Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Venty
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis lama perjalanan suami dan istri dalam kerangka berpikir peran jender yang dilihat dari jumlah balita, ART usia produktif, lansia, dan dua penghasil pendapatan di dalam rumah tangga. Hasil regresi logistik multinomial menggunakan data Sakernas 2011 menunjukkan bahwa untuk suami dan istri, semakin banyak jumlah balita, semakin besar probabilitas untuk melakukan perjalanan lama sedangkan semakin banyak jumlah ART usia produktif semakin kecil probabilitas untuk melakukan perjalanan lama. Kehadiran lansia dan memiliki pasangan yang bekerja mengurangi probabilitas suami tetapi menambah probabilitas istri untuk melakukan perjalanan lama.

This study aims to analyze husbands? and wives? commuting time applying gender roles framework measured by number of under-five, productive age members, elderly, and dual earners within a household. By employing multinomial logistic regression on Sakernas 2011 data, it is found that more under-five children increase the probability to travel longer while more productive age members reduces the probability to travel longest for husbands and wives. The presence of elderly and having working spouse have different effect on husbands and wives. These variables lower the probability to commute longest for husbands but increase the probability of commute longest for wives.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitawaty Tjiptorini
"ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakangi oleh maraknya gugatan cerai yang
diajukan oleh perempuan kepada suaminya di tengah budaya patriarki sehingga
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran peran jender tradisional
pada sikap perempuan yang menggugat cerai suami. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran peran jender tradisional yang ada di masyarakat patriarki
seperti di Indonesia pada sikap perempuan yang menggugat cerai suami.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan subyek tiga
orang perempuan yang telah resmi bercerai dengan cara menggugat cerai
suaminya di Pengadilan Agama. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam dan observasi. Data kemudian dianalisis dan diinterpretasi berdasarkan
tinjauan pustaka yang berkaitan dengan peran jender, agen sosialisasi peran
jender, skema jender dan sikap, perkawinan, perceraian dan gugat cerai.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan peran jender
tradisional yang diterima subyek sejak masa kanak-kanak, berpengaruh besar
terhadap kehidupan perempuan dan dalam menyikapi perkawinan dan
perceraiannya. Dampak selanjutnya dari kegagalan perkawinan dalam kehidupan
perempuan tergantung dari interaksi antara lingkungan, kemampuan kognitif, dan
tingkah laku yang interdependen.
Saran yang dikemukakan pada penelitian ini adalah perlunya penelitianpenelitian
lain dengan tema-tema yang berhubungan dengan peran jender untuk
menyadarkan perempuan dan masyarakat luas mengenai adanya perbedaan
perlakuan jender sehingga dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya."
2004
S3445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Mayasari
2005
S3519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Sekarchanti
"Film Disney Princess telah dikenal oleh masyarakat luas selama bertahun-tahun. Sebagai film yang dikonsumsi berbagai kalangan dan usia, film animasi membawa beberapa nilai baik dalam alur ceritanya maupun ajaran seperti apa yang dapat kita temukan dalam film Disney. Konsep teaching-tales menjelaskan bahwa dongeng sejak dahulu kala telah menjadi media yang menjadi pembawa nilai. Karakterisasi yang dibawa oleh Disney telah berevolusi menyesuaikan dengan peran jender yang terdapat di dunia nyata pada masanya, seperti bagaimana seseorang dapat mengkategorikan dirinya dalam kelompok jender di masyarakat. Kritik terhadap Disney sering ditujukan terkait lemahnya penggambaran feminitas dalam penokohan yang terdapat dalam film Disney Princess. Karya ini mencoba mengungkap sisi lain Disney yang berperan sebagai media terutama agen sosialisasi peran jender. Karya ini dibuat dengan metode studi literatur dengan mengumpulkan sumber dari skripsi, buku, jurnal ilmiah dan thesis. Karya ini akan membahas secara spesifik film Disney Princess terkait dengan gambarannya mengenai feminitas terutama pada penokohan dalam film.

