Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martin, editor
"ABSTRAK
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang bersifat
fisik. Seperti kebutuhan dasar lainnya, kuantitas
minimum sukar dikurangi, tanpa berakibat buruk kepada
kesehatan (fisik dan jiwa), maupun mutu manusianya.
Hanya kualitas yang bisa disesuaikan dengan kondisi
Lingkungan alam, kemampuan dan tingkat budaya manusia
pendukungnya, termasuk arsitektur. Oleh karena itu,
tidak satu negara pun di dunia dimana tidak terdapat
masalah perumahan bagi masyarakatnya, terutama bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan perumahan dalam skala
besar, terutama untuk masyarakat golongan menengah
ke bawah sejak Pelita II. Tetapi laju pembangunan masih di bawah
laju kebutuhan.
Sebagian besar pendanaan rumah?rumah tersebut di
Indonesia didukung melalui Kredit Pemilikan Rumah
Bank Tabungan Ngara (KPR?BTN ). Dalam Repelita V,
target pembangunan sebanyak 40.000 unit rumah ter
paksa diturunkan menjadi 350.000 unit, karena
pemerintah kekurangan dana. Oleh sebab itu, masalah
perumahan di Indonesia makin membesar. Di samping
itu, ternyata dari rumah?rumah tersebut setelah di
huni, banyak yang diubah, baik luasnya maupun bahan
bangunannya. Pada hal angsuran KPR sebesar 1/3 peng
hasilan keluarga sudah melebihi kemampuan masyarakat
pekerjia Indonesia untuk perumahan yang hanya 1/5
penghasilan keluarga. Ini suatu beban berat bagi
masyarakat yang kondisi ekonominya sudah sulit itu.
Bagi lingkungan, ini merupakai pemborosan sumberdaya
dan meningkatnya Iimbah. Perluasan rumah yang ter
paksa melanggar peraturan bangunan, karena terbatas
nya luas tanah kapling, akan menurunkan mutu ling
kungan fisik rumah tarsebut. Akibatnya, kanyamanan
rumah berkurang. Bila diatasi dengan kemajuan tekno
logi, akan membutuhkan tambahan biaya lagi untuk
membeli peralatan dan pembayaran rekening listrik.
Hal ini karena masalah karakteristik keluarga calon
penghuni belum dipertimbangkan dalam pembangunan
rumah secara massal tersebut. Yang dipertimbangkan
baru besar penghasilan keluarga, agar angsuran
kreditnya tidak macet.
Maksud penelitian ini adalah untuk menemukan faktor?
faktor karakteristik keluarga yang ada hubungan dan
pengaruhnya terhadap perluasan lantai rumah, berapa
luas lantai rumah rata?rata yang dibutuhkan, bahan
bangunan apa yang mereka pakai, hubungan karakteris
tik keluarga tersebut dengan penurunan rnutu lingkung
an fisik rumah, serta persepsi keluarga penghuni
terhadap rumahnya sebelum dan sesudah diubah.
Lokasi penelitian adalah di perumahan PERUMNAS Klen
der, ecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Penelitian
dilakukan pada rumah?rumah tipe D.45 dengan sampel
sebanyak 100 keluarga dan rumahnya. Teknik pengumpul
an data yang digunakan adalah kuisioner, wawancara,
observasi, pengukuran, penggambaran, dan dokumenter.
Analisa data yang digunakan adalah analisis kuantita
tif (distribusi frekuensi, deskriptif, kai?kuadrat
dan regresi linier), dan analisis kualitatif.
Secara singkat, hasil penelitian sebagai berikut:
1. Lingkungan makro kompleks perumahan PERUMNAS
Klender cukup baik dalam hal keanekaragaman dan
penyebaran penghuni, sistem jaringan Jalan, trans
portasi dan drainase, kecuali suplai air minum dan
PAM DKI Jakarta. Untuk memecahkan masalah air ini,
penduduk memompa air ber-sih, dan air tanah dangkal
dengan pompa (listrik atau tangan). Keseimbangan
lingkungan meningkat terus dengan semakin lengkap
nya fasilitas sosial, sehingga mempengaruhi per
kembangan wilayah sekitarnya. Oleh sebab itu, para
penghuni betah tinggal di sana, tidak ingin pindah
ke tempat lain, walaupun mereka belum puas dan
masih ingin mengubah bahan bangunan dan luas rumah
mereka lagi.
