Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Eni Istita
"Tuberkulosis ditetapkan sebagai penyebab kematian akibat agen infeksi tunggal terbesar kedua di dunia pada tahun 2022. Indonesia menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis tertinggi di dunia, dengan kasus mencapai 724.309. Pada tahun 2021-2022, terdapat peningkatan 79,61% kasus tuberkulosis di Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kenaikan kasus tersebut mengakibatkan tingginya risiko penularan, sehingga diperlukan perilaku kesehatan untuk mencegah penularan tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilodong tahun 2024. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari lembar kuesioner 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan tuberkulosis dalam skala 100 adalah 80,3. Variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru meliputi jenis kelamin, pendapatan keluarga, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri, dengan nilai-p < 0,05. Usia tidak memiliki hubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi mengenai tuberkulosis paru kepada masyarakat dengan cakupan lebih luas agar dapat menekan angka kasus tuberkulosis.
Tuberculosis was the second leading cause of death from a single infectious agent globally in 2022. Indonesia ranked second worldwide for the highest number of tuberculosis cases, with 724,309 cases. In 2021-2022, there was a 79.61% increase in tuberculosis cases in Cilodong District, Depok City. This rise led to a high risk of transmission, necessitating health behaviors to prevent tuberculosis transmission. This study aims to analyze factors related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behaviors in the working area of the UPTD Puskesmas Cilodong in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional design. Data were collected from questionnaires distributed to 100 respondents. The average score for community behavior towards preventing tuberculosis transmission was 80.3 out of 100. Variables related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behavior included gender, family income, knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy, with a p-value < 0.05. Age did not relate to prevention behavior. Therefore, providing broader information about pulmonary tuberculosis to the society is necessary to help reduce tuberculosis cases. Public awareness and education efforts are crucial to mitigating the spread of this disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Irma Rahmayani
"Tuberkulosis dan HIV merupakan isu kesehatan yang menjadi target tujuan pembangunan berkelanjutan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia untuk dapat diakhiri pada tahun 2030. Kaitan antara TBC dan HIV sangat erat, TBC merupakan penyebab kematian utama pada orang dengan HIV (ODHIV). Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC nomor dua terbanyak didunia. Dengan 271 juta penduduk Indonesia diketahui 543.100 orang yang hidup dengan HIV dan diperkirakan 4.700 orang pasien TBC-HIV. Upaya pencegahan sangat diperlukan untuk mencegah risiko penularan tuberkulosis pada ODHIV, dengan pendekatan teori
Health Belief Model (HBM) yang mengungkapkan persepsi seorang individu tentang penyakitnya akan mempengaruhi perilaku kesehatannya. Dengan diketahuinya kaitan persepsi ODHIV terhadap perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV diharapkan perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV dapat ditingkatkan dan berdampak pada penurunan kasