Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
TA3292
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Indah Wibiyanti
"Pencahayaan merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk menciptakan kondisi kerja terbaik. Menurut Suma?mur (1981), pencahayaan yang baik merupakan salah satu upaya preventif untuk mengurangi kejadian kelelahanmata yang pada akhirnya akan menyebabkan kecelakaan kerja. Beberapa engalaman menunjukkan bahwa pencahayaan yang tidak baik (kurang memadai) disertai dengan tingkat kecelakaan yang tinggi. Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang sangat membutuhkan ketelitian tinggi, karena pekerjaan tersebut sangat mengandalkan ketajaman penglihatan yang terfokus pada mata penjahit. Oleh karena itu keberadaan tingkat pencahayaan yang memadai di tempat kerja menjadi syarat utama untuk menunjang kegiatan menjahit tersebut.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dan bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi pencahayaan pada industri kecil pakaian jadi dan pembuatan tas khususnya pada APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags (industri kecil pembuatan tas) di Kompleks Perkampungan Industri Kecil (PIK) tanpa melakukan uji statistik. Unit yang diteliti adalah lingkungan kerja yang berkaitan dengan tingkat pencahayaan serta proses kerja yang membutuhkan ketelitian tinggi dan pencahayaan yang cukup di APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags di Kompleks Perkampungan Industri Kecil (PIK).
Data-data dikumpulkan dengan cara melakukan observasi lingkungan kerja, pengukuran intensitas pencahayaan (iluminasi) dan wawancara kepada pemilik dan pekerja di industri kecil tersebut.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kondisi pencahayaan yang terdapat di APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags tidak layak (sangat gelap), karena tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Masing-masing hasil pengukuran yang diperoleh adalah sebesar 14,48%, 9,442%, 9,74%, 7,84%, 13,98% dan 8,29% dari standar untuk area kerja APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga serta sebesar 20,01%, 16,48%, 10,49%, 16,97%, 10,1% dan 22,81% dari standar untuk area kerja Boria Hand Bags. Di balik rendahnya tingkat pencahayaan pada kedua area pengukuran tersebut terdapat faktor-faktor yang memberikan kontribusi, di antaranya intensitas pencahayaan (iluminasi), sumber pencahayaan, warna dinding, langitlangit, bidang kerja dan lantai serta ketinggian langit-langit dan lampu."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nyala Dwis Merthania
"ABSTRAK
Penggilingan clinker pada industri semen tidak selalu bekerja optimum
karena mesin penggilingan akhir yang dilengkapi ball mill selalu di ?on-off? untuk
menghindari suhu tinggi pada mesin penggiling. Akibat utamanya adalah
pemborosan bahan bakar listrik dan waktu produksi.
Mengingat bahwa pelaksanaan tidak dapat dilakukan di lapangan, maka
penelitian dilakukan secara skala laboraturium. Dengan ditambahkannya fly ash
sebagai aditif pada penggilingan clinker (1-10% per kilogram clinker), maka proses
penggilingan semen diharapkan akan semakin lancar karena sifat aditif tersebut
akan memecah ikatan elektrostatif antara ball mill dengan semen sehingga semen
yang keluar dari proses penggilingan akhir menjadi lebih lancar yang berarti
pemborosan listrik dan waktu produksi dapat diatasi.
Penambahan fly ash I-5% pada penggilingan akhir semen berdasarkan pada
keoptimuman fly ash bekerja tampa merubah sifat semen Portland tipe 1(blaine
2800-330Ocm2/g, distribusi partikel dengan mesh<325 sekitar 70-75%, komposisi
kimia terpenuhi). Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan penambahan I-5% fly
ash /kg clinker, komposisi kimia yang disyaratkan untuk semen Portland tipe I tetap
terpenuhi. Kenaikan blaine bertambah, yaitu sekjtar 5-15% dari standart yang dibuat
saat penelitian yaitu 2979 cm2/g dan kenakan distribusi partikel yang dilihat dari
naiknya persentase mesh semen diatas 325 sekitar 2-11% dari standart penelitian
dengan lamanya penggilingan 60 menit untuk tiap sampel.
