Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoyok Dwi Prajoko
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi yang paling lemah pada Asisten Redaktur PT. XYZ dan menentukan intervensi yang paling tepat dalam mengatasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dengan Direktur dan seluruh Kepala Derpartemen di PT. XYZ, pendekatan kuantitatif menggunakan alat ukur kompetensi yang telah dimiliki oleh perusahaan itu sendiri, yang dikembangkan berdasarkan pada teori kompetensi Palan (2008).
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kompetensi koordinasi adalah yang paling lemah, sehingga perlu untuk diintervensi. Hal ini sesuai dengan analisa hasil wawancara. Berdasarkan hasil analisa terhadap data penelitian dan wawancara lanjutan dengan Pemimpin Redaksi, maka untuk meningkatkan kompetensi tersebut direkomendasikan intervensi melalui pelatihan berbasis Knowledge Management menggunakan teori Knowledge Engine (Handerson & Baird, 2001) dan Value Creation (Sveiby, 2001)

The purpose of this study was to reveal the weakest competence of Editor?s Assistant at PT XYZ and to determine the best intervention to manage it. This study used qualitative approach through interview with the Directors and Head of Departments in PT XYZ, also quantitative approach by using competency measuring instrument from the company which was developed based on Pallan's Theory of Competence.
The result of this study shows that Coordination Competence is the weakest competence, which needs an intervention. This result is also consistent with the interview result. Based on data analysis and additional interview with Chief Editor, to enhance Coordination Competence, it is recommended to give intervention through Knowledge Management competency-based training by using Knowledge Engine Theory (Handerson & Baird, 2001) and Value Creation (Sveiby, 2001)
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30664
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bonifacius Fredy Joko Susilo
"Penulisan tugas akhir berfolcus pada upaya perwaldlan BPKP untuk dapat melembagakan pengetahuan individu pegawai menjadi pengetahuan organisasi dengan menggumakan inisiatifpengelolaan pengetahuan dengan tujuan untuk dapat menghilangkan ketergantungan organisasi pada individu dan pengetahuan ~ tcrscbut dapat terkumpul dalam knowledge center perwakilan. Inisiatifpengelolaan pengetahuan yang dipergunahm dalam penulisan tugas akhir ini adalah menggmmakau pendckatan Interim Australian Standard Knowledge Management. Data dan informasi dalam tugas akhir ini diperoleh dari studi litemtur, hasil wawancara dengan beberapa pegawai perwakilan BPKP dan kantor pusat dan hasil pengaiaman penuljs bekexja di pewakilan BPKP selama sepuluh tahun.
Berdasarkan hasis analisis disirnpulkan bahwa: 1) tuntutan terwujudnya good governance, meningkatkan pelayanan publik, serta terwujudnya iklim yang menc egah KKN, maka perwakilan perlu mempunyai strategi yang si stcmatik untuk mampu memanfaatlcan dan meningkatkan penguasaan pengetahuan; 2) perwakilan saat ini kcsulitan dalam melembagakan pengetahuan yang ada di organisasi maupun yang ada pada para pegawainya; 3) pegawai yang pensiun dan turnover yang membawa pengetahuannya sejalan dengan keluarnya mereka; 4) ~ elemen pengelolaan pcngetahuan perwakilan masih banyak kclernahan dibanding dengan unsur kekuatannya; 5) stratcgi pcndekatan pengelolaan pengetahuan yang lebih cocok dengan kondisi perwakilan adalah menggunakan pendekatan kodifikasi sebagai pedekatan yang utama dan personalisasi sebagai pendekatan pendukung; 6) perwakilan proses kreasi pengetahuan SECI masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan; 7) perwakilau baru mempunyai beberapa enabler yang mendukung pelaksanaan inisiati pengelolaan pengetahuan.

