Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wita Mailani
"Kebugaran kardiorespirasi yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kebugaran kardiorespirasi berdasarkan status gizi (IMT), persentase lemak tubuh, aktivitas fisik, konsumsi sarapan pagi, asupan gizi dan gizi mikro pada siswa SMAN 39 Jakarta sebelum dan sesudah dikontrol berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sebanyak 131 responden dari SMAN 39 Jakarta dari kelas 10 dan 11 dilibatkan dalam penelitian ini. Asupan makanan diukur menggunakan penarikan makanan 1x24 jam, aktivitas fisik menggunakan PAQ-A, status gizi (BMI) diukur menggunakan BIA dan konsumsi sarapan diukur dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,8% siswa tidak layak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara status gizi (BMI), persentase lemak tubuh dan aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada status kebugaran kardiorespirasi pada siswa SMAN 39 Jakarta. Sementara itu, ada juga perbedaan dalam status kebugaran kardiorespirasi berdasarkan asupan Vitamin B2 pada siswa SMAN 39 Jakarta.

Low cardiorespiratory fitness is associated with an increased risk of cardiovascular disease. This study aims to examine the differences in cardiorespiratory fitness based on nutritional status (BMI), body fat percentage, physical activity, breakfast consumption, nutrient intake and micronutrients in students of SMAN 39 Jakarta before and after being controlled by sex. This study uses a cross sectional design. A total of 131 respondents from SMAN 39 Jakarta from grades 10 and 11 were included in this study. Food intake was measured using 1x24 hour food withdrawal, physical activity using PAQ-A, nutritional status (BMI) was measured using BIA and breakfast consumption was measured by questionnaire. The results showed that 61.8% of students were not eligible. The results of the bivariate analysis showed that there were significant differences between nutritional status (BMI), body fat percentage and physical activity based on sex in cardiorespiratory fitness status in students of SMAN 39 Jakarta. Meanwhile, there were also differences in cardiorespiratory fitness status based on Vitamin B2 intake in Jakarta 39 High School students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wicaksono
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Low Density Lipoprotein (LDL) adalah salah satu profil lemak yang memengaruhi kejadian penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek buah Garcinia atroviridis sebagai alternatif terapi untuk menurunkan kadar LDL. Penelitian ini merupakan studi eksperimental, perlakuan terhadap hewan coba tikus, dibagi dalam kelompok propylthiouracil (PTU)+diet tinggi lemak, kelompok PTU, dan pemberian 3 kelompok ekstrak. Induksi dengan asupan tinggi lemak (0,375 ml gajih ayam dan 1,5 ml kuning telur puyuh) dan PTU pada kelompok PTU+diet tinggi lemak dan 3 kelompok ekstrak. Pengambilan sampel darah pada tikus PTU dan PTU+diet tinggi lemak setelah 21 hari, dan 42 hari pada kelompok ekstrak.
Data dianalisis menggunakan tes parametrik one way ANOVA dan uji T tidak berpasangan. Didapatkan rata-rata LDL tiap perlakuan: (1) PTU (24,8), (2) PTU+diet tinggi lemak (52,4), (3) dosis 10 mg (22,8), (4) dosis 20 mg (25,4), (5) dosis 30 mg (36,25). Pada uji T menunjukkan kenaikan LDL yang signifikan pasca induksi, pada uji ANOVA menunjukkan penurunan LDL pasca pemberian ekstrak buah Garcinia atroviridis yang berbeda bermakna. Analisis Post Hoc menunjukkan penurunan LDL paling signifikan pada dosis 10 mg. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak buah Garcinia atroviridis pada tikus strain Wistar secara signifikan menurukan kadar LDL.

Cardiovascular disease is one of the leading cause of death in Indonesia. Low Density Lipoprotein (LDL) is one of lipid profile that has effect on cardiovascular disease. This research is aimed to discover the effect of Garcinia atroviridis fruit extract to lower LDL level. This is an experimental study, intervention was given differently to laboratory rats: propylthiouracil (PTU)+high lipid diet, PTU, and 3 extract groups. Induction is conducted with high lipid diet (0,375 ml chicken fat and 1,5 ml quail egg yolk) and PTU, in PTU with high lipid diet and 3 extract groups. Rats blood was extracted, PTU and PTU+high lipid diet after 21 days, and 42 days for extract group.
