS rejection and conductivity of 49.43% and 48.57%, respectively. Varying the feed pressure and membrane composition did not have a significant effect on TSS removal and permeate pH changes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" gram. Pada penelitian ini membran PVDF/PVP digunakan pada proses ultrafiltrasi untuk mengolah limbah air berminyak yang sudah diolah melalui koagulasi-flokulasi menggunakan koagulan PAC dengan konsentrasi 500 ppm. Proses ultrafiltrasi menggunakan variasi tekanan 1, 2, dan 3 bar. Limbah air berminyak memiliki karakteristik awal COD 99,316 mg/L; pH 6.1; TSS 194 mg/L; TDS 10,280 mg/L; dan kekeruhan 185 FAU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan parameter limbah yang paling sesuai dengan baku mutu dengan fluks permeat terbesar terdapat pada komposisi larutan cetak 0.05 PVP dan tekanan umpan 3 bar dengan penyisihan COD 42.43%, TSS 90.38%, kekeruhan 87.50%, dan pH akhir 6.91.

The oily wastewater contains high levels of contaminants such as COD, TDS, TSS, pH, and turbidity and tends to have a thick color. Therefore, further waste treatment is needed. This research will discuss the application of membrane technology in treating oily wastewater. This study prepared polyvinylidene fluoride (PVDF) ultrafiltration membranes made by phase inversion technique with N,N, dimethylacetamide (DMAc), and polyvinylpyrrolidone (PVP) additives. Membranes were made with variations in the amount of PVP 0.05; 0.15; 0.25; and 0.35 grams. The PVDF/PVP membranes were used in the ultrafiltration process to treat oily wastewater, which had been pre-treated by coagulation-flocculation using a PAC coagulant with a concentration of 500 ppm. The ultrafiltration processes were conducted at the trans-membrane pressure of 1, 2, and 3 bar. The initial oily wastewater has the characteristics of COD 99,316 mg/L; pH 6.1; TSS 194 mg/L; TDS 10,280 mg/L; and turbidity 185 FAU. The results showed that the best waste parameter allowance according to the quality standard with the most significant permeate flux was found in the composition of 0.05 PVP printing solution and 3 bar feed pressure with 42.43% COD removal; 90.38% TSS; 87.50% turbidity; and the final pH of 6.91."
[Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2023
S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Arnady
"
Sediaan inhalasi serbuk kering dapat menjadi solusi untuk pengobatan tuberkulosis karena dapat memaksimalkan konsentrasi obat pada daerah yang terinfeksi. Obat antituberkulosis yang memiliki kelarutan yang rendah seperti rifampisin akan menurunkan efektivitas kerja obat di paru-paru yang hanya memiliki sedikit volume cairan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat serbuk inhalasi rifampisin dengan kelarutan dan disolusi yang lebih baik menggunakan manitol dan polivinilpirolidon K-30. Serbuk inhalasi rifampisin-manitol 1:1 dan 1:2, rifampisin-PVP 1:1 dan 1:2, serta rifampisin-manitol-PVP 1:1:1 dibuat dengan semprot kering. Serbuk inhalasi yang diperoleh dikarakterisasi secara fisik, kimia, serta kelarutan dan disolusi. Penelitian ini menunjukkan bahwa serbuk inhalasi rifampisin berhasil diformulasikan dengan menggunakan manitol dan PVP K-30 dan adanya peningkatan kelarutan dan disolusi. Peningkatan kelarutan dan disolusi didukung oleh hasil DSC, XRD, dan FTIR yang menunjukkan terjadinya interaksi antara rifampisin dengan kedua pembawa dan perubahan bentuk kristal. Serbuk inhalasi rifampisin-PVP 1:2 F4 terbukti paling baik meningkatkan kelarutan rifampisin dalam aquademineralisata dengan kelarutan dari 1,853 0,175 mg/mL menjadi 25,519 0,187 mg/mL serta disolusi dari 8.812 2.199 menjadi 54,943 5,622 selama 2 jam. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa rifampisin dapat diformulasikan sebagai serbuk inhalasi yang memiliki kelarutan dan disolusi yang lebih baik dengan penambahan PVP K-30 1:2.

ABSTRACT
Dry powder inhalation can be a solution for tuberculosis treatment because it allows high drug concentration in the infected area of lung. Poorly soluble antitubercular drug, such as rifampicin can limit the therapeutic effect in the limited lung fluid volume. This study aimed to produce dry powder inhalation of rifampicin with a better solubility using mannitol and polyvynilpryrrolidone K 30 as carriers. Rifampicin mannitol 1 1 and 1 2, rifampicin PVP 1 1 and 1 2, and rifampicin mannitol PVP 1 1 1 were made by spray drying. These inhalation powder were characterized by their physical properties, chemical properties, also solubility and dissolution. This study showed that rifampicin inhalation powder were successfully formulated using mannitol and PVP and also increasing its solubility and dissolution. The characterization with DSC, XRD, FTIR showed the interaction between rifampicin with both carriers and the deformation to amorphous state. Rifampicin PVP 1 2 F4 inhalation powder appeared to show the best result in enhancing rifampicin rsquo s solubility in deionized water from 1.853 0.175 mg mL to 25.519 0.187 mg mL also dissolution from 8.812 2.199 to 54.943 5.622 . Based on these results, it can be concluded that rifampicin can be formulated into inhalation powder and perform better solubility and dissolution with the combination of rifampicin PVP K 30 1 2."
2017
S68343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library