Sehingga penghematan penggunaan energi listrik pada proses penggilingan
akhir semen dicapai sampai dengan 20%.

"
2001
S49128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tilani Hamid
"ABSTRAK
Penggilingan akhir clinker di industri semen menggunakan tube mill dengan ball mill sebagai media penggiling. Fenomena dry coating merupakan suatu kendala pada proses penggilingan akhir clinker yang akan menyebabkan penggilingan akhir menjadi tidak efektif dan efisien. Asam stearat diduga mampu menanggulangi masalah dry coating serta mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi bila digunakan sebagai aditif (grinding aid) penggilingan akhir. Sebelum digunakan langsung pada kegiatan produksi pabrik, maka dilakukan penelitian skala laboratorium menggunakan laboratory tube mill. Konsentrasi asam stearat yang digunakan bervariasi mulai 0,5 gr sampai dengan 4 gr per kilogram clinker dan lama penggilingan 30 menit dan 60 menit. Penggilingan dengan menggunakan 4 gram asam stearat per kilogram clinker (0,4% berat) selama 30 menit mampu menaikkan blaine semen dari 1867 cm^2/gr atau terjadi kenaikan 27,19% pada konsentrasi asam stearat yang sama. Hasil uji XRF menunjukkan bahwa asam stearat tidak menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia semen yang berarti,komposisi kimia semen masih dalam rentang syarat mutu yang dikehendaki. Hasil uji distribusi partikel menunjukkan pada konsentrasi asam stearat 0,4% berat dan ada lama penggilingan 30 menit, terjadi penurunan distribusi partikel 200 mesh dari 25,94% menjadi 10,3% atau turun 60,29%, distribusi partikel 325 mesh turun dari 49,12% menjadi 35,3% atau turun 28,14% dan semakin meningkatnya persentase partikel halus semen (>325 mesh) dari 50,88% menjadi 64,7% atau naik 27,16%. Pada lama penggilingan 60 menit terjadi penurunan distribusi partikel 200 mesh dari 1,58% menjadi 0,02% atau turun 98,73%, distribusi partikel 325 mesh turun dari 19,74% menjadi 2,82% atau turun 85,71%. Dna semakin meningkatnya persentase partikel halus semen (>325 mesh) dari 8026% menjadi 97,18% atau naik 20,63%. Berarti telah terjadi efektifitas pada penggilingan clinker. Efisiensi terlihat dari turunnya konsumsi listrik mill untuk mencapai blaine 3200 cm^2/gr dari 0,407 kWh menjadi 0,284 kWh atau turun 30,30%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Nuraini Noviana
"ABSTRAK
Material karbon aktif berbahan dasar batubara berukuran nanometer dan submikrometer dikembangkan untuk menghasilkan material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas perlakuan mekanokimia dan karakteristik material yang dihasilkan. Perlakuan mekanokimia dilakukan dalam kondisi kering dimana rasio sampel : KOH sebesar 1:1 dan dilakukan selama 1 jam. Kemudian karbon yang telah dilakukan mekanokimia, dibentuk
pelet dengan penambahan pengikat yang mengandung fruktosa, glukosa, dan oligo. Beberapa pengujian seperti PSA, BET, SEM, dan XRD dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari material karbon aktif termasuk pengujian kapasitas penyerapan gas hidrogen. Reduksi ukuran partikel karbon aktif mencapai 98,9 % setelah dilakukan penggilingan bola planetari. Penyerapan gas hidrogen karbon
aktif pelet dari batubara bituminus empat kali lebih tinggi dari karbon aktif granular pada temperatur -5 oC dan 25 oC.