2 Rata?rata luas lantai rumah sudah berkembang dari
45 M2 menjadi 76 M2 dengan luas tanah kapling rata?
rata 108 M2.
3 Tingkat pendidikan Kepala?keluarga, jumlah anggata
keluarga penghuni, dan luas tanah kapling, berkore
lasi positif dalam taraf nyata berarti, dan sangat
berarti, dengan perluasan lantai rumah.
4 Hubungan tingkat pendidikan Anak tertinggi, jumlah
penghasilan keluarga, daerah asal. Kepala?keluarga
dengan perluasan lantai rumah, tidak berarti.
Diduga para penghuni menggunakan dana di luar peng
hasilan mereka untuk mengubah rumahnya.
5. Dampak dari perubahan rumah?rumah tersebut, adalah
menurunnya mutu kelancaran sirkulasi udara dan mutu
pemanfaatan terang hari ke dalam rumah. Sekarang,
74% rumah?tangga, luas halaman yang tidak diperke
ras sudah di bawah 10% dan luas tanah kaplingnya.
6. Hubungan tingkat pendidikan (Kepala?keluarga dan
Anak tertinggi), tingkat penghasilan, daerah asal
Kepala?keluarga, dan luas tanah kapling, dengan
penurunan mutu lingkungan fisik rumah-rumah
tersebut, tidak berarti.
7 Jumlah anggota keluarga penghuni rumah, ada hubung
annya dalam taraf nyata berarti dengan mutu pe
manfaatan terang hari ke dalam rumah.
8 Walaupun dalam taraf nyata tidak berarti, terdapat
derajat hubungan sedang antara daerah asal Kepala?
keluarga dengan mutu pemanfaatan terang hari dan
luas tanah kapling yang tidak diperkeras. Pada
rumah?rumah yang Kepala?keluarganya berasal dari
Sumatera, relatif lebih baik daripada rumah?rumah
yang Kepala?keluarganya berasal dari Jawa.
9 Rumah?rumah tersebut sekarang, 14% sudah ber
tingkat, 11% jemuran sudah di atas atap, 32% sudah
melanggar garis sempadan bangunan dan setengah dan
responden menyatakan, mengubah rumahnya tanpa izin.

ABSTRACT
House is a physical basic need for human. Like other
basic needs, minimum quantity is difficult to be mi
nimized without having bad impact, to health (psyche
and physical), and to human quality. It is only the
quality which is able to be adapted with natural en
vironment condition, the capability and cultural le
vel of its supporter human including the architec
ture. Therefore, we can always find housing problems
among the citizen over the countries around the
world, mainly in the middle and low class citizen.
Indonesian Government has executed housing develop
ment in large scale, mainly for low and middle class
community since Pelita II. Nevertheless the rate of
housing necesity is still above the rate of housing
development rate.
Most of housing fund in Indonesia is supported by
the house owning credit from Bank Tabungan Negara
(KPR?BTN). In Repelita V, development target as much
as 450,000 houses unit is compulsory decreased the
350,000 unit because of the shortage of housing fund
of Indonesian government. In that case, housing
problem in Indonesia is still even bigger. In
reality, most of occupied houses are changed by
them, either the area of the house and the material
of the house. Whereas, amount of KPR installment as
much as 1/3 family income has exceeded the
capability of housing income separation that reach
1/5 family incarne cl Indonesian worker community.
It is actually become a burden for the community
whose hard enough economic condition. For environ
ment, it represent a waste of resources and the
escalation of rubbish. House expansion that is com
pulsary violating house establishment regulation
because of the limited kavling land area wìIl reduce
the physical environment quality of the house. In
addition, the house convenience also reduce. If it
is excelled by technology achievement, the techno
logy itself will require extra cost for purchasing
tools arid the amount of electrical bill. The case
due to family characteristic of prospective occupant
has not yet been considered in housing develoPment
at large scale. The consideration is always the
family income that is big enough to afford credit
installment to avoid credit breakdown.
The purposes of the research are to find: family
characteristic factors that have relationship and
correlation to house floor expansion, the average of
house floor needed, what materials are used, family
charateristic relationship with the reduction of
physical environment quality of the house, and also
the occupant families perception to their house
before and after the changing.
