Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 BUK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 BUK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Saiful Arif
"Pendahuluan: Virtual reality (VR) merupakan sebuah teknologi imersif yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan evaluasi kemampuan mahasiswa di pendidikan dokter. Penggunaan VR sebagai media pembelajaran juga sesuai dengan berbagai teori pembelajaran seperti teori konstruktivisme dan self-directed learning. Persepsi staf pengajar dan mahasiswa terhadap pemanfaatan VR pada kegiatan belajar mengajar di pendidikan dokter menunjukan hasil yang positif. Namun saat ini masih terdapat keterbatasan jumlah literatur yang membahas konsep pedagogik dan teori pembelajaran terkait pemanfaatan VR. Selain itu belum terdapat kuesioner dan panduan yang dapat mengarahkan institusi pendidikan dokter di Indonesia untuk dapat mengembangkan produk VR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan penerapan VR pada kurikulum pembelajaran pendidikan dokter di Indonesia
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Responden direkrut melalui teknik non-discriminative snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode semi-structured in-depth interview. Analisis data dilakukan dengan analisis tematik.
Hasil Penelitian: Proses implementasi VR harus terdiri dari beberapa tahap yaitu eksplorasi kebutuhan, pembuatan cetak biru atau blueprint, kolaborasi multidisiplin atau multi center, pemberian pelatihan, menyediakan cerita sukses dan bukti ilmiah, pemberian apresiasi dan diakhiri dengan evaluasi. Aspek kesiapan yang dapat dinilai pada saat eksplorasi kebutuhan berupa sumber daya manusia, kurikulum, sarana dan prasarana, sumber dana, serta regulasi yang berlaku pada institusi pendidikan dokter.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukan bahwa implementasi VR harus melalui tahapan tahapan dimulai dari eksplorasi kebutuhan hingga bevaluasi. Tahap eksplorasi kebutuhan akan memberikan gambaran kesiapan institusi untuk mengimplementasikan VR pada kurikulum pendidikan kedokterannya.

Introduction: Virtual reality (VR) is an immersive technology which can be used as a learning tool for medical students. VR as learning tools include learning theory such as constructivism and self-directed learning theory. Medical teachers and students’ perceptions toward VR implementation in medical curricula were positive. However, limited literature on VR pedagogical and learning theory was available. Questionnaires and guidelines on the ways to implement VR in medical curricula in Indonesia are still not available. This study aimed to analyze the need for VR implementation in medical curricula in Indonesia.
Methods: This was a descriptive qualitative study. Respondents were recruited by a non-discriminative snowball sampling technique. Data collection was done using semi-structured in-depth interviews. Data analysis was done by thematic analysis.
Results: The VR implementation process must consist of several stages, i.e. needs analysis, blueprints formation, multidisciplinary or multi-centre collaboration, training provision, success stories and scientific evidence gathering, appreciation and evaluation. Aspects of readiness that can be assessed during the needs analysis are human resources, curriculum, infrastructure, sources of funds, and regulations. The features needed in VR are three-dimensional view, artificial intelligence, recording, network connection, feedback, and assessment. VR can have both positive (increased interest and concentration, increased clinical knowledge and skills, and shortened learning curve) and negative (high cost and side effects for users) impacts on its users.
Conclusion: This study shows that the implementation of VR must go through stages starting from needs analysis until evaluation. The needs analysis stage will provide an overview of the institutional readiness aspect to implement VR in the medical curriculum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Sigit Ramadianto
"ABSTRAK
Latar Belakang. Prevalensi berbagai masalah kesehatan jiwa, termasuk depresi dan ansietas, pada peserta program pendidikan dokter lebih tinggi dibandingkan populasi umum, diduga akibat stresor terkait pendidikan. Resiliensi dan metode koping merupakan dua faktor yang diduga berhubungan dengan kerentanan peserta didik mengalami depresi dan ansietas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gejala depresi dan ansietas pada peserta program pendidikan dokter, serta hubungannya dengan resiliensi dan metode koping. Metode. Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh tingkat peserta didik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subyek mengisi sendiri kuesioner penelitian yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran gejala depresi dan ansietas (Depression Anxiety Stress Scale [DASS]), pengukuran resiliensi (Connor-Davidson Resilience Scale [CD-RISC]), dan pengukuran metode koping (Brief COPE). Hasil. Prevalensi kumulatif gejala depresi dan ansietas pada peserta didik adalah 22,2% dan 48,1% dengan mayoritas berada dalam derajat ringan atau sedang. Gejala depresi lebih tinggi signifikan pada peserta didik yang tidak tinggal dengan keluarga inti; sedangkan gejala ansietas lebih tinggi signifikan pada perempuan serta pada peserta didik Tingkat 1 dan Profesi Tahun 1. Median skor CD-RISC adalah 68 (interquartile range 58-77) dari skor maksimal 100. Peserta didik lebih banyak menggunakan problem-focused dan emotion-focused coping dibandingkan dengan dysfunctional coping. Resiliensi berkorelasi negatif dengan gejala depresi (r = -0,428; p < 0,001) dan gejala ansietas (r = -0,298; p < 0,001). Koping disfungsional berkorelasi positif dengan gejala depresi (r = 0,461; p < 0,001) dan ansietas (r = 0,378; p < 0,001), terutama koping behavioral disengagement dan self-blame. Pembahasan. Prevalensi gejala depresi dan ansietas pada peserta didik relatif tinggi. Gejala depresi dan ansietas yang ringan tetap dapat menimbulkan distres dan hendaya yang dapat memengaruhi performa peserta didik, serta berisiko berkembang menjadi gangguan jiwa yang lebih berat. Intervensi kesehatan jiwa dapat ditujukan pada peserta didik dengan faktor risiko seperti resiliensi rendah atau koping disfungsional.

