Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Totok Purwanto
"Sediaan di tengah proses seharusnya merupakan masalah yang menjadi perhatian para praktisi dan perencana produksi Adanya sediaan di antara dua proses bisa diartikan adanya masalah-masalah pmduksi yang fertutup-tutupi o/eh besamya sediaan.
Pada kasus di Pabrik Stamping PT MKM adanya sediaan di antara lim pengepresan dan fini bodi adafah ha! yang tidak terelakkan. Sediaan ini tercipta karena pemenuhan suplai maferia! untuk /ini bodi yang berasal dari fini pengepresan adalah dafam satuan lot yang besar. Maka untuk mengendalikan sediaan pada kasus ini adalah dengan mengendalikan jumlah lot produksi fini pres.
Besar kuantitas lot mempunyai ketergantungan dengan Iamanya waktu penyiapan. Salah satu cara yang dapat diiakukan untuk memperkecil 'lot adalah dengan memperpendek waktu penyiapanj Cara lainnya adalah dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menentukan jumlah lot minimum untuk waktu penyiapan tertentu.
Dengan memperkecil ukuran lot produksi lini pengepresan, maka tingkat rata-rata sediaan di tengah proses turun. Selafn itu juga terjadi penurunan tingkat sediaan maksimum pada seat datangnya pesanan dan proses pres."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36278
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erinna Putri Damayanti
"Apoteker bertanggung jawab mengendalikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit, memastikan kegiatan perbekalan sesuai standar dan menjamin kualitas, efikasi, serta keamanan. Mereka juga berperan penting di Central Operating Theatre (COT) dalam memastikan penggunaan obat dan pasokan medis yang aman dan efektif selama pembedahan. COT di RSUI telah melayani berbagai prosedur bedah sejak 2019, termasuk Ureteroscopy (URS), yang memerlukan obat dan BMHP khusus. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian, unit farmasi menyediakan paket standar sesuai prosedur bedah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penggunaan obat dan BMHP terhadap paket standar URS selama periode Juni hingga Agustus 2023 memiliki rata – rata persentase kesesuaian yang rendah (65,17%). Dari 29 tindakan URS pada pasien, hanya 3% data penggunaan obat/BMHP oleh pasien yang sesuai dengan paket standar yang telah ditetapkan oleh depo farmasi Central Operating Theater RSUI. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa sekitar 17% dari penggunaan per-item telah sesuai dengan standar paket tindakan URS yang tersedia. Namun, sebagian besar jenis item menunjukkan penggunaan dengan jumlah di luar paket standar (83%) terutama dalam jumlah penggunaan item obat/BMPH yang umumnya lebih rendah dari jumlah yang terdapat pada paket standar tindakan URS (79%).
Pharmacists are responsible for controlling pharmaceutical preparations, medical devices, and other pharmaceutical products in hospitals, ensuring supply activities are in accordance with standards and guaranteeing quality, efficacy, and safety. They also play an important role in the Central Operating Theater (COT) in ensuring the safe and effective use of drugs and medical supplies during surgery. The COT at RSUI has served various surgical procedures since 2019, including Ureteroscopy (URS), which requires specialized drugs and others pharmaceutical products. To improve control efficiency and effectiveness, the pharmacy unit provides standardized packages according to surgical procedures. The evaluation results showed that the use of drugs and pharmaceutical products against the URS standard package during the period June to August 2023 had a low average percentage of conformity (65.17%). Of the 29 URS actions on patients, only 3% of the data on the use of drugs / others pharmaceutical products by patients were in accordance with the standard package set by the Central Operating Theater pharmacy depot RSUI. In addition, the results of the analysis also showed that approximately 17% of the per-item use was in accordance with the standard URS action package available. However, most of the items showed usage with amounts outside the standard package (83%), especially in the number of drug/ others pharmaceutical products items that were generally lower than the amount contained in the standard URS action package (79%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sari Sukmawati Kapota
"Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termaksud pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada pengadaan sediaan farmasi penting untuk mengetahui stok sediaan tersebut sebelum pengadaan dilakukan untuk meminimalkan kerugian-kerugian seperti kelebihan stok maupun kekurangan stok, oleh karenanya setiap distribusi farmasi perlu adanya sistem pengendalian sediaan khususnya pada sediaan farmasi kategori Pareto A yang sering kali terjadi kekosongan karena pergerakan barang cepat (fast moving stock) dengan jumlah anggaran mencapai 70-80% dari total dana sehingga kekosongan barang akan berpengaruh pada penurunan profit sebuah distribusi. Pengendalian sediaan farmasi memiliki beberapa metode salah satunya metode ABC (Always, Better, Control) yang paling sering digunakan dalam distribusi farmasi. Tujuan dari analisis pengendalian sediaan farmasi pareto A dalam penelitian ini yaitu memperoleh data kategorisasi pareto A beserta jumlah item dan total anggaran serta membandingkan kategorisasi tersebut dengan panduan pengadaan periode sebelumnya. Metode pengambilan data menggunakan metode cross sectinal retrospektif dengan beberapa langkah-langkah analisis. Data analisis pada penelitian ini menunjukkan kategori pareto A memiliki total 260 dari 754 item atau sekitar 35% dengan total anggaran mencapai 79%.
Pharmaceutical work is manufacture referred to quality control pharmaceutical inventory, security, procurement, storage and distribution or drug distribution, drug management, drug prescription services, drug information services, drug development, medicinal ingredients, and traditional medicines. In the procurement of pharmaceutical inventory is important to know the inventory before procurement is carried out to minimize losses such as overstock or understock, therefore each distribution in the pharmaceutical industry, it is necessary to have an inventory control system, especially for Pareto A pharmaceutical inventory category, where vacancies often occur due to fast-moving stock with a total budget of up to 70-80% of the total funds so that the vacancy will affect the decrease in distribution profits. Control of pharmaceutical inventory has several methods, one of which is the ABC (Always, Better, Control) method most frequently used in pharmaceutical distribution. The purpose of the Pareto A pharmaceutical inventory control analysis in this study was to obtain Pareto A categorization data along with the number of items and the total budget and to compare this categorization with the procurement guidelines for the previous period. Methods of data collection using the retrospective cross-sectional analysis method with several steps. Data analysis in this study shows that the Pareto A category has a total of 260 out of 754 items or about 35% with a total budget of 79%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library