Data was analysed using one way ANOVA parametric test and independent T test. Mean LDL value of each treatment: (1) PTU (24,8), (2) PTU+high lipid diet (52,4), (3) 10 mg (22,8), (4) 20 mg (25,4), (5) 30 mg (36,25). T test showed significant result in increasing LDL level after induction and ANOVA test showed significant result in lowering LDL level after given Garcinia atroviridis fruit extract. Post Hoc analysis shows the most significant result comes from 10 mg dose. In conclussion, Garcinia atroviridis fruit extract significantly lowers blood LDL of Wistar strain rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trianti Kartikasari Kusuma
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi penyakit jantung di provinsi DKI Jakarta sendiri berada di atas rata-rata nasional yaitu di 1,5% dan menempati peringkat ke-5 se-Indonesia. Diantara banyak kelompok obat, obat-obatan kardiovaskular merupakan salah satu kelompok obat-obatan yang paling banyak ditebus resepnya di apotek Roxy Klender. Dikarenakan penyakit kardiovaskular kompleks dan ada kemungkinan pasien bisa memiliki penyakit degeneratif lainnya, maka dokter meresepkan obat yang cukup banyak untuk satu pasien. Dari kasus tersebut, ada kemungkinan untuk terjadinya masalah terkait obat (Drug Related Problem) yaitu interaksi obat. tujuan penelitian ini adalah menganalisa adanya interaksi beberapa jenis obat kardiovaskular dengan obat lainnya dalam beberapa resep pasien Apotek Roxy Klender bulan Agustus-September 2020.
Pengambilan data dilakukan di saat pelaksanaan PKPA. Penulis menyortir resep yang terdapat obat kardiovaskular menggunakann sistem informasi Apotek Roxy, lalu resep dipilih untuk dianalisis dan kemudian dicetak.
Dari analisa dua resep pasien kardiovaskular, ditemukan interaksi obat kardiovaskular pada kedua resep. Pada resep 1, terdapat interaksi obat antara spironolakton dengan kalium klorida yang menyebabkan risiko hyperkalemia. Tetapi karena dokter meresepkan dua jenis diuretic yaitu spironolakton dan furosemide maka dokter juga meresepkan KSR untuk menyeimbangkan kadar kalium. Pada resep 2, terdapat interaksi antara asetosal dengan clopidogrel dan asetosal dengan furosemide. Dikarenakan obat-obatan tersebut mempunyai interaksi satu sama lain, maka dokter memberikan jeda waktu minum obat untuk menghindari adanya interaksi.

Cardiovascular disease is a disease that plays a major role as the number one cause of death in the world. Based on data from the Ministry of Health's Basic Health Research (Riskesdas) in 2018, the incidence of heart and blood vessel disease is increasing. The prevalence of heart disease in the DKI Jakarta province is above the national average at 1.5% and ranks 5th in Indonesia. Among many drug groups, cardiovascular drugs are one of the most over-prescribed drug groups in Roxy Klender pharmacy. Because cardiovascular disease is complex and there is a possibility that the patient may have other degenerative diseases, doctors prescribe quite a lot of drugs for one patient. From these cases, it is possible for drug related problems to occur, namely drug interactions. The purpose of this study was to analyze the interaction of several types of cardiovascular drugs with other drugs in several patient prescriptions at the Roxy Klender Pharmacy in August-September 2020.
Data collection was carried out during PKPA. The author sorted the prescriptions that contained cardiovascular drugs using the Roxy Pharmacy information system, then the prescriptions were selected for analysis and then printed.
From the analysis of two prescriptions for cardiovascular patients, cardiovascular drug interactions were found in both prescriptions. In prescription 1, there is a drug interaction between spironolactone and potassium chloride which causes the risk of hyperkalemia. But because doctors prescribe two types of diuretics, namely spironolactone and furosemide, doctors also prescribe KSR to balance potassium levels. In prescription 2, there is an interaction between acetosal with clopidogrel and acetosal with furosemide. Because these drugs have interactions with each other, the doctor gives a lag time for taking the drug to avoid interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Antman, Elliott M.