Disney Princess movies have been known to the public for many years. As movies are consumed by various member of society, animated films can deliver value in the storyline as well teachings similar to what we can find in Disney movies. The concept of teaching-tales explains that fairy tales have long been a medium that became a messenger of values. Characterization brought by Disney has evolved to adapt to the gender roles that exist in the real world of current time, such as how one can categorize himself in a gender group in society. Criticisms of Disney often addressed the weakness of femininity depiction in the characterizations contained in the Disney Princess movie. This work tries to reveal another side of Disney that acts as a media, especially the gender role socialization agency. This work is made by literature study method by collecting sources from thesis, book, scientific journal and thesis. This work will specifically address the Disney Princess films related to its image of femininity especially regarding characterization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erabudi Widyastuti
"ABSTRAK
Saat ini semakin banyak wanita yang menduduki posisi strategis dalam berbagai bidang
kerja termasuk mencapai posisi manajer. Untuk dapat berperan sebagai manajer diperlukan
sistem nilai yang menunjang pelaksanaan peran manajer. England (1973) menyatakan
sistem nilai yang tepat bagi pelaksanaan tugas manajer adalah orientasi nilai primer
Pragmatik. Orientasi nilai ini paling tepat karena sesuai dengan karakteristik peran manajer
yang cenderung MaskuIin. Sedangkan sebagai wanita, para manajer ini tentunya tidak lepas
dari peran jendernya sendiri. Powell dan Rokeach menyatakan adanya pengaruh peran
jender seseorang terhadap sistem nilai yang diyakininya. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran mengenai sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer,
gambaran peran jender, serta hubungan antara sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai
primer dan peran jender pada manajer wanita.
Subyek dalam penelitian ini adalah 61 manajer wanita, yang dipilih melalui metode
nonprobability sampling, dengan teknik accidental sampling. Orientasi nilai primer diukur
melalui kuesioner Personal Value Questionaire dari England sedangkan peran jender
diukur dengan Skala MF dari Nurjanah Lubis yang merupakan adaptasi BSRI dari Sandra
Bern. Metode pengolahan data yang dipakai adalah teknik korelasi Point Biserial.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar orientasi nilai primer para manajer para
manajer wanita adalah Pragmatik (67,2%), Moralistik (21,3%), Afektif (3,3%) dan Berbaur (8,2%). Sedangkan gambaran peran jender dari subyek penelitian, Androgini
36,1 %), Feminin (19,7%), Maskulin (s,2%) dan peran jender Tak Tergolongkan (36,1%).
Selain itu hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara
orientasi nilai primer dan peran jender para manajer wanita dalam penelitian ini. Hasil lain
yang di dapat dalam penelitian ini adalah adanya beberapa faktor yang tidak signifikan
terhadap sistem nilai, faktor tersebut adalah usia, agama, suku, golongan jabatan, masa
kerja, dan departemen. Sedangkan faktor lainnya seperti pendidikan, latar belakang
pendidikan, dan jenis perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan.
Gambaran orientasi nilai primer yang ditampilkan dalam penelitian ini sesuai dengan apa
yang dikatakan England, bahwa sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer para
manajer yang dominan adalah orientasi nilai Pragmatis. Sedangkan peran jender yang
dominan dalam penelitian ini adalah Androgini, ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Powell. Sedangkan hubungan yang tidak signifikan tampaknya dikarenakan jumlah sample
yang terlalu kecil, bentuk penyebaran responden yang cenderung skewed, dan juga karena
adanya pergantian peran dalam pelaksanaan tugas, artinya bahwa walau tampaknya peran
jender Androgini yang menonjol, dan yang lainnya menunjukkan peran jender yang
Maskulin atau Feminin ada kemungkinan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya terdapat
faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh, seperti misalnya pendidikan dan bentuk
perusahaan. Hal ini akan terkait dengan budaya kerja yang ada di perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada perusahan mengenai sistem
nilai yang tepat bagi manajer, sehingga variabel ini dapat diperhatikan pada waktu seleksi
ataupun pelatihan manajer. Dalam penelitian yang sejenis hendaknya jumlah sampel harus
lebih besar agar didapat penyebaran yang lebih baik, dan perlu dilakukan kontrol terhadap
subyek penelitian.
"
1998
S2845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Sri Indryastuti
"Penerimaan diri merupakan salah satu dari enam indikator Psychological Well-Being (Ryff, 1989). Penerimaan diri yang baik hanya akan terjadi bila seseorang mau dan mampu memahami keadaan dirinya sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diinginkan. Penulis merasa aspek ini cukup penting untuk diteliti, terutama pada wanita. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa wanita cenderung mengadopsi pendapat kaum pria mengenai diri mereka atau diri wanita Iain, memiliki self-esteem yang Iebih rendah dan konsep diri yang cenderung negatif dibandingkan dengan kaum pria (American Association of Universiti of Women, 1991).