Zhisjinal report is focused on the #rt ofBPICP Regional Ojice to institutionalieing Individual Knowledge into organizational knowledge with the deployment of .lcnowledge management initiative. The purpose of this qfort is to deminish the organizational dependency on individual and the knowledge can be pooled in the Regional Ojlce's knowledge center. Knowledge management initiative which is used in this report is under Interim Australian Standard Knowledge Management approach. Data and infomation in this report was gathered from literature study, interview with Regional Ojice 's and main ojice employees and the writer 's I0 years of experiences in BPKP Regional Ojjioe.
Based on the analysis, we concluded that: 1) establishing good governance, improving public services and to ensure the climate that prevent corruption, collusion, and nepotism, Regional Ofice needs systematic strategies that can utilizing and improving biowledge; 2) Nowadays, Regional (Mice is having dgfculties in institutionalmng all knowledge in the ojice or in the employees; 3) the retired and turnover employees bring along their knowledge with them; 4) Regional Ojjice is KM elements have more weaknesses than its strengths; 5) KM approach strategies which are suitable with the Regional Office is codyication approach asthe main approach and personalihation as supportive approach; 6) the creation of SE CI knowledge is yet to be developed in Regional Office; 7) Regional Ojfices only have several enabler that can support the initiative ofICM.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Putri Hapsari
"ABSTRACT
Penelitian ini mendiskripsikan proses difusi inovasi dalam penerapan Knowledge
Management dengan melihat elemen-elemennya yaitu penerapan KM sebagai inovasi,
pemanfaatan saluran-saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial, pada organisasi non-profit
yang memberlakukan aktifitas/program KM secara tidak wajib.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif etnografis pada organisasi non-profit di Jakarta
yang merupakan tempat peneliti bekerja saat waktu penelitian. Penelitian ini menjelaskan dan
menggambarkan melalui pengamatan berperan serta, bagaimana aktivitas/program KM
disampaikan kepada penerima yaitu staf/unit kerja melalui saluran komunikasi dengan
tahapan keputusan inovasi dalam organisasi TNP2K. Penelitian ini menjelaskan saluran
komunikasi yang digunakan dalam proses difusi penerapan KM serta menggambarkan secara
rinci tahapan keputusan staf pada aktifitas KM dengan menjelaskan sikap-sikap yang diamati
pada tahap pengetahuan, persuasi, keputusan, konfirmasi dan keberlanjutan sehingga peneliti
dapat mengidentifikasi sikap menerima dan menolak aktiftas/program KM. Penelitian ini
juga menjelaskan apa saja yang menjadi variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi
penerapan KM yang dikaitkan dengan temuan Rogers yaitu Karakteristik Aktifitas/Program
KM, Jenis Keputusan pada Tahapan Difusi Penerapan KM, Saluran Komunikasi Penerapan
KM, Kondisi Sistem Sosial di TNP2K dan Peran Agen Perubah.

ABSTRACT
This study describes the process of diffusion of innovation in Knowledge Management
Implementation by observes its elements, which are the KM Implementation as an innovation, the use
of communication channels, time and social system, which KM activity/program are not mandatory in
the organization. This study used a qualitative ethnographic method on a non-profit organization in
Jakarta, a place where researchers work during the research. This study describes and illustrates
through participant observation, how the KM activity / program delivered to the recipient that are staff
/ work units through a communication channel with the stages in the innovation decision in TNP2K.
