Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dara Syafrina
"ABSTRAK
Sintesis nanopartikel Au menggunakan HAuCl4 dengan ekstrak biji petai (Parkia speciossa Hassk) yang berperan sebagai agen penstabil dan agen pereduksi telah berhasil dilakukan. Ekstrak biji petai digunakan dalam fraksi air dengan konsentrasi 0,03; 0,04; 0,05; 0,06; 0,07% dan dibawah lampu natrium. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk melihat kestabilan nanopartikel Au dan nilai absorbansi.Untuk mengidentifikasi ukuran partikel nanopartikel Au digunakan Particle Size Analyzer (PSA) dan muatan nanopartikel Au diidentifikasi dengan potesial zeta.Bentuk kristal nanopartikel Au hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Fouried Transform Infra Red (FTIR) digunakan untuk melihat gugusfungsi EBP yang menunjukan adanya senyawa aromatik yaitu satu jenis dari golongansenyawa flavonoid dan terpenoid yang berperan sebagai senyawa pereduksi untukmereduksi Au3+ menjadi Au0. Transmission Electron Microscopy (TEM) digunakan untuk mengidentifikasi ukuran rata-rata nanopartikel Au sebesar ± 60nm dengan bentuk bulat. Nanopartikel Au pada kondisi optimum 0,04% digunakan untuk diimobilisasi pada kitosan dan selanjutnya diamati interaksinya dengan doxorubicin pada kondisi pH yang berbeda.

ABSTRAK
Gold nanoparticles synthesis using HAuCl4 with bitter bean extract (Parkia speciossa Hassk) as a stabilizer agent and reducing agent. Synthesis was used in aqueous extract of bitter bean (EBP) with varied concentration 0,03; 0,04; 0,05; 0,06; 0,07% and under sodium radiation. UV-Vis spectrophotometer was used to see the stabilization of gold nanoparticle and its absorbance. For identification size particle of gold nanoparticle using Particle Size Analyzer(PSA) and gold nanoparticle charge was identification by zeta potential. The crystallization of gold nanoparticle was characterized by X-Ray Diffraction (XRD). Fouried Transform Infra Red (FTIR) was used to identification functional groups of EBP which shows aromatic compound that it?s kind of flavonoid and terpenoid compounds that act as reducing Au3+ ions into Au0. Transmission Electron Microscopy (TEM) was used to identification average of size gold nanoparticle is ± 60nm in sphere shapes. Gold nanoparticle in optimum condition of 0,04% used to be immobilized on chitosan and interactions observed with doxorubicin at different pH conditions."
2016
S65063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanti Juwati
"ABSTRAK
Penelitian efek hipoglisemik ramuan ekstrak daun tapak dara dengan biji petai cina ini merupakan penelitian lanjutan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol ramuan daun tapak dara dengan biji petai cina (0,10 g serbuk daun tapak dara + 1,04 g serbuk biji petai cina per kg berat badan) menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan dosis lain.
Pada penelitian ini dilakukan pengulangan dengan menggunakan dosis: T: 0,10 g serbuk daun tapak dara + 1,04 g serbuk biji petai cina (T2P1); II: 0,115 g serbuk daun tapak dara + 1,196 g bubuk giji petai cina (T21P11); dan III: 0,085 g serbuk daun tapak dara + 0,88 g bubuk biji petal Gina (T211P111) masing-masing per kg berat badan. Selain itu dilakukan pula uji standarisasi ekstrak ramuan dengan fraksionasi kolom dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan GCMS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ramuan daun tapak dara dengan biji petai cina memberikan efek hipoglisemik dan dosis yang paling baik diantara 3 dosis yang digunakan dalam percobaan adalah T21P1 I, yaitu 0,115 g serbuk daun tapak dara + 1,196 g bubuk petal cina per kg berat badan. Standarisasi dilakukan dengan menggunakan prosedur ekstraksi etanol; pengasaman dengan HC1; ekstraksi dengan petroleum eter; lapisan air diekstraksi dengan khloroform, selanjutnya, lapisan air bersifat basa diekstraksi ulang dengan khloroform: metanol. Puncak-puncak yang mungkin digunakan pada standarisasi adalah dengan waktu retensi 23,09; 28,57; dan 40,28 menit. "
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Effendi
"ABSTRAK
Latar Belakang
Cisplatin adalah obat yang sering dipakai sebagai kemoterapi kanker ganas padat. Akan tetapi, efek nefrotoksisitas masih merupakan salah satu masalah. Telah banyak usaha untuk mengurangi nefrotoksisitas ini, antara lain pemberian cairan yang adekuat, pemakaian diuretik, dan amifostin. Senyawa sulfur sudah dikenal mengurangi toksisitas terhadap logam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tumbuhan asli Indonesia yang berkhasiat mengurangi efek toksisitas terhadap cisplatin.
