Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Zaky
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan obat dalam pengobatan sendiri, menguji hubungan antara pengetahuan, sikap dan ketersediaaan anggaran kesehatan dengan efektifitas penggunaan obat dalam pengobatan sendiri, mendapatkan informasi tentang efisiensi penggunaan obat dalam pengobatan sendiri, dan mendapatkan informasi tentang materi dan metode yang dibutuhkan untuk penyuluhan pengobatan sendiri pada masyarakat di Kelurahan Cibodasari Kotamadya Tangerang. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian cross sectional dengan mengambil responden sebanyak 96 orang dari seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan obat dalam upaya pengobatan sendiri selama kurun waktu sebulan terakhir penelitian. Pengambilan sample dilakukan dengan metode sampling random bertingkat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan pengumpul data adalah peneliti sendiri. Persentase responden terbesar yang melakukan pengobatan sendiri mengeluh sakit kepala dan influenza, mengobati sendiri dengan tablet, dengan dosis 3 kali sehari selama 1-2 hari dengan basil 95,8 % sembuh (hilang keluhan). Obat yang digunakan persentase terbesar berharga Rp 100 - Rp 600 berasal dari warung, yang jaraknya 0 - 250 meter dari rumah, tanpa mengeluarkan biaya transportasi. Alasan pengobatan sendiri persentase terbesar karena penyakit ringan atau tabu obatnya, bila tidak sembub akan pergi ke dokter atau Puskesmas. Secara statistik ada hubungan bermakna antara pengetahuan tentang obat dengan efektifitas penggunaan obat. Tidak ada hubiingan bermakna antara sikap responden terhadap obat dan pengobatan sendiri dengan efektifitas penggunaan obat dan tidak ada hubungan bermakna antara ketersediaan anggaran kesehatan dengan efektifitas penggunaan obat. Penggunaan obat yang efektif mencapai 55,2 % sedangkan yang efisien mencapai 83,7 % dimana biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan sendiri lebih murah dari pada biaya ke Puskesmas. Penyuluhan pengobatan sendiri yang dibutuhkan masyarakat adalah gejala penyakit dan efek samping obat dan penyuluhan diberikan oleh dokter puskesmas atau kader, melalui konsultasi langsung atau televisi.

This research aims to describe the use of drug in self medication, to test the relationship between knowledge, attitude and health fund with the efectiveness of its usage in self medication, to get information about the efficiency of its usage in self medication and to get information about material and method needed in health education of Cibodasari community. This research is a cross sectional method with 96 respondents consist of housewives who use the drug in self medication during the past one month of the research. The sampling was conducted in multi stage random sampling method. Data gathering has been done by using questioner with opened and closed question by the researcher. Most respondent use drug in self medication if the get of headache and influenza. They use the tablet to treat themselves which dosage three times in a day among 1 to 2 days later. 95,8 percent of respondent are cured. Cost of drug between Rp 150 - Rp 600. The Respondent can get the drug at any small shops which are nearer from their house without spending much money for transportation. The reason of doing self medication is their assumption that their illness is light and they know about the drug it self. If they are not cured, they will go to the docter or the health center. Statistically there was a significantly relationship between the drug knowledge and the effectiveness of the use of drug. There was no significantly relationship between the respondent attitude and the effectiveness of the use of drug. There was no significantly relationship between the health fund and the effectiveness of the use of drug. The efectiveness of drug raise to 55,2 % and the efficiency up to 83,7% which cost are cheaper in self medication than cost of the health center. The informations about drug in self medication needed by the community of Cibodasari are sickness symptoms and drugs side effects, and the information should be given by physician at health center, cadre or directly counseling via television.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1998
S70491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Leonita Putri
"Tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih perduli terhadap permasalahan kesehatan baik yang dialami oleh dirinya sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, pasien sering kali melakukan swamedikasi untuk keluhan yang dirasakannya. Untuk menghindari penyalah gunaan obat, maka diperlukan peran apoteker dalam mengoptimalkan praktik swamedikasi dengan cara memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Salah satu penyakit yang biasa dilakukan swamedikasi oleh masyarkat adalah diare. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai praktek swamedikasi pada pasien diare di Apotek Kimia Farma Citra Raya oleh apoteker dengan cara mengetahui profil swawmedikasi, menjabarkan penatalaksanaan terkait kasus swamedikasi yang terjadi di apotek, menetapakan penyelesaian masalah terkait pelayanan obat pada pasien diare yang menginginkan antibiotik, dan menjabarkan penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek. Pengambilan data untuk evaluasi kasus swamedikasi pada laporan ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu berdasarkan kasus yang telah terjadi di apotek. Berdasarkan hasil pengamatan, praktik swamedikasi pada pasien diare yang dilakukan oleh apoteker sudah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku, penyelesaian masalah bagi pasien diare yang menginginkan antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang jenis ataupun gejala diare yang membutuhkan antibiotik, penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek berdasarkan resep yang menjadi data pada laporan ini dan berdasarkan keterangan pasien maka disarankan pasien melakukan pengecekan feses di fasilitas kesehatan untuk memastikan ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien.