This study describes the communication channels used in the diffusion process of the KM
implementation and describes in detail the stages of decision-staff on KM activities by explaining
attitudes were observed in stages of knowledge, persuasion, decision, confirmation and sustainability
so that researchers can identify the attitude of accepting and rejecting of KM activity/program. This
study also describes what are the variables that affect the diffusion of KM implementation associated
with Rogers‟ findings which are characteristics of KM Activity / Program, Decision type on
Diffusion Stages of KM implementation, Communication Channels, Conditions of Social Systems in
TNP2K and the agents of change role."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Frederica
"Persaingan sektor startup teknologi yang semakin ketat di Indonesia menuntut peningkatan kinerja startup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan memberikan dampak yang berkelanjutan. Indigo sebagai salah satu inkubator bisnis di Indonesia, masih memiliki tantangan terkait kinerja sebagian besar startup-nya yang buruk. Knowledge management menjadi salah satu elemen penting yang dapat membantu startup dalam mengelola pengetahuan yang dimilikinya agar kinerja mereka dapat meningkat, terutama di tengah tantangan risiko kegagalan. Manajemen pengetahuan yang dikelola dengan baik mampu menciptakan nilai tambah bagi startup, salah satunya bagi inovasi startup yang sering kali membawa risiko besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh knowledge management terhadap organizational performance melalui innovation sebagai variabel mediasi pada startup aktif yang pernah/masih berada di bawah naungan Indigo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik penarikan sampel total sampling dengan menyebarkan kuesioner secara online kepada kurang lebih 189 C-level startup Indigo, di mana dari jawaban kuesioner tersebut terdapat sebanyak 80 responden yang datanya layak untuk dianalisis. Data tersebut dianalisis menggunakan metode PLS-SEM (Partial Least Squares Structural Equation Modeling) dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS versi 4.1.0.9 dan IBM SPSS Statistics 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) knowledge management memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap organizational performance; (2) knowledge management memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap innovation; (3) innovation memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap organizational performance; dan (4) knowledge management memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap organizational performance melalui variabel mediasi innovation. Penelitian ini memberikan implikasi manajerial bagi startup Indigo untuk mengoptimalkan penerapan knowledge management guna meningkatkan kinerjanya, meningkatkan efektivitas inovasi melalui pendekatan strategi yang lebih terarah, serta mempertimbangkan faktor atau variabel lain yang dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja startup. Dengan demikian, startup Indigo dapat lebih memperkuat daya saing mereka dalam menghadapi tantangan di pasar global.

Rising competition in Indonesia’s technology startup sector requires enhanced startup performance to support economic growth and generate sustainable impact. Indigo, as one of Indonesia’s business incubators, still faces challenges related to the poor performance of most of its startups. Knowledge management has become a crucial element that can help startups manage their knowledge to improve their performance, especially amid the challenges of failure risks. Well-managed knowledge management can create added value for startups, particularly for startup innovation which often carries significant risks. This research aims to analyze the influence of knowledge management on organizational performance through innovation as a mediating variable in active startups that have been or are still under Indigo’s supervision. This research employs a quantitative approach and total sampling technique by distributing online questionnaires to approximately 189 Indigo C-level startup executives, from which 80 respondents provided data suitable for analysis. The data was analyzed using PLS-SEM (Partial Least Squares Structural Equation Modeling) method with SmartPLS version 4.1.0.9 and IBM SPSS Statistics 20 software. The results of this research indicate that (1) knowledge management has a positive and significant influence on organizational performance; (2) knowledge management has a positive and significant influence on innovation; (3) innovation has a positive but insignificant influence on organizational performance; and (4) knowledge management has a positive but insignificant influence on organizational performance through innovation as a mediating variable. This research provides managerial implications for Indigo’s startups to optimize the implementation of knowledge management to improve their performance, enhance innovation’s effectiveness through refined strategic approaches, and consider other factors or variables that can provide positive and significant influences on startup performance. Thus, Indigo’s startups can strengthen their competitiveness in facing global market challenges."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Herlina
"Tesis ini membahas mengenai analisis kondisi knowledge management di Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi menurut pendekatan 5 enabler Nonaka, kondisi yang seharusnya dimiliki organisasi yang memenuhi persyaratan penerapan knowledge management dan untuk mengetahui strategi organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi dalam mewujudkan kondisi organisasi yang mendukung penerapan knowledge management. Penerapan knowledge management di dalam organisasi merupakan suatu proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan pengetahuan bagi organisasi. Dengan demikian organisasi diharapkan dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena berusaha mengungkapkan dan menjelaskan adanya gejala, fakta dan kejadian secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Setjen Mahkamah Konstitusi memenuhi persyaratan diterapkannya Knowledge Management, yaitu intention, autonomy, fluctuation and creative chaos, redundancy dan requisite variety. Motivasi organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi untuk menerapkan manajemen pengetahuan, yaitu: knowledge centric driver, personal driver, structure based organization driver, dan techonology driver. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penerapan knowledge management adalah budaya sharing knowledge, organisasi/infrastruktur IT yang mendukung, proses pengelolaan pengetahuan yang efektif dan efisien, serta adanya pengukuran keberhasilan yang jelas. Sedangkan organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi sendiri memiliki hirarki rendah, intensitas administrasi cukup serta formalisasi, kompleksitas dan sentralitas organisasi yang tinggi. Untuk itu strategi yang dapat digunakan oleh organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi dalam menerapkan knowledge management adalah strategi pembelajaran organisasi dengan pendekatan spiral SECI dari Nonaka.

The research based-paper discuses about the analysis of knowledge management at Secretariat General of the Constitutional Court of Indonesia. It is aimed to find out the condition of the organization through the 5 enabler Ba Nonaka, a set of condition the organization should have to implement the knowledge management. Knowledge management is a set of processes, practices, and management philosophies that exist to collect, process, store, and make available the organizational knowledge that enables government agencies to be more proficient and competitive in the delivery of public services. The research is qualitative with descriptive design. The qualitative design is to explore and explained the reality descriptively.
The result shows that the secretariat general of the Constitutional Court has fulfilled the prerequisites to implement knowledge management, namely intention, autonomy, fluctuation, and creative chaos, redundancy, and requisite variety. The motivations of the organization in implementing knowledge management are knowledge centric driver, personal driver, structure based organization driver, and technology driver. The success defining factors of the implementation are sharing knowledge custom, the infrastructure of information technology, the effective and efficient process of knowledge management, and exact measurement of success. The organization is said to have low hierarchy, medium administration intensity, and high in complexity, formalization, and centralization of the organization. Therefore, the strategy to be applied for the organization in order to implement the knowledge management is the spiral SECI and Nonaka approach."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26356
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Herlina
"Tesis ini membahas mengenai analisis kondisi knowledge management di Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi menurut pendekatan 5 enabler Nonaka, kondisi yang seharusnya dimiliki organisasi yang memenuhi persyaratan penerapan knowledge management dan untuk mengetahui strategi organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi dalam mewujudkan kondisi organisasi yang mendukung penerapan knowledge management. Penerapan knowledge management di dalam organisasi merupakan suatu proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan pengetahuan bagi organisasi. Dengan demikian organisasi diharapkan dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat . Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena berusaha mengungkapkan dan menjelaskan adanya gejala, fakta dan kejadian secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Setjen Mahkamah Konstitusi memenuhi persyaratan diterapkannya Knowledge Management, yaitu intention, autonomy, fluctuation and creative chaos, redundancy dan requisite variety. Motivasi organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi untuk menerapkan manajemen pengetahuan, yaitu: knowledge centric driver, personal driver, structure based organization driver, dan techonology driver. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penerapan knowledge management adalah budaya sharing knowledge, organisasi/infrastruktur IT yang mendukung, proses pengelolaan pengetahuan yang efektif dan efisien, serta adanya pengukuran keberhasilan yang jelas. Sedangkan organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi sendiri memiliki hirarki rendah, intensitas administrasi cukup serta formalisasi, kompleksitas dan sentralitas organisasi yang tinggi. Untuk itu strategi yang dapat digunakan oleh organisasi Setjen Mahkamah Konstitusi dalam menerapkan knowledge management adalah strategi pembelajaran organisasi dengan pendekatan spiral SECI dari Nonaka.