ABSTRACT
Introduction. Prevalence of mental health issues, including depression and anxiety, among medical students is relatively high, thought to be related to academic stressors. Resilience and coping methods are two factors hypothesized to be associated with students' vulnerability to depression and anxiety. This study aims to find the prevalence of depression and anxiety symptoms among medical students, and its association with resilience and coping methods. Methods. This is a cross-sectional study conducted in students from the Faculty of Medicine Universitas Indonesia, selected from all study years through stratified random sampling. Subjects fill in questionnaire that consists of sociodemographic questions, measurement of depression and anxiety symptoms (Depression Anxiety Stress Scale [DASS]), measurement of resilience (Connor-Davidson Resilience Scale [CD-RISC]), and measurement of coping methods (Brief COPE). Results. Cumulative prevalence of depression and anxiety symptoms among medical students are 22,2% and 48,1%, respectively. Students not living with their families show significantly higher depressive symptoms. Anxiety symptoms are significantly higher among female students and those in the first year of preclinical studies and in the first year of clinical rotations. Median score of CD-RISC is 68 (interquartile range 58-77) from a maximum of 100. Students use problem-focused and emotion-focused coping more frequently than dysfunctional coping. Resilience is negatively correlated with depression (r = -0,428; p < 0,001) and anxiety symptoms (r = -0,298; p < 0,001). Dysfunctional coping is positively correlated with symptoms of depression (r = 0,461; p < 0,001) and anxiety (r = 0,378; p < 0,001), especially behavioral disengagement and self-blame. Discussion. Prevalence of depression and anxiety symptoms among medical students is high. Even mild symptoms can cause distress and impairment that can affect students' performance. They are also at risk of developing more severe mental health issues. Mental health interventions can be aimed toward students with identified risk factors such as low resilience and dysfunctional coping.
"
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suci Widyahening
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 IND b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 BUK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Findyartini
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
PGB-PDF
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Farida
"Latar Belakang: Berbagai perubahan kondisi yang terjadi akibat terjadinya pandemi Covid-19 seperti berkurangnya pengalaman bekerja langsung pada pasien, keterbatasan pasien, serta penyesuaian lingkungan klinik mungkin dapat memengaruhi kesiapan mahasiswa profesi terhadap praktik kedokteran gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan mahasiswa profesi FKG UI melakukan praktik kedokteran gigi pada masa pandemi Covid-19 Metode: Studi analitik observasional cross-sectional dengan metode total population sampling dilakukan pada 97 mahasiswa profesi FKG UI yang telah melalui seluruh stase klinik dengan menggunakan kuesioner secara daring. Analisis meliputi statistik deskriptif, uji korelasi Spearman, dan uji bivariat (p < 0,05). Hasil: 70.1% mahasiswa menilai instruktur baik, 59.8% mahasiswa menilai lingkungan klinik kondusif, 63.9% mahasiswa menilai metode penilaian terukur, 79.4% mahasiswa menilai interaksi instruktur klinik dan mahasiswa baik serta 62.9% mahasiswa menilai metode pembelajaran baik. Terdapat perbedaan signifikan antara instruktur klinik, lingkungan klinik, interaksi instuktur klinik dan mahasiswa profesi, serta metode pembelajaran dan kesiapan mahasiswa profesi melakukan praktik kedokteran gigi (p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara instruktur klinik, lingkungan klinik, interaksi instuktur klinik dan mahasiswa profesi, serta metode pembelajaran klinik dan kesiapan mahasiswa profesi melakukan praktik kedokteran gigi.

