Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ritonga, Efri Debby Ekinola
"ABSTRAK
Salah satu penyebab kerusakan dini pada perkerasan lentur adalah pengaruh air dan temperatur. Lapisan aus pada permukaan jalan merupakan laipsan yang berkaitan langsung dengan perendaman akibat genangan air. Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja durabilitas (daya tahan) perkerasan tersebut, karena semakin lama suatu perkerasan terendam air, akan menyebabkan perkerasan tersebut menjadi getas (rapuh). Erupsi Gunung Sinabung di tanah Karo yang belum berakhir sampai saat ini membuat peneliti masih tertarik untuk melanjutkan penelitian terhadap abu vulkanik yang dihasilkan gunung tersebut. Pada penelitian ini peneliti menguji penggunaan abu vulkanik Sinabung dengan menilai durabilitas dan variasi suhu pemadatan. Suhu pemadatan merupakan faktor penting dalam proses pengolahan campuran karena aspal mempunyai sifat thermoplastic. Kinerja durabilitas campuran aspal ACWC dengan filer abu Sinabung ini akan diuji dengan melakukan modifikasi rendaman Marshall dan variasi suhu pemadatan. Modifikasi rendaman Marshall yang dilakukan adalah 0,1,2,3,4,5 hari serta variasi suhu pemadatan dimulai dari 100oC, 110oC, 130oC. Untuk melihat kinerja durabilitas campuran beton aspal digunakan indikator IKS yang diperoleh dengan membandingkan nilai stabilitas masing-masing benda uji pada tiap variasi suhu dan lama perendaman terhadap kondisi awalnya (perendaman 30 menit pada suhu 60oC. Durabilitas yang di nilai dalam angka IKS yang dihasilkan 18 benda uji memenuhi batasan yang ditetapkan Bina Marga yaitu 75%. Nilai IKS menurun seiring bertambahnya waktu perendaman kecuali di hari kelima terjadi sebaliknya."
Medan: Polimedia Negeri Medan, 2018
338 PLMD 21:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Prakarso Budi
"Alumunium paduan 7075 adalah paduan aluminium kekuatan tinggi yang digunakan untuk membuat berbagai macam komponen struktural untuk pesawat ruang angkasa, roket, pesawat dan berbagai amunisi. Meskipun sifat mekanik pada paduan aluminium lebih baik, ketahanan terhadap korosi pada aluminium tersebut relatif rendah, khususnya pada kondisi dimana paduan tersebut digunakan pada atmosfer yang cukup agresif, hal tersebut akan membatasi jangkauan aplikasi paduan tersebut. Oleh karena itu metode anodisasi dengan variasi tegangan dan waktu dilakukan dengan larutan elektrolit H2SO4 30% pada suhu ruang untuk memperlambat terjadinya korosi.
Hasil dari anodisasi diuji dengan perendaman dengan 0,6 M NaCl selama 6 hari. Dari pengujian memperlihatkan hasil yang baik dari metode anodisasi menggunakan tegangan 10 Volt selama 15 menit. Data tersebut didukung dari pengujian XRD yang menunjukan kehadiran fasa Al2O3 setelah dilakukan anodisasi yang mempengaruhi laju korosi. Selain itu morfologi permukaan juga dapat dilihat pada pengujian SEM dan mikroskop optik yang memperlihatkan lapisan oksida yang tidak merata serta serangan larutan NaCl yang digunakan menyebabkan terjadinya korosi sumuran (pitting corrosion).

Aluminium alloy 7075 is a high strength compound that used to make various structural components for spacecraft, rockets, planes and a variety of ammunition. Despite the good mechanical properties on alumunium, corrosion resistance on alumunium is realtive low. Especially in circumstances where the alloy used in aggressive atmospheres, it would limit the range of applications of these alloys. Therefore the anodization method with variation of voltage and time is done with 30% H2SO4 electrolyte solution at room temperature to slow corrosion.
Results from anodizing tested by soaking with 0.6 M NaCl for 6 days. Results show that anodizing method using a voltage of 10 volts is 15 minutes. The XRD results also show the presence of phase Al2O3 after anodizing which affect the rate of corrosion. Besides the surface morphology can also be seen on testing SEM and optical microscopy showing uneven oxide layer as well as attacks NaCl solution used cause pitting corrosion (pitting corrosion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James
"Perilaku korosi paduan aluminium seri 5xxx dimana aplikasinya banyak digunakkan pada sektor lingkungan aggresive (air laut) diketahui menggunakan metode immersion test pada sampel yang telah dianodisasi berbagai variasi waktu dan tegangan, serta sampel tanpa anodisasi. Proses anodisasi aluminium 5xxx menggunakan medium elektrolit H2SO4 25% dan Pb sebagai logam inert. Variasi tegangan pada proses anodisasi sebesar 10 V, 15 V, 20 V dan waktu selama 5 menit, 10 menit, 15 menit. Hasil XRD menunjukan adanya fasa Al2O3 yang terbentuk hasil anodisasi. Uji korosi dilakukan pada medium NaCl 3.5% selama 6 hari (144 jam) untuk sampel yang dianodisasi maupun tidak. Pada proses anodisasi pemberian tegangan dan waktu yang besar tidak begitu menghasilkan laju korosi yang lamban. Sampel 8 adalah sampel yang mempunyai laju korosi paling kecil. Sampel yang telah direndam mengalami penambahan massa hal ini diakibatkan terbentuknya endapan yang ditunjukkan oleh pengujian SEM dan mikroskop optik.

Corrosion behaviour of aluminium alloy type 5xxx which used in many sector especially marine are measured by using immersion test method. Anodizing process are using H2SO4 25% solutions and Pb as inert metal. Anodizing process voltage variation is 10V, 15 V, and 20 V and time 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes in order to slow the corrosion rate. XRD results show the existence of aluminium oxide (Al2O3) phase after sample anodized. Anodized sample and Un-Anodized sample soaked into a NaCl 3.5%. Sample are measured each 1 day soaked in a solution through 6 day. Anodizing at high voltage and time is not showed that CPR (Corrosion Penetration Rate) linear as function time and voltage. Sample 8 is the most resistance of corrosion. SEM and optical microscope result show there is any sediment and pitting after immersion test soaked after 6 day on a NaCl 3.5% solution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Markus Kunardianto
"Benda uji paduan Alumunium seri 3104-H19 berbentuk lembaran sebagai bahan baku kemasan minuman kaleng, dilakukan uji korosi dengan metoda perendaman dalam larutan asam yaitu larutan korosif sesuai dengan ASTM G34, yaitu 4M NaCl + 0,5 M KNO3 + 0,1M HNO3. Bahan paduan Alumunium tersebut adalah 3104-H19 dengan kandungan unsur Titanium, Ti yang berbeda yaitu 0,013 % berat 0.010 % berat dan 0%.
Dalam pengujian ini diamati bentuk korosi yang terjadi dan besarnya laju korosi pada waktu perendaman dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Serta divariasikan konsentrasi larutan korosif bahan perendaman, yaitu 4M NaCl; 2M NaCl, 5M NaCl dan 6M NaCl.
Dari pengujian ini dapat diketahui bahwa makin banyak kandungan Ti pada paduan alumunium akan meningkatkan ketahanan korosinya dimana kandungan Ti 0,013% lebih baik dibandingkan 0,01% dan 0%.

Specimen Alumunium alloy foil 3104 H19 as a raw material for beverages can, would be got corrosion test by immersing in acid solution according to ASTM G34, it was 4M NaCl + 0,5 M KNO3 + 0,1M HNO3. The material alumunium alloy 3104 H19 was having Titanium, Ti element with 0.013% of weight; 0.010 % of weight and 0%. This experiment would be observed for corrosion shape and rate of corrosion with variation of duration immersing, 1, 2, 3, 4 and 5 days. Also for variation of concentration of corrosive solution, 4M NaCl; 2M NaCl, 5M NaCl dan 6M NaCl.