The research based-paper discuses about the analysis of knowledge management at Secretariat General of the Constitutional Court of Indonesia. It is aimed to find out the condition of the organization through the 5 enabler Ba Nonaka, a set of condition the organization should have to implement the knowledge management. Knowledge management is a set of processes, practices, and management philosophies that exist to collect, process, store, and make available the organizational knowledge that enables government agencies to be more proficient and competitive in the delivery of public services. The research is qualitative with descriptive design. The qualitative design is to explore and explained the reality descriptively. The result shows that the secretariat general of the Constitutional Court has fulfilled the prerequisites to implement knowledge management, namely intention, autonomy, fluctuation, and creative chaos, redundancy, and requisite variety. The motivations of the organization in implementing knowledge management are knowledge centric driver, personal driver, structure based organization driver, and technology driver. The success defining factors of the implementation are sharing knowledge custom, the infrastructure of information technology, the effective and efficient process of knowledge management, and exact measurement of success. The organization is said to have low hierarchy, medium administration intensity, and high in complexity, formalization, and centralization of the organization. Therefore, the strategy to be applied for the organization in order to implement the knowledge management is the spiral SECI and Nonaka approach."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26356
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Munawaroh
"Munculnya berbagai kebijakan mengenai pendidikan inklusif, sejatinya belum sepenuhnya berjalan dengan baik namun lebih cenderung berjalan secara legal-formal dan praktis. Studi sebelumnya menjelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusif secara legal-formal yakni menerapkan kebijakan namun belum memperhatikan sumber daya, serta pengetahuan yang masih berbasis pada profesionalitas jabatan guru. Sementara penyelenggaraan pendidikan inklusif secara praktik merupakan penerapan kebijakan melalui pengorganisasian, namun dalam implementasinya masih terdapat sistem pendidikan yang belum mengakomodasi kebutuhan dasar bagi anak berkebutuhan khusus. Berbeda dengan studi sebelumnya, implementasi kebijakan pendidikan inklusif ini hadir karena adanya pengelolaan pengetahuan yang dimiliki guru. Penulis berargumen bahwa implementasi kebijakan pendidikan inklusif terjadi karena adanya pengelolaan pengetahuan guru melalui proses interaksi pengetahuan tacit-explicit dan berbagi pengetahuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat interaksi pengetahuan tacit dan eksplicit serta pengelolaan pengetahuan melalui knowledge sharing (berbagi pengetahuan) dalam implementasi penyelenggaraan kebijakan pendidikan inklusif oleh guru di sekolah reguler. Untuk menjelaskan hal tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Objek studi pada penelitian ini adalah Tim Pendidikan Inklusi SDN AX.
The emergence of inclusive education policies, actually not yet fully going well however more likely to walk that legal-formal and practically. Previous studies explained that the implementation of inclusive legal-formal education that is implementing policies but did not yet attention to resources, as well as knowledge that is still based on the professionalism of teacher positions. Meanwhile, the implementation of inclusive education involves the application of policies through organizing, but in its implementation there is still a need for an education system that does not provide the basic needs of children with special needs. In contrast to previous studies, the implementation of inclusive education policies attend for their teacher knowledge management. The author argues that the implementation of inclusive education policies transpire because of the teacher`s knowledge management through the process of tacit-explicit knowledge interaction and knowledge sharing. Therefore, this study aims to look at the interaction of tacit and explicit knowledge and knowledge management through knowledge sharing in the implementation of inclusive education policy implementation by teachers in regular schools. This study uses a qualitative approach with in-depth interviews, observation, and document studies. The object of study in this study was the Team Inclusive Education in SDN AX."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tyas Widyastuti