Background: Various changes that occurred due to Covid-19 pandemic such as reduced experience working with patients, patient limitations, and adjustments to the clinical environment may affect the preparedness of dental students for dental practice. This study aims to determine the factors related to the preparedness of dental students of FKG UI for dental practice during Covid-19 pandemic. Methods: A cross-sectional observational analytical study using the total population sampling method was conducted on 97 students using an online questionnaire. Statistical analysis included descriptive statistics, Spearman correlation test, and bivariate test (p<0.05). Results: 70.1% of students rated the clinical instructor as good,59.8% students rated the clinical environment as conducive,63.9% of students rated the clinical assessment method as measurable,79.4% students rated the interaction between clinical instructors and students as good and 62.9% students rated the clinical learning method as good. There were significant differences between the clinical instructors, the clinical environment, interactions between clinical instructors and students, and clinical learning methods with the preparedness of dental students for dental practice (p<0.05). Conclusion: There is a relationship between the clinical instructors, the clinical environment, interactions between clinical instructors and professional students, and clinical learning methods with the preparedness of dental students for dental practice."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldeka Kamilia Mufidah
"Pendahuluan: Pendidikan dokter terdiri dari dua tahap pembelajaran, yaitu tahap akademik (preklinik) dan tahap klinik. Dosen yang ideal merupakan komponen terpenting dalam proses pembelajaran tersebut. Kedua tahap pembelajaran tersebut memiliki metode dan lingkungan pembelajaran yang berbeda sehingga diperkirakan terdapat perbedaan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik. Penelitian ini bertujuan membandingkan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik menurut persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional) ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian mandiri kuesioner yang valid dan reliabel (Cronbachs alpha 0.950). Sampel diperoleh secara cluster random sampling dari populasi mahasiswa tingkat tiga dan lima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebanyak 200 orang. Data yang diperoleh dianalisis bivariat.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa tahap akademik dengan klinik terhadap atribut dosen yang ideal yaitu atribut penuh persiapan (p 0.010), kompetensi klinis (p 0.028), bersikap tidak diskriminatif (p 0.001), pengajaran yang interaktif (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), dan memberikan tugas yang jelas dan sesuai topik (p0.005). Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa berjenis kelamin perempuan dengan laki-laki terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut profesionalisme (p 0.014) dan empati (p 0.010), serta terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dari Jabodetabek dengan luar Jabodetabek terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut role model (p 0.027). Hasil analisis peringkat menunjukkan atribut dosen kedokteran yang ideal pada tiga peringkat teratas pada tahap akademik ialah profesionalisme, pengetahuan, komitmen terhadap perkembangan peserta didik, kejelasan, bersikap jujur, respek, mampu membimbing mahasiswanya dalam proses pembelajaran, dan keterampilan komunikasi yang baik. Sedangkan pada tahap klinik ialah pengetahuan, kompetensi klinis, respek, profesionalisme, mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran, ketulusan hati, kejelasan, dan bersikap jujur.
Diskusi: Pada tahap akademik, pembelajaran cenderung lebih terstruktur dan dominan kuliah, dengan lingkungan belajar yang formal sehingga dosen yang penuh persiapan dipersepsi sebagai dosen yang ideal. Sementara di tahap klinik, pembelajaran lebih bersifat experiential, mahasiswa dominan memelajari keterampilan klinik dengan lingkungan belajar tidak formal berupa lingkungan pelayanan kesehatan, sehingga kompetensi klinik dan pengajaran yang interaktif menjadi atribut yang ideal. Baik mahasiswa tahap akademik maupun mahasiswa tahap klinik memandang atribut terpenting yang harus dimiliki seorang dosen ideal adalah penguasaan pengetahuan, profesionalisme, kejelasan dan kualitas personal seperti jujur dan respek.

Medical education consists of two stages of learning, preclinical and clinical. An ideal medical teacher needs attributes for supporting learning process. Both stages have different environments of learning and learning methods, so that the ideal medical teachers attributes in both stages are estimated to be different. This study aims to compare the attributes of ideal medical teacher between preclinical stage and clinical stage according to medical students view in faculty medicine of Universitas Indonesia.
Method: This cross-sectional study using primary data with questionnaire which is valid and reliable (Cronbachs alpha 0.950). The sample was obatained by cluster random sampling from two groups, medical students in third years and fifth years of Faculty Medicine of Universitas Indonesia. Total 200 data were analyzed by bivariate analysis.
Result: The results of bivariate analysis showed that there were differences in perceptions between preclinical and clinical students on the ideal attributes of medical teacher, such as well-prepared (p 0.010), clinical competence (p 0.028), non-discriminative (p 0.001), interactive teaching (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), and provide clear and on-topic assignment (p 0.005). There are differences in perceptions between female and male students on the ideal attributes of medical teacher, such as professionalism (p 0.014) and emphaty (p 0.010) and there are differences in perceptions between students from Jabodetabek and outside Jabodetabek on the ideal attributes of medical teacher, such as role model (p 0.027).  The results shown that the ideal attributes of medical teacher based on top three in preclinic stage are professionalism, knowledge, commitment to the development of students, clarity, honest, respect, guiding students in the learning process, and good communicator skill. Meanwhile in clinical stages are knowledge, clinical competence, respect, professionalism, creating conducive atmosphere to learning, sincerity, clarity, and honest.
Discussion: In the preclinical stage, learning methods are more structured such as lectures with a formal learning environment, so that the well-prepared attribute is considered as ideal attributes for medical teacher. While in the clinical stage, learning methods are more experiential and students tend to be more in learning clinical skills with a non-formal learning environment, so that the clinical competent and interactive teaching attributes are considered as important attribute for medical teacher. Both students at the preclinical and clinical stages considered the attributes of knowledge, professionalism, clarity, and personal attributes such as honest and respect as the important attributes for ideal medical teacher.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>