Research location is applied to PERUMNAS Klender
Housing, Duren Sawit District, East Jakarta. The
research is conducted on type D.45 houses with sam
ples as much as 100 families and their houses. The
data collecting technic that used are: questionaire,
interview, observation, measurement, drawing and
documentary. The data analysis, cover the quantita
tive analisis (frequency distribution, descriptive,
chi?square and linier regression), and qualitative
analysis.
In short, this research has proceeded as follows:
1. Macro environment of housing at the PERUMNAS
Kiender Housing is good enough in diversity and
dispersion resident, read net system, trans
portation, drainage, except, the fact that
drinking water supply from PAM DKI jakarta is bad.
In order to solve water problem, the residents
pump clean water from shallow land water either
electrically and manually.
Environment homeostatic increase properly keeping
up with the completion of social facility, that
influence its surronding growth. Therefore, the
occupants is living comfortably, They will not
move to another place, although they are not
satisfy enough that they will still want to change
the materials and ecpand their house again.
2 The average of floor area had been expanded, from
45 m2 to 76 m2 with the average of land kavling
area is 108 m2.
3 Education Level of family head, number of family
occupant member, and kavUng land area has a
positive correlation within significant at the
0,05 and 0,01 level with house floor enlargement.
4 The relationship of the children highest education
level, amount of family income, origin region of
family head, with house floor enlargement is not
significant. It is presume the occupants use their
extra income to afford the changing of their
houses.
5 Impact of the house changing: the air circulation
quality and the utilization of indoor day light
are reducing. There are 74 % of houses whose not
hardened yard is below the number of 10 % from
kaviing land area.
6 The relationship of the highest education level
(of family head and his children), income level,
origin region of family head, kaviing land area,
with the decrease of physical environment quality
of the houses, are not significant.
7. The number of family member of house occupant, has
a relationship significant at the 0,05 level, with
the utilization of day light.
8 Although there is an insignificant, there exist a
middle degree of association among origin region
of family head with quality of daylight utiliza
tion, and not hardened kaviing land area. Such
degree of association of the houses, whose family
head coming from Sumatera, its appearance is to be
relatively better than the houses whose family
head coming from Java.
9 Nowadays from houses, there are 14 7. storied
houses, 11% of bleachfield is upstair, 32%
violated building border line, and half of the
samples claim that they had changed the houses
without pemission.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk implementasi Standard ISO 9000 di Perumnas sebaiknya senantiasa dilakukan pengkajian dari sisi financial. Cost and benefit dikalkulasi melalui analisis finansial secar periodik, sehingga diperolehnya sertifikat ISO seri 9000 dapat bermanfaat bagi manajemen untuk melakukan evaluasi internal secara berkesinambungan. Hal itu juga sesuai dengan prinsip dasar ISO "continuoes improvement". Di samping itu dengan kajian aspek finansial secara berkala ini akan memberikan nilai tambah lain berupa memudahkan pelaksanaan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem mutu dari segi finansial (cost and benefit analysis). Memudahkan identifikasi terhadap area area tertentu yang membutuhkan perhatian dan peningkatan (critical area analysis). Memudahkan dalam penetapan sasaran mutu dan anggara biaya untuk masa masa yang akan datang (company value analysis)."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (03) Maret 2003: 3-8, 2003
MUIN-XXXII-03-Mar2003-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dasril Panin Datuk Labuan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Bernardus Wishman Simbora
"Model berbelanja masyarakat dewasa ini menuntut adanya perubahan kualitas agar lebih baik dalam layanan berbelanja terutama di pasar tradisional. Namun saat ini, masih banyak pasar tradisional yang pada umumnya memiliki kelemahan mendasar yaitu kurang tersedianya sarana infrastruktur yang memadai.Tesis ini membahas mengenai bagaimana strategi pasar tradisional khususnya Pasar Perumnas Klender dalam memperbaiki sarana infrastruktur sesuai dengan persepsi masyarakat sebagai konsumen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil dari penelitian ini menyarankan agar pihak PD Pasar Jaya Area 19 selaku pengelola Pasar Perumnas Klender bersedia untuk menjalankan strategi-strategi perbaikan infrastruktur yang menjadi temuan dalam penelitian ini sehingga Pasar Perumnas Klender dapat menjadi pilihan utama masyarakat di sekitarnya.

