Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Pujiono
"ABSTRAK
Sejak dahulu mahasiswa banyak terlibat dalam masalah sosial,
termasuk melakukan kritik dengan melakukan demonstrasi. Akhir-akhir ini
banyak sekali media yang memberitakan penanganan tindak kejahatan oleh
Polisi, ada yang berkesan positif maupun negatif. Salah satu kesan
negatifnya adalah banyak kasus kejahatan besar yang membeku, seperti
Marsinah, Edi Tansil, wartawan Udin, dan sebagainya. Tapi mahasiswa
jarang atau tidak mengkritik hal tersebut, mereka lebih sering mengkritik
terhadap hal-hal yang berbau politik praktis.
Perilaku mahasiswa yang kurang atau tidak mengkritik Polisi ini bisa
dilihat dari segi psikologi, salah satunya adalah studi persepsi. Kalau
persepsi mahasiswa baik atau netral memang bisa menyebabkan tidak
melakukan kritik (demonstrasi).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi mahasiswa
mengenai peran Polri dalam menangani tindak kejahatan. Sampel diambil
menggunakan metode incidental berjumlah 100 mahasiswa Universitas
Indonesia. Untuk melihat gambaran persepsi mahasiswa tersebut digunakan
perhitungan skor rata-rata (mean) dari setiap aspek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran persepsi mahasiswa
Universitas Indonesia adalah cenderung netral yang berarti tidak positif
juga tidak negatif. Dari 7 aspek ada 2 yang mempunyai mean positif, yaitu
aspek penyitaan dan pembuatan BAP, dan 5 mempunyai mean negatif,
yaitu aspek penyelidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
pemeriksaan. Dilihat dari karakteristik sampel, mahasiswa yang tidak
pernah ikut demonstrasi mempunyai nilai mean lebih besar dari mahasiswa
yang tidak pernah ikut demonstrasi, tapi perbedaannya tersebut tidak
signifikan. Demikian juga mahasiswa yang tidak aktif kegiatan
kemahasiswaan mempunyai mean lebih besar dari mahasiswa yang aktif
kegiatan kemahasiswaan, namun perbedaan tersebut tidak signifikan.
Mahasiswa yang aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai anggota
mempunyai mean lebih besar dari mahasiswa yang aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan sebagai pengurus, tapi perbedaannya juga tidak signifikan. Ditemukannya hasil persepsi mahasiswa netral (tidak positif maupun
negatif) ini membenarkan bahwa jika persepsi mahasiswa positif atau netral
cenderung untuk tidak melakukan demonstrasi terhadap Polri dalam
perannya untuk menangani kasus-kasus kejahatan. Untuk perbedaan antara
mahasiswa aktif dan tidak aktif, antara mahasiswa yang pemah demo dan
tidak pemah demo, walaupun tidak signifikan perbedaan tersebut
disebabkan oleh faktor yang berpengaruh dalam proses persepsi, baik orang
yang mempersepsi, obyek yang dipersepsi maupun situasi saat persepsi
dilakukan. Stereotipi juga dapat menyebabkan timbulnya perbedaan
persepsi tersebut."
2003
S3207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Prasetyo
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk meninjau peran aktif Polsek Panakkukang dalam mengatasi konflik yang melibatkan kelompok mahasiswa yang berafiliasi suku di universitas UMI yakni kelompok Lamellong, menjadi tantangan tugas yang cukup berat. Pelaksanaan tugas kepolisian sesuai dengan prosedur dan Undang-undang yang berlaku guna menimbulkan efek jera tidak serta merta menjadi alternatif tunggal dalam penyelesaian konflik, atensi serta kerja sama dari berbagai pihak terkait menjadi faktor penentu dalam upaya menangani konflik yang terjadi di Universitas Muslim Indonesia yang melibatkan kelompok Mahasiswa Lamellong."
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-PTIK, 2017
350 JIK 88 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
H.M.S. Urip Widodo
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan teror bom buku yang terjadi di Jakarta merupakan modus baru para teroris dalam melakukan aksinya, karena yang menjadi targetnya adalah individu sehingga apabila tidak dilakukan penanganan, maka akan berdampak pada psikologi masyarakat yaitu tingginya rasa kecemasan dan kekhawatiran masyarakat. Teror bom buku, apabila melihat jumlah korban dan kualitas ledakan, tidak sebanding dengan bom yang ditempatkan di gedung-gedung tertentu seperti pada kasus-kasus teror bom sebelumnya. Akan tetapi dampaknya hampir sama, bahkan teror bom buku sudah menyentuh aspek psikologi masyarakat awam. Ketakutan dan kepanikan yang melanda sampai ditingkat rumah tangga adalah bentuk keberhasilan aksi bom buku ini menjadi sebuah teror.
Mengacu pada hukum formal yang berlaku di Indonesia, maka aksi dan pelaku bom buku dapat dikategorikan sebagai tindak pidana terorisme. Mencermati perkembangan terorisme dengan organisasi dan jaringan global yang dimilikinya, dimana kelompokkelompok terorisme internasional mempunyai hubungan dan mekanisme kerja sama, baik dalam aspek operasional infrastruktur maupun infrastruktur pendukung.
Berkaca pada kondisi tersebut, aparat kepolisian Republik Indonesia sesuai yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri merupakan ujung tombak dalam memberikan perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat dengan memberantas pelaku tindak pidana terorisme di Indonesia, seperti menangkap pelaku, mencegah, melakukan penyelidikan dan penyidikan, bahkan menembak mati para pelaku teror. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Polri adalah dengan membentuk Detasemen Khusus (Densus 88) Antiteror yang berada pada garis terdepan dalam memberantas aksi terorisme tersebut.
Dapat dipastikan, peranan Polri untuk pemberantasan tindak pidana terorisme tersebut tidak terlepas dari 3 (tiga) fungsi sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat dimana Polri harus melindungi masyarakat dari tindakan-tindakan yang mengancam jiwa warga negara Indonesia. Dalam hal ini Polri melalui Densus 88 Antiteror harus berpedoman kepada undang-undang yang mendasarinya yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonsia.

The research aims at explaining the terror of book bomb occuring in Jakarta Suchterror is a new modus operandi of terrorists in doing their actions because their targets are individuals If the police do not handle the case immediately such terror will psychologically affect communities in the forms of high anxiety and worriness Book bombings in the context of their victims and the quality of their explosions can not be compared with the previous bombings happening in certain buildings However both of bombing types have similar effects Moreover book bombings have nearly touched the psychological aspects of common people The fearness and panic attacking families are the forms of the terrorists success of committing book bombings leading to a terrorizing act
In accordance with formal law prevailing in Indonesia the act and perpetrator of book bombings can be categorized as a terrorism act Terrorists have currently cooperated with other groups and networks that posses good relationship and working mechanism either in the context of infra structural operation or supporting infrastructures.
By looking at such situation and condition the Indonesian National Police as stated in Law No 2 2002regarding Indonesian National Police is the front liner in providing protection and security to people in combating terrorism in Indonesia The Indonesian National Police does the responsibilities by arresting the perpetrators preventing investigating interrogating and even shooting death the perpetrators One of the Indonesian National Police efforts is the establishment of an special detachment 88Antiterror Special Detachment
It can be concluded that the role of the Indonesian National Police can not be separated from the three functions protector shelter and servant of public The Indonesian National Police must protect people from acts threatening their lives The Indonesian National Police through 88 Antiterror Special Detachment in conducting such duties and responsibilities must be guided by Law No 2 2002 regarding the Indonesian National Police
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library