ABSTRACT
Coal-based activated carbon materials with nanometer and submicrometer-sized were developed to produce a hydrogen storage material. This research aimed to study the effectiveness of mechanochemical treatment and the characteristics of materials which have been produced. Mechanochemical treatment was done in dry condition where the ratio of sample : KOH was 1:1 and performed for 1 hour. Then carbons which have been done with mechanochemical treatment, will be formed into pellets with the addition of binder which contains fructose, glucose, and oligo. Some tests such as PSA, BET, SEM, and XRD performed to determine the characteristics of activated carbon materials including hydrogen adsorption capacity testing. Particle size reduction of activated carbon reached 98.9 % after planetary ball milling. The adsorption of hydrogen gas of pelletized activated carbon from bituminous coal was four times higher than granular activated carbon at temperature of -5 oC and 25 oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chodijah
"ABSTRAK
Material karbon aktif berukuran mikro (mikro-karbon aktif) dikembangkan untuk
memperoleh material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari efektivitas penggunaan penggilingan bola planetari dengan
parameter, ratio sampel terhadap bola 1:5 selama 30 jam, kecepatan 200
putaran/menit dalam kondisi penggilingan non-inert. Karbon aktifasi hasil
pemilingan kemudian dibentuk pelet dengan penambahan gula cair sebagai
pengikat dan KOH sebagai larutan aktifasi. Material karbon aktif berukuran 36,41
mikron meningkat setelah penggilingan bola sebanyak 13,6 % untuk batok kelapa
dan 0,74 % untuk batubara. Pelet karbon aktif (batok kelapa) memiliki nilai
penyerapan yang lebih tinggi jika dibandingkan serbuk karbon aktif. Kapasitas
penyerapan pelet karbon aktif meningkat hingga ± 75,87% pada temperatur
rendah -5oC dan ± 78 % pada temperatur ruang 25oC.

ABSTRACT
Micro-activated carbons have been developed for hydrogen storage materials. The
research was conducted to observe the effect of planetary ball milling with the
ratio sample to ball 1:5 for 30 hours, 200 rev / min in non-inert conditions. Ball
milled activated carbon material were then formed as pellet with addition of liquid
sugar as binder and KOH as activated reagents. The pellet was reactivated at 550o
C for 1 hour. Fraction of activated carbon material with the size of less than 36.41
microns increased after ball milled as mucs as 13.6% for coconut shell and 0.74
for coal. Pellet activated carbon has higher adsorption capacity than powdered
activated carbon. Adsorption capacity of pellet activated carbon up to ± 75.87% in
low temperature -5oC and 78% in room temperatur 25oC."
2011
T30032
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rocardo Fiipadhlillah Chang
"Ilmenit merupakan salah satu sumber utama dari titanium dan pigmen TiO2. Salah satu teknik pengolahan ilmenit adalah dengan proses reduksi dan kemudian dilakukan proses pemisahan seperti pelindian. Sudah banyak usaha yang dilakukan dalam meningkakan efisiensi dan efektivitas proses pengolahan ilmenit, salah satunya secara mekano-kimia. Pra-perlakuan penggilingan dapat memberikan aktivasi mekanik terhadap ilmenit. Aktivasi mekanik dapat meningkatkan specific surface area, merubah struktur kristalin mineral menjadi lebih halus, serta mempercepat laju reaksi dan transformasi fasa. Aplikasi proses penggilingan juga dapat mempengaruhi kinetika reduksi karbotermik ilmenit, menurunkan suhu onset reaksi karbotermik, menurunkan dan memisahkan puncak endotermik reaksi karbotermik sehingga reaksi deoksidasi terjadi lebih selektif dan cepat, serta meningkatkan tingkat disolubilitas Fe dari ilmenit. Tingkat aktivasi mekanik penggilingan dipengaruhi oleh proses penggilingan sendiri, durasi penggilingan, intensitas penggilingan, kondisi penggilingan, serta jenis penggilingan.