Metode dan Cara
Penelitian ini memakai hewan coba taus jenis Sprague Dawley. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk mengidentifikasi tumbuhan berkhasiat obat (TBO), sedangkan penelitian utama bertujuan untuk uji renoprotektif.
Pada penelitian pendahuluan dipakai 3 bahan, yaitu petai, bawang putih, dan jengkol. Berdasarkan angka kematian pada penelitian pendahuluan, ditetapkan bahwa petai yang akan dipakai pada penelitian renoprotektif.
Pada penelitian utama dipakai 30 ekor tikus SD yang mendapat dosis petai 200 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, dan 3200 mg/kg BB yang diberikan selama 14 hari berturutturut secara oral, dan pada hari ke-15 diinduksi dengan cisplatin 5 mg/kg BB T. Pada penelitian ini dipakai amifostin sebagai kontrol positif dan cisplatin sebagai kontrol negatif. Pada hari ke-18 diperkirakan terjadi gagal ginjal akut (GGA), selanjutnya dilakukan nekropsi dan pengukuran parameter ureum, kreatinin, MDA, GSH, dan histopatologi ginjal.
Hasil
Pada penelitian uji renoprotektif ditemukan bahwa pada dosis 3200 mg ekstrak petai mempunyai daya renoprotektif yang setara dengan pemberian amifostin 200 mg. Hasil pengukuran menunjukkan kadar MDA lebih rendah dan GSH yang lebih tinggi, serta kadar ureum dan kreatinin yang tetap normal pada dosis 3200 mg yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif.
Simpulan
Ekstrak petai dosis 3200 mg mempunyai efek renoprotektif.

ABSTRACT
Background
Cisplatin is a frequently used chemotherapeutic agent on solid tumor. But in the other side, nephrotoxicity of cisplatin is still a major problem. Many efforts have been applied in order to reduce this nephrotoxicity, e.g. adequate fluid rescusitation, diuretic agent, and amifostin. Sulphur compound is known to reduce metal toxicity. The aim of this study is to find an Indonesian origin plants, which is effective to reduce nephrotoxicity effect of cisplatin.
Methods
This study use Sprague Dawley rats, and is divided into 2 phases, preliminary and main-study. The aim of the preliminary research is to identify medicine effective plants (MEP) and the main-study is to proof renoprotective effect of the plants. Plants that were used in the preliminary study were petai, garlic and jengkol. According to the death prevalence in the preliminary study, petai is used in the renoprotective study.
Thirty rats were used in the main study which were given petai 200 mg/kg BW, 800 mg/kg BW, and 3200 mg/kg orally for 14 days, and in the 15th day were induced with cisplatin 5 mg/kg BW IP. In the main study, amifostin were used as positive control and cisplatin were used as negative control. ARF was predicted in the 18th day, necropsy were performed and level of ureum, creatinin, NIDA, GSH and histopathology of the kidney were taken as parameter.
Result
On the renoprotective study were found that 3200 mg petai, extract has renoprotective effect equivalent to 200 mg amifostin. Low level of MDA, higher level of GSH and normal range of ureum and creatinine from the 3200 mg group were found significantly differ from negative control group.
