Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gabriella Putri Anandaprasa
"ABSTRAK
Perfeksionisme adalah konsep yang diterima dengan baik dalam literatur psikologis. Namun karena mayoritas peneliti menggunakan pendekatan multidimensional, tidak ada definisi yang seragam untuk perfeksionisme. Juga, beberapa dimensi dari skala-skala perfeksionisme yang sudah ada kerap menunjukkan ketidakstabilan faktorial pada sampel yang berbeda. Untuk mengatasi masalah ini, kami mengembangkan skala Perfeksionisme Singkat BPS hanya terdiri dari dua dimensi: 1 Perfeksionisme Adaptif, dan 2 Perfeksionisme Maladaptif. Lebih jauh lagi, penelitian ini melaporkan reliabilitasnya, dan kekuatan prediktif relatif dari subskalanya untuk harga diri, kegelisahan, neurotisme dan kesadaran. BPS diuji pada 167 siswa di Universitas Queensland. Studi kami menemukan bahwa BPS mampu memprediksi kecemasan, neurotisme dan ketelitian. Namun, harga diri tidak dapat diprediksi oleh BPS. Secara keseluruhan, skala baru ini memiliki tingkat validitas yang layak, reabilitas yang baik. Selain itu, indeks item diskriminasi telah menunjukkan kecukupan skala ini untuk membedakan perfeksionis adaptif dan maladaptif. Dalam hal reabilitas, Brief Perfectionism Scale kami telah ditemukan memiliki konsistensi internal yang baik Cronbach Alpha = 0,81 dan analisis diskriminan untuk item tersebut memuaskan. Terakhir, perbaikan masa depan harus dilakukan mengenai item dengan indeks diskriminasi item rendah, dan validitas konten pada subskala adaptif perfeksionisme.

ABSTRACT
Perfectionism is a well received concept in psychological literature. Yet due to the multidimensional approach, there was no uniform definition for perfectionism. Also, some of perfectionism scales indicated factorial instability across different samples. To overcome these problems, we developed the Brief Perfectionism scale BPS would only consists of two dimensions 1 Adaptive, and 2 Maladaptive Perfectionism. Furthermore This study reported its reliability, and the relative predictive power of its subscales to self esteem, anxiety, neuroticism and conscientiousness. The BPS was tested on 167 students of University of Queensland. The study found out that the BPS was able to predict anxiety, neuroticism and conscientiousness. However, self esteem could not be predicted by BPS. Overall, this new scale has a decent degree of validity, a good reliability. In addition, the item discrimination indices have shown this scale rsquo s adequacy to differentiate adaptive and maladaptive perfectionists. In regards to the reliability, our Brief Perfectionism Scale has found to have excellent internal consistency Cronbach Alpha .81 and the discriminant analyses for the items were satisfactory. Lastly, future improvements should be made regarding the items with low item discrimination indices, and the content validity on the adaptive perfectionism subscale. "
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Anggita Hotna
"Di masa pandemi COVID-19, keluhan psikologis masyarakat meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan permintaan konsultasi dengan psikolog klinis. Padahal jumlah psikolog klinis di Indonesia sangat terbatas, sehingga peningkatan permintaan konsultasi psikologis tersebut berpotensi membuat psikolog klinis mengalami keletihan emosional pasca memberikan layanan psikologis kepada klien, yang disebut sebagai compassion fatigue. Berdasarkan literatur, beberapa faktor kepribadian memiliki peranan dalam kemunculan compassion fatigue. Di sisi lain, studi juga menunjukkan bahwa self-compassion dapat mempromosikan kesehatan mental di kalangan psikolog klinis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat peran neurotisisme, perfeksionisme, dan self-compassion dalam kaitannya pada kemunculan gejala compassion fatigue di kalangan psikolog klinis. Alat ukur yang digunakan di antaranya Secondary Traumatic Stress Scale, dimensi emotional stability dari IPIP BFM – 50, Multidimentional Perfeksionisme Scale, dan Self-Compassion Scale - Short Form. Partisipan penelitian dihimpun melalui metode convenient sampling, dan pengisian data dilakukan dengan survei daring kepada psikolog klinis yang berpraktek selama pandemi Covid-19 (N=126). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dan moderasi pada Makro PROCESS dari Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfectionism dan neurotisisme secara bersama-sama memprediksi kemunculan gejala compassion fatigue di kalangan psikolog klinis. Sementara self-compassion tidak berperan sebagai moderator, baik dari hubungan perfeksionisme dengan compassion fatigue maupun hubungan neurotisisme dengan compassion fatigue.