Philadelphia : Elsevier Saunder, 2013
616.106 ANT c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khrisnugra Ramadhani Rasyi, supervisor
"[ABSTRAK
Latar belakang: Prevalensi Diabetes Melitus Tipe (DM) tipe 2 semakin meningkat setiap tahun. Kontrol glisemik yang buruk, hipertensi, dislipidemia, dan kebiasaan merokok serta menopause dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular. Komplikasi kardiovaskular merupakan komplikasi paling sering ditemukan dengan angka mortalitas yang tinggi. Oleh karena itu, untuk menekan progresivitas komplikasi kardiovaskular diperlukan suatu terapi nutrisi medik yang adekuat sesuai dengan kondisi klinis dan edukasi dalam memodifikasi gaya hidup.
Metode: Pasien pada serial kasus berusia 55-65 tahun. Tiga pasien didiagnosis DM tipe 2 dengan gagal jantung, satu pasien dengan penyakit jantung hipertensi. Semua pasien memiliki skor skrining malnutrition screening tools (MST) ≥ 2. Dua pasien mempunyai status gizi obesitas, satu pasien berat badan dan pasien lainnya dengan berat badan normal. Kebutuhan energi basal (KEB) berdasarkan rumus Harris-Benedict dengan faktor stress 1,3-1,4 tergantung kondisi klinis dan penyakit penyerta. Komposisi makronutrien sesuai dengan rekomendasi American Diabetes Association dan Dietary Approach to Stop Hypertension. Pemberian mikronutrien dan nutrient spesifik diberikan pada satu dua kasus. Pasien dipantau selama 5-17 hari, meliputi keluhan subyektif, hemodinamik, toleransi dan analisis asupan, antropometri, pemeriksaan laboratorium, imbang cairan, dan kapasitas fungsional.
Hasil: Selama pemantauan di RS, keempat pasien menunjukkan perbaikan klinis yaitu tekanan darah turun dan kapasitas fungsional membaik. Satu pasien kadar glukosa darah dipertahankan < 200 mg/dL.
Kesimpulan: Terapi nutrisi medik yang adekuat dapat memperbaiki kondisi klinis pasien DM tipe 2 dengan komplikasi sistem kardiovaskular.

ABSTRACT
Background: The prevalence of type 2 diabetes mellitus (DM) is increasing every year. Poor glycemic control, hypertension, dyslipidemia, smooking and menopause increase the risk for cardiovascular complications. Cardiovascular complications is the most common complications in type 2 DM with a significant high mortality rate. Therefore, a medical nutrition therapy is required to decreased the progresitivity of the cardiovascular complication in DM, based on improvement of clinical conditions and lifestyle modifications.
Method: Patients in this case series were between 55-65 years old. There of those patients were diagnosed heart failure and one with hypertension heart disease. All patients had a screening score ≥ 2 with malnutrition screening tools (MST). Two of patients had nutritional status of obesity, one patients was overweight, and another patients was normoweight. Basal calorie requirement were calculating using Harris-Benedict formula with stress factor 1,3-1,4 adjusment according to clinical conditions and comorbidities. Macronutriens were given recommendations by The American Diabetes Association and Dietary Approach to Stop Hypertension. Two patients received micronutrien and specific nutrients. Monitoring was done for 5-17 days included subjective complaints, hemodynamic, tolerance and intake analysis, anthropometric measurement, laboratory test, fluid balance and functional capacity.
Results : All the patients showed the improvement of clinical conditions, blood control and functional capacity. Blood glucose levels of one patients was maintained to below 200 mg/dL
Conclusion: Medical nutrition therapy can improved clinical conditions of patients type 2 DM with cardiovascular complications., Background:
The prevalence of type 2 diabetes mellitus (DM) is increasing every year. Poor glycemic control, hypertension, dyslipidemia, smooking and menopause increase the risk for cardiovascular complications. Cardiovascular complications is the most common complications in type 2 DM with a significant high mortality rate. Therefore, a medical nutrition therapy is required to decreased the progresitivity of the cardiovascular complication in DM, based on improvement of clinical conditions and lifestyle modifications.