"Dewasa ini, implementasi pengelolaan pengetahuan (knowledge management / KM) menjadi kebutuhan bagi organisasi, termasuk di pemerintahan. Hal ini disebabkan karena percepatan teknologi informasi dan komunikasi yang mengharuskan organisasi untuk cepat belajar. Padahal, 'otak' organisasi berada di otak para anggotanya, yang perlu disinergikan untuk menjadi pengetahuan nuklir di BATAN telah menjadi kebutuhan yang mendesak. Kebutuhan pelestarian dan pewarisan pengetahuan nuklir tersebut dipicu oleh beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti fenomena penuaan(ageing) pegawai Batan, berkurangnya mahasiswa yang belajar teknologi nuklir dan ancaman hilangnya pengetahuan akibat Brain-drain. Agar pengelolaan pengetahuan nuklir di BATAN dapat berjalan dengan efektif dan efisien, telah dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan dan daya dukung infrastruktur yang ada, untuk kemudia digunakan untuk menyusun rumusan rancangan awal roadmap penerapan KM pada tingkatan yang lebuh tinggi. Dari berbagai aktifitas dan infrastruktur yang teridentifikasi, dapat disimpulkan bahwa BATAN telah melakukan kegiatan inisiasi yang berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan nuklir. antara lain, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penyebarluasan pengetahuan nuklir, penyelenggaraan seminar dan sebagainya. Akan tetapi secara teoritis dan membandingkannya dengan praktik terbaik (penerapan KM di International Atomic Energy Agency / IAEA), penerapan KM di BATAN masih berada pada tahap penyimpanan pengetahuan, namum belum sampai pada aktifitas pengelolaan yang lengkap dan yang paling utama, Knowledge Management belum menjadi suatu budaya dan prosedur pembelajarang anggotanya."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tyas Widyastuti
"Dewasa ini, implementasi pengelolaan pengetahuan (knowledge management / KM) menjadi kebutuhan bagi organisasi, termasuk di pemerintahan. Hal ini disebabkan karena percepatan teknologi informasi dan komunikasi yang mengharuskan organisasi untuk cepat belajar. Padahal, 'otak' organisasi berada di otak para anggotanya, yang perlu disinergikan untuk menjadi pengetahuan nuklir di BATAN telah menjadi kebutuhan yang mendesak. Kebutuhan pelestarian dan pewarisan pengetahuan nuklir tersebut dipicu oleh beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti fenomena penuaan(ageing) pegawai Batan, berkurangnya mahasiswa yang belajar teknologi nuklir dan ancaman hilangnya pengetahuan akibat Brain-drain. Agar pengelolaan pengetahuan nuklir di BATAN dapat berjalan dengan efektif dan efisien, telah dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan dan daya dukung infrastruktur yang ada, untuk kemudia digunakan untuk menyusun rumusan rancangan awal roadmap penerapan KM pada tingkatan yang lebuh tinggi. Dari berbagai aktifitas dan infrastruktur yang teridentifikasi, dapat disimpulkan bahwa BATAN telah melakukan kegiatan inisiasi yang berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan nuklir. antara lain, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penyebarluasan pengetahuan nuklir, penyelenggaraan seminar dan sebagainya. Akan tetapi secara teoritis dan membandingkannya dengan praktik terbaik (penerapan KM di International Atomic Energy Agency / IAEA), penerapan KM di BATAN masih berada pada tahap penyimpanan pengetahuan, namum belum sampai pada aktifitas pengelolaan yang lengkap dan yang paling utama, Knowledge Management belum menjadi suatu budaya dan prosedur pembelajarang anggotanya."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Muliahati