By experiment, it was known that the more quantity of titanium element on the alloy, will enhance the corrosion resistance, which Ti 0.013% is better than 0.010% and 0%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianny Tirta
"Seiring dengan semaldn meningkatnya pemlintaan akan material dengan karakteristik unik yang tidak dimiliki logam, material komposit mulai diminati karena kekuatan terhadap berat yang tinggi. Salah satu jenis komposit tersebut adalah komposit poliester berpenguat serat E-glass. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai matenal tersebut dalam lingkungan keija yang aneka ragam Salah satu jenis lingkungan yang dapat ditemui oleh serat gelas/poliester adalah lingkungan dimana terdapat kombinasi antara kelembaban dan temperatur tinggi (higrotermal) yang dapat menyebabkan degradasi pada matriks serta ikatan antara serat-matriks. Penelirian ini bertujuan unluk melihat pengaruh perlakuan higrotermal terhadap kekuatan lentur komposit serat gelas/poliesten Sampel untuk penelitian dibuat dari matriks poliester yang diperkuat dengan dua jenis serat, yaitu CSM (Chopped Strand Mat) dan WR (Woven Roving). Susunan lapisan adalah 3 CSM/ IWR/3 CSM/1 WR/2 CSM dan dibuat dengan metode laminasi basah. Sebelum diberi perlakuan sampel ditimbang terlebih dahulu. Perlakuan yang diberikan adalah perendaman dalam media air ledeng pada temperatur 26°C, 60° C dan 90°C selama 504 jam, Setelah perendaman, dilakukan penimbangan sampel. Kemudian dilakukan pengujian lentur sesuai dengan standar ASTM D790-81. Pada sampel, baik yang diuji lentur maupun tidak dilakukan pengamatan makro. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa berat sampel meningkat dengan semakin tingginya temperatur perendaman.Peningkatan berat sampel dan ternperatur perendaman diikuti dengan penurunan nilai kekuatan dan modulus lentur. Turunnya kedua nilai ini terjadi karena perendaman menyebabkan difusi air ke dalam matriks sehingga merusak matriks serta ikatan serat-matriks. Sedangkan pengarnatan foto makro memperlihatkan bahwa mode perpatahan yang dominan adalah mode perpatahan interlaminar terutama pada serat WR Bentuk perpatahan lain yang teramati adalah retak matriks, perpatahan Serat serta fiber pull-out."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Yasmin
"Latar Belakang: Alginat merupakan salah satu bahan cetak kedokteran gigi yang dapat menjadi sumber potensial kontaminasi silang, sehingga harus dilakukan desinfeksi tanpa menyebabkan distorsi pada sifat fisik alginat seperti perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum. Saat ini beredar alginat buatan Indonesia dan belum ada penelitian mengenai sifat fisik alginat buatan Indonesia setelah dilakukan desinfeksi perendaman. Tujuan: Mengetahui pengaruh desinfeksi perendaman dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 0,5%, glutaraldehid 2%, dan klorheksidin 0,2% pada bahan cetak alginat buatan Indonesia (Hexalgin) dan luar negeri (GC Aroma Fine Plus Normal Set) terhadap perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum. Metode: Masing-masing 20 spesimen alginat buatan Indonesia dan luar negeri dibuat sesuai dengan standar ISO 1563 dan dibagi menjadi kelompok desinfeksi perendaman dalam larutan NaOCl 0,5%, glutaraldehid 2%, klorheksidin 0,2%, dan kontrol lalu dilakukan pengecoran dengan gipsum tipe III. Pengujian dilakukan sesuai standar ISO 1563 dan ISO 21563, diukur dengan kaliper digital dan dinilai dengan kamera digital dengan perbesaran 6,3X. Analisis data dengan uji statistik One Way ANOVA dan uji Pearson Chi-Square. Hasil: Rerata perubahan dimensi antara kelompok perlakuan perendaman dalam larutan disinfektan berbeda pada alginat buatan Indonesia dan luar negeri menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05). Rerata perubahan dimensi antara alginat buatan Indonesia dengan buatan luar negeri setelah desinfeksi perendaman dalam berbagai larutan tidak berbeda bermakna (p≥0,05), kecuali pada kelompok klorheksidin 0,2%. Secara berurutan, nilai rerata perubahan dimensi pada hasil cetakan alginat buatan Indonesia dan alginat buatan luar negeri setelah desinfeksi perendaman dalam NaOCl 0,5% adalah 0,126±0,035% dan 0,089±0,015%, glutaraldehid 2% adalah 0,162±0,036% dan 0,128±0,026%, klorheksidin 0,2% adalah 0,204±0,029% dan 0,131±0,023% dan kontrol adalah -0,025±0,011% dan -0,014± 0,009%. Proporsi reproduksi detail menunjukkan hasil yang sama pada seluruh spesimen, yaitu dapat mereproduksi detail. Skor kompatibilitas dengan gipsum menunjukkan skor 1, 2, dan 3. Proporsi skor kompatibilitas dengan gipsum antar kelompok perlakuan serta antara alginat buatan Indonesia dan luar negeri tidak berbeda bermakna (p≥0,05). Kesimpulan: Alginat buatan Indonesia setelah desinfeksi perendaman dalam larutan NaOCl 0,5%, glutaraldehid 2%, dan klorheksidin 0,2% mengalami perubahan dimensi yang dapat diterima secara klinis, dapat mereproduksi detail dengan baik, dan kompatibel dengan gipsum tipe III.