Method:
Patients in this case series were between 55-65 years old. There of those patients were diagnosed heart failure and one with hypertension heart disease. All patients had a screening score ≥ 2 with malnutrition screening tools (MST). Two of patients had nutritional status of obesity, one patients was overweight, and another patients was normoweight. Basal calorie requirement were calculating using Harris-Benedict formula with stress factor 1,3-1,4 adjusment according to clinical conditions and comorbidities. Macronutriens were given recommendations by The American Diabetes Association and Dietary Approach to Stop Hypertension. Two patients received micronutrien and specific nutrients. Monitoring was done for 5-17 days included subjective complaints, hemodynamic, tolerance and intake analysis, anthropometric measurement, laboratory test, fluid balance and functional capacity.
Results :
All the patients showed the improvement of clinical conditions, blood control and functional capacity. Blood glucose levels of one patients was maintained to below 200 mg/dL
Conclusion:
Medical nutrition therapy can improved clinical conditions of patients type 2 DM with cardiovascular complications.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Fathoni
"Latar Belakang: Variabilitas Tekanan Darah (VTD) didefinisikan sebagai rerata variasi tekanan darah sepanjang hari dikur dengan Pemeriksaan Tekanan Darah Ambulatori (PTDA). VTD yang berlebihan berpotensi memicu kejadian kardiovaskular terutama pada pasien kardiovaskular dengan resiko tinggi. VTD jangka pendek digunakan sebagai stratifikasi resiko namun masih terdapat ketidak jelasan VTD manakah yang lebih bermakna untuk melihat luaran kariovaskular terutama pada pasien hipertensi dengan penyakit kardiovaskular
Tujuan: Mengetahui hubungan VTD dengan luaran kardiovaskular pada populasi hipertensi dengan penyakit kardiovaskular yang melakukan pemeriksaan PTDA di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Metode: Sebuah penelitian kohort retrospektif dengan subjek penelitian hipertensi dengan penyakit kardiovaskular yang melakukan PTDA
Hasil: Dari total 197 subjek yang memenuhi kriteria inklusi terdapat hipertensi sustained sebesar 139 (70,6%). VTD berupa riser sebesar (30.5%), non-dipper (43.1%), dipper (23.9%) dan extreme dipper (2%). Sedangkan untuk lonjakan tekanan darah pagi hari didapatkan sebanyak (50.8%). Selama pemantauan terjadi luaran kardiovaskular sebesar 16,2%. Analisis multivariat menggunakan cox regression menunjukan bahwa variabilitas tekanan darah tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap luaran kardiovaskular
Kesimpulan: Variabilitas tekanan darah berupa penurunan tekanan darah malam hari, lonjakan tekanan darah pagi hari dan weighted Standard deviation tidak berhubungan degan luaran kardiovaskular pada pengamatan minimal 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widya Sri Hastuti
"Pendahuluan : PPOK eksaserbasi akut dikaitkan dengan risiko kematian yang tinggi. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa skor CURB-65 berhubungan dengan kematian pada PPOK eksaerbasi akut. Komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian pada PPOK derajat sedang dan berat. Hipotesis kami modifikasi skor CURB-65 skor (CURB-65 ditambah komorbid kardiovaskular) dapat memprediksi risiko kematian pada PPOK eksaserbasi akut.
Metode : Kami melakukan analisis secara prospektif dalam 1 tahun untuk mortalitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi kematian pada pasien PPOK eksaserbasi akut antara Maret dan November 2012. Modifikasi skor CURB-65 dihitung dari penilaian awal saat pasien masuk ke IGD atau poli asma/PPOK di RSUP Persahabatan Jakarta. Skor terdiri dari satu poin untuk variabel confusion, urea> 7 mmol / L, frekuensi napas ≥ 30/min, tekanan darah sistolik <90 mmHg atau tekanan darah diastolik <60 mmHg, usia ≥ 65 tahun dan penyakit kardiovaskular (dinilai dengan EKG dan ekokardiografi). Setelah 12 bulan evaluasi, dilakukan analisis hubungan antara modifikasi skor CURB-65 dan risiko kematian menggunakan uji Chi Square, uji Fisher dan Kolmogorov Smirnov.
