Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Arini Alfakhaira
"Peran kampus sebagai pusat pertukaran dan tranformasi budaya memiliki potensi untuk memulai perubahan di lingkungan sekitarnya. Universitas Gunadarma memiliki tiga kampus, yaitu kampus E, G, dan H, yang terletak di Jalan Akses UI Kelapa Dua. Namun, Jalan Akses UI Kelapa Dua sendiri tidak mencerminkan lingkungan dan dominasi kampus. Meskipun demikian, suasana dan situasi di Jalan Akses UI Kelapa Dua memiliki potensi untuk membentuk karakteristik yang unik, seperti karakter edukasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana placemaking dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan karakter edukasi di sekitar lingkungan kampus dengan menggunakan lima jenis placemaking: Standard Placemaking, Strategic, Creative, Tactical, dan Green Placemaking. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif studi kasus dengan jenis penelitian yaitu penelitian research-by-design dan pendekatan perancangan evidence-based. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Strategic Placemaking dan Creative Placemaking adalah jenis placemaking yang paling sering digunakan untuk menciptakan karakter edukasi di sekitar kampus. Konsep "Student Cities" dengan program "Universitas + Komunitas" muncul sebagai inisiatif perancangan yang berpotensi untuk diterapkan di sekitar lingkungan kampus, dengan tujuan menyebarkan gagasan edukasi dan membangun karakter edukasi. Untuk memastikan keberhasilan program dan upaya placemaking, penting untuk mencegah kawasan ini berkembang menjadi pusat inovasi yang terisolasi dan tidak memiliki pengaruh pada lingkungan sekitarnya.

The potential role of the campus as a center for cultural exchange and transformation lies in its ability to initiate a transformation of the surrounding environment. Gunadarma University has three campuses located on Jalan Akses UI Kelapa Dua – E, G, and H. But the street lacks any characteristics that reflect the campus dominance and environment. Nonetheless, the street's setting and situation have the power to shape unique urban characters, particularly those with an educational character. This research aims to identify how placemaking can be used to address issues and create an educational character in the campus surroundings, using five types of placemaking: Standard, Strategic, Creative, Tactical, and Green Placemaking. Using a qualitative case study approach, employing research-by-design and evidence-based design methodology, the research finds that Strategic and Creative Placemaking are the most commonly used types to establish an educational character around the campus. The concept of 'Student Cities' with a 'University + Community' program emerges as a potential initiative to be implemented, aiming to disseminate the idea of education and foster an educational character. However, it is crucial to prevent the development of this area as an isolated hub of innovation with no influence or inspiration on its surroundings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Sadena Dibyantoro
"ABSTRAK
Jakarta adalah kota megapolitan yang terus berkembang dan tidak lepas dari proses gentrifikasi. Skala kota yang masif membuat tidak terlihatnya identitas yang jelas dari Jakarta. Sebuah kota multikultur memerlukan adanya tempat-tempat yang terkumpul dan menjadikannya suatu destinasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna kota. Ethnic enclave dapat menjadi destinasi tersebut, karena selain memenuhi kebutuhan kelompok etnis tertentu, dapat juga menyediakan sebuah kota tempat yang unik dan memberikannya suatu destinasi yang lebih bervariasi dan menarik. Studi ini akan membahas munculnya ethnic enclave di Jakarta, yaitu Little Tokyo Blok M, dan melihat apakah kawasan tersebut memenuhi kriteria karakteristik sebuah ethnic enclave Hasil dari studi ini menentukan peran gentrifikasi dalam pembentukan ethnic enclave dan prosesnya dalam menjadi kawasan dengan brand tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haritsya Putri
"ABSTRACT
A Fashion set is very vital in order to support the concept of a private fashion show. However, to gain more attention, the set is getting closer to the public by its presence in public open space. As the set is intended to be built for temporary use, it has several impacts on the placemaking. This thesis, discusses about how ephemeral architecture can redefine certain places in order to support placemaking. This thesis aims to find the relation between Ephemeral Architecture and placemaking in the Fashion Set and how the principle of ephemeral architecture works to create a new experience and leads to placemaking. Two case studies are chosen because of two different contexts, which are Dior Spring Summer 2016 Fashion Set in Paris and JNBY COTTON USA 2016 Fashion Set in Shanghai.

ABSTRACT
Set fesyen sangat penting untuk mendukung sebuah konsep dalam Fashion show yang bersifat privat. Namun, untuk lebih mencuri perhatian, set fesyen mulai ditempatkan dekat dengan masyarakat umum dengan cara menghadirkan set pada ruang terbuka umum. Dengan fungsi fesyen set yang diharapkan untuk memenuhi fungsi temporer, Set mempunyai kelebihan dan pengaruh terhadap placemaking. Dalam skripsi ini, dijelaskan mengenai bagaimana cara ephemeral architecture bisa mengartikan kembali tempat dimana set fesyen diletakkan, dan juga elemen-elemen dari ephemeral architecture dalam set fesyen yang bisa kita temukan untuk mendukung placemaking. Skripsi ini bertujuan untuk mencari keterhubungan antara ephemeral architecture dan placemaking dalam set fesyen dan bagaimana prinsip dari ephemeral architecture bekerja untuk menghadirkan experience baru yang bisa menuntun ke cara dalam placemaking. Studi kasus dipilih berdasarkan perbedaan pada dua konteks tempat yang berbeda, yakni Set Fesyen untuk Dior musim semi panas tahun 2016 di Paris, dan JNBY Cotton USA tahun 2016 di Shanghai."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fritz Rendy Octavianus
"Secara umum rutinitas kehidupan manusia itu sama. Manusia beristirahat di rumah kemudian bekerja atau menjalani pendidikan maupun pekerjaanya. Hal itu menjadi firstplace ('tempat pertama') dan secondplace ('tempat kedua') dalam kehidupan manusia. Lalu apakah third place ('tempat ketiga')? 'Tempat ketiga' adalah tempat bersosialisasi yang dibutuhkan manusia setelah mengalami kondisi formal yang dialami di 'tempat pertama' dan 'tempat kedua'. Tempat ini menuntun pada keadaan di mana manusia bisa mengekspresikan diri, berkumpul dengan komunitas yang memiliki ketertarikan yang sama, melepas lelah, refreshing, dan kegiatan sosial lainnya. Tempat ini menjadi penting karena pada tempat ini manusia mencoba merelaksasikan dirinya dari kelelahan ataupun kehomegenisan kegiatan yang dialami setiap harinya. Taman Fatahillah sebagai kawasan bersejarah yang ada di Kota Tua, merupakan salah satu tempat yang dapat dijadikan 'tempat ketiga'. Dalam skripsi ini penulis mengambil salah satu komunitas yang berada di Taman Fatahillah, yaitu street-squad yang merupakan salah satu komunitas streetdance. Mereka menjadikan Taman Fatahillah sebagai 'tempat ketiga'. Melalui skripsi ini diharapkan dapat terlihat ciri-ciri dari suatu 'tempat ketiga' dan proses placemaking yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di Fatahillah.

Human routines are generally the same. They rest, work, and study things. Those were the first and second place in a man's life. So what is third place? Third place is a socializing place that man needs after having formal condition at firstplace and secondplace. This place leads human to a condition where they can express themselves, gather with communities (people who have sama interests), have a rest, refreshing, and other social activities. This place will be very important for it's the place where people try to relax themselves for tiring or monotonous things everyday in their life. By the existence of this third place, people have the opportuniy to excite themselves before going back to the first or second phase. Fatahillah Park, as one of historical places in Kota Tua area, is a place that people can consider as third place. In this thesis, writer takes one of the communities in Fatahillah Park: Street-Squad, a streetdance community. They consider Fatahillah Park as their third place. By this thesis, writer hopes that the characterictics of third place and the proces of placemaking that is done by people at Fatahillah will be explained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S931
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Prayogo
"Pembangunan MRT fase 2 meliputi kawasan Thamrin - Kota. Dengan adanya pembangunan MRT fase 2 memberikan potensi pengembangan pada lokasi disekitar kawasan yang dilewati oleh jalur MRT. Dalam pengembangan perencanaan kawasan transit oriented development (TOD), PT MRT Jakarta selaku pengembang menggunakan prinsip seperti fungsi campuran, kepadatan tinggi, peningkatan kualitas konektivitas, peningkatan kualitas hidup, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, ketahanan infrastruktur, dan pembaruan ekonomi. Mangga Besar merupakan salah satu kawasan yang menjadi pengembangan MRT fase 2. Pengembangan kawasan TOD Mangga Besar menggunakan metode placemaking dengan tujuan untuk menambahkan destinasi-destinasi disekitar kawasan Mangga Besar. Penerapan metode placemaking pada kawasan Mangga Besar menggunakan frameworks desain “Mangga Besar : A Social-cultural Shift”. Dalam frameworks desain tersebut terdapat 3 aspek yang ditingkatkan yaitu aspek economy, culture, dan social menjadi dasar munculnya fungsi Arcade Entertaiment / Game Center. Dengan adanya fungsi Arcade Entertaiment harapannya dapat mengaburkan kawasan Mangga Besar yang dikenal sebagai red-district dengan memberikan pilihan mata pencaharian lain bagi warga dan dapat meningkatkan ekonomi kawasan secara keseluruhan.

