Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazarudin
"ABSTRAK
"
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI, 2017
355 JIPHAN 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dengan meningkatnya kebutuhan akan material baru yang kuat, murah
dan ramah lingkungan. Perlu dicari material alternatif sebagai pengganti kayu
yang dapat digunakan untuk panel bahan bangunan dan interior otomotif. Salah
satu material alternatif adalah komposit poliester tak jenuh (UP) yang dipadukan
dengan serat alam. Poliester tak jenuh biasanya terlarut dalam stirena dan
merupakan resin termoset yang paling banyak digunakan sebagai matriks dalam
industri komposit. Serat alam yang digunakan adalah serat kapuk dan serat
sagu. Diharapkan kedua serat ini akan menjadi penguat (reinforcement) pada
matriks poliester tak jenuh sehingga dapat meningkatkan kekuatan mekanik
seperti flexural strength, flexural modulus, dan hardness. Pada pengujian
mekanik, nilai flexural strength (60.78 MPa), flexural modulus (3.58 GPa) dan
hardness (85.60 N/mm2) tertinggi dihasilkan dari komposit UP-serat sagu
dibandingkan komposit UP-serat kapuk. Namun, kekuatan komposit poliester tak
jenuh-serat sagu ternyata tidak sekuat poliester tak jenuh murni (neat UP)
dengan nilai flexural strength (65.13 MPa), flexural modulus (2.58MPa),
hardness (190.00 N/mm2). Kompatibilitas, dispersi serat dan failure analysis
dengan SEM menunjukkan komposit poliester tak jenuh-serat sagu menunjukkan
interaksi yang besar (good adhesion), penyebaran serat yang merata (good fiber
distribution) dan sedikit serat-serat yang lepas dari matriks (less fiber pull out).
Selain itu poliester tak jenuh diukur temperatur transisi gelas (Tg) dengan DSC
sebesar 81.73 OC, curing selama 8 menit pada suhu 8.37 OC untuk mengetahui
kondisi pemrosesan komposit dan hasil penentuan gugus fungsi dengan FTIR
spectroscopy menunjukkan terjadi pengurangan serapan dari ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh"
[Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S30549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianny Tirta
"Seiring dengan semaldn meningkatnya pemlintaan akan material dengan karakteristik unik yang tidak dimiliki logam, material komposit mulai diminati karena kekuatan terhadap berat yang tinggi. Salah satu jenis komposit tersebut adalah komposit poliester berpenguat serat E-glass. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai matenal tersebut dalam lingkungan keija yang aneka ragam Salah satu jenis lingkungan yang dapat ditemui oleh serat gelas/poliester adalah lingkungan dimana terdapat kombinasi antara kelembaban dan temperatur tinggi (higrotermal) yang dapat menyebabkan degradasi pada matriks serta ikatan antara serat-matriks. Penelirian ini bertujuan unluk melihat pengaruh perlakuan higrotermal terhadap kekuatan lentur komposit serat gelas/poliesten Sampel untuk penelitian dibuat dari matriks poliester yang diperkuat dengan dua jenis serat, yaitu CSM (Chopped Strand Mat) dan WR (Woven Roving). Susunan lapisan adalah 3 CSM/ IWR/3 CSM/1 WR/2 CSM dan dibuat dengan metode laminasi basah. Sebelum diberi perlakuan sampel ditimbang terlebih dahulu. Perlakuan yang diberikan adalah perendaman dalam media air ledeng pada temperatur 26°C, 60° C dan 90°C selama 504 jam, Setelah perendaman, dilakukan penimbangan sampel. Kemudian dilakukan pengujian lentur sesuai dengan standar ASTM D790-81. Pada sampel, baik yang diuji lentur maupun tidak dilakukan pengamatan makro. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa berat sampel meningkat dengan semakin tingginya temperatur perendaman.Peningkatan berat sampel dan ternperatur perendaman diikuti dengan penurunan nilai kekuatan dan modulus lentur. Turunnya kedua nilai ini terjadi karena perendaman menyebabkan difusi air ke dalam matriks sehingga merusak matriks serta ikatan serat-matriks. Sedangkan pengarnatan foto makro memperlihatkan bahwa mode perpatahan yang dominan adalah mode perpatahan interlaminar terutama pada serat WR Bentuk perpatahan lain yang teramati adalah retak matriks, perpatahan Serat serta fiber pull-out."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Nur Amalia
"Dalam penelitian ini, menggunakan serbuk limbah termoset poliester dari industri powder coating sebagai filler untuk memproduksi komposit berbasis matriks polivinil klorida (PVC) dengan tujuan untuk mendaur ulang sumber daya dengan cara yang lebih menguntungkan dan peduli lingkungan. Serbuk limbah termoset poliester yang memiliki gugus fungsi reaktif dicampur dengan PVC dan heat stabilizer divariasikan komposisi filler yang ditambahkan 30, 40, 50 dan 60 phr dan temperatur hot melt mixing pada suhu 170°C, 175°C, 180°C dan 185°C menggunakan alat two roll mill sebagai variabel dengan pengujian yang dilaksanakan adalah pengukuran tegangan permukaan dengan metode sessile drop dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR untuk menguji interaksi antar campuran, Scanning Electron Microscopy SEM untuk melihat kompatibilitas serta keberhasilan dispersi dan distribusinya, dan Thermo Gravimetric Analysis TGA-Differential Thermal Analysis (DTA) untuk analisis termal. Pada penelitian ini diketahui bahwa penambahan filler pada hingga 50 phr dan suhu hot melt mixing pada 175°C dapat meningkatan kompatibilitas secara fisik dan kimiawi serta sifat campuran dengan indikasi peningkatan intensitas ikatan hidrogen serta distribusi dan dispersi campuran dengan pendekatan pengamatan SEM yang diolah menggunakan software ImageJ dengan plugin Near Neighbor Distance NND. Berdasarkan analisis TGA/DTA penambahan serbuk limbah termoset poliester mampu meningkatkan ketahanan termal komposit.

This study, the waste polyester thermoset polyester powder from powder coating industry was reused to produce poly(vinyl chloride) composites with the aim to recycle resources in a more profitable and environmental concern way. The waste polyester thermoset powder with functional groups on the surface was reactive to polar resins such as PVC, then mixed with additional heat stabilizer powder. The FT-IR spectrum and critical surface tension using sessile drop method were used to test the compatibility, Scanning Electron Microscopy (SEM) were used to test the compatibility, dispersive and distributive mixing, Thermo Gravimetric Analysis (TGA)-Differential Thermal Analysis (DTA) were used to analyze thermal properties. The samples were tested to study the effect of adding content of filler from 30 phr, 40 phr, 50 phr, 60 phr and also hot melt mixing parameter at temperature 170°C, 175°C, 180°C, and 185°C using two roll mill. From the study, the optimum adding content waste polyester thermoset polyester powder was up to 50 phr and temperature of hot melt mixing at 175°C can increase the compatibility physically, mechanically and also mixing characteristics (dispersive and distributive mixing) with the indication of increasing hydrogen bond. The TGA and DTA test showed that the presence of waste polyester thermoset polyester powder improved the thermal properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hilman Anshari
"Koloid nanosilver diketahui memiliki kemampuan antibakteri termasuk pada bahan tekstil. Namun nanosilver pada serat tekstil tidak menempel secara permanen. Pada penelitian ini, komposit serat poliester dan katun dengan nanosilver ditambahkan polisiloksan sebagai pengikat. Nanosilver dipreparasi dengan reduksi kimia dengan polivinil alkohol sebagai sebagai stabilizer. Hasil uji antibakteri terhadap sampel koloid nanosilver (55 nm) dengan konsentrasi AgNO3 250 ppm dan reduktor asam sitrat menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling optimal. Uji antibakteri menunjukkan bahwa penambahan senyawa polisiloksan pada komposit katun-nanosilver dan poliester-nanosilver memberikan hasil stabilitas antibakteri yang baik setelah tiga kali pencucian.

The Nanosilver colloid is known to have an antibacterial activity including its application on textile materials. However, nanosilver can?t adhere permanently on the textile fibers. In this research, the composite of cotton and polyester fibers with nanosilver is added with polysiloxane compound as binding substance. The Nanosilver is prepared by chemical reduction method with polyvinyl alcohol as stabilizer. The Result of antibacterial experiment to nanosilver colloid (55 nm) with the concentration of AgNO3 250 ppm and citric acid as reducing agent give the best antibacterial activity. The Antibacterial experiment showed that the addition of polysiloxane compound on composite of cotton-nanosilver and polyester-nanosilver give good result of antibacterial stability after three times of washing treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1159
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arfiana
"Poliester tak jenuh memiliki aplikasi luas namun mudah terbakar. Aditif halogen awalnya digunakan untuk meningkatkan fire retardancy komposit namun memiliki efek samping negatif terhadap kesehatan. Pada penelitian ini dilakukan sintesis fire retardant composite dengan variasi konsentrasi aditif Al(OH)3/Mg(OH)2 dan filler carbon black. Parameter fire retardancy yang diamati adalah time to ignition (ti), time taken to retard the fire (tr), burning time (tb), dan flammability rating menurut standar UL-94V. Komposisi aditif terbaik diperoleh pada konsentrasi Al(OH)3 40%/Mg(OH)2 10% dengan ti 22,5 detik, tr 6,2 detik, tb 7,8 detik, dan flammability rating V?0. Penambahan filler carbon black sebanyak 2,5% meningkatkan fire retardancy komposit dengan nilai ti 30 detik, tr 1,4 detik, tb 3,5 detik, dan flammability rating V?0. Penambahan aditif dan filler CB mampu meningkatkan stabilitas termal komposit dengan menurunkan mass loss rate (MLR) dan total mass loss. Komposit resin/aditif terbaik (Al(OH)3 40%/Mg(OH)2 10%) memiliki nilai tensile strength sebesar 18,2 MPa dan hardness 51. Sedangkan komposit resin/aditif/filler terbaik (Al(OH)3 40%/Mg(OH)2 10%/CB 2,5%) memiliki nilai tensile strength sebesar 13,9 MPa dan hardness 55.

Unsaturated polyester resin has wide application but is flammable. Halogen additive was originally used for improving the fire retardancy of the composite but has the negative effects on health. In this research, synthesis of fire retardant composite has been conducted by varying additive Al(OH)3/Mg(OH)2 and carbon black filler concentration. Fire retardancy parameters need to be observed are time to ignition (ti), time taken to retard the fire (tr), burning time (tb), and flammability rating as per UL-94V standard. Additive composition shows the best result at the concentration of Al(OH)3 40%/Mg(OH)2 10% with ti value of 22.5 s, tr 6.2 s, tb 7.8 s, and V-0 flammability rating. Adding carbon black filler of 2.5% improves the fire retardancy of composite with ti value of 30 s, tr 1.4 s, tb 3.5 s, and V-0 flammability rating. Adding of additive and CB filler can improve the thermal stability of composite by reducing mass loss rate (MLR) and total mass loss. The best resin/additive composite (Al(OH)3 40%/Mg(OH)2 10%) has tensile strength value of 18.2 MPa and hardness 51. Whereas, the best resin/additive/filler composite (Al(OH)3 40%/Mg(OH)2 10%/CB 2.5%) has tensile strength value of 13.9 MPa and hardness 55.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharpiyu
"Magnet berperekat ("bonded magnet? terdiri dart ctua bahan dasar yaitu serbuk bahan magnet dan bahan perekat. Bahan perekat/matriks ini berfungsi sebagai bahan pengikat serbuk menjadi satu kesatuan. Secara umum matnks yang dipakai dapat berupa karet alam yang memiliki kelenturan tinggi (?Elastomer Bonded Magnef9 atau resin termoset yang kaku (?Rigid Bonded Magnet?). Keunggulan dart magnet berperekat ini yaitu cocok untuk aplikasi komponen berbentuk rumit dan kecit Produk magnet yang dihasilkan berberat /enis rendah dan toleransi ukuran yang ketat. Kekuatan medan magnet yang dihasitkan relatif Iebih besar dibandtngkan magnet berpereket berbasis atnico atau ?ferrtte'i.
Pada penetitian ini dttakukan proses pembuatan magnet berperekat berbasts Nd2Fe14B (MQP-0) dengan bahan pengikat potimer kaku berupa resin potiester: Pembuatan magnet berperekat dilakukan dengan cara mencampur serbuk MQP-0 dan bahan poltmer secara manual. Hastt campuran dicetak dengan metode "compression moulding" untuk mendapatkan bakatan berbentuk sitinder. Ruang lingkup penelitian meliputi vanasi beban tekan 2, 4, dan 6 ton (diameter Iubang eetakan sebesar 6 mm) serta fraksi volume serbuk MQP-0 sebesar 25%, 45%, 60% dan 80%. Yang diteltti adatah pengaruh dan' fraksi volume serbuk dan beban tekan terhadap kekuatan magnet.
Pada penelitian ini telah diarnati bahwa meningkatnya fraksf volume serbuk hingga 80% menghasilkan kuat medan yang lebih tinggi Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah momen magnet per satuan volume di datam komposit sedangkan beban tekan berhubungan dengan densttas bakalan yang diha-silkan. Dari serangkaian kondist penekanan didapat beban tekan terbatk adatah 4 ton, fraksi volume serbuk 80% dengan kuat medan magnet yang ditzasitkan sebesar -1249 Gauss. Telah diamati puta bahwa homogenttas campuran awat serbuk dan potimeg penentuan kondisi viskositas campuran yang tepat untuk peneetakan, dan penggunaan bahan petumas, memegang peranan yang penting pada proses pembuatan magnet berperekat resin po/tester."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Altamira Neni Saur Augustine
"High Density Polyethylene (HDPE) digunakan sebagai matriks dari komposit dengan zat penggabung PP-g-MA, dan pengisi yang digunakan berasal dari industri powder coating, berupa serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi sebagai salah satu bentuk usaha daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi sebagai pengisi terhadap sifat mekanis, sifat termal, dan morfologi komposit bermatriks HDPE. Penelitian ini menggunakan HDPE sebagai matriks dengan penambahan variasi komposisi pengisi 20%, 30%, dan 40% dengan 5% PP-g-MA. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh komposisi PP-g-MA sebagai zat penggabung, dilakukan penambahan PP-g-MA dengan variasi komposisi 0%, 2%, 5%, dan 10% dalam komposit dengan komposisi matriks 70% dan pengisi 30%. Pencampuran dilakukan menggunakan metode hot melt mixing dengan kondisi temperatur 180oC, kecepatan pencampuran sebesar 60 rpm, dan total waktu 9 menit. Karakterisasi dan pengujian yang dilakukan adalah pengukuran nilai tegangan permukaan dengan metode sessile drop, FTIR, SEM, TGA dan DSC, serta uji tarik mikro. Kompatibilitas pencampuran terbaik didapatkan pada pengisi poliester dengan komposisi 30% dan 40% untuk pengisi poliester-epoksi. Untuk komposisi PP-g-MA, didapatkan pada komposisi 10% dengan pengisi serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi. Morfologi komposit menunjukkan seiring penambahan komposisi pengisi serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi, semakin terlihat dan meningkatkan jumlah pengisi dalam matriks, serta adanya pengaruh penambahan PP-g-MA dalam berkurangnya pori-pori dalam komposit. Sifat mekanis terbaik diperoleh dengan komposisi pengisi 20% dan 5% PP-g-MA, baik dengan pengisi serbuk limbah poliester maupun poliester-epoksi. Sedangkan, untuk mendapatkan sifat termal terbaik dengan pengisi serbuk limbah poliester adalah 30% dengan 5% PP-g-MA dan untuk pengisi poliester-epoksi sebesar 20% dengan 0% PP-g-MA.

High Density Polyethylene (HDPE) was used as matrix for composites with PP-g-MA as coupling agent, and the fillers used were from the powder coating industry, in the form of polyester and polyester-epoxy waste powder as a resort of recycling. This study aims to study the effect of polyester and polyester-epoxy waste powder as fillers on mechanical, thermal, and morphological properties of High Density Polyethylene composites. This study used HDPE as matrix with various compositions of fillers, 20%, 30%, and 40% with 5% of PP-G-MA. To further determine the effect of PP-g-MA as coupling agent, PP-g-MA was added in variations of 0%, 2%, 5%, and 10% in the composite with 70% matrix and 30% filler. Mixing was done using hot melt mixing method with a temperature of 180oC, mixing speed of 60 rpm, and total time of 9 minutes. The characterizations and tests carried out were the measurement of surface tension using sessile drop test, FTIR, SEM, TGA and DSC, as well as micro-tensile test. The best mixing compatibility was found with polyester fillers with a composition of 30% and 40% for polyester-epoxy filler. For PP-g-MA composition, it was found at a composition of 10% with polyester and polyester-epoxy waste powder. The morphology of the composites showed that along with the addition of polyester and polyester-epoxy waste powder fillers, the more visible and increased the amount of filler in the matrix, as well as the effect of adding PP-g-MA in reducing voids in the composites. The best mechanical properties were obtained with a filler composition of 20% and 5% PP-g-MA, both with polyester and polyester-epoxy waste fillers. Meanwhile, to get the best thermal properties with polyester waste filler was 30% with 5% PP-g-MA and for polyester-epoxy filler it was 20% with 0% PP-g-MA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Sunaryo
"ABSTRAK
Latar Belakang. Gangguan Fungsi paru dapat disebabkan oleh beberapa penyakit atau benda ndash;benda asing yang masuk ke dalam saluran napas, diantaranya debu. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan proporsi gangguan fungsi paru dan gejala klinis akibat pajanan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan serta faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pengrajin kasur lantai.Metode. Penelitian ini menggunakan Desain Comparative Cross Sectional untuk melihat proporsi penurunan fungsi paru para pengrajin yang terpajan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometri dan pengukuran kadar debu total dengan menggunakan Low Volume Dust Sampler LVS di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 20. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p < 0.25 dilakukan uji multivariat. Hasil. Karakteristik pengrajin kasur lantai di wilayah desa X Kabupaten Purbalingga didominasi oleh pengrajin dengan usia <44,4 tahun (52%), IMT tidak normal (51%), berpendidikan sekolah dasar (96%), masa kerja >11 tahun (56%), lama kerja <7,8 jam (73%), menggunakan APD (69%), kebiasaan berolah raga yang tidak baik (82%), tidak memiliki gangguan fungsi paru (81%), memilik tekanan darah tidak normal (71%) serta mayoritas tidak memiliki riwayat sesak napas dan bronkitis kronik (99%). Berdasarkan uji kesetaraan didapatkan hasil bahwa IMT (ρ=0,065), umur (ρ=0.689). Kadar debu di dalam dan di luar ruangan dibawah nilai ambang batas 10 mg/m3.. Sedangkan untuk umur, masa kerja, lama kerja, penggunaan APD dan gangguan fungsi paru, tidak ada hubungannya dengan tempat kerja baik di dalam maupun di luar ruangan. Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru obstruksi adalah pendidikan, sedangkan faktor lain (umur, IMT, penggunaan APD, masa kerja, lama kerja, kebiasaan berolahraga) tidak memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru baik di dalam maupun di luar ruangan.
Kesimpulan. Proporsi gangguan fungsi paru 18 (18%) orang. Restriksi 16 orang; 6 orang pengrajin di dalam ruangan (restriksi ringan), 10 orang pengrajin di luar ruangan ( 7 orang restriksi ringan dan 3 orang restriksi sedang). Gangguan fungsi paru obstruksi 1 orang di luar ruangan. Serta campuran (restriksi ringan dan obstruksi ringan) berjumlah 1 orang yang bekerja di dalam ruangan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pajanan debu hyget di dalam dan di luar dengan faktor risiko sosiodemografi (umur, IMT dan pendidikan) dan faktor risiko okupasi (masa, lama kerja dan APD). Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan obstruksi saluran napas adalah pendidikan.

ABSTRACT
Background. Pulmonary function disorder may be caused by several diseases or foreign materials entering the respiratory tract, including dust. This study is aimed at identifying the difference in proportion of pulmonary function disorder and clinical symptoms caused by exposure to hyget polyester dust between craftswomen working indoors and outdoors, as well as risk factors associated with floor mattress workers.Method. This study uses Comparative Cross Sectional design to see the proportion of decrease in pulmonary function disorders in craftswomen exposed to hyget polyester dust working indoors and outdoors. Data collection was conducted using questionnaires, direct observations, physical examinations, spirometry tests, and measuring total dust levels using Low Volume Dust Sampler LVS in the field. The collected data was then analyzed using SPSS version 20. All variables were tested for bivariat analysis, and those with p value<0.25 were tested for multivariate analysis.
Result. The characteristics of floor matress craftswomen in X village of Purbalingga distric are dominated by craftswomen of age <44,4 years (52%), abnormal IMT (51%), education level of primary school (96%), employment length >11 years (56%), work duration <7,8 hours (73%), using Personal Protective Equipment (PPE) (69%), non-optimal exercise habits (82%), no pre- existing pulmonary function disorders (81%), abnormal blood pressure (71%), and no history of breathing difficulties and chronic bronkitis (99%). Based on homogenity test, age ( p = 0.689) and BMI (p=0.065) in found to be homogenous. Indoor and outdoor dust level is above recommended limit ( < 10 mg/m3). However for age, education, employment length, work duration, PPE usage and pulmonary function disorder , there were no associations with working place both indoors and outdoors. The most dominant factor which had an association with pulmonary function disorder was education, while other factors (age, IMT, PPE usage, employment length, work duration, exercise habits) did not show associations with pulmonary function disorders for craftswomen both indoors and outdoors.