Hasil : Terdapat 76 subjek penelitian. Angka kematian selama 30 hari adalah 9,2% dan dalam satu tahun adalah 27,6%. Prevalensi penyakit kardiovaskular adalah 63,2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, frekuensi napas dan modifikasi skor CURB-65 dengan risiko mortalitas dalam 30 hari pasca eksaserbasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, IMT, lama PPOK, derajat PPOK, VEP1%, APE dan frekuensi napas dengan risiko mortalitas dalam 6 bulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, IMT, lama PPOK, derajat PPOK, VEP1%, APE dan frekuensi napas, komorbiditas kardiovaskuler dan modifikasi skor CURB-65 dengan risiko mortalitas dalam 12 bulan. Modifikasi skor CURB-65 ≥ 2 dapat digunakan sebagai titik potong untuk memprediksi mortalitas dalam 12 bulan pasca PPOK eksaserbasi akut.
Kesimpulan : Angka mortalitas dalam satu tahun pada PPOK pasca eksaserbasi cukup tinggi. Modifikasi skor CURB-65 dapat memprediksi mortalitas dalam dalam 1 tahun pada PPOK eksaserbasi. Skor ini mungkin berguna dalam memprediksi prognosis untuk pasien PPOK dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengobatan secara optimal.

Introduction : Acute exacerbation of COPD (AECOPD) is associated with a high risk of mortality. A prospective study found that CURB-65 score was associated with mortality in AECOPD. Comorbidity such as cardiovascular disease is major causes and, in mild-to-moderate COPD, are the leading causes of mortality. We hypothesized a risk-prediction model using modification of CURB-65 score (CURB-65 with cardiovascular disease) can predicted risk of death in AECOPD.
Methods: We investigated prospectively the 1-year mortality rate and potential determinants of mortality for all patients admitted to the hospital with an AECOPD between March and November 2011. The modification of CURB-65 Score were calculated from information obtained at initial hospital presentation. The modification of CURB-65 Score are one point each for Confusion, Urea > 7 mmol/L, Respiratory rate ≥30/min, Sistolic Blood pressure < 90 mmHg or diastolic blood pressure < 60 mmHg, age ≥ 65 years and present of cardiovascular disease (use echocardiography). After 12 months of evaluation, the relation between modification of CURB-65 score and risk of mortality will analyze using Chi Square test, Fisher?s test and Kolmogorov Smirnov.
Result: 76 patients have been collected. The mortality rate during 30 days was 9,2% and one-year mortality was 27,6%. The prevalence of cardiovascular disease was 63,2%. There was significant correlation between smoking status, respiratory rate and modification of CURB-65 score with 30 days risk of mortality. There was significant correlation between smoking status, BMI, duration of COPD, severity of COPD, FEV1%, PFR and respiratory rate with 6 months risk of mortality. There was significant correlation between smoking status, BMI, duration of COPD, severity of COPD, FEV1%, PFR and respiratory rate, cardiovascular comorbidity and modification of CURB-65 score with 12 months risk of mortality. Curb-65 Modifications score ≥ 2 can be used as a cut-off point for predicting mortality in 12 months in acute exacerbations of COPD.
Conclusion : 1-year mortality after AECOPD admission is high. The modification of CURB-65 score was effective in predicting mortality in our cohort of acute COPD exacerbations. This model may be useful in predicting prognosis for individuals and thus in guiding treatment decisions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Erysha Minarni
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti tentang pengembangan strategi promosi kesehatan dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit kardiovaskular di kalangan jemaat Gereja HKBP Pasar Rebo. Faktor risiko yang diteliti adalah tekanan darah, kolesterol, gula darah dan asam urat. Variabel lain yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel perilaku dan karakteristik individu. Penelitian ini menggunakan metode gabungan, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross-sectional. Hasil analisis menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar asam urat tinggi. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik, sikap yang positif, praktik kurang baik, dan keterpaparan informasi cukup. Strategi promosi kesehatan yang direkomendasikan meliputi: 1 pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat di Gereja HKBP Pasar Rebo, 2 peningkatan pemahaman dan kemampuan Pendeta, Sintua dan Pengurus gereja sebagai role model bagi anggota jemaat untuk berperilaku sehat, 3 peningkatan kemampuan anggota jemaat dalam merencanakan dan melakukan kegiatan yang berwawasan kesehatan masyarakat, 4 peningkatan kompetensi kesehatan masyarakat pada anggota jemaat dalam berperilaku sehat, 5 peningkatan kemampuan Pendeta, Sintua dan pengurus gereja dalam menyusun kegiatan promotif preventif dalam pelayanan klinik, dan 6 bergerak menuju pelayanan kesehatan bidang Diakonia yang lebih baik di masa depan.Kata kunci: promosi kesehatan, organisasi keagamaan, adat batak, faktor risiko penyakit kardiovaskular

