Tujuan Program
Mengedukasi target adopter terkait penyiapan fisik, mental, dan materiil agar tidak menikah di bawah usia rekomendasi BKKBN
Khalayak sasaran
Perempuan, warga Kampung KB RW 01 Jatijajar, usia 15-20 tahun, pekerjaan (siswa SMA/SMK, mahasiswa, karyawan)
Timeline
Periode program 3 bulan (Februari-April 2020)
Anggaran
Rp11,669,400
Evaluasi
Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survey dengan instrumen kuesioner.
Problem Description | The issue that becomes a focus of this communication strategy is regarding early marriage that occurs in the Kampung KB RW 01 Jatijajar. After conducting interviews with 4 women in RW 01 who were married under the age of 21, two reasons were found of why they decided to get married at an early age. The first reason is that some women felt like they already have a stable job, therefore capable of leading a stable life and willing to get married when they feel like they have met the right partner. The second and other reason is when some women got an unwanted pregnancy. | |
Situation Analysis | Strength:
Weakness:
Opportunity:
Threat:
| |
Program | Within this communication strategy, a program called “Beranjak Dini” will be held to educate young women in RW 01 about the importance of preparing family life, such as physical, mental, and material preparations regarding marriage. There are three themes in this program
| |
Goal | The goal of this communication strategy is to educate target adopters about physical, mental, and material preparations regarding marriage to avoid early-age marriage as recommended by BKKBN. Target Audience | Women, specifically citizens/inhabitants of Kampung KB RW 01 Jatijajar, aged 15 to 20 years old, with the occupation of either a student (SMA/SMK/college/university) or a worker. A three-months program; from February to April 2020 Evaluation Method"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Widia Noviyanti
"Pernikahan dini menurut The Inter African Committe IAC adalah pernikahan yang dilakukan pada usia di bawah 18 tahun sebelum anak perempuan siap secara psikis fisiologis psikologis untuk memikul tanggung jawab pernikahan dan melahirkan anak Penelitian ini merupakan analisis dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 dengan desain penelitian cross sectional Tujuan penelitian adalah diketahuinya tren dan dampak yang ditimbulkan pernikahan dini di Indonesia Sampel yang digunakan berdasarkan sampel SDKI 2007 yaitu wanita pernah menikah usia 15 49 tahun sebanyak 32895 orang Hasil penelitian menunjukan sebuah tren pernikahan dini di Indonesia yang mengalami penurunan selama 15 tahun di awal yaitu pada tahun 1997 hingga tahun 2002 kemudian pada tahun 2002 angka pernikahan dini naik hingga penelitian SDKI 2007 dilaksanakan Hasil uji statistik didapatkan terdapat hubungan antara pernikahan dini dengan status pendidikan status ekonomi status perkawinan tempat tinggal perbedaan umur pasangan perbedaan pendidikan pasangan fertilitas mortalitas bayi dan penggunaan kontrasepsi.
Early marriage according to the Inter African Committee IAC described as the marriage under the age of 18 years before the girls are ready psychologically and physiologically to assume responsibilities of marriage and childbearing This study was a secondary data analysis of Indonesian Demographic and Health Survey Year 2007 with cross sectional research design The purposes of this study are to know the trends and the impact of early marriage in Indonesia A total 32895 woman who ever married aged 15 49 years from IDHS were included in this study Statistical analysis showed a decreased in the number of early marriage for 15 years at the beginning 1977 2002 and then increased until IDHS 2007 was conducted Early marriage associated with educational status economic status marital status place of residence age differences in couples differences in partner education fertility infant mortality and use of contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52407
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ida Farida
"Pernikahan dini merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi karena semakin muda umur menikah, akan semakin panjang rentang waktu untuk bereproduksi. Iklan keluarga berencana di televisi telah ditayangkan sejak tahun 1980 yang bertujuan mensosialisasikan program keluarga berencana, salah satunya adalah pesan tidak melakukan pernikahan dini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penilaian dan persepsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam dua iklan keluarga berencana tentang pernikahan dini. Penelitian ini menggunakan desain mix-methode. Penelitian kuantitatif menggunakan cross sectional dengan 250 responden, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam kepada 8 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebgaian besar mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap pernikahan dini dan terdapat hubungan yang signifikan antara iklan keluarga berencana dengan persepsi pernikahan dini. Iklan KB versi B memiliki hubungan korelasi yang kuat (r = 0,610), sedangkan iklan KB versi A memiliki hubungan korelasi yang sedang (r = 0,320). Adapun variabel yang menjadi konfonding dalam penelitian ini yaitu umur dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pihak BKKBN agar dapat terus mengembangkan ide kreatif dalam proses pembuatan iklan keluarga berencana di televisi. Kemudian bagi pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat membuat kebijakan pembentukan badan konseling kesehatan reproduksi mahasiswa.