Background: Alginate is one of dental impression materials that can be a potential source of cross-contamination, so disinfection must be carried out without causing distortion on the physical properties of alginate such as dimensional changes, detail reproduction, and compatibility with gypsum. Currently, Indonesian-made alginate has been circulating in Indonesia and there has been no research on the physical properties of Indonesian-made alginate after immersion disinfection. Objective: To determine the effect of immersion disinfection in 0.5% sodium hypochlorite (NaOCl), 2% glutaraldehyde, and 0.2% chlorhexidine between Indonesian-made (Hexalgin) and foreign-made (GC Aroma Fine Plus Normal) alginate impression on dimensional changes, detail reproduction and compatibility with gypsum. Methods: 20 Indonesian-made and foreign-made alginate specimens were made according to the ISO 1563 standard and grouped into disinfection by immersion in 0.5% NaOCl, 2% glutaraldehyde, 0.2% chlorhexidine solution, and control and then cast with type III gypsum. Tests were carried out according to ISO 1563 and ISO 21563 standards, measured with digital calipers and assessed with a digital camera with 6.3X magnification. Data analysis with One Way ANOVA test and Pearson Chi-Square test. Results: The mean dimensional changes between treatment groups (immersion in different disinfectant solutions) on Indonesian-made and foreign-made alginates showed a significant difference (p<0.05). The mean dimensional change between Indonesian-made and foreign-made alginate after disinfection by immersion in different solutions was not significantly different (p≥0.05), except for the 0.2% chlorhexidine group. The mean value of dimensional changes in the Indonesian-made and foreign-made alginate impressions after disinfection by immersion in NaOCl 0.5% are 0.126±0.035% and 0.089±0.015%, glutaraldehyde 2% are 0.162±0.036% and 0.128±0.026%, chlorhexidine 0.2% are 0.204±0.029% and 0.131±0.023%, and control are -0,025±0,011 % and -0,014±0,009 %. The proportion of detail reproduction of all specimens showed same results, details were reproduced. The compatibility with gypsum scores showed a score of 1,2, and 3. Proportion of compatibility with gypsum scores between treatment groups and between Indonesian-made and foreign-made alginates were not significantly different (p≥0.05). Conclusion: Indonesian-made alginate after disinfection by immersion in 0.5% NaOCl, 2% glutaraldehyde, and 0.2% chlorhexidine solutions undergo dimensional changes that were clinically acceptable, could reproduce details well, and were compatible with gypsum type III."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Almyra Hanyouri
"Saliva di dalam rongga mulut merupakan agen perlindungan alami karena memiliki kapasitas penyangga yang mampu menetralkan asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme asidogenik. Seiring dengan perkembangan material restoratif, beberapa material bioaktif baru dikembangkan yang memiliki kemampuan untuk bereaksi terhadap perubahan dalam lingkungan mulut, dengan melepaskan sejumlah ion kalsium, fosfat, hidroksil, dan fluor terutama dalam kondisi asam. Oleh karena itu, maka akan lebih menguntungkan jika material restoratif bioaktif memiliki karakteristik kapasitas penyangga seperti yang dimiliki oleh saliva. Hal ini dapat memicu remineralisasi gigi dan lingkungan sekitarnya, sehingga perkembangan karies akibat suasana asam dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan kapasitas penyangga yang dimiliki oleh material restoratif bioaktif dalam larutan kariogenik (saliva buatan pH 4,7) selama 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, dan 150 menit. Material restoratif bioaktif yang digunakan pada penelitian ini adalah Giomer, Activa (Activa Bioactive Restorative), Cention N (Alkasit Composite Resin), Fuji II LC (RMGIC), dan Zirconomer Improved. Penelitian eksperimental laboratorik menggunakan 30 spesimen yang terdiri dari 5 kelompok material restoratif bioaktif. Spesimen berbentuk lempeng dengan diameter 15 mm dan ketebalan 1 mm yang direndam dalam 10 ml saliva buatan (pH 4,7) kemudian disimpan dalam inkubator dengan suhu (37 ± 1)oC. Uji kapasitas penyangga menggunakan pH meter (Thermo Scientific Orion Star A211 Benchtop) untuk melihat perubahan nilai pH saliva buatan setiap 30 menit sampai 150 menit. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai pH saliva buatan pada seluruh kelompok material seiring dengan waktu perendaman. Berdasarkan Uji One-Way ANOVA serta Post Hoc Bonferroni dan Tamhane, terdapat perbedaan bermakna antar kelima material restoratif bioaktif, seiring dengan waktu perendaman. Namun, hanya antara material Giomer dan Activa Bioactive tidak terdapat perbedaan bermakna. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa material restoratif bioaktif, yaitu Giomer, Activa Bioactive, Cention N, Fuji II LC, dan Zirconomer Improved memiliki kapasitas penyangga yang dapat meningkatkan pH saliva buatan (pH 4,7) ke arah lebih netral dalam 150 menit perendaman.

Saliva in the oral cavity is a natural protective agent because it has a buffering capacity that is able to neutralize acids that produced by acidogenic microorganisms. Along with the development of restorative materials, several new bioactive materials were developed with the ability to react changes in the oral environment, by releasing a number of calcium, phosphate, hydroxyl and fluoride ions especially in acidic conditions. Therefore, it would be more advantageous if the bioactive restorative material had the buffer capacity characteristic as owned by saliva. This can induce remineralization of the teeth and the surrounding environment, so that the development of caries due to an acidic condition can be reduced. The aim of this research was to observe and compare the buffer capacity owned by bioactive restorative materials in cariogenic solutions (artificial saliva pH 4.7) during 30 minutes, 60 minutes, 90 minutes, 120 minutes, and 150 minutes. The bioactive restorative materials used in this study were Giomer, Activa (Activa Bioactive Restorative), Cention N (Alcasite Composite Resin), Fuji II LC (RMGIC), and Improved Zirconomers. The experimental research laboratory used 30 specimens consisting of 5 groups of bioactive restorative materials. Disk-shaped specimens with a diameter of 15 mm and a thickness of 1 mm were immersed in 10 ml of artificial saliva (pH 4.7) and then stored in an incubator at a temperature of (37 ± 1)oC. Buffer capacity test was conducted using a pH meter (Thermo Scientific Orion Star A211 Benchtop) to see changes in the pH value of artificial saliva every 30 minutes until 150 minutes. The results showed an increase in the pH value of artificial saliva in all groups of materials along with the immersion time. Based on the One-Way ANOVA also Post Hoc Bonferroni and Tamhane tests, showed that there were significant differences between the five materials along with the immersion time. However, only between Giomer and Activa Bioactive material there were no significant differences. Based on the research results, it can be concluded that the bioactive restorative material, namely Giomer, Activa Bioactive, Cention N, Fuji II LC, and Improved Zirconomer have a buffering capacity that can increase the pH of artificial saliva (pH 4.7) towards a more neutral direction within 150 minutes of immersion"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aep Riyadi
"Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki kota-kota yang terletak di pesisir pantai, khususnya Ibukota DKI Jakarta dimana sebagian daratannya berada di bawah permukaan air laut. Seringkali beberapa ruas jalan yang terletak di pesisir tersebut tergenang banjir rob dan tak jarang menimbulkan kerusakan jalan pasca banjir rob. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat genangan atau rendaman air rob terhadap perkerasan aspal.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh air rob terhadap karakteristik campuran Laston Lapis Permukaan (ACWC) dimodifikasi dengan bahan polimer styrene butadiene styrene (SBS). Campuran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari campuran aspal non polimer (ACWC) dan campuran aspal polimer (ACWC ? Modified ). Polimer dari jenis elastomer yaitu styrene butadiene styrene digunakan sebagai bahan modifikasi aspal untuk meningkatkan kinerja campuran. Karakteristik yang diukur adalah stabilitas, kelelehan, marshall quotient (MQ), void in mix (VIM), dan void in mineral aggregate (VMA) dengan menggunakan alat uji Marshall.
