Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frost, S.E.
New York: Doubleday, 1962
921 FRO b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Akhyar Yusuf
"Pada tahun 1960/1970-an terjadi suatu perubahan pandangan yang sangat mendasar dikalangan para ilmuwan dan filsuf terhadap ilmu pengetahuan. Perubahan itu dapat kita lihat dalam berbagai pembahasan yang dikemukakan para ahli dalam rangka Nobel Conference ke XXV, 1989 di Gustavus Adolphus College yang dibukukan dengan judul The End of Science? Attack and Defense (Elvee, 1992: 1-89). William D. Dean dalam kata pengantarnya membicarakan kematian atau berakhirnya ilmu pengetahuan; hal yang sama juga dikemukakan Ian Hacking di dalam tulisannya Disuned Science, Garold Holton melalui tulisannya "How to Think about the End of Science," sedangkan Sheldon Lee Glashow dengan j udul "The Death of Science". (Elvee, 1992: 23-32).
Kemudian pada tanggal 25-26 Maret 1989 dilakukan konferensi dengan tema "Alternative Paradigms Conference" yang diselenggarakan di San Fransisco dengan sponsor Phi Delta Kappa International dan The Indiana University School of Education. Sumbangan tulisan para ahli yang dibicarakan dalam konferensi itu diterbitkan dengan judul The Paradigm Dialog, diedit oleh Profesor Egon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln -- keduanya adalah tokoh yang mendukung paradigma baru yang dikenal dengan nama konstruktivisme atau interpretativisme (contructivism, interpretativism). Paradigma baru tersebut banyak menjadi bahan pembicaraan dan meminta perhatian para ahli dalam konferensi itu, disamping pascapositivisme (Pascapositivismn) dan teori kritis (critical theory) (Guba & Yvonna S. Lincoln, 1990).
Tampaknya ada kaitan pemikiran yang berkembang dalam konferensi pertama dengan yang kedua walaupun sama-sama membahas problem epistemologi (khususnya metodologi) dalam dunia ilmiah. Bedanya, fokus pembicaraan pada konferensi Nobel lebih tertuju pada masalah metodologi ilmu-ilmu alam, sedangkan pada konferensi yang kedua lebih terfokus pada masalaf ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pokok pembicaraan para ahli pada konferensi Nobel berkaitan dengan perkembangan fisika akhir abad XX ini yang cenderung mengantarkan kita pada ketidakpastian. Persoalan utama yang melatarbelakanginya adalah tantangan pada kepercayaan "Science as a uned, universal, objective endeavor is currently being questioned" (Elvee, 1992: x-xi).
Keraguan terhadap kesatuan ilmu pengetahuan akan universalitas dan obyektivitas sudah mulai timbul sejak dasawarsa awal abad XX melalui beberapa penemuan (Neil Bohr, Werner Heisenberg, Erwin Schrodinger) yang menemukan bahwa pandangan fisika Newtonian tidak berlaku pada gejala-gejala subatomik. Fisika modern (Newtonian) telah mempromosikan gambaran dunia yang materialistik, mekanistik, dan obyektivistik. Namun ilmu fisika yang kemudian, yakni sejak Einstein, Broglie, Schrodinger, menemukan adanya suatu gambaran dunia baru yang mengemukakan bahwa unit terdasar realitas bukan lagi partikel atau materi, akan tetapi boleti jadi "energi kreatif' atau sekurang-kurangnya bukan lagi sesuatu yang bersifat fisik (Ferre, 1980).
Menurut fisika kuantum, realitas obyektif yang murni itu tidak ada. Sebaliknya yang ada adalah realitas menurut persepsi kita, menurut paradigma kita implikasi filosofis mekanika kuantum sangatlah luar biasa bagi epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan. Dalam perspektif ini, bukan saja ilmuwan mempengaruhi realitas, akan tetapi dalam tingkat tertentu ilmuwan bahkan menciptakannya (mengonstruksinya). Seorang ilmuwan tidak dapat mengetahui momentum partikel dan posisinya sekaligus, oleh karena itulah is harus memilih satu di antaranya. Secara metafisis, ilmuwan menciptakan sifat-sifat tertentu, karena ia memilih untuk mengukur sifat-sifat itu?"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
D523
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubbard, L. Ron, 1911-1986
California: Bridge Publications, Inc., 2012
R 920.9 HUB p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Affy Khoiriyah
"Penelitian ini berupaya menguak pemikiran politik Ibn Rusyd dalam menyikapi kondisi politik pada masanya. Karena penelitian ini terfokus pada seseorang dan pemikiran politiknya, maka biografi dan teks-teks yang menunjukkan sikap politiknya mendorong peneliti untuk membacanya dengan menggunakan metode hermeneutika sebagai metode untuk menyingkap makna atau signifikasi bagi obyek penelitian ini.