The high level of knowledge and technology makes people more concerned about health problems experienced by themselves, their families and relatives. Therefore, patients often self-medicate for the complaints they feel. To avoid drug abuse, the role of pharmacists is needed in optimizing self-medication practices by providing appropriate recommendations according to the patient's clinical condition. One of the diseases that people commonly undergo self-medication for is diarrhea. In this report, we will discuss the practice of self-medication in diarrhea patients at Kimia Farma Citra Raya Pharmacy by pharmacists by knowing the self-medication profile, describing management related to self-medication cases that occur in pharmacies, determining solutions to problems related to drug services for diarrhea patients who want antibiotics, and describes solving problems related to prescription services for diarrhea patients in pharmacies. Data collection for evaluating self-medication cases in this report was carried out using a retrospective method, namely based on cases that had occurred in pharmacies. Based on the results of observations, self-medication practices for diarrhea patients carried out by pharmacists are in accordance with applicable management, solving problems for diarrhea patients who want antibiotics is by providing explanations to patients about the type or symptoms of diarrhea that require antibiotics, solving problems related to prescription services for patients diarrhea at the pharmacy based on the prescription that is the data in this report and based on the patient's information, it is recommended that the patient carry out a stool check at a health facility to ensure whether there is a bacterial infection in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Leonita Putri
"Tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih perduli terhadap permasalahan kesehatan baik yang dialami oleh dirinya sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, pasien sering kali melakukan swamedikasi untuk keluhan yang dirasakannya. Untuk menghindari penyalah gunaan obat, maka diperlukan peran apoteker dalam mengoptimalkan praktik swamedikasi dengan cara memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Salah satu penyakit yang biasa dilakukan swamedikasi oleh masyarkat adalah diare. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai praktek swamedikasi pada pasien diare di Apotek Kimia Farma Citra Raya oleh apoteker dengan cara mengetahui profil swawmedikasi, menjabarkan penatalaksanaan terkait kasus swamedikasi yang terjadi di apotek, menetapakan penyelesaian masalah terkait pelayanan obat pada pasien diare yang menginginkan antibiotik, dan menjabarkan penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek. Pengambilan data untuk evaluasi kasus swamedikasi pada laporan ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu berdasarkan kasus yang telah terjadi di apotek. Berdasarkan hasil pengamatan, praktik swamedikasi pada pasien diare yang dilakukan oleh apoteker sudah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku, penyelesaian masalah bagi pasien diare yang menginginkan antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang jenis ataupun gejala diare yang membutuhkan antibiotik, penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek berdasarkan resep yang menjadi data pada laporan ini dan berdasarkan keterangan pasien maka disarankan pasien melakukan pengecekan feses di fasilitas kesehatan untuk memastikan ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien.

The high level of knowledge and technology makes people more concerned about health problems experienced by themselves, their families and relatives. Therefore, patients often self-medicate for the complaints they feel. To avoid drug abuse, the role of pharmacists is needed in optimizing self-medication practices by providing appropriate recommendations according to the patient's clinical condition. One of the diseases that people commonly undergo self-medication for is diarrhea. In this report, we will discuss the practice of self-medication in diarrhea patients at Kimia Farma Citra Raya Pharmacy by pharmacists by knowing the self-medication profile, describing management related to self-medication cases that occur in pharmacies, determining solutions to problems related to drug services for diarrhea patients who want antibiotics, and describes solving problems related to prescription services for diarrhea patients in pharmacies. Data collection for evaluating self-medication cases in this report was carried out using a retrospective method, namely based on cases that had occurred in pharmacies. Based on the results of observations, self-medication practices for diarrhea patients carried out by pharmacists are in accordance with applicable management, solving problems for diarrhea patients who want antibiotics is by providing explanations to patients about the type or symptoms of diarrhea that require antibiotics, solving problems related to prescription services for patients diarrhea at the pharmacy based on the prescription that is the data in this report and based on the patient's information, it is recommended that the patient carry out a stool check at a health facility to ensure whether there is a bacterial infection in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa Permatahati
"Apoteker di apotek memiliki peran salah satunya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien, berupa pemberian informasi obat dalam kegiatan upaya pelayanan diri sendiri (UPDS). Apoteker menggunakan kompetensi yang dimiliki agar dapat memberikan pilihan obat yang tepat untuk pasien dalam waktu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016. Laporan ini bertujuan untuk menganalisis waktu pelayanan UPDS di Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah pada periode Maret 2023 serta penggunaan metode who, what, how, action, medicine (WWHAM) untuk menggali informasi dari pasien UPDS. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung dan menghitung waktu pelayanan UPDS menggunakan stopwatch. Hasil pengamatan yang didapatkan selama 10 hari kerja pada waktu shift penulis sebanyak 110 kasus UPDS dengan rerata waktu pelayanan 2 menit 26 detik serta penggunaan metode WWHAM sebesar 23,64%. Kesimpulan yang diperoleh adalah waktu pelayanan UPDS selama 10 hari kerja pada shift penulis di Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah telah sesuai dan memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia serta SOP yang berlaku dengan rerata 2 menit 26 detik. Penerapan metode WWHAM dengan persentase 23,64% kasus UPDS yang dilakukan penggalian informasi pada pasien.