Ilmenite is one of the main sources of titanium and TiO2 pigment. One way to process ilmenite is by conventional reduction process then followed by separation step such as leaching. There has been many effort done to increase efficiency and effectivity of ilmenite processing, one of it is via mechanochemical way. Milling pre-treatment can result in mechanical activation of ilmenite whereas this mechanical activation will lead to increasing of specific surface area, refinery of crystallin structure, and hasten reaction rate and phase transformation. Application of milling pre-treatment also can affect carbothermic reduction kinetic, lower onset temperature for carbothermic reaction, lower and divide endothermic peak so that deoxidation reaction may occur faster and more selective, and increasing Fe dissolubility rate from ilmenite. Level of mechanical activation due to milling is determined by many factors such mechanical activation process, milling duration, pressure/weight intensity of milling, environment condition during milling pre-treatment, lastly type of milling processes. All this factor will be the focus of the study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Diniati
"ABSTRAK
Karbon aktif dari batubara bituminus dengan ukuran submikrometer dan nanometer dikembangkan untuk material penyimpan hidrogen. Pada penelitian ini dilakukan peningkatan keefektifan proses mekanokimia pada sampel karbon aktif batubara dengan menggunakan penggilingan mekanik planetary ball mill dengan rasio karbon dan KOH sebesar 1:1 dan aktivasi termal tidak perlu dilakukan.
Karbon aktif hasil proses mekanokimia dibuat dalam bentuk pelet dengan penambahan pengikat yang mengandung fruktosa, sukrosa dan oligo dengan cara kompaksi. Hasil proses penggilingan mekanik didapatkan karbon aktif batubara dengan ukuran 414,7 nm dimana mengalami peningkatan sebesar 98,9%. Peningkatan keefektifan dari material penyimpan hidrogen dapat dilihat dari meningkatnya kapasitas adsorpsi hidrogen dimana pada suhu -5 oC terjadi peningkatan sebesar ±386,5 kali dan pada suhu 25 oC terjadi peningkatan sebesar ±398,6 kali dibandingkan dengan sampel sebelum dilakukan perlakuan mekanokimia.

ABSTRACT
Activated carbon from bituminous coal with submicrometer and nanometer size was developed for hydrogen storage materials. The purpose of this research is to increase the effectiveness of mechanochemical process on coal-based activated carbon sample used a planetary ball mill with ratio of carbon and KOH 1:1 and thermal activation process is not necessary. Activated carbon results from
mechanochemical process will be made in the form of pellets with the addition of binder which is containing fructose, sucrose and oligo of by compacting. After mechanical milling process coal activated carbon obtained by the size of 414.7 nm which increased by 98.9%. Increasing the effectiveness of the hydrogen storage material can be seen from the increased capacity of adsorption of hydrogen at antemperature of-5 oC where there was an increase of ± 386.48 times and at a
temperature of -25 oC there was an increase of ± 398.56 times compared with the nuntreated sample.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Saputro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan selulosa dari limbah sekam padi menjadi kertas transparan sebagai pengganti substrat berbasis kaca pada aplikasi elektronik khususnya sel surya. Preparasi selulosa dari sekam padi dilakukan dengan metode perlakuan kimia awal menggunakan alkalinisasi dilanjutkan dengan pemutihan. Selulosa yang telah terisolasi dilanjutkan dengan perlakuan hidrolisis asam sulfat dan perlakuan mekanik penggilingan menggunakan blender konvensional. Mikro/nano selulosa terfibrilisasi difabrikasi menjadi kertas dengan teknik filtrasi vakum dilanjutkan pengeringan pada temperatur 90-100 oC selama 20-30 menit. Hasilnya dikarakterisasi dan dikomparasi untuk diketahui komposisi persenyawaan, morfologi permukaan, kristalinitas, perilaku termal dan opasitasnya. Hasil karakterisasi menunjukan perlakuan kimia awal alkalinisasi diikuti pemutihan mampu mengisolasi selulosa dari sekam padi. Hasil perlakuan mekanik penggilingan menunjukan waktu 30 menit merupakan parameter optimal untuk menghasilkan mikro selulosa terfibrilisasi dengan indeks kristalinitas yang tinggi sebesar 70,1 dan temperatur degradasi sebesar 320 oC. Sementara hasil perlakuan hidrolisis asam menunjukan konsentrasi asam sulfat 60 merupakan parameter optimal untuk menghasilkan mikro/nano selulosa terfibrilisasi dengan indeks kristalinitas tertinggi sebesar 73.5 dan temperatur degradasi sebesar 340 oC. Sedangkan hasil pengujian opasitas menunjukan perlakuan mekanik dengan waktu 20 menit menghasilkan transparansi tertinggi yaitu 5-6 dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun, hasil tersebut masih tertinggal jauh dibandingkan dengan kaca silika dan polietilen tereftalat PET dari botol plastik.