In Indonesia, during COVID-19 pandemic, psychological complaints are increasing, making demand for psychological consultation also increases. Meanwhile, number of clinical psychologists in Indonesia is very limited. This condition potentially make clinical psychologists experience emotional exhaustion after providing psychological services to clients, known as compassion fatigue. Previous studies show several personality factors are associated with the emergence of compassion fatigue. Another studies also show that self-compassion promote mental health for clinical psychologists. Therefore, this study aims to examine the role of neuroticism, perfectionism, and self-compassion in relation to the symptoms of compassion fatigue among clinical psychologists. Measuring instruments used in this research are Secondary Traumatic Stress Scale, emotional stability dimension of IPIP BFM – 50, Multidimensional Perfectionism Scale, and Self-Compassion Scale - Short Form. Respondents collected through convenient sampling method, and data gathered via online survey from clinical psychologists who did psychological practices during Covid-19 pandemic (N=126). Data analysis performed using multiple regression analysis and moderation on the PROCESS Macro from Hayes. The results showed that perfectionism and neuroticism together predict symptoms of compassion fatigue among clinical psychologists. Meanwhile, self-compassion does not act as a moderator, both in relationship between perfectionism and compassion fatigue, and in relationship between neuroticism and compassion fatigue."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lisyanti
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perfeksionisme multidimensional dan atribusi berperan terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa SMK kelas 12. Sebagai salah satu institusi pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa lulusannya siap langsung terjun ke dunia kerja, faktanya lulusan SMK menjadi orang dengan status pengangguran tertinggi di Indonesia. Sebagai faktor internal yang secara konsisten memengaruhi aspek profesional dan akademis seseorang, perfeksionisme dan atribusi siswa SMK perlu dilihat lebih jauh bagaimana perannya terhadap efikasi diri dalam keputusan karier. Penelitian ini bersifat korelasional dengan partisipan yang terdiri dari 925 siswa SMK di Jakarta dan Depok. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa efek kumulatif 2 dari 3 dimensi perfeksionisme dan atribusi setelah dilakukan kontrol terhadap variabel jenis kelamin memiliki peran yang signifikan terhadap efikasi diri dalam keputusan karier (F = 61,728, p=0,000, <0,001).

The purpose of this study is to find out whether multidimentional perfectionism and attribution have role in career decision self-efficacy on 12th grade vocational high school students. As one of educational institution which purpose is to prepare its graduate for workplace, the fact, however, says that vocational high school graduate has the highest number in unemployment. As an internal factor which consistently influence ones professional and academic aspect, perfectionism and attribution of vocational high school student needs a closer look on what role does it play in career decision self-efficacy. This research is correlational with participants consist of 925 vocational high school students in Jakarta and Depok. Multiple regression analysis shows that 2 out of 3 cumulative effect perfectionism dimention and attribution after doing control towards sex variable had significant role towards self-effication on career decision sef-efficacy (F = 61,728, p=0,000, <0,001).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aulia Syafitri
"Fenomena perfeksionisme semakin berkembang di kalangan mahasiswa dan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kondisi psikologis salah satunya stress akademik. Mahasiswa kesehatan diketahui menghadapi stres akademik lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa program studi lainnya akibat beban akademik yang lebih besar dan ekspektasi akademik yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perfeksionisme dengan stres akademik pada mahasiswa kesehatan. Pengukuran perfeksionisme menggunakan instrumen Multidimensional Perfectionism Scale (MPS). Sementara pengukuran stres akademik dilakukan dengan instrumen Perceived Academic Stress Scale (PASS). Penelitian ini dilakukan pada 191 mahasiswa kesehatan dengan teknik pengambilan sampel convenience sampling. Analisis hubungan antara perfeksionisme dan stress akademik dilakukan menggunakan uji korelasi pearson untuk mengetahui derajat dan arah hubungan. Hasil penelitian dengan CI 90% didapatkan hubungan yang signifikan antara perfeksionisme dengan stress akademik pada mahasiswa kesehatan (p=0.001). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan negatif yang sangat lemah (r=-0.247). Maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai perfeksionisme akan semakin rendah nilai stress akademik pada individu mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam meningkatkan kesadaran mahasiswa kesehatan dalam mengelola perfeksionisme dan stres akademik secara adekuat. Lebih lanjut, hasil studi ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berfokus pada perfeksionisme stres akademik.