Conclusion
3200 mg petai extract has renoprotective effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D597
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suki Handayani
"Penggunaan antioksidan alami mulai ber1
terdapat dalam ekstrak biji petai (Parkia speciosa) menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difeniI-2-pikrilhidrazil) dan metode
tiosianat serta meneari fraksi aktif dari ekstrak biji petai yang memiliki aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan tiosianat secara spektrofotometri menunjukkan bahwa ekstrak biji petai yang diuji memiliki aktivitas antioksidan dan ekstrak metanol memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi dengan nilai ICso sebesar 80,558 ~g/ml, sedangkan ekstrak air, kloroform dan washbenzene masing-masing dengan nilai ICso 102,007, 152,917 dan 180,77 ~g/ml. Sebagai pembanding, vitamin C dan BHT memiliki ICso sebesar 4,307 ~g/ml dan 4, 77 ~g/ml. Penentuan pola
kromatografi dilakukan dengan menggunakan larutan pengembang kloroform-metanol (9:1) untuk ekstrak metanol dan ekstrak air, larutan pengembang n-heksana-metanol (9: 1) untuk ekstrak kloroform dan ekstrak washbenzene. Pada masing-masing hasil elusi ekstrak disemprot dengan menggunakan DPPH 0.2 % dalam metanol. Pada keempat ekstrak terlihat
bereak kuning pueat berlatar belakang ungu. Ekstrak metanol memiliki jumlah bereak yang terbanyak dalam meredam aktivitas radikal. Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak biji petai memiliki aktivitas antioksidan dan fraksi yang bertanggung jawab adalah polifenol, flavonoid dan sulfidril."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Effendi
"Cisplatin adalah obat yang sering dipakai sebagai kemoterapi kanker ganas padat. Akan tetapi, efek nefrotoksisitas masih merupakan salah satu masalah. Telah banyak usaha untuk mengurangi nefrotoksisitas ini, antara lain pemberian cairan yang adekuat, pemakaian diuretik, dan amifostin. Senyawa sulfur sudah dikenal mengurangi toksisitas terhadap logam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tumbuhan asli Indonesia yang berkhasiat mengurangi efek toksisitas terhadap cisplatin.
Metode dan Cara
Penelitian ini memakai hewan coba taus jenis Sprague Dawley. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk mengidentifikasi tumbuhan berkhasiat obat (TBO), sedangkan penelitian utama bertujuan untuk uji renoprotektif.
Pada penelitian pendahuluan dipakai 3 bahan, yaitu petai, bawang putih, dan jengkol. Berdasarkan angka kematian pada penelitian pendahuluan, ditetapkan bahwa petai yang akan dipakai pada penelitian renoprotektif.
Pada penelitian utama dipakai 30 ekor tikus SD yang mendapat dosis petai 200 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, dan 3200 mg/kg BB yang diberikan selama 14 hari berturutturut secara oral, dan pada hari ke-15 diinduksi dengan cisplatin 5 mg/kg BB T. Pada penelitian ini dipakai amifostin sebagai kontrol positif dan cisplatin sebagai kontrol negatif. Pada hari ke-18 diperkirakan terjadi gagal ginjal akut (GGA), selanjutnya dilakukan nekropsi dan pengukuran parameter ureum, kreatinin, MDA, GSH, dan histopatologi ginjal.
Hasil
Pada penelitian uji renoprotektif ditemukan bahwa pada dosis 3200 mg ekstrak petai mempunyai daya renoprotektif yang setara dengan pemberian amifostin 200 mg. Hasil pengukuran menunjukkan kadar MDA lebih rendah dan GSH yang lebih tinggi, serta kadar ureum dan kreatinin yang tetap normal pada dosis 3200 mg yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif.
Simpulan
Ekstrak petai dosis 3200 mg mempunyai efek renoprotektif.

Cisplatin is a frequently used chemotherapeutic agent on solid tumor. But in the other side, nephrotoxicity of cisplatin is still a major problem. Many efforts have been applied in order to reduce this nephrotoxicity, e.g. adequate fluid rescusitation, diuretic agent, and amifostin. Sulphur compound is known to reduce metal toxicity. The aim of this study is to find an Indonesian origin plants, which is effective to reduce nephrotoxicity effect of cisplatin.
Methods
This study use Sprague Dawley rats, and is divided into 2 phases, preliminary and main-study. The aim of the preliminary research is to identify medicine effective plants (MEP) and the main-study is to proof renoprotective effect of the plants. Plants that were used in the preliminary study were petai, garlic and jengkol. According to the death prevalence in the preliminary study, petai is used in the renoprotective study.
Thirty rats were used in the main study which were given petai 200 mg/kg BW, 800 mg/kg BW, and 3200 mg/kg orally for 14 days, and in the 15th day were induced with cisplatin 5 mg/kg BW IP. In the main study, amifostin were used as positive control and cisplatin were used as negative control. ARF was predicted in the 18th day, necropsy were performed and level of ureum, creatinin, NIDA, GSH and histopathology of the kidney were taken as parameter.