ABSTRAK
The aims of this study to utilize cellulose from rice husk waste into transparent paper instead of glass based substrate for electronic applications, especially solar cells. Initial preparations were performed to isolate cellulose from rice husks. Cellulose preparation of rice husk was carried out by an initial chemical treatment method using alkalinization followed by bleaching. The isolated cellulose were treated by hydrolysis of sulfuric acid and mechanical grinding treatment using conventional blender. Micro nano fibrillated cellulose were fabricated into paper by vacuum filtration and drying at temperatures of 90 100 oC for 20 30 minute. All samples were characterized and comparable for known composition compounds, surface morphology, crystallinity, thermal behavior and opacity. The results showed that initials chemical treatments were able to isolate cellulose from rice husks. The results show the grinding mechanical treatment within 30 minutes is the optimal parameters for generating micro fibrillated cellulose with high crystallinity index by 70.1 and amounted degradation temperature resistance around 320 oC. While the result of acid hydrolysis treatment shows 60 sulfuric acid concentration is the optimal parameter to produce micro nano fibrillated cellulose with highest crystallinity index of 73.5 and degradation temperature resistance around 340 oC While the results of opacity testing showed mechanical treatment with a time of 20 minutes resulting in the highest transparency of 5 6 compared with other treatments. However, these results are still far behind compared with silica glass and polyethylene terephthalate PET from plastic bottles."
2017
S67183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Sukmawati Kapota
"Pembuatan obat dalam industri farmasi sangat memerlukan perhatian penting, dalam penerapan CPOB setiap industri farmasi memerlukan sertifikat CPOB yang menandakan proses pembuatan obat dalam industri tersebut telah terkualfiikasi dengan hasil dan mutu yang baik. Beberapa produk di industri farmasi yaitu sediaan tablet yang perlu perhatian penting terkait spesifikasi kritisnya yaitu disolusi dan kadar obat. Nilai disolusi secara langsung mempengaruhi kadar obat dan ketersediaan obat dalam tubuh (Bioavaibility). Beberapa zat aktif memiliki sifat disolusi yang buruk sehingga perlu treatment tambahan untuk meningkatkan disolusi seperti co-grinding. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab variasi nilai disolusi dan alternatif peningkatan nilai disolusi. Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode retrospektif dan secara analisis diolah menggunakan Microsoft Exel dan Minitab melalui uji T dan Cpk. Data menunjukkan penyebab variasi antara lain dari karakteristik raw material, proses pengayakan dan kekerasan yang berbeda, alternatif penanganannya dengan kontrol kekerasan dan waktu hancur, pemilihan raw material dengan ukuran partikel kecil dan pembuatan prosedur slugging/grinding untuk meningkatkan disolusi.

Drug manufacturing in the pharmaceutical industry requires important attention, in implementing CPOB each pharmaceutical industry requires a CPOB certificate indicating that the drug manufacturing process in the industry has been qualified with good results and quality. Some of the products in the pharmaceutical industry i.e. tablet dosage need important attention related to their critical specifications, namely dissolution and drug levels. Dissolution value directly affects drug levels and drug availability in the body (Bioavaibility). Some active substances have poor dissolution properties so additional treatment is needed to increase dissolution such as co-grinding. The purpose of this research is to find out the causes of variations in dissolution values and alternatives to increase dissolution values. The data collection method used in this study is the method retrospective and analyzed using Microsoft Exel and Minitab through the T-test and Cpk test. The data shows the causes of variation including the characteristics of the raw material, the different sieving processes, and hardness, alternative handling by controlling hardness and disintegration time, choosing raw materials with small particle sizes, and making slugging/grinding procedures to increase dissolution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>