The phenomenon of perfectionism is growing among students and has a negative impact on psychological conditions, including academic stress. This study aims to see the relationship between perfectionism and academic stress in health students. Measurement of perfectionism uses the Multidimensional Perfectionism Scale (MPS) instrument. While measuring academic stress was carried out using the Perceived Academic Stress Scale (PASS) instrument. This research was conducted on the subject of health students (n =191) with a convenience sampling technique. Pearson correlation test was used to analyze the relationship between perfectionism and academic stress. The results of the study with a 90% CI found a significant relationship between perfectionism and academic stress in health students (p=0.001). The results of the Pearson correlation test showed a very weak negative relationship (r=-0.247). This study concluded that the greater the value of perfectionism, the lower the value of academic stress in individual students. The results of this study can be used as a reference in increasing awareness of health students in managing perfectionism and academic stress adequately. Furthermore, the results of this study can become basic data for further research focusing on academic stress perfectionism."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Haquina Noor Zanna
"Academic burnout merupakan masalah yang seringkali terjadi pada mahasiswa rumpun kesehatan. Hal ini ditandai dengan kelelahan emosional, depersonalisasi, dan ketidakmampuan dalam mengikuti kegiatan akademik. Perilaku prokrastinasi akademik dan perfeksionisme merupakan faktor yang dapat memengaruhi academic burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara prokrastinasi akademik dan perfeksionisme dengan academic burnout pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan. Penelitian ini melibatkan 108 mahasiswa sebagai responden yang dipilih secara acak dengan teknik proportionate stratified random sampling di empat fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Instrumen yang digunakan adalah Academic Procrastination Scale-Short Form (APS-S), Multidimensional Perfectionism Scale (MPS), dan Maslach Burnout Inventory Student Scale (MBI-SS). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara prokrastinasi akademik dengan academic burnout (p value= 0,000; α= 0,05) dan perfeksionisme dengan academic burnout (p value= 0,020; α= 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan peran institusi pendidikan dalam melakukan upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif terkait kesehatan mental emosional dengan cara memberikan edukasi, konseling, ataupun lingkungan yang positif bagi mahasiswa.

Academic burnout is a common issue among health sciences students. It is characterized by emotional exhaustion, depersonalization, and an inability to engage in academic activities. Academic procrastination and perfectionism are factors that can affect academic burnout. This study aims to identify the correlation between academic procrastination and perfectionism with academic burnout among health science clusters students. The study involved 108 randomly selected students using proportionate stratified random sampling techniques across four faculties of the Health Sciences Cluster at the Universitas Indonesia. The instruments used were the Academic Procrastination Scale-Short Form (APS-S), the Multidimensional Perfectionism Scale (MPS), and the Maslach Burnout Inventory Student Scale (MBI-SS). The results of this study showed a significant correlation between academic procrastination and academic burnout (p value = 0.000; α = 0.05) and between perfectionism and academic burnout (p value = 0.020; α = 0.05). This study is expected to optimize the role of educational institutions in carrying out promotive, preventive, and rehabilitative efforts related to emotional mental health by providing education, counseling, or a positive environment for students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Zunuraina
"Mahasiswa (undergraduate students) mengalami tuntutan yang tinggi untuk sukses di bidang akademik dan menjadi orang yang sukses di masa depan. Hal ini membuat mahasiswa cenderung menetapkan standar yang tinggi bagi dirinya dan berisiko tinggi untuk mengembangkan perfeksionisme maladaptif. Perfeksionisme maladaptif berhubungan dengan berbagai gangguan psikologis, salah satunya adalah gejala gangguan makan. Self-compassion diduga memiliki peran sebagai mediator terhadap hubungan antara perfeksionisme maladaptif dan gejala gangguan makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perfeksionisme maladaptif mampu memprediksi gejala gangguan makan dan melihat peran self-compassion dalam memediasi hubungan antara perfeksionisme maladaptif dan gejala gangguan makan pada mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18-25 tahun. Data penelitian dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji statistik deskriptif, korelasi, regresi sederhana, dan mediasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eating Attitudes Test-26 (EAT-26) (Garner et al., 1982) untuk mengukur gejala gangguan makan, Almost Perfect Scale-Revised (APS-R) (Slaney et al., 2001) untuk mengukur perfeksionisme maladaptif, dan Self-Compasssion Scale (SCS) (Neff, 2003) untuk mengukur self-compassion. Penelitian ini dilakukan pada 203 partisipan mahasiswa yang tergolong perfeksionis maladaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfeksionisme maladaptif dapat memprediksi gejala gangguan makan. Selain itu, self-compassion memediasi secara penuh hubungan antara perfeksionisme maladaptif dan gejala gangguan makan pada mahasiswa.