Result
On the renoprotective study were found that 3200 mg petai, extract has renoprotective effect equivalent to 200 mg amifostin. Low level of MDA, higher level of GSH and normal range of ureum and creatinine from the 3200 mg group were found significantly differ from negative control group.
Conclusion
3200 mg petai extract has renoprotective effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D780
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faliana Helma Luthfiah
"Lamtoro atau lebih dikenal dengan petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) merupakan tanaman yang mengandung senyawa sulfhidril yang memiliki khasiat sebagai antioksidan. Tanaman ini juga mengandung senyawa beracun yaitu mimosin, sehingga pengonsumsiannya tidak boleh berlebih. Namun dalam beberapa tahun terakhir diketahui mimosin dapat berperan sebagai senyawa aktif yang mempunyai peran biologis. Ionic liquid (IL) merupakan pelarut alternatif yang sedang dikembangkan dan memiliki potensi sebagai pelarut hijau. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kombinasi IL terbaik untuk mengekstraksi senyawa mimosin dari biji tanaman lamtoro menggunakan metode Microwave Assisted Exraction (MAE). Kadar senyawa mimosin dari metode non- konvensional tersebut akan dibandingkan dengan metode konvensionalnya, yaitu dengan maserasi dan pelarut etanol dan dilakukan evaluasi dengan senyawa sulfhidril. Optimasi dilakukan dengan dua variabel bebas, yaitu konsentrasi IL yang digunakan (0,5; 1,0; dan 1,5 mol/L) dan rasio sampel-pelarut (1:5; 1:10; dan 1:15 g/mL). Kedua variabel tersebut dirancang dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Penetapan kadar senyawa mimosin dilakukan dengan Spektrofotometri UV-Vis dengan waktu optimalnya 3 menit. Panjang gelombang maksimum yang berhasil diidentifikasi berada pada 534 nm. Dari hasil analisis, kondisi ekstraksi optimum senyawa mimosin dihasilkan dari kombinasi IL berbasis imidazolium dengan anionnya yaitu 1-Heksil-3-metilimidazolium klorida [(HMIM) Cl] dengan rasio 1:15 g/mL dan konsentrasi IL 0,5 mol/L yaitu pada run 8. Pada kondisi tersebut dihasilkan kadar mimosin sebesar 68,77 mg/g. Berdasarkan hasil tersebut, IL terbukti lebih efektif digunakan untuk menarik senyawa mimosin dibandingkan metode maserasi etanol yang hanya menarik mimosin sebesar 10,88 mg/g. Selain itu, pada kondisi optimum tersebut, pelarut IL dapat menarik senyawa sulfhidril sebesar 0,70 mg/g.

Lamtoro or well known as petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) is a plant that contains sulfhydryl compounds which have antioxidant properties. This plant also contain a toxic compound, called mimosine, so its consumption should not be excessive. However in recent years, it is known mimosine can be an active compound that has a biological role. Ionic liquid (IL) is an alternative solvent that is being developed and has potential as a green solvent. This research was conducted to determine the best IL combination for extracting mimosine compounds from lamtoro seeds using Microwave Assisted Extraction (MAE) method. The mimosine content from non-conventional method will be compared with the conventional method, spesifically by maceration and ethanol solvent, and evaluated with the sulfhydryl compound. Optimization was carried out with two independent variables, the IL’s concentration (0,5; 1,0; and 1,5 mol/L) and the sampel-solvent ratio (1:5; 1:10; and 1:15 g/mL). Both variables were designed using Response Surface Methodology (RSM). The determination of mimosine levels was analyzed using UV-Vis Spectrophotometry with an optimal time 3 minutes. The maximum wavelength that was identified was at 534 nm. From the results of the analysis, the optimum extraction conditions for mimosine compound resulted from the combination of imidazolium-based IL with its anion, namely 1-Hexyl-3- methyllimidazolium chloride [(HMIM) Cl] with a ratio of 1:15 g/mL and an IL concentration of 0.5 mol/L at run 8. These conditions produce mimosine levels of 68,77 mg/g. Based on these results, IL was proven to be more effective to attract mimosine compounds than the ethanol maceration method which only attract 10.88 mg/g mimosine. Moreover, at that optimum condition, IL solvent can attract sulfhydryl compounds of 0,70 mg/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Nadia