The way the community do the trading or shopping recently has demanded the changes of better quality of the service included traditional market. Plenty of traditional market nowadays that still has poor quality in their basic services for example poor infrastructure. The topic of this Thesis to explore the the strategy how the traditional market, especially Pasar Perummas Klender, fix their infrastructure that will be acceptable in community perspective as the consumer. The type of research is qualitative and descriptive research.
The result of this research is to recommend PD Paasr Jaya Area 19 as the management of Pasar Perumnas Klender is willing to apply the improvement strategy in infrastructure that has classified as the major finding in this research so that Pasar Perumnas can be the main shopping center especially for the communities in neighborhood area.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T28753
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruslan
"Kekurangan perumahan penduduk, umumnya di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia sudah menjadi masalah nasional. Pemerintah menyadari keadaan ini, untuk selanjutnya secara bertahap dilaksanakan pembangunan perumahan dengan sasaran masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Pelaksanaan pembangunan perumahan untuk mengimbangi kebutuhan yang mendesak, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974; dibentuklah Perum Perumnas sebagai lembaga pemerintah non Departemen, ditugasi merencanakan, membangun dan mengelola/mengusahakan bidang perumahan. Melihat kebutuhan akan rumah, banyaknya peminat rumah melalui Perum Perumnas, tidak mungkin dengan karyawan yang ada Perum Perumnas melaksanakan sendiri pembangunan perumahan. Untuk melaksanakan pembangunan rumah tersebut, Perum Perumnas melimpahkan pelaksanaan pembangunan rumah kepada pihak kedua/ kontraktor melalui perjanjian. Dalam pelaksanaan perjanjian pekerjaan pembangunan rumah inilah timbul beberapa permasalahan mulai dari proses pemberian pekerjaan sampai dengan pelaksanaan pekerjaan yang membawa akibat hukum baik terhadap Perum Perumnas maupun terhadap kontraktor. Pengungkapan permasalahan diatas adalah merupakan ide penulis, dimana permasalahan-permasalahan tersebut menarik untuk dibahas dalam penulisan skripsi."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gabriel Fernandez
"ABSTRAK
Sesuai dengan asas pemerataan, Pemerintah dalam hal dni PERUM PERUMMS beusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dasar rakyat yakni perumahan.
Dalam melaksanakan pembangunan perumahan Pemerintah ( PERUM PERUMNAS ) selalu bekerjasama dengan pihak Swasta sehingga timbul Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan.
Masalah yang timbul dalam Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut adalah penyimpangan prosedur pemberian pekerjaan yang terjadi karena keadaan yang mendesak dan juga memang dikehendaki oleh PERUM PERUMNAS sendiri.
Selain itu dalam skripsi ini juga dibabas mengenai Unforeseen, serta masalah perlindungan kepada pihak ketiga yang dilakukan oleh PERUM PERUMNAS.
Sebagai kesimpttlan yang dapat ditarik adalah Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan antara PERUM PERUMNAS dengan Rekanan selain terdapat aspek Hukum Perdata, juga terdapat aspek Hukum Publik yaitu turut campumya pihak penguasa, yang bahkan sangat dominan dalam menentukan perjanjian itu sendiri.
Saran yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini adalah perlu adanya penyempurnaan kembali Syarat-Syarat Kontrak yang berlaku di PERUM PERUMNAS dan tentunya PERUM PERUMNAS hendaknya menyingkirkan sistim birokrasi yang berbelit-belit.
"
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machfuddin Hardjasasmita
"ABSTRAK
Masalah Pokok: Hakekat Pembangunan Nasional Negara kita, adalah Pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun bathin. Salah satu kebutuhan manusia yang pokok dewasa ini adalah rumah. Agar supaya kebutuhan akan rumah ini dapat terpenuhi dan terjangkau oleh anggota masyarakat, terutama yang bertempat tinggal di kota-kota dan berpenghasilan rendah sedang. Maka Pemerintah membentuk suatu Badan Usaha yang berfungsi pokoknya adalah menyediakan perumahan rakyat yang berupa bangunan rumah sederhana yang dapat dimiliki dengan cara angsuran (kredit). Badan Usaha tersebut bernama Perusahaan Umum Pembangunan Rumah Nasional (Perum-Perumnas). Dana Pembangunan rumah tersebut melalui Bank Tabungan Negara, yang telah mendapat tugas tambahan dari Pemerintah untuk melaksanakan pemberian kredit pemilikkan rumah yang berupa pemberian kredit hypotik, kepada anggota, masyarakat yang membutuhkannya dan memenuhi syarat. Rumah tersebut diperoleh dengan cara sewa-beli dengan Perum-Perumnas.
Metode Riset: Riset atau penelitian adalah suatu yang harus dilakukan, di dalam pengumpulan data untuk penulisan suatu karya ilmiah. Dalam melaksanakan riset ini, peneliti dapat menggunakan penelitian kepustakaan darf penelitian lapangan. Dalam hal penulis mengumpulkan dan mengolah data-data, pada penelitian kepustakaan penulis mendapatkan bahan - bahan dari buku-buku, brosur-brosur, tulisan-tulisan lainnya yang berupa karya ilmiah dari pada Sarjana Hukum dan dikaitkan dengan yang ada hubungannya dengan judul skripsi. Juga dalam peneli tian lapangan penulis langsung mengadakan observasi ke obyek penulisan dan mengadakan wawancara dengan para pejabat atau petugas yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini ialah para pejabat Perum-Perumnas.
Hal-hal yang ditemukan: Tujuan pemberian kredit pemilikan rumah oleh BTN adalah membantu penanggulangan perumahan bagi pegawai negeri dan pegawai swasta yang masih belum mempunyai rumah milik pribadi. Pada perjanjian kredit terlihat adanya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak yang mana BTN memberi kredit, di berilebih banyak hak kalau dibandingkan dengan hak dari pada peminjam, juga peminjam dibebani lebih banyak kewajiban. Untuk menjamin pelunasan pinjaman kredit itu di samping rumah dan tanahnya dijadikan jaminan hipotik, juga terdapat surat kuasa dari peminjam untuk setiap bulannya gajinya langsung dipotong bendaharawan/pemotong gaji dari Instansi mana si peminjam bekerja. Sifat dari surat kuasa ini tidak dapat ditarik sebelum pembayaran kredit terakhir. Jadi dalam pemberian KPR ini terdapat dua perjanjian yang bersifat accessoir yakni hypotik dan kuasa pemotongan gaji/pensiun. Juga terlaksananya sewa beli rumah dengan Perum - Perumnas ini melalui dua tahap perjanjian yang satu sama lain sangat erat hubungannya ialah tahap pertama dengan Periim-Perumnas adalah "Perjanjian Pendahuluan Jual-Beli" (PPJB). Tahap kedua dengan Bank Tabungan Negara adalah melalui "Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah antara Bank Tabungan Negara dengan yang membutuhkan rumah.
Kesimpulan: Untuk mencapai tujuan terakhir pembangunan perumahan, di mana agar setiap keluarga Indonesia, menempati rumah yang layak, maka salah satu caranya adalah melalui sewa-beli rumah dari "Perum-Perumnas dengan fasilitas, kredit dari Bank Tabungan Negara" Di samping hal-hal yang penulis temukan di atas maka "isi perjanjian" yang blanko naskahnya telah disediakan oleh Perum-Perumnas dan Bank Tabungan Negara, pada prinsipnya telah sesuai dengan azas-azas Hukum.Perdata pada umumnya dan Hukum Perjanjian pada khususnya.
Saran-saran: Penulis sampaikan supaya benar-benar berguna untuk mengatasi.masalah perumahan yang sangat sulit. Agar benar-benar para peminjam kredit itu adalah orang yang sebenarnya belum mempunyai rumah. Dan dalam masalah sewa-beli perlu segera dibuat peraturan-peraturan yang tegas yang berupa undang-undang. Juga perlu ditinjau kembali Undang-Undang pokok tentang perumahan yang telah ada (Undang-undang No. 1 tahun 1964), untuk disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dewasa ini dan yang akan datang."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siregar, Bernardus Wishman
"ABSTRAK
Beberapa studi telah mengemukakan bahwa konsumen di Indonesia telah menggeser preferensi mereka dari pasar tradisional ke pasar modern, karena layanan yang lebih baik yang disediakan oleh peritel pasar modern untuk konsumen. Dengan memfokuskan diri pada persepsi konsumen, penelitian ini mencoba untuk melihat penilaian konsumen terhadap layanan dan infrastruktur pasar tradisional menggunakan pendekatan kualitatif di Pasar Perumnas Klender. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perbaikan infrastruktur yang diperlukan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan konsumen."
Jakarta: Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Universitas Indonesia (MPKP-FEUI), 2014
338 UI-JKE 9:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>