Undergraduate students experience high demands to succeed in academics and become successful people in the future. This makes undergraduate students tend to set high standards for themselves and are at high risk for developing maladaptive perfectionism. Maladaptive perfectionism is associated with various psychological disorders, one of them is the symptoms of eating disorders. Self-compassion is thought to have a role as a mediator in the relationship between maladaptive perfectionism and eating disorder symptoms. The purpose of this study was to see if maladaptive perfectionism was able to predict eating disorder symptoms and to examine the role of self-compassion in mediating the relationship between maladaptive perfectionism and eating disorder symptoms in undergraduate students. Participants in this study were undergraduate students aged 18-25 years. Research data were analyzed quantitatively using descriptive, correlation, simple regression, and mediation statistical tests. The measuring instrument used in this study were the Eating Attitudes Test-26 (EAT-26) (Garner et al., 1982) to measure symptoms of eating disorders, Almost Perfect Scale-Revised (APS-R) (Slaney et al., 2001) to measure maladaptive perfectionism, and the Self-Compassion Scale (SCS) (Neff, 2003) to measure self-compassion. This study was conducted on 203 undergraduate student participants who were classified as maladaptive perfectionists. The results showed that maladaptive perfectionism could predict eating disorder symptoms. In addition, self-compassion was proven to fully mediate the relationship between maladaptive perfectionism and eating disorder symptoms in undergraduate students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Fitriani Yustikasari
"Mahasiswa berbakat intelektual merupakan aset yang potensial untuk mampu berhasil di bidangnya, meski demikian tidak semua mahasiswa berbakat intelektual mengalami kesuksesan karena aspek sosial emosi. Karakter perfeksionisme merupakan aspek sosial emosi yang dominan dan memiliki dampak negatif terhadap prestasi akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengaruh negatif perfeksionisme maladaptif terhadap prestasi akademik, ketika dalam dinamikanya terdapat peran persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya. Dibahas juga peran keterampilan yang dapat membuat perfeksionisme maladaptif menjadi lebih adaptif dalam pencapaian prestasi akademik, yaitu self-compassion dan goal adjustment yang terdiri dari goal disengagement dan goal re-engagement.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method; explanatory sequential design untuk menguji model teoritis moderated mediation yang diajukan. Pada tahap kuantitatif delapan puluh enam responden mahasiswa berbakat intelektual mengisi kuesioner: (1) pelaporan nilai IPK, (2) Skala Persepsi Ekspektasi Guru; (3) Skala Persepsi Ekspektasi Teman Sebaya, (4) Frost Multidimensional Perfectionism Scale, (5) Self-Compassion Scale, dan (6) Goal Adjusment Scale. Hasil menemukan kondisi persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya dihayati sebagai keinginan menghindari kekecewaan terbukti secara empiris berdampak pada prestasi akademik ketika perfeksionisme maladaptif sebagai mediator. Selain itu, ketika terdapat dinamika self-compassion dan goal adjustment sebagai moderator, pengaruh perfeksionisme maladaptif melemah terhadap prestasi akademik. Sementara kondisi persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya dihayati positif atau memberatkan terbukti tidak berpengaruh secara signifikan pada hubungan perfeksionisme maladaptif dan prestasi akademik. Pada tahap 2 kualitatif wawancara terhadap delapan responden yang dipilih dari tahap pertama. Hasil menunjukkan perfeksionisme mengganggu prestasi akademik, persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya memperkuat sikap perfeksionisme, dan kemampuan untuk menerima kesalahan (self-compassion) dan kemampuan melepaskan sementara tujuan utama (goal disengagement) dapat mengurangi dampak negatif perfeksionisme pada prestasi akademik.

Undergraduate gifted students are a potential asset to be able to succeed in their fields, although not all undergraduate gifted students experience success because of the social and emotional aspects. Perfectionism character is the dominant social emotional aspect and has a negative impact on academic achievement. This study aims to explain the dynamics of negative impact maladaptive perfectionism on academic achievement, when the perception of expectations of teachers and peers intervene. It also discusses the role of skills that can make maladaptive perfectionism more adaptive in achieving academic achievement, namely self-compassion and goal adjustment consisting of goal disengagement and goal re-engagement.
This study uses a mixed-method approach; explanatory sequential design to test the proposed moderated mediation theoretical model. In the quantitative stage, eighty-six intellectual gifted student respondents filled out the questionnaires: (1) GPA value reporting, (2) Teacher's Expectation Perception Scale; (3) Peer Expectation Perception Scale, (4) Frost Multidimensional Perfectionism Scale, (5) Self-Compassion Scale, and (6) Goal Adjustment Scale. The results found that the perception of teacher and peer expectations as a desire to avoid disappointment was empirically proven to have an impact on academic achievement when maladaptive perfectionism was the mediator. In addition, when there are dynamics of self-compassion and goal adjustment as moderators, the effect of maladaptive perfectionism weakens on academic achievement. Meanwhile, the perception of teacher and peer expectations positive or burdensome was proven not to have a significant effect on the relationship between maladaptive perfectionism and academic achievement. In stage 2 qualitative interviews with eight respondents were selected from the first stage. The results show that perfectionism give a negative to academic achievement, perceptions of teacher and peer expectations strengthen attitudes of perfectionism, and the ability to accept mistakes (self-compassion) and the ability to temporary let go the main goal (goal disengagement) can reduce the negative impact of perfectionism on academic achievement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library