"Penyebab kematian paling signifikan di dunia (lebih dari 50%) diakibatkan dari stres oksidatif yang berkontribusi terhadap perkembangan banyak penyakit. Oleh karena itu, untuk melawan efek tersebut, dapat digunakan zat antioksidan. Zat antioksidan merupakan salah satu bioaktivitas yang dimiliki oleh senyawa heterosiklik (berbasis tiazolidindion). Pada penelitian ini, telah berhasil disintesis senyawa 4H-tiopiran melalui reaksi thia-Diels-Alder antara 1,4-naftokuinon dengan tiokalkon. Senyawa tiokalkon disintesis dari Lawesson’s Reagent (LR) dengan kalkon melalui reaksi thionation. Senyawa kalkon disintesis melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt dari senyawa berbasis tiazolidindion dengan aldehida aromatik (tereftalaldehida), yang divariasikan dengan keton (asetofenon dan 2-asetil piridin) dengan bantuan katalis hijau nanopartikel magnetik CoFe2O4. Senyawa kalkon pada kondisi optimal menghasilkan rendemen sebesar 62,26%, dengan menggunakan sejumlah 5 mol% katalis dalam etanol pada kondisi refluks selama 2 jam. Aktivitas katalitik pada katalis nanopartikel magnetik ini dapat digunakan secara berulang hingga 5 siklus, tanpa kehilangan hasil yang signifikan. Senyawa akhir 4H-tiopiran menghasilkan rendemen sebesar 50,24% (variasi asetofenon) dan 48,96% (variasi 2-asetil piridin). Nanopartikel magnetik CoFe2O4 disintesis melalui metode green synthesis menggunakan ekstrak kulit petai sebagai agen penghidrolisis dan penstabil. Nanopartikel ini dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, VSM, UV-DRS, FESEM, EDX, TEM, SAED, dan HR-TEM. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa CoFe2O4 yang disintesis memiliki ukuran nanopartikel serta sifat magnetik, optik, dan elektrikal. Hasil analisis karakterisasi XRD mengonfirmasi struktur kristalnya berbentuk kubik, dengan rata-rata ukuran kristalit 8,94 nm. Hasil analisis VSM dengan nilai Ms (41 emu/g), Mr (8 emu/g), dan Hc (693 Oe) mengonfirmasi sifat magnetiknya. Hasil analisis UV-DRS menunjukkan sifat optik dan elektrikal, dengan nilai celah pita sekitar 1,4 eV. Hasil pencitraan TEM menunjukkan bahwa morfologi nanopartikel magnetik CoFe2O4 berbentuk kubik, dengan rata-rata ukuran distribusi partikel 37,67 nm. Senyawa organik hasil sintesis juga diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH dan parameter BDE. Senyawa 4H-tiopiran (variasi 2-asetil piridin) menunjukkan aktivitas antioksidan terkuat dengan nilai IC50 sebesar 90,80 μg/mL (kategori kuat). Hal ini juga didukung oleh nilai parameter BDE yang rendah pada gugus C-H dari benzo[g]tiokromena (74,0 kkal/mol) dan piridin (105,1 kkal/mol).

The most significant cause of death in the world (more than 50%) results from oxidative stress which contributes to the development of many diseases. Therefore, to counter these effects, antioxidant substances can be used. Antioxidant substances are one of the bioactivities possessed by heterocyclic compounds (thiazolidinedione-based). In this study, the compound 4H-thiopyran has been successfully synthesized through the thia-Diels-Alder reaction between 1,4-naphthoquinone and thiochalcone. A thiochalcone compound was synthesized from Lawesson's reagent (LR) with chalcone through a thionation reaction. Chalcone compounds were synthesized via Claisen-Schmidt condensation reactions of thiazolidinedione-based compounds with aromatic aldehydes (terephthalaldehyde), which were varied with ketones (acetophenone and 