Pharmacists have a role, one of which is to improve knowledge, skills and behavior in order to carry out direct interactions with patients, in the form of providing drug information in self-service efforts (UPDS). Pharmacists use their competencies to provide the right drug choices for patients within the time specified by the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Year 2016. This report aims to analyze the UPDS service time at Kimia Farma Taman Harapan Indah Pharmacy in the March 2023 period and the use of the who, what, how, action, medicine (WWHAM) method to extract information from UPDS patients. The method used is direct observation and calculating UPDS service time using a stopwatch. The results of observations obtained during 10 working days during the author's shift were 110 UPDS cases with an average service time of 2 minutes 26 seconds and the use of the WWHAM method of 23.64%. The conclusion obtained is that the UPDS service time for 10 working days on the author's shift at the Kimia Farma Taman Harapan Indah Pharmacy is in accordance with and fulfills the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia and the applicable SOP with an average of 2 minutes 26 seconds. Application of the WWHAM method with a percentage of 23.64% of UPDS cases carried out extracting information from patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Penyakit diare masih termasuk masalah kesehatan masyarakat yang utama terutama di negara berkembang. Dari tahun ke tahun ditemukan sejumlah kasus baru dan masih sering timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa. Sebagian besar anak mengalami dehidrasi parah (kehilangan cairan dan elektrolit) ataupun malnutrisi serta komplikasi penyakit lainnya sebagai akibat dari keterlambatan pengobatan karena tatalaksana diare yang tidak tepat di rumah sehingga menjadi penyebab utama kematian akibat diare. Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan berperan penting dalam pelaksanaan upaya promotif dan preventif serta mendukung kemandirian hidup sehat melalui kerjasama lintas program. Dalam hal ini, promosi kesehatan di Puskesmas Jatinegara dalam bentuk media edukasi sangat diperlukan untuk mengenali diare dan gejala dehidrasi dini, upaya pencegahan melalui kebiasaan hidup sehat serta sanitasi yang baik, dan tatalaksana terapi diare yang tepat di rumah (lintas diare dan pengobatan swamedikasi). Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Jatinegara telah disampaikan dengan media leaflet mengenai edukasi pasien terkait diare mulai dari definisi hingga terapi antidiare yang bisa digunakan untuk swamedikasi.

Diarrheal disease is still a major public health problem, especially in developing countries. From year to year, a number of new cases are found and they still often arise in the form of Extraordinary Events. Most children experience severe dehydration (loss of fluids and electrolytes) or malnutrition and other complications as a result of delays in treatment due to improper management of diarrhea at home, which is the main cause of death from diarrhea. Puskesmas as the front line of health services play an important role in implementing promotive and preventive efforts as well as supporting independent healthy living through cross-program collaboration. In this case, health promotion at the Jatinegara Health Center in the form of educational media is needed to recognize diarrhea and symptoms of early dehydration, prevention efforts through healthy living habits and good sanitation, and proper management of diarrhea therapy at home (cross diarrhea and self-medication). Health promotion activities at Puskesmas Jatinegara have been delivered through leaflets on patient education related to diarrhea, from its definition to anti-diarrhea therapy that can be done by self-medication."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fitriani
"Upaya pengobatan sendiri merupakan perilaku individu dalam mengenali
jenis penyakit yang diderita dan memilih sendiri jenis pengobatan. Kriteria
yang menentukan pemilihan sumber pengobatan adalah persepsi sakit/
pengetahuan akan penyakit, keyakinan akan sumber pengobatan, dan
efisiensi waktu yang dipengaruhi oleh keterjangkauan biaya dan jarak.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan upaya pengobatan sendiri pada
balita di Aceh dalam era cakupan semesta jaminan kesehatan dan menge-
tahui faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan analisis
data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2011 dengan pendekatan
potong lintang sebanyak 43.866 responden atau 455.750 rumah tangga di
23 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Terdapat 5.147 responden balita yang
mewakili populasi balita Aceh, sebanyak 2.052 balita (39,87%) dilaporkan
menderita sakit selama sebulan sebelum survei, 62,52% ternyata dirawat
dengan upaya pengobatan sendiri. Meskipun telah berlaku cakupan
semesta jaminan kesehatan di Aceh, masih banyak balita yang diobati
sendiri oleh keluarganya. Hasil analisis uji kai kuadrat dan regresi logistik
menunjukkan bahwa faktor domisili, usia balita, dan diare memengaruhi
upaya pengobatan sendiri pada balita.