Early marriage is one of reproductive health problems because of the young age of marriage, will become longer span of time to reproduce. Family planning advertisement in a television has aired since 1980 which aims to disseminate family planning programs, one of which is the message did early marriage. The purpose of this study to determine the assessment and student perceptions of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in two family planning advertisements about early marriage. This study used a mixed-method design. Quantitative research using cross sectional with 250 respondents, whereas qualitative research using in-depth interviews to 8 informants. The results showed that skillful students have positive perceptions of early marriage and there is a significant relationship between advertising family planning with the perception of early marriage. Advertising KB version B possess strong correlation (r = 0.610), while the advertisement KB version A moderate correlation relationship (r = 0.320). The variables into counfonding in this study were age and knowledge. Based on the results of this study suggested to the BKKBN to continue to develop creative ideas in the process of making family planning in television advertising. Then for the UIN Syarif Hidayatullah Jakarta can make policy formation reproductive health counseling student body."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43141
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rika Fianti
"Secara global lebih dari 700 wanita menikah diusia dini, jika kecenderungan ini terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 950 juta kasus. Pernikahan dini merupakan penyebab buruknya kesehatan reproduksi di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pertama menikah dengan keluaran kesehatan reproduksi. Sumber data penelitian menggunakan data sekunderICMM endline tahun 2016 di enam kabupaten provinsi Nusa Tenggara Barat. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Populasi Penelitian adalah seluruh wanita usia subur yang telah menikah usia 15-49 tahun. Sampel adalah WUS yang memiliki riwayat menikah usia 10-35 tahun dengan jumlah 14.498 responden. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan multivariate model faktor resiko regresi logistik ganda. Variabel independen penelitian adalah usia pertama menikah dan control adalah usia saat ini, pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan status social ekonomi sebagai kontrol. Variabel dependen terdiri dari lima keluaran kesehatan reproduksi.Hasil uji menunjukan 50,9 perempuan di NTB menikah diusia dini. Hasil analisismembuktikan ada hubungan usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dilahirkan pvalue 0,0001 OR 4,08 95 CI 3,70-4,48 , ada hubungan signifikan usia kawin pertama dengan kejadian anak lahir mati p value 0,0001 OR 1,46 95 CI 1,16-1,85. Hubungan signifikan antara usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dimiliki p value 0,0001,OR 3,49 95 CI 3,17-3,84, terdapat hubungan signifikan antara usia kawin pertamadengan penggunaan KB ditahun pertama menikah p value 0,0001 OR 1,26 95 CI 1,18-1,36. Usia kawin pertama tidak berhubungan dengan kejadian keguguran p value 0,25. Hasil membuktikan bahwa pernikahan dini sebagai faktor resiko buruknya keluaran kesehatan reproduksi. Peningkatan pendidikan akan menurunkan resiko perilaku menikah diusia dini, sehingga tercapai kesehatan reproduksi yang aman.
Globally more than 700 married women are at an early age, if this trend continues, it is estimated that by 2030 it will increase to 950 million cases. Early marriage is the cause of poor reproductive health in Indonesia. The research aimed tofind out the relationship of early marriage with reproductive health outcomes. Sources of research data using endear ICMM secondary data in 2016 in six districts of West Nusa Tenggara province. The design used is cross sectional. Research population is all women of reproductive age who have married aged 15 49 years. Samples are women ofchild bearing age who have a married history aged 10 35 years with the number of14,498 respondents. Data were analyzed using chi square and multivariate test of multiple logistic regression risk factor model. Independent variable of research is the age of first marriage consists of young married age and ideal age. Current age, education, occupation, residence area and socio economic status as control. The dependent variable consists of five reproductive health outcomes. The results showed50.9 of women in West Nusa Tenggara were married at an early age. The result of the analysis proves that there is a relationship of first married age with number of live birth children p value 0,0001 OR 4,08 95 CI 3,70 4,48, there is significant correlation of first marriage age with incidence of still born child. p value 0,0001 OR 1.46 95 CI1.16 1,85. Significant relation between first marriage age and number of children owned p value 0,0001, OR 3,49 95 CI 3,17 3,84, there is a significant correlation between first married age with use of family planning in the first year of marriage value 0.0001 OR 1.26 95 CI 1.18 1.36 The first marriage age was not associated with the incidence of miscarriage p value 0.25. The results prove that early marriageas a risk factor for poor reproductive health outcomes. education and maturity of marriage age will reduce the risk of married behavior at early age, so as to achieve safe reproductive health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53653