"Knowledge organisasi paling banyak berbentuk knowledge tersirat yang tersimpan di pemikiran (otak) pegawai dan diperlukan dalam aktivitas-aktivitas organisasi, karenanya knowledge tersirat pegawai sebuah organisasi / perusahaan adalah aset yang berharga. Namun, banyak perusahaan yang tidak mengetahui potensi knowledge ter- sembunyi pegawainya. Akibatnya, ketika seorang pegawai yang memiliki knowledge meninggalkan perusahaan maka perusahaan akan kehilangan knowledge pegawai tersebut. Selain itu, perusahaan juga tidak dapat mengidentifikasi pegawai yang memiliki kompetensi teknikal yaitu pegawai yang memiliki knowledge dan menjadi referensi knowledge bagi pegawai lainnya, sehingga potensi pengetahuan dan keahlian pegawai tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh perusahaan yang akhirnya akan berpengaruh pada karir pegawai tersebut yang cenderung tidak meningkat. Keadaan tersebut kini menjadi masalah yang harus segera diselesaikan oleh Biro Kepegawaian dan Organisasi (Rowai) Departemen Komunikasi dan Informatika. Dengan demikian, Rowai harus dapat mengetahui siapa saja pegawai nya yang memiliki knowledge tersirat. Knowledge tersirat yang dimiliki oleh pegawai dan masih berada di kepala masing-masing dapat terlihat jika mereka secara bersama-sama melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan di mana di dalamnya terdapat proses knowledge sharing. Knowledge sharing itu sendiri dianggap sebagai hubungan sosial antar orang dan dapat dimodelkan sebagai hubungan jejaring. Model jejaring knowledge sharing dapat ditemukan dengan cara memeriksa struktur dari relasi sosial knowledge sharing di dalam perusahaan dengan menggunakan Social Network Analysis (SNA). SNA dapat mendukung knowledge sharing dengan fokus pada berbagai penggunaan inti dari pengelolaan knowledge, salah satunya adalah mengidentifikasi kepakaran dan knowledge pribadi. Penelitian ini menggunakan SNA untuk mengidentifikasi model knowledge sharing berbasis kompetensi di Rowai. Berdasarkan model knowledge sharing yang dihasilkan dan dengan menggunakan hasil perhitungan kuantitatif beberapa fungsi SNA dan statistik, keadaan jejaring knowledge dan knowledge sharing di Rowai dapat diketahui, di mana kedua-duanya dalam keadaan cukup baik. Selain itu, pegawai Rowai yang kompeten yaitu pegawai yang memiliki knowledge dan menjadi referensi knowledge bagi banyak pegawai, juga dapat diketahui. Hasil- hasil tersebut dapat membantu Rowai untuk mengelola knowledge pegawainya, memberdayakan karir pegawai yang kompeten, dan meningkatkan komitmen terhadap kegiatan knowledge sharing di Rowai.

Organizational knowledge is in the form of most of tacit knowledge stored in the minds of employees and required by the activities in the organization, so tacit knowledge owned by an organization or company employee is a valuable asset. However, many companies do not know the potential of hidden knowledge of employees. As a result, when an employee who has knowledge leaves the company then the company will lose the employee?s knowledge. Besides, company officials can not identify the employees who have technical competency, in other words employees who have knowledge and become a knowledge reference for other employees, so that the potential of knowledge and expertise these employees can not be utilized maximally by the company. It eventually will affect the employee careers that are not likely to increase. That situation is now becoming a problem that must be solved by Bureau of Employment and Organization (Rowai) of the Ministry of Communi-cation and Informatics. Therefore, Rowai has to be able to know the employees who have tacit knowledge. Tacit knowledge held by employees and is in the heads of each can be seen if they are jointly doing a job or activity in which there is the process of knowledge sharing. Knowledge sharing itself is considered as social relationships between people and can be modeled as network of relationships. Model of knowledge sharing network can be found by checking the structure of social relations of knowledge sharing in the company by using Social Network Analysis (SNA). SNA can help in supporting knowledge sharing by focusing on various core applications of knowledge management, one of which is identification of personal expertise and knowledge. This research uses SNA to identify competency-based knowledge sharing model in Rowai. Based on the model of knowledge sharing that resulted from this research and using the results of quantitative calculation of some functions of SNA and statistics, the circumstance of knowledge network and knowledge sharing in Rowai can be known, where both are in reasonably good condition. In addition, competent employees who have knowledge and become a knowledge reference for other employees also can be known. These results can help Rowai manage employee?s knowledge, empower employee career, and improve the commitment to knowledge sharing activities in Rowai."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library