Dalam penelitian yang telah kami persembahkan ini, sedikit banyak layak untuk melukiskan pengetahuan kita tentang filosof Kordoba, Ibn Rusyd. Karena dalam penelitian ini Ibn Rusyd menampakkan nilai-nilai yang signifikan sebagai wacana "demonstratif' dan analisis-kritis dalam memproduk pemikiran politiknya secara teori dan praktek, sehingga kita bisa mengatakan dengan bangga bahwa dalam tradisi Islam yang kita miliki ada hal yang bisa dibenturkan untuk persoalan-persoalan yang tengah mencuat dalam gelanggang politik kontemporer, terlebih-lebih mengenai bangsa kita Indonesia yang tengah mengalami krisis multidimensi.
Lebih dari itu, menantang keberanian kita dan kemampuan kita dalam mengkritik berbagai sistem pemerintahan yang ditawarkan, seperti yang terjadi "di negeri dan zaman kita", sebuah ungkapan yang acapkali dikatakan Ibn Rusyd dalam satu-satu karya politiknya yang menjadi pokok dari obyek penelitian ini; yang bermaksud sebagai kecaman terhadap pemerintahan yang diktator pada masanya: sebuah hukum yang dikatakan Ibn Rusyd dengan istilah yang diciptakannya sendiri dengan istilah Wahdaniyyah Al-Tasalluth (kekuasaan yang egois), sebagai padanan dari kata Yunani, yatu: tirani.

This research attempt to explorer the political thought of Ibn Rusyd and his attitude within the politics' phenomenon during period of his life. Because this research focused on study about man and his political idea, therefore, I prefer to use hermeneutics' method for this research. Hermeneutic is a method to reveal the meaning and the significance of the object of this research (Biography and political teks of Ibn Rusyd).
This research can give us more information to straighten our perception about Cordoba Philosopher "Ibn Rusyd". Cause Ibn Rusyd -in this research- appears the significant values; demonstrative discourse and critical analysis to construct his political thought, within theoretical and practical field. Then we can say with rightfully proud that, in our Islamic tradition there is some thing we can use to face a contemporary political discourses, especially our state Indonesia with the multi dimensions crisis. More than that, Ibn Rusyd challenges ours courage's and capabilities to give critical opinion for all governmental system today, like what happen "in ours state and period". Ibn Rusyd repeatedly used this idiom in his political work which being the main object of this research. The aim of Idiom -"In ours state and period"- is to criticize dictator's government at his period or the system that lbn Rusyd called with term: Wahdaniyyah Al-Tasalluth (egoism power) same with term tyranny in Greek.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Kadek Nia Prestisia Sudarta
"Perubahan judul buku merupakan hal yang awam dilakukan oleh penerbit dalam industri penerbitan buku. Apabila penerbit merasa bahwa judul buku yang akan diterbitkan tidak sesuai dengan minat publik, maka penerbit melalui editor dapat menyarankan kepada pengarang agar dilakukannya perubahan judul. Perubahan judul buku harus dipastikan tidak melanggar ketentuan hukum hak cipta. Persetujuan dari pengarang diperlukan agar tidak terjadi pelanggaran hak cipta, terutama hak moral pengarang. Kasus perubahan judul buku Harry Potter and the Philosopher rsquo;s Stone yang dilakukan oleh Scholastic Inc. tidak melanggar ketentuan hak cipta karena Scholastic Inc. telah terlebih dahulu meminta persetujuan dari J.K. Rowling sebagai pengarang untuk perubahan judul buku. Dengan adanya persetujuan dari J.K. Rowling, maka hak moral dari J.K. Rowling tidak dilanggar oleh Scholastic Inc.

The change of book title is the common thing that the publisher does in book publishing industry. If the publisher feels that the book title is not in accordance with public rsquo s interest, publisher through the editor, can suggest the change of book title to the author. The change of book title has to make sure that it does not violate the copyright law. Author rsquo s approvoval is needed so the violation of copyright law does not happen, especially the author rsquo s moral right. The case on title change of Harry Potter and the Philosopher rsquo s Stone by Scholastic Inc. did not violate the copyright law because Scholastic Inc. had already asked for J.K. Rowling rsquo s approval as the book author. By means of J.K. Rowling rsquo s approval, Scholastic Inc. did not violate her moral right as an Author.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library