Self medication is the choice of medications by individuals to cure self-
recognized symptoms or indications. Self medication are determined by the
perception/knowledge of the illness, beliefs, and efficiency as it is affected
by affordability and distance to health care facility. This study aimed to
describe the use of self-medication among toddler in Aceh during the era of
universal health coverage, and to determine the factors that control its. This
was a secondary data analysis of the results of KOR-MODUL Susenas 2011
with a cross-sectional approach as many as 43,866 respondents or 455,750
households in 23 districts/cities in Aceh province. There are 514 respon-
dents representing toddler population of Aceh, and 2,052 toddler or 39.87%
are sick during the last month prior to the survey and 62.52% were self-
medication. Nevertheless, some families still practice self-medication in the
era of universal health coverage; in short, chi-square and logistic regression
imply that living area, age of toddler, and diarrhea are determining the use
of self-medication."
Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Andini
"Terjadinya pandemi COVID-19 membawa pengaruh terhadap sektor ekonomi. Tingkat kemiskinan di Kota Depok meningkat menjadi 2,58% di tahun 2021. Tingkat penularan yang cepat dan kasus yang meningkat mendorong pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial sehingga berpotensi menurunkan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Self-Medication menjadi salah satu alternatif piliahan yang dilakukan. Tren perilaku mengobati sendiri meningkat di Jawa Barat dari 73,32% di tahun 2019 menjadi 88,28% di tahun 2021. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication selama pandemi COVID-19 di Kota Depok dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional untuk mengetahui pola dan faktor yang berkontribusi. Pertama adanya kenaikan dilihat dengan membandingkan kondisi sebelum dan selama pandemi COVID-19. Selanjutnya faktor yang berhubungan dianalisis menggunakan uji hubungan dan dilanjutkan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication di Kota Depok meningkat selama pandemi COVID-19. Status pendidikan dan tingkat ekonomi berhubungan signifikan dan menunjukan arah hubungan yang positif dengan pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication selama pandemi COVID-19. Analisis multivariat menunjukkan variabel tingkat ekonomi berpengaruh secara signifikan dimana semakin tinggi tingkat ekonomi maka pengeluaran kesehatan rumah tangga untuk self-medication selama pandemi COVID-19 semakin tinggi. Upaya pengawasan praktik self-medication khususnya penggunaan obat tanpa resep dari tenaga kesehatan menjadi hal utama untuk melindungi rumah tangga baik dari bahaya yang dapat ditimbulkan dan dari tambahan beban pengeluaran rumah tangga terutama kondisi pasca pandemi COVID-19.

The occurrence of the COVID-19 pandemic has had an impact on the economic sector. The poverty rate in Depok City increased to 2.58% in 2021. The fast transmission rate and increasing cases have prompted the government to implement a social restriction policy that has the potential to reduce visits to health facilities. Self-medication is one of the alternative choices. The trend of self-medication behavior is increasing in West Java, from 73.32% in 2019 to 88.28% in 2021. This research was conducted to analyze household health expenditure for self-medication during the COVID-19 pandemic in Depok City using data from the National Socioeconomic Survey to find patterns and contributing factors. First, there is an increase seen by comparing conditions before and during the COVID-19 pandemic. Then the related factors were analyzed using the relationship test, followed by Ordinary Least squares (OLS) regression. The results of the study show that household health expenditures for self-medication in Depok City increased during the COVID-19 pandemic. Educational status and economic level are significantly related and show a positive relationship with household health expenditure for self-medication during the COVID-19 pandemic. Multivariate analysis shows that the economic level variable has a significant effect, where the higher the economic level, the higher the household health expenditure for self-medication during the COVID-19 pandemic. Efforts to monitor self-medication practices, especially the use of drugs without a prescription from health workers, are the main thing to do to protect households both from the dangers that can be caused and from the additional burden on household expenses, especially in post-pandemic conditions like COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library