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Adinda Tri Wulandari
"Kejadian stunting pada anak balita di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional bahkan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen pada tahun 2021 masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu 14 persen tahun 2024 dan target dunia untuk mengakhiri segala jenis malnutrisi tahun 2030. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya usia ibu saat menikah. Tingginya kasus dispensasi pernikahan dini dari tahun ke tahun, bahkan melonjak tajam pada tahun 2020 sebesar tiga kali lipat menjadi 64.211 kasus, dikhawatirkan akan menyebabkan peningkatan prevalensi stunting di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pernikahan dini sebagai risiko stunting pada anak usia 0-59 bulan (Balita) menurut provinsi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Laporan Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) terintegrasi SUSENAS tahun 2019 dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Unit analisis pada penelitian ini merupakan setiap provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pernikahan dini, indeks kesejahteraan rumah tangga kuintil 1 (terbawah) dan kuintil 2 (menengah kebawah), tingkat pendidikan wanita
Stunting in children under five is still a national problem and even worldwide. The stunting rate in Indonesia was 24.4 percent on 2021 which is still far from the target set by the government, 14 percent by 2024 and the world's target to end all of malnutrition by 2030. Stunting is caused by various factors, one of them is maternal age at marriage. The high cases of early marriage soared sharply in 2020 by three times to 64.211 cases and it is feared that it will increase the prevalence of stunting in Indonesia. This study was conducted to determine the relationship between early marriage as a risk of stunting in children aged 0-59 months in Indonesia. The data used in this study is secondary data from the Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) integrated with the SUSENAS 2019 and Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2017. The unit of analysis in this study is each provinces in Indonesia. The results shows there is a positive correlation between early marriage, wealth index quintile 1 (lowest) and quintile 2 (middle to lower), education level of women
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ambar Alimatur Rosyidah
"ABSTRAKAnalisis SituasiKualitas sumber daya manusia memiliki peran penting dalammengembangkan sebuah negara, akan tetapi stereotip yangdisosialisasikan media memperkuat sistem patriarki yang berlakudi Indonesia sehingga kedudukan pria dianggap lebih tinggi.Pemikiran seperti ini akan mempengaruhi remaja kemudiandapat mengakibatkan kesenjangan kualitas sumber daya manusiadi Indonesia. Dengan langgengnya pemikiran ini cenderung akanmenjadikan wanita sebagai kelompok bungkam ketika menikah.Apalagi bila pernikahan tersebut terjadi di usia dini di manawanita belum sampai kepada tahap mandiri, maka ia cenderungtidak dapat mengutarakan pendapatnya dan belum mampumengembangkan dirinya. Sehingga kesetaraan dan keadilan bagiwanita di bidang pendidikan tinggi dan ekonomi penting untukdikampanyekan.Manfaat dan Tujuan PrototypeManfaat : memberikan pengetahuan kepada perempuanmengenai pentingnya pendidikan dan urgensi kemandirian dibidang ekonomi.Tujuan : meningkatkan kualitas perempuan di Indonesia.Prototype yang DikembangkanFilm pendek berjudul ?Putri? ini mengangkat tema edukasi danwanita dengan dongeng mengenai Putri menjadi mediumnya,dirancang untuk ditayangkan dalam festival-festival film daninstitusi pendidikan dengan durasi 10 menit, target khalayaknyaadalah perempuan dan orang tua.Evaluasi- Pretest dilakukan dengan FGD sebelum film ditayangkan.- Terdiri dari 10-15 orang perempuan berusia 17-25 tahun.- Evaluasi terdiri dari evaluasi internal dan eksternal.- Evaluasi internal dilakukan setelah pre-test dan sebelumevaluasi eksternal oleh kru dan pihak-pihal terkait.- Pada evaluasi eksternal akan dilakukan Focus GroupDiscussion (FGD) untuk evaluasi.- Terdiri dari dua kategori: remaja dan orang tua. Masingmasing10-15 orang.- Evaluasi eksternal akan dilakukan setelah film selesaiditayangkan.Anggaran- Jumlah total anggaran pembuatan prototipe: Rp 1.900.000,-- Jumlah total anggaran pembuatan program: Rp 203.600.000,-- Jumlah anggaran evaluasi: Rp 800.000,-