ABSTRACT
This thesis focuses on developing health promotion strategies to control risk factors of cardiovascular disease among the congregation of HKBP Pasar Rebo Church. The risk factors studied are blood pressure, cholesterol, blood sugar and uric acid level. Other variables studied are behavior and congregation rsquo s characteristics. Quantitative and qualitative methods are used in this study with cross sectional design. Result shows that most of the participants have high blood pressure, high cholesterol, high blood sugar level, and high uric acid level. Many of the participants already have good knowledge, positive attitude, bad practice, and receive enough information. Health promotion strategies that can be applied are 1 developing public health policy at HKBP Pasar Rebo Church, 2 enhancing understanding and ability of Pastors, Sintua and church administrators to be role models for church congregation to have healthy behavior, 3 building capacity of church congregation to plan and conduct community health minded activities, 4 enhancing public health competence of church congregation to have healthy behavior, 5 enhancing the ability of Pastors, Sintua, and church administrators to prepare preventive promotive activites in health services clinic , and 6 moving towards better health service of Diaconian ministry in the future.Keywords health promotion, faith based organization, batak custom, risk factors of cardiovascular disease"
2017
T48691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfridaningrum
"Penduduk Muslim Indonesia adalah 87 dari total populasi, sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbangkan jumlah jemaah haji terbanyak di dunia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah khususnya Puskeshaji, yaitu masalah kesehatan dan kematian jemaah. Angka kematian jemaah haji dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi kesehatan jemaah sebelum berangkat menunaikan ibadah serta insiden dan penyebab kematiannya pada tahun 2015, 2016, dan 2017. Penelitian ini memiliki rancangan observasional deskriptif menggunakan desain Cross Sectional. Proporsi jemaah haji reguler lansia yang wafat menurun dari tahun 2015 0,40 ke 2016 0,22 dan meningkat pada tahun 2017 0,32 dengan didominasi kelompok usia >=65 tahun sebanyak 49,6 - 62,5.
Tren penyebab utama kematian adalah penyakit kardiovaskular 42,4-52,9 dan penyakit saluran pernapasan 28,2-40,1. Terdapat 52,5-74,0 jemaah haji lansia yang wafat dengan status risiko tinggi MERAH, 35,6-83,3 melakukan vaksinasi meningitis meningokokkus, 18,3-53,4 melakukan vaksinasi influenza, dan hanya 0,6-3,1 yang melakukan vaksinasi pneumokokus. Diperlukan upaya dari pemerintah untuk menegaskan penerapan peraturan yang berlaku, sedangkan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kondisi kesehatan prima untuk melaksanakan ibadah. Dengan demikian diharapkan angka kematian jemaah haji dapat ditekan.

Indonesia 39s Muslim population constitutes 87 of the total population, which make it is being one of country that give largest number of pilgrims in the world. It becomes a challenge for the government, especially Puskeshaji, which are health problems and mortality of the pilgrims. The death rate of pilgrims in the last 3 years has increased.
The purpose of this study is to know the health condition of pilgrims before leaving for pilgrimage, incidents, and causes of death in 2015, 2016, and 2017. This research is a descriptive observational using Cross Sectional design. The proportion of regular elderly Hajj pilgrims declined from 2015 0.40 to 2016 0.22 and increased in 2017 0.32 with a predominantly 49,6 62,5 age group 65 years.
The main causes of death are cardiovascular disease 42,4-52,9 and respiratory disease 28,2 40,1. There were 52,5 74,0 of elderly pilgrims who died with high risk status of RED, 35,6-83,3 get meningococcal meningitis vaccination, 18,3-53,4 get influenza vaccination, and only 0,6-3,1 who get pneumococcal vaccination. It takes effort from the government to affirm the applicability of the prevailing regulations, while the public needs to raise awareness of the importance of excellent health conditions to perform pilgrimage. Thus it is expected that the mortality rate can be suppressed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>