Phase 2 MRT construction covers the Thamrin - Kota area. With the construction of phase 2 of the MRT, it provides a potential for development in locations around the area passed by the MRT line. In the development of transit-oriented development (TOD) area planning, PT MRT Jakarta as the developer uses principles such as mixed functions, high density, improving the quality of connectivity, improving the quality of life, social justice, environmental sustainability, infrastructure resilience, and economic reform. Mangga Besar is one of the areas that is being developed for MRT phase 2. The development of the Mangga Besar TOD area uses the placemaking method intending to add destinations around the Mangga Besar area. The application of the placemaking method to the Mangga Besar area uses the design framework "Mangga Besar: A Social-cultural Shift". In these design frameworks, there are 3 aspects to be improved, namely economic, cultural, and social aspects which are the basis for the emergence of the Arcade Entertainment / Game Center function. With the Arcade Entertainment function, it is hoped that it can obscure the Mangga Besar area which is known as a red district by providing other livelihood options for residents and can improve the overall regional economy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Intania
"Kawasan Mangga Besar akan menjadi salah satu kawasan Transit Oriented Development (TOD) dengan memiliki moda transportasi MRT fase 2, BRT, dan Commuter Line. Dahulu terdapat Taman Hiburan yang dikenal dengan nama Prinsen Park dan kini lebih dikenal dengan nama Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan kelas menengah. Kawasan ini memiliki stigma negatif karena terkenal sebagai red district. Mengaktifkan kembali kawasan hiburan di Lokasari akan menjadi tujuan utama para pengguna moda transportasi umum tersebut dengan konsep placemaking yang dapat menghadirkan kawasan yang atraktif. Pengembalian history sebagai latar belakang dalam pengembangan desain kawasan ini juga dihadirkan dengan berdasar kepada kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.

The Mangga Besar area will become one of the Transit Oriented Development (TOD) areas with MRT phase 2, BRT and Commuter Line modes of transportation. Previously, there was an Amusement Park known as Prinsen Park and now it is better known as the Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari which functions as a middle-class shopping center. This area has a negative stigma because it is known as the red district. Restore the entertainment area in Lokasari will be the main goal for users of this public transportation mode with a placemaking concept that can present an attractive area. Return from the history as a background in developing the design of this area is also presented based on social, economic, cultural and also attention to conditions of the surrounding environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Octaviani Rachman
"

