Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Rosalina, Author
"Bertambah majunya teknik perawatan dan material di bidang ortodonsi, memungkinkan perawatan ortodonsi dilakukan dalam tiga arah yaitu anteroposterior, vertical, dan lateral. Oleh karena itu diagnosis harus ditegakkan pada ketiga arah tersebut, sehingga pemilihan teknik perawatan dan materialpun tepat, dan di dapat basil perawatan yang sesuai dengan harapan.
Maloklusi dalam arah vertikal dapat terjadi dalam bentuk gigitan dalam dan gigitan terbuka. Kesulitan mengoreksi gigitan dalam telah lama diketahui. Selama ini terdapat banyak perbedaaan pendapat mengenai etiologi gigitan dalam dan juga bagaimana merawatnya.
Pengurangan gigitan dalam biasanya dilakukan pada tahap awal perawatan ortodontik yang dapat dicapai dengan cara intrusi insisif ekstrusi molar, proklinasi insisif atau kombinasi dari semuanya. Intrusi gigi insisif lebih disukai pada pasien dengan muka anterior bawah yang lebih besar dari rata-rata. Dengan menghindari ekstrusi molar maka dimensi vertikal wajah tidak berubah, ruang interoklusal tidak hilang serta memperbalki estetika karena insisal gigi depan dapat ditempatkan ke posisi yang harmonis dengan garis bibir. Posisi tepi insisal pada akhir perawatan idealnya kira-kira 3 mm di bawah garis bibir pada regio anterior.2
Pada teknik Begg intrusi gigi depan dicapai dengan pembuatan tekukan penjangkaran pada kawat busur, dan diletakkan di mesial tube M, kurarig lebl antara gigi P2 dan Mi , yang biasanya disertai pemakaian karet pada kasus malaklusi klas I dan klas II div I. Pemberian tekukan penjangkaran untuk mengintrusi gigi depan, yang disertai pemakaian karet klas II untuk menggeser gigi depan, tidak terlepas dari aksi dan reaksi antara gigi molar dan gigi depan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Putri Sabrina
"ABSTRACT
Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, proporsi penduduk Indonesia yang menerima perawatan ortodontik masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah sering kali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya membutuhkan perawatan ortodontik. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kebutuhan perawatan ortodontik memiliki peran yang penting. Adapun salah satu faktor yang memengaruhi persepsi kebutuhan perawatan ortodontik adalah status sosioekonomi, namun penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang kontradiktif. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal ini di Indonesia. Tujuan: Mengetahui hubungan antara status sosioekonomi dengan persepsi kebutuhan perawatan ortodontik pada siswa SMAN 27 Jakarta. Metode: Dilakukan penelitian potong lintang pada 85 siswa SMAN 27 Jakarta yang berusia 15-17 tahun. Diberikan kuesioner Family Affluence Scale III (FAS III) pada 85 subjek penelitian untuk menilai status sosioekonominya dan diberikan lembar index of Orthodontic Treatment Need-Aesthetic Component (IOTN-AC) guna menilai persepsi kebutuhan perawatan ortodontiknya. Digunakan uji chi-square untuk analisis data. Hasil: Uji chi-square menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p = 0,009) yang berarti terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara status sosioekonomi dengan persepsi kebutuhan perawatan ortodontik. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status sosioekonomi dengan persepsi kebutuhan perawatan ortodontik pada siswa SMAN 27 Jakarta.

ABSTRACT
Background: According to Riskesdas 2013, the proportion of people who had received orthodontic treatment in Indonesia is very low. One of the reasons is that people oftentimes dont realize that they need orthodontic treatment. It shows that self-perceived orthodontic treatment need has an important role. One of the factors affecting self-perceived orthodontic treatment need is socioeconomic status, but previous studies showed contradictory results. Furthermore, this research has never been conducted in Indonesia. Objective: To determine whether the socioeconomic status associated with self-perceived orthodontic treatment need in students of SMAN 27 Jakarta. Methods: This cross-sectional study comprised 85 students of SMAN 27 Jakarta aged 15-17 years. Family Affluence Scale III (FAS III) questionnaire was given to assess their socioeconomic status and Index of Orthodontic Treatment Need-Aesthetic Component (IOTN-AC) sheet was given to assess their self-perceived orthodontic treatment need. The chi-square test was used for data analysis. Results: The significance value is less than 0,05 (p = 0,009) which indicates that there is a statistically significant difference between socioeconomic status and self-perceived orthodontic treatment need. Conclusion: There is an association between socioeconomic status and self-perceived orthodontic treatment need in students of SMAN 27 Jakarta."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahriansyah Maulana Sudirman
"Latar Belakang: Perawatan ortodontik, yang bertujuan memperbaiki maloklusi dan meningkatkan estetika serta fungsi dentofasial, membutuhkan keterlibatan aktif pasien untuk mencapai hasil yang optimal. Peran pasien menjadi semakin penting dengan pendekatan Pengambilan Keputusan Bersama (PKB), yang mendorong partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan perawatan. PKB, didukung oleh komunikasi efektif dan pendidikan manajemen diri, menawarkan peluang untuk meningkatkan kepuasan, kepatuhan, dan hasil klinis, meskipun menghadapi tantangan dalam implementasinya. Pembahasan: PKB memberikan banyak manfaat, termasuk peningkatan pengetahuan pasien, hubungan yang lebih baik antara pasien dan ortodontis, serta penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Komunikasi efektif, baik verbal maupun nonverbal, memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan dan menyampaikan informasi secara jelas. Pendidikan manajemen diri juga berkontribusi signifikan, membantu pasien memahami tanggung jawab mereka dalam menjaga kebersihan mulut selama perawatan, mengurangi risiko iatrogenik, dan membentuk kebiasaan sehat jangka panjang. Ringkasan: Peran aktif pasien dalam perawatan ortodontik merupakan kunci keberhasilan perawatan jangka panjang. Dengan memperkuat PKB, komunikasi efektif, dan pendidikan manajemen diri, hasil perawatan dapat ditingkatkan secara signifikan.

Background: Orthodontic treatment, aimed at correcting malocclusion and improving dentofacial aesthetics and function, requires active patient involvement to achieve optimal outcomes. The role of patients has become increasingly significant with the adoption of Shared Decision Making (SDM), which promotes patient participation in treatment decisions. Supported by effective communication and self-management education, SDM offers opportunities to enhance patient satisfaction, compliance, and clinical outcomes, despite challenges in its implementation. Discussion: SDM provides numerous benefits, including increased patient knowledge, stronger relationships between patients and orthodontists, and more efficient resource utilization. Effective communication, both verbal and nonverbal, plays a critical role in building trust and delivering clear information. Self-management education also makes a significant contribution by helping patients understand their responsibilities in maintaining oral hygiene during treatment, reducing iatrogenic risks, and fostering long-term healthy habits. Summary: Active patient involvement in orthodontic treatment is key to achieving long-term success. Strengthening SDM, effective communication, and self-management education can significantly improve treatment outcomes."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library