Penulis mencoba mengkaitkan penerimaan diri dengan identitas peran jender (selanjutnya disebut IPJ) dan ekspresi kemarahan. IPJ dianggap penting karena selama ini IPJ diketahui mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia (Unger & Crawford, 1992), termasuk penerimaan diri. Sementara ekspresi kemarahan dianggap perlu karena banyak penelitian yang menyebutkan bahwa wanita mengalami kesulitan dalam mengalami dan mengekspresikan kemarahan mereka, sehingga mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan mental (Kopper, 1989). Pada saat merasa marah, wanita mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri mereka sendiri yang malahan menghalangi pengekspresian kemarahannya, bahkan seringkali mengarah kepada perasaan bersalah, depresi dan perasaan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Dengan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahannya (ke dalam, asertif dan ke luar)? Dan apakah ada hubungan antara IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahan (ke dalam, asertif dan ke luar) dengan penerimaan diri pada wanita? Secara lebih rinci permasalahan umum di atas dapat dijabarkan ke dalam empat sub permasalahan, yaitu:
1. Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan)?
2. Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe ekspresi kemarahannya (ke dalam, asertif, dan keluar)?
3. Apakah ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan interaksi antara IPJ (maskulin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahannya (ke dalam, asertif, dan keIuar)'?
4. Apakah ada hubungan antara IPJ (maskuIin, feminin, androgin dan tak-tergolongkan) dan ekspresi kemarahan (ke dalam, asertif dan ke Iuar) dengan penerimaan diri pada wanita?
Penelitian ini lebih bersifat penelitjan deskriptif walaupun terdapat unsur- unsur penjajagan sehubungan dengan belum banyaknya penelitian yang telah dilakukan di sini yang dapat dijadikan Iandasan untuk merumuskan hipotesa bagi penelitian ini. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dan pengolahan hasil dilakukan dengan teknik statistik analisa varians dan regresi majemuk. Sampel penelitian adalah mahasiswa perempuan yang diperoleh dengan teknik accidental sampling sebanyak 200 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan IPJ.
2. Tidak ada perbedaan penerimaan diri wanita berdasarkan tipe ekspresi kemarahan.
3. Tidak ada perbedaan penerimaan diri berdasarkan interaksi antara IPJ dan ekspresi dengan penerimaan diri.
4. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa secara bersama-sama IPJ dan ekspresi kemarahan tidak berhubungan dengan penerimaan diri. Hanya 1,7 % varians penerimaan diri yang dapat diterangkan oleh identitas IPJ dan ekspresi kemarahan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Christina
"ABSTRAK
Masyarakat Batak Toba memiliki sistem kekerabatan yang patrilineal yaitu mengikuti
garis keturunan ayah. Sebelum menikah, wanita merupakan bagian dari kelompok
ayahnya dan setelah menikah ia akan ?rneninggalkan? keluarganya dan masuk ke
dalam satuan kekerabatan suaminya. Kedudukan dan peran wanita dalam adat Batak
Toba ditentukan oleh posisi ayah atau suaminya dan ia tidak memiliki posisi sendiri
dalam adat. Lain halnya dengan pria yang dianggap raja dan selalu ditinggikan
kedudukannya dibandingnya wanita.
Perbedaan kedudukan antara pria dan wanita Batak Toba sangat jelas terlihat salah
satunya dalam pengambilan keputusan pada acara-acara adat. Pada forum-forum
resmi seperti itu, pendapat wanita kurang didengarkan dan prialah yang lebih
dominan dalam memutuskan segala sesuatu. Para wanita Batak sendiri jika ditanyai
pendapatnya, rnenyerahkan hal itu kepada para suami dan akhirnya suamilah yang
berbicara. Selain itu subordinasi wanita Batak Toba ini pun terjadi di gereja HKBP
sebagai tempat mayoritas masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen Protestan
beribadah. Jika kita amati di gereja-gereja HKBP di seluruh Indonesia, mayoritas
pendeta, guru huria dan penetua didominasi oleh kaum pria (Siregar, 1999).