Proses pembentukan ruang publik di kota dilakukan oleh tiga pemerintah, pebisnis dan masyarakat. Dalam mewujudkan kota yang berkeadilan, setiap pemerintah memiliki kontrol terhadap ruang berupa kebijakan (top-down), sedangkan pebisnis dan masyarakat melakukan necessary dan optional activity-nya masing-masing dalam ruang kota sebagai tindakan dari sisi bottom-up. Fenomena terjadinya pembentukan ruang publik oleh ketiga aktor tersebut dapat ditinjau dengan metode placemaking. Studi kasus yang diambil untuk penelitian ini adalah CFD Sudirman-Thamrin, DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme pemerintah dalam membentuk ruang CFD serta menganalisis proses pembentukan ruang publik melalui placemaking oleh pebisnis dan masyarakat pada kegiatan CFD. Untuk mengetahui kondisi lapangan, peneliti melakukan observasi partisipatif. Selanjutnya dilakukan wawancara secara mendalam dan observasi lanjutan, serta analisis data secara deskriptif dan spasial. Masing-masing dinas/pemerintahan melakukan pengontrolan atas ruang sesuai tugasnya, tetapi belum dalam kerangka besar mewujudkan ruang publik untuk masyarakat. Adanya masyarakat yang melakukan necessary dan optional activity-nya menarik partisipan lainnya untuk berpartisipasi dalam ruang publik. Ruang publik pada saat pelaksanaan CFD telah menjadi ruang aktivitas sosial yang yang inklusif dan atraktif. Kekayaan aktivitas ruang publiknya yang terbukti dalam tinjauan The Power of 10 Places and Things to do, menjadi modal sosial dan ekonomi yang baik untuk masyarakat perkotaan.

 


The process of making public spaces in the city is carried out by three main actors that are governments, business people and community. In the making of equity city, every government has control over space in with their policies (top-down action), while businesses and communities do necessary and optional activity in the city space as a bottom-up action. The phenomenon of making public spaces by the three actors can be reviewed by the method of placemaking. The case study taken was CFD Sudirman-Thamrin, DKI Jakarta. This study aims to identify government mechanisms in making CFD space and analyze the process of making public spaces through placemaking by business people and the communities in CFD. To find out the field conditions, researchers conducted the participatory observation. Furthermore, in-depth interviews and follow-up observations were carried out, as well as descriptive and spatial data analysis. The findings are each department/government controls the space according to its duties, but it is not in the big framework of making places or public space for the community yet. The existence of communities that does necessary and optional activity attracts other participants to participate in public spaces. Public spaces at the time of CFD implementation have become spaces of social activity that are inclusive and attractive. The wealth of public space activity that is evident in the review of The Power of 10 Places and Things to do, is a good social and economic capital for urban communities.

 

"
2019
T53562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Pramesti Rachardyanti
"Merupakan bagian dari Green Oasis Kawasan Wisata Kampung Tongkol. – Tongkol Village merupakan sebuah bangunan mixed-use yang diharapkan dapat menjadi sebuah pusat kegiatan bagi wisatawan dan juga masyarakat sekitar Kampung Tognkol. Terletak secara strategis di tengah-tengah melting pot Kawasan Wisata Kampung Tongkol, kehadiran Tongkol Village diharapkan dapat memadukan aktivitas wisatawan (berbelanja, wisata kuliner, menginap, berkumpul dll) dan meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar melalui community hub sebagai wadah pengembangandan kolaborasi masyarakat sekitar.
Placemaking merupakan tujuan penting yang perlu dicapai oleh sebuah bangunan publik yang memiliki koneksi dengan fabric urban kota, sehingga hal tersebut merupakan nilai yang ingin dijunjung Tongkol Village dalam pencapaian desain. Dengan mempertimbangkan titik-titik utama kawasan dan mengimplementasikannya pada desain, Tongkol Village berusaha untuk menjawab isu dan konteks Kampung Tongkol sehingga karakteristik Kampung Tongkol dapat tetap terjaga dan terlihat.
Salah satu karakteristik morfologi yang paling terlihat adalah kehidupan masyarakat Kampung Tongkol adalah penggunaan ruang-ruang antar hunian mereka sebagai ruang untuk placemaking - berkumpumpul, bertemu, bermain dan melakukan aktivitas lainnya. Karakteristik ini kemudian dihadirkan dalam Tongkol Village. Sementara itu, reruntuhan dan relief masa lampau yang tersebar disekitar Tongkol Village menjadi visual enhancer bangunan sehingga pengguna/masyarakat akan merasakan pengalaman ruang visual yang berbeda.

Tongkol Village is a part of the Green Oasis Tourism Area of Kampung Tongkol. Tongkol Village is a mixed-use development that is expected to become a center of activity for tourists and surrounding community of Tongkol Village. Located in the melting pot of Kampung Tongkol Tourism Area, Tongkol Village is expected to be able to integrate tourist activities (purchases, culinary tours, overnight stays, tourists etc.) and at the same time increase community participation related through community hubs as a provider of community development and participation.
Placemaking is an important goal that needs to be achieved by a building that has strong connections with the urban fabric of a city, a value that Tongkol Village wishes to uphold through the design. By responding to main nodes in the area and implementing them in the design, Tongkol Village will hopefuly answer contextual issues of Kampung Tongkol and stay true of Kampung Tongkol's characteristic that will be preserved and embodied in the design.
One of the most visible morphological features of Kampung Tongkol is the use of spaces between their dwellings of it's people as a a space for placemaking - gathering, meeting, playing etc. These characteristics are then embodied the design of Tongkol Village. Meanwhile, the ruins and the past reliefs scattered around the area will become visual enhancers of the building that will create a new and lively experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adira Dhiya Aufasya
"Mal menjadi ruang publik yang penting bagi masyarakat kota dengan memasukkan elemen-elemen yang mendukung interaksi sosial. Sebagai ruang privat, mal tentunya tidak dapat berlaku seperti ruang publik sejati karena adanya sifat privat yang tidak memungkinkan kualitas maksimal sebagai ruang publik. Di sisi lain, keinginan masyarakat akan third place (tempat dengan tujuan sosial) yang memadai di perkotaan terwujud dalam bentuk ruang komersial ini. Ruang yang hadir di mal dapat dimaknai dengan bentuk kegiatan yang berbeda berdasarkan kualitas ruang dan kebutuhan pengguna.
Studi kasus yang digunakan untuk memahami konsep ini adalah Central Park Mall yang akan ditelusuri proses pemaknaan ruangnya melalui placemaking yang terjadi. Skripsi ini dibuat untuk mengidentifikasi mal sebagai ruang publik dan perannya dalam mewujudkan third place di lingkup kota berdasarkan pemaknaan ruang yang ada

Shopping malls have became important public space for urban communities by incorporating elements that support social behavior. As a private space, shopping malls certainly can not act like a true public space because of its private nature which does not allow maximum quality of a public space. On the other hand, people's desire for an adequate third place (a place with social purposes) in urban area is realized in the form of this commercial space. The space present in shopping mall can be interpreted in different forms of activity based on the quality of the space and the needs of the user.
The case study used to understand this concept is Central Park Mall which will trace the process of interpreting the space through the act of placemaking that occurs. This study is made to identify shopping mall as a public space and its role in realizing the third place in urban area based on how people occupy the space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfira Kurniawati
"Ruang publik adalah tempat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beraktivitas dan berekreasi. Rancangan ruang publik yang memiliki kualitas desain yang baik akan mengundang kehadiran manusia. Namun, selain faktor tersebut, intervensi yang dilakukan oleh aktor dapat memengaruhi hidupnya ruang publik. Skripsi ini akan menganalisis peran aktor selain perancang, yaitu masyarakat dan komunitas dalam menghidupkan ruang publik. Ditemukan bahwa relasi antar aktor, aktivitas, elemen fisik, dan kualitas ruang serta intervensi yang dilakukan secara berulang dapat menciptakan makna dan nilai baru dalam ruang (placemaking). Ragam aktivitas dan nilai baru menjadi daya tarik ruang publik yang meningkatkan penggunaan, interaksi sosial dan keragaman pengunjung sehingga menciptakan ruang publik yang hidup.

Public space serves as a place for people to meet their activity and recreational needs. The design of public spaces with good design can attract human presence. However, in addition to these factors, the presence and interventions of actors can significantly influence the life of public spaces. This thesis aims to analyze the role of actors, beyond designers, including the community and local residents, in activating public spaces. It is discovered that the relation between actors, activities, physical elements, spatial quality, and repeated interventions can create new meanings and values within the spaces (placemaking). The diverse range of activities and newly established values become the allure of public spaces, enhancing their utilization, social interactions, and attracting a diverse range of visitors. A variety of new activities and values become the attraction of public spaces that enhancing the use, social interaction and attracting a diverse range of visitors, thus creating  lively public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>