Penelitian dilakukan dengan dua metode perendaman, yaitu perendaman menerus (continous) dan berkala (intermittent). Perendaman menerus dilakukan dengan merendam benda uji dalam air rob dengan variasi waktu 6 jam; 12 jam; 24 jam; 48 jam; dan 72 jam. Sedangkan perendaman berkala dilakukan dengan merendam benda uji selama 12 jam, kemudian diangkat selama 12 jam berikutnya, dan begitu seterusnya selama siklus 3 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh akibat perendaman dalam air rob, baik pada perendaman menerus maupun berkala. Secara keseluruhan, semakin lama campuran aspal baik non polimer maupun polimer terendam dalam air rob, akan berpengaruh pada peningkatan nilai VIM, VMA dan kelelehan, sedangkan pada stabilitas dan MQ akan mengalami penurunan. Akibatnya campuran aspal baik polimer maupun non polimer akan mengalami kehilangan durabilitas atau keawetan dengan bertambahnya waktu perendaman dalam air rob.

Indonesia is an archipelago that has many cities located on the seashore areas, especially the country?s capital, DKI Jakarta which has some parts with under sealevel elevation. It is often occurred that some road segments located on the seashore areas submerged by seawater tide and this often results on the damage of those road segments. Therefore, it is essential to conduct a research to study the influence of seawater tide to the performance of asphalt pavement.
This research is intended to study how much seawater tide affects the characteristic of asphalt concrete wearing course (ACWC) mixture modified with styrene butadiene styrene (SBS) polymer. The mixtures used in this research consist of non-polymer asphalt mixture (ACWC) and polymer-asphalt mixture (ACWC-Modified). The polymer used is from the elastomer, namely styrene butadiene styrene. It is used as a modifier agent on asphalt to increase the performance of the mixture. The characteristic observed on this research is the stability, flow, Marshall Quotient (MQ), Void in Mix (VIM), and Void in Mineral Aggregate (VMA) with the use of Marshall Test apparatus.
The research is done by conditioning samples on two types of immersion, namely continuous immersion, and intermittent immersion. Continuous immersion done by submerging on seawater tide with some variation of immersion duration: 6 hours, 12 hours, 24 hours, 48 hours, and 72 hours. While on intermittent immersion, the samples are submerged during 12 hours (immersion time), then dried during 12 hours (recovery time), and this cycle remains until 3 days.
The result of this research shows that the immersion on seawater tide, whether it is by continuous immersion or intermittent immersion, influences the characteristic of samples. Overall, the longer the duration of immersion, the greater the value of VIM, VMA, and flow, while the value of stability and MQ will undergo a decrease due to the immersion. As a result either of polymer and non-polymer asphalt mixture will experience a loss of durability or longevity with the increase of immersion time in seawater tide.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1002
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M Wildan Permana
"ABSTRAK
Teh rosella merah memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi berupa
asam askorbat. Asam askorbat ini mampu untuk menurunkan laju korosi yang
terjadi pada baja karbon rendah di lingkungan HCl 1 Molar. Metode kehilangan
berat digunakan untuk menguji keefektifan teh hijau sebagai inhibitor dengan
variasi waktu pencelupan (3 hari, 6 hari, 9 hari, dan 12 hari). Hasil yang
didapatkan adalah nilai efisiensi tertinggi didapatkan pada variabel 3 hari yaitu
sebesar 63% dan nilai efisiensi terendah didapatkan pada variabel 12 hari yaitu
sebesar 41%.

Abstract
Red roselle tea contains a large amount of antioxidant namely ascorbic acid.
Ascorbic acid is able to reduce corrosion rate on low carbon steel in HCl 1 M.
Weight loss methode is used to test the effectiveness of red roselle tea as an
inhibitors with various immersion time (3 days, 6 days, 9 days, and 12 days). The
result shows that the maximum value was found in 3-days immersion time with
63% of efficiency and the minimum value was found in 12-days immersion time
with 47% of efficiency."
2011
S1643
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>