ABSTRACTSituation AnalysisHuman quality has an important role to the development of thiscountry. But the stereotipe which was spreading from any media,makes patriarchy system in Indonesia powerful. Believing thatthe position of man is higher in this society. This belief willaffect teenager decision in life, gender inequality, anddiscrepancy the quality of youth. Early marriage is a commoncase. And woman, who not already independent, will be in onmuted group. They tend to not expressing their opinion and cannot doing self development. So that, equality and equity forwomen in higher education and economic sector is important tobe campaigned.Advantages and Purpose of Prototype DevelopmentAdvantages: knowledge about the important of education andindependency in economics sector for woman.Purposes: improving the quality of women in this country.Developing PrototypeThis short movie titled ?Putri? using education and woman as atheme. The tales about princess will be the medium. Planned tobe broadcasted in movie festival, and education institution. Theduration of this movie is 10 minutes with woman and parents asthe target audience.Evaluation- Pretest is conducted by Focus Group Discussion (FGD) whichconducting before the movie will be broadcasted.- 10-15 women, age from 17-25 y.o.- Evaluation: internal and external. Internal evaluation will beheld after pre-test and before external evaluation with thecrew and other related part.- External evaluation will be conducted by Focus GroupDiscussion (FGD) for two category: teenager and parentsafter the movie being broadcasted. Each of them 10-15person.Budgeting- The budgeting of prototype: Rp 1.900.000,-- The budgeting of the movie: Rp 203.600.000,-- Th budgeting of evaluation: Rp 800.000,-"
2016
S63251
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Restu Anandya Palupi
"Isu pernikahan usia dini telah menjadi perhatian berbagai pihak berkaitan dengan implikasi yang ditimbulkannya. Salah satu upaya untuk mengurangi isu ini adalah melalui perubahan pengaturan batas minimum usia nikah bagi anak dalam UU No 1/1974 tentang Perkawinan yang dinilai telalu rendah. Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta memiliki Peraturan Bupati Gunungkidul No 36/2015 tentang Pencegahan Perkawinan pada Usia Anak PPUA yang memperlihatkan dampak positif dengan berkurangnya kasus perkawinan anak di daerah tersebut. Berdasarkan hal ini, evaluasi terhadap kebijakan batas usia nikah ini melalui studi kasus Perbup Gunungkidul No 36/2015 tentang PPUA perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan kebijakan. Studi evaluasi kebijakan ini menggunakan desain penelitian case study dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Perbup PPUA memberikan pengaruh dalam menurunkan kejadian perkawinan usia anak di Gunungkidul. Perbup efektif sebagai jembatan dalam memediasi perbedaan standar usia nikah dan memetakan peran tiap instansi dalam komitmen mencegah perkawinan pada usia anak. Peran operasional oleh tiap instansi dan lembaga lain telah terpetakan dalam Rencana Aksi Daerah PPUA dan telah berjalan dengan cukup baik, namun efisiensi pembiayaan belum terlihat adanya plafon khusus mengenai PPUA dan seringkali mendompleng pembiayaan program lain di instansi. Adekuasi Perbup PPUA dari segi pembiayaan menunjukkan tren kurangnya dukungan pembiayaan oleh pemerintah daerah namun kerja sama lintas instansi mengalami peningkatan dengan meluas dan konsistennya peran berbagai instansi pasca Perbup diberlakukan. Ekuitas distribusi manfaat Perbup PPUA terlihat dari meratanya MoU maupun deklarasi PPUA yang dilakukan oleh setiap kecamatan secara masif di Kabupaten Gunungkidul di tahun 2017. Responsivitas Perbup PPUA cukup baik karena tidak mendapatkan banyak pertentangan dengan nilai yang ada di masyarakat. Perbup PPUA sepaket dengan keberhasilan yang terlihat memiliki eksternalitas yang positif dengan menularkan semangat bagi daerah lain untuk mencontoh langkah yang mereka lakukan.
Early age marriage has been a concerned issue by many parties regarding its caused implication. The effort to reduce this issue was by changing the rule on limit age of marriage for children as mentioned in Constitution No 1 1974 about Marriage which judged as too young. Gunungkidul District, S.R Yogyakarta Province has a Bupati Regulation of Gunungkidul No 36 2015 about Prevention of Child Marriage PCM which shown positive impacts on reducing the case of child marriage in the region. Hence, policy evaluation on limit age of marriage through a case study of Bupati Regulation of Gunungkidul No 36 2015 about PCM need to be done as a consideration to improve the policy. Case study design was used in this policy evaluation study with a qualitative approach. The result showed that Bupati Regulation about PCM affected on reducing the case of child marriage in Gunungkidul. Bupati Regulation about PCM effectively bridged the different age of marriage standards used by agencies and mapped each of their roles in a commitment to prevent the child marriage. Operational roles of the agencies were mapped in Local Action Plan on PCM and has been worked properly, but budgeting efficiency through establishing a distinctive ceiling for PCM has not been seen rather than unofficialy joined the other programs budgeting. Adequacy of Bupati Regulation about PCM revealed a low budget support from the district government but the cooperation between agencies arised by the expanding and consistent roles of the agencies after the policy applied. Equity of Bupati Regulation about PCM impacts rsquo distribution could be seen from the MoU and declaration of PCM which massively done by each sub district in Gunungkidul by 2017. Bupati Regulation about PCM had a good responsiveness as it did not contradict the value existed in the society. Positive externality of Bupati Regulation about PCM and its impacts was seen by affecting the spirit of the other regions to follow them."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53902
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
|