2-acetyl pyridine) with the help of CoFe2O4 magnetic nanoparticle green catalysts. The chalcone compound at optimal conditions produced a yield of 62.26% using of 5 mol% catalyst amount in ethanol under reflux conditions for 2 h. The catalytic activity of this magnetic nanoparticle catalyst can be used repeatedly, up to 5 cycles, without significant yield loss. The final compound 4H-thiopyran produced yields of 50.24% (acetophenone variation) and 48.96% (2-acetyl pyridine variation). CoFe2O4 magnetic nanoparticles were synthesized via the green synthesis method using petai peel extract as a hydrolyzing and capping agent. These nanoparticles were characterized by FTIR, XRD, VSM, UV-DRS, FESEM, EDX, TEM, SAED, and HR-TEM. The characterization results show that the synthesized CoFe2O4 has nanoparticle size as well as magnetic, optical, and electrical properties. The XRD characterization analysis results confirmed the cubic crystal structure, with an average crystallite size of 8.94 nm. Magnetic properties were confirmed through VSM analysis results with Ms (41 emu/g), Mr (8 emu/g), and Hc (693 Oe) values. UV-DRS analysis results showed optical and electrical properties, with a band gap value of about 1.4 eV. The TEM imaging results reveal that the morphology of the CoFe2O4 magnetic nanoparticles is cubic, with an average particle distribution size of 37.67 nm. The synthesized organic compounds were also tested for antioxidant activity using the DPPH method and BDE parameters. The 4H-thiopyran compound (2-acetyl pyridine variation) showed the strongest antioxidant activity with an IC50 value of 90.80 μg/mL (strong category). This is also supported by the low value of BDE parameters on the C-H group of benzo[g]thiochromene (74.0 kcal/mol) and pyridine (105.1 kcal/mol)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit (petai cina) merupakan tanaman yang tumbuh subur dan tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia, namun penggunaannya dibatasi akibat kandungan mimosin di dalamnya yang bersifat toksik. Di sisi lain, mimosin memiliki aktivitas biologis seperti antimikroba, antiinflamasi, antikanker, antitumor, antifibrosis, antivirus, dan bioherbisida. Hal menarik diketahui bahwa belakangan ini ada penelitian yang menjadikan mimosin sebagai senyawa utama yang dikembangkan sebagai inhibitor spesifik RAC/CDC42- activated kinase 1 untuk pengobatan kanker. Pada penelitian ini, senyawa mimosin diekstraksi dari biji petai cina menggunakan pelarut NADES berbasis kolin klorida-asam organik menggunakan Ultrasound Asissted Extraction (UAE). Hasil yang didapat akan dibandingkan dengan metode maserasi menggunakan etanol 30%. Optimasi kondisi ekstraksi NADES-UAE ditentukan melalui metode analisis Response Surface Methodology oleh aplikasi Design Expert-12. Optimasi dilakukan pada kombinasi pelarut terbaik. Pada penelitian ini didapatkan kombinasi kolin klorida-asam laktat sebagai pelarut terbaik yang akan dioptimasi kondisi ekstraksinya terhadap tiga variabel yaitu penambahan air pada NADES (40, 60, dan 80%), waktu ekstraksi (20, 30, dan 40 menit), dan rasio pelarut terhadap serbuk (5, 10, dan 15 mL/g). Penetapan kadar senyawa mimosin dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 534 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar tertinggi senyawa mimosin yang didapatkan pada ekstrak UAE-NADES berbasis kolin klorida-asam laktat sebesar 28,79 mg/g serbuk dengan kondisi penambahan air pada NADES sebanyak 80%, waktu ekstraksi 30 menit, dan rasio pelarut terhadap serbuk sebanyak 15 mL/g, sedangkan kadar yang didapatkan pada ekstrak maserasi-etanol 30% sebanyak 13,49 mg/g serbuk. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstraksi UAE-NADES berbasis kolin klorida-asam laktat lebih efektif menarik senyawa mimosin dari biji petai cina dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi maserasi-etanol 30%.

Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit (petai cina) is a plant that thrives in tropical and subtropical areas. This plant is widely used as fodder for ruminants, but its used is limited due to the content of mimosine in it which is toxic. On the other hand, mimosine has biological activities such as antimicrobial, anti-inflammatory, anticancer, antitumor, antifibrosis, antiviral, and bioherbicide. It is interesting that recently there have been studies that have made mimosine to the main compound developed as a specific inhibitor of RAC/CDC42-activated kinase 1 for the treatment of cancer. In this study, mimosine compounds will be extracted from petai cina seeds using NADES based on choline chloride-organic acid and Ultrasound Assisted Extraction (UAE). The results obtained will be compared with maceration method with 30% ethanol as solvent. Optimization is carried out on the best combination of solvents. In this study, the combination of choline chloride-lactic acid was found as the best solvent which will optimize the extraction conditions for three variables, the addition of water to NADES (40, 60, and 80%), extraction time (20, 30, and 40 minutes), and the ratio solvent to powders (5, 10, and 15 mL/g). The determination of mimosine levels was carried out using UV-Vis Spectrophotometry at a wavelength of 534 nm. The results showed that the highest levels of mimosine compounds obtained in UAE-NADES extract based on choline chloride-lactic acid were 28.79 mg/g powder with the condition of adding water to NADES as much as 80%, extraction time of 30 minutes, and the ratio of solvent to powder is 15 mL/g, while the concentration obtained in 30% maceration-ethanol extract was 13.49 mg/g powder. Therefore, it can be concluded that the use of UAE-NADES extraction based on choline chloride-lactic acid is more effective for extracting mimosine compounds from petai cina seeds compared to the use of maceration-ethanol 30% extraction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wardatun
"Siklofosfamid merupakan obat kemoterapi yang secara luas digunakan dalam penanganan berbagai jenis kanker. Sistitis hemoragik pada kandung kemih merupakan salah satu efek samping yang sering muncul dari penggunaan siklofosfamid. Akrolein sebagai metabolit siklofosfamid teridentifikasi sebagai penyebab sistitis hemoragik. Akrolein dalam tubuh akan mengalami metabolisme melalui konjugasi dengan glutation menghasilkan asam 3-hidroksipropil merkapturat (3-HPMA) yang dieksresikan melalui urin. Senyawa sulfidril diantaranya Mesna dan N-asetilsistein digunakan untuk mencegah teijadinya sistitis hemoragik. Biji petal cina mengandung senyawa sulfidril dan berpotensi digunakan sebagai altematif untuk mencegah teijadinya sistitis hemoragik melalui induksi produksi dan metabolisme glutation. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi ekstrak biji petal cina dalam mencegah teijadinya sistitis hemoragik pada tikus terinduksi siklofosfamid dengan menganalisis senyawa 3-HPMA dfilfltn urin dan 4-hidroksisiklofosfamid dalam plasma pada tikus. Optimasi ekstraksi biji petal cina dilakukan terhadap perendaman dengan akuades dan maserasi menggunakan pelarut etanol 30, 50, 70 dan 96%. Ekstrak basil optimasi distandarisasi lalu digunakan untuk uji secara in vivo. Sebanyak 30 ekor tikus yang terbagi dalam 3 kelompok digunakan dalam uji ini. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan akuades selama satu minggu. Kelompok kedua diberikan akuades selama satu minggu dan pada hari ketujuh diberikan injeksi siklofosfamid secara intraperitoneal dengan dosis 50 mg/kg. Kelompok ketiga diberikan ekstrak biji petal cina melalui per oral sekali sehari dengan dosis 300 mg/kg selama satu minggu, lalu pada hari ketujuh satu jam setelah pemberian ekstrak terakhir diinjeksi siklofosfamid dengan dosis 50 mg/kg. Darah diambil dari vena ekor tikus pada menit ke 30 dan ke 60 setelah pemberian injeksi siklofosfamid sedangkan urin dikumpulkan selama 24 jam. Analisis 3-HPMA dan 4-hidroksisiklofosfamid dilakukan dengan kromatografi cair kineija ultra tinggi tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM). Analisis 3-HPMA menggunakan internal standar 3-HPMA-D3 (asam 3-hidroksipropil merkapturat-Deuterium), dengan fase gerak = 0,1% asam format dalam air:0,l% asam format dalam asetonitril = 90:10j kolom KCKUT BEH Cig (2,1 x 100mm, l,7p.m), laju alir 0,2 mL/menit; waktu analisis 7 menit; deteksi MS pada m/z 221,968>90,993 untuk 3-HPMA dan 225,032>17 untuk 3-HPMA-D3. Analisis 4-hidroksisiklofosfamid menggunakan internal standar heksametilfosforamid dengan fase gerak = 0,1% asam format dalam ainmetanol =50;50; kolom KCKUT BEH Ci8 (2,1 x 100mm, l,7}im), laju alir 0,3 mL/menit; waktu analisis 7 menit; deteksi MS pada m/z 333,65>221,01 untuk 4- hidroksisiklofosfamid dan 180,07>134,9 untuk heksametilfosforamid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol 70% merupakan pelarut yang menghasilkan ekstrak dengan kadar sulfidril tertinggi dan kadar mimosin terendah pada biji petal cina yang telah direndam selama 24 jam. Ekstrak etanol 70% biji petal cina memenuhi standar mutu ekstrak obat tradisional. Metode analisis 3-HPMA dalam urin dan 4- hidroksisiklofosfamid dalam plasma menggunakan KCKUT SM/SM telah tervalidasi sesuai acuan FDA, 2018 dan EMA, 2011 dan dapat diterapkan dalam analisis in vivo. Pemberian ekstrak etanol 70% biji petal cina dapat meningkatkan kadar 3-HPMA dalam urin dan tidak mempengaruhi kadar metabolit aktif 4-hidroksisiklofosfamid dalam plasma. Pemberian ekstrak biji petal cina memberikan pengaruh positif pada hasil uji histopatologi kandung kemih dan pada profil hematologi tikus. Ekstrak biji petal cina berpotensi untuk digunakan sebagai altematif dalam mencegah teijadinya sistitis hemoragik pada penggunaan siklofosfamid.

Cyclophosphamide is a chemotherapy drug that is widely used in the treatment of various types of cancer. Hemorrhagic cystitis in bladder is one of side effects that often arise from using of cyclophosphamide. Acrolein as metabolite of cyclophosphamide was identified causing hemorrhagic cystitis. Acrolein in the body undergoes metabolism through conjugation with glutathione to produce 3-hydroxypropyl mercapturic acid (3- HPMA), which is excreted in urine. Sulfhydryl compounds including Mesna and Nacetylcysteine are used to prevent hemorrhagic cystitis. Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds contain sulfhydryl compounds and have the potential to be used as an alternative to avoid the occurrence of hemorrhagic cystitis through production and metabolism of glutathione. This study aims to evaluate potential of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds extract on cyclophosphamide-induced hemorrhagic cystitis rats through analyze 3-HPMA in urine and 4-hydroxycyclophosphamide in plasma. The seed extraction was optimized with distilled water soaking treatments and maceration using 30, 50, 70 and 96% ethanol solvent. The optimized extract was standardized and then used for in vivo test. Thirty rats which is divided in 3 groups were used in this study. The first group, a negative control group, was given distilled water for one week. The second group was given distilled water for one week, and on the seventh day, they were given an intraperitoneal injection of cyclophosphamide at a dose of 50 mg/kg. The third group was given seed extract orally once a day at a dose of 300 mg/kg for one week, and then on the seventh day, one hour after administration of the last extract, they were injected with cyclophosphamide at a dose of 50 mg/kg. Blood was taken from rat vein tail 30 and 60 min after administration of the cyclophosphamide injection. Rat urine was collected for 24 h. Analysis of 3-HPMA and 4- hydroxycyclophosphamide was carried out by LCMS/MS. 3-HPMA analysis was conducted using the internal standard 3-hydroxypropyl mercapturic acid-Deuterium (3- HPMA-D3) with the mobile phase = 0.1% formic acid in water: 0.1% formic acid in acetonitrile = 90:10; column UPLC BEH Cis (2.1 x 100mm, 1.7pm); flow rate 0.2 mL/min; analysis time 7 minutes; and MS detection at m/z 221.968> 90.993 for 3- HPMA and 225.032>17 for 3-HPMA-D3. Analysis of 4-hydroxycyclophosphamide was conducted using internal standard hexamethylphosphoramide with a mobile phase = 0.1% formic acid in water: methanol = 50:50; column UPLC BEH Ci8 (2.1 x 100mm, 1.7pm); flow rate 0.3 mL/min; analysis time 7 minutes; and MS detection at m/z was 333.65>221.01 for 4-hydroxycyclophosphamide and 180.07>134.9 for hexamethylphosphoramide. The results show that 70% ethanol produced extracts with the highest sulfhydryl content and the lowest mimosine content in soaked Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds. The 70% ethanol extract of seeds was made of qualified traditional medicinal extracts. The analysis method of 3-HPMA in unne and 4- hydroxycyclophosphamide in plasma using LCMS/MS has been validated according to 2018 FDA guidelines and 2011 EMA guidelines and can be applied to in vivo analysis. Administration of 70% ethanol extract of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds can increase the level of 3-HPMA in urine and does not affect the level of the active metabolite 4-hydroxycyclophosphamide in plasma. Administration of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds extract had a positive effect on the results of bladder histopathology and hematological profiles. The Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seed extract has the potential to be used as an alternative to avoid the occurrence of hemorrhagic cystitis in the use of cyclophosphamide.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2022
D2798
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library