Conclusion. Proportion of pulmonary function disorder was discovered in 18 people (18%). Restriction of 16 craftswomen; 6 craftswomen working indoors (mild restrictions), 10 craftswomen working outdoors (7 mild restrictions and 3 medium restrictions). Impaired lung function obstruction 1 craftswomen working outdoors. As well as the mixture (mild restriction and mild obstruction) amounted to 1 craftswomen working indoors. There was no significant association between hyget®polyester dust exposure (both indoors and outdoors) with the sociodemographic risk factors (age, BMI, and education) as well as occupational risk factors (work duration, employment length, PPE). The most dominant factor which had an association with airway obstruction was education.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenifer Patricia Lumban Raja
"Tidak seluruh sampah yang diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah dibuang ke TPA, bahkan 7,54% dibuang ke badan air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis sampah anorganik spesifik terhadap parameter COD dan amonia pada badan air, yaitu Sungai Ciliwung. Pengambilan sampel air Sungai Ciliwung dilakukan secara grab sampling. Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh jenis sampah anorganik spesifik dan waktu kontak terhadap konsentrasi COD dan amonia adalah uji normalitas dan kruskal wallis. Sementara itu, metode yang digunakan untuk menganalisis laju degradasi COD dan nitrifikasi amonia menggunakan ODE Linear faktor pengintegrasian. Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukan data tidak terdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji kruskal wallis yang menunjukakan bahwa jenis sampah anorganik spesifik dan waktu kontak mempengaruhi konsentrasi COD dan amonia. Nilai k1 COD untuk sampah plastik sachet adalah 0,0085 per hari dan 0,005 per hari. Sementara, nilai k2 COD untuk sampah plastik sachet adalah 0,055 per hari. Nilai k1 COD untuk sampah kain polyester adalah 0,0006 per hari dan 0,00032 per hari. Sementara, nilai k2 COD untuk sampah kain polyester adalah 0,055 per hari dan 0,099 per hari. Untuk nilai k1 amonia pada sampah plastik sachet adalah 0,00000075 per hari dan 0,000001 per hari. Sementara, nilai k2 amonia untuk sampah plastik sachet adalah 0,0247 per hari. Nilai k1 amonia untuk sampah kain polyester adalah 0,0000004 per hari dan 0,00000028 per hari. Sementara, nilai k2 amonia untuk sampah kain polyester adalah 0,0247 per hari dan 0,0346 per hari. Pada dasarnya, sampah anorganik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat terdegradasi. Oleh karena itu, keberadaannya dapat dikategorikan sebagai cemaran yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Not all of the solid waste transported by waste transport vehicles is disposed to the landfill, even 7.54% is disposed to water bodies. This study aims to analyze the effect of specific inorganic waste types on COD and ammonia parameters in a body of water, namely the Ciliwung River. Sampling of Ciliwung River water was carried out by grab sampling. The method used to determine the effect of specific inorganic waste types and contact time on COD and ammonia concentrations is the normality test and Kruskal Wallis. Meanwhile, the method used to analyze the degradation rate of COD and ammonia uses the ODE Linear integrating factor. Based on the results of the normality test, the data was not normally distributed, so it was continued with the Kruskal Wallis test which showed that the specific type of inorganic waste and contact time affected COD and ammonia concentrations. The k1 COD value for plastic sachet waste is 0.0085 per day and 0.005 per day. Meanwhile, the k2 COD value for plastic sachet waste is 0.055 per day. The k1 COD values for polyester fabric waste were 0.0006 per day and 0.00032 per day. Meanwhile, the value of k2 COD for polyester fabric waste is 0.055 per day and 0.099 per day. For the k1 value of ammonia in plastic sachet waste is 0.00000075 per day and 0.000001 per day. Meanwhile, the k2 value of ammonia for plastic sachet waste is 0.0247 per day. The k1 value of ammonia for polyester fabric waste is 0.0000004 per day and 0.00000028 per day. Meanwhile, the value of k2 ammonia for polyester fabric waste is 0.0247 per day and 0.0346 per day. Basically, inorganic waste takes a very long time to be degraded. Therefore, its presence can be categorized as a contaminant that has the potential to endanger public health and the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>