Marjinalisasi posisi wanita Batak Toba memang sudah tidak sesuai lagi dengan
tuntutan modernisasi dan demokrasi saat ini. Sudah selayaknya persepsi yang
menomorduakan kedudukan wanita dalam masyarakat Batak itu diubah. Sulitnya,
ideologi peran jender seseorang sangat tergantung pada konteks sosial di mana orang
tersebut berada dan konsepsi budaya tersebut mengenai jender. Sehingga jika dalam
kognisi orang Batak pensubordinasian wanita dalam taraf tertentu sesuai dengan
belief yang mereka anut, maka hal tersebut akan lebih dipandang sebagai harmoni
daripada dominansi dalam struktur patriarkat (Muluk, 1995).
Kedudukan dan peran wanita dalam masyarakat Batak Toba tidak lepas dari role-
expectation yang ada dalam masyarakat tersebut. Melalui penelitian ini penulis ingin
mengetahui gambaran ideologi peran jender pria dewasa muda Batak Toba, role-
expectation terhadap wanita dari perspektif kedua belah pihak dan pengaruhnya
terhadap aktualisasi diri wanita. Metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan gambaran ideologi peran jender
pria dewasa muda Batak Toba di Jakarta digunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner adaptasi SRI. Pemahaman yang mendalam mengenai role-
expectation dan darnpaknya terhadap aktualisasi diri dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif.
Teori yang menjadi landasan penelitian ini meliputi budaya Batak Toba yang
menggambarkan kedudukan wanita dalam masyarakat adat dan sistem kekerabatan
mereka, teori mengenai masa dewasa muda, role-expectation dan jender sebagai
konstruksi sosial, serta teori-teori mengenai aktualisasi diri.
Hasil analisis data kuantitatif didapatkan gambaran bahwa pada cukup banyak aspek
SRI pria dewasa muda Batak Toba menganut ideologi peran jender tradisional lebih
banyak daripada yang modern. Analisis tambahan terhadap data kontrol dengan
menggunakan one-way anova dan t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam hal ideologi peran jender berdasarkan usia, pendidikan, status,
pengeluaran tiap bulan dan lama subyek tinggal di Jakarta.
Hasil analisis kualitatif didapati kesimpulan bahwa kedua subyek pria masih
menganut ideologi peran jender tradisional terutama mengenai kedudukan pria dan
wanita dalam keluarga. Para responden memandang kedudukan pria sebagai kepala
keluarga dan wanita sebagai ibu rumah tangga sebagai sesuatu yang wajar walaupun
responden wanita memiliki harapan untuk diperlakukan sejajar (sebagai patner) oleh
pasangannya. Para responden wanita juga cenderung untuk konform dengan budaya
yang ada dan berlaku. Sebagian besar dari mereka menginginkan perubahan namun
tidak disertai dengan usaha yang mengarah ke sana.
Saran yang diajukan untuk masyarakat Batak Toba adalah untuk melakukan
introspeksi diri apakah pandangan bahwa pria adalah raja dan wanita memiliki
kedudukan yang lebih rendah masih layak dipertahankan melihat dampak yang
dialami oleh wanita dalam mencapai aktualisasi dirinya. Pengubahan pandangan ini
disarankan melalui agama dan gereja karena adat yang bersifat mutlak akan sulit
untuk diubah.
Penelitian yang sempa disarankan untuk diadakan guna memberikan pengetahuan
tambahan bagi para konselor perkawinan maupun yang menangani orang-orang yang
mengalami masalah dalam aktualisasi diri. Konsepsi peran jender tiap-tiap
masyarakat adat di Indonesia mempengaruhi bagaimana orang tersebut memandang
dirinya dan lawan jenis dalam hal nilai-nilai, peran dan kedudukan mereka. Penelitian
ini diharapkan dapat membantu untuk menemukan pendekatan yang tepat dalam
konseling
Untuk penelitian lanjutan, beberapa saran yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah
menambah jumlah sampel, memperhatikan karakteristik agama subyek, memiliki
norma normatif mengenai ideologi peran jender pria Indonesia, mencari cara
pengolahan data yang lebih tepat dan memperkaya variabel yang mungkin
berpengaruh terhadap ideologi peran jender."
2000
S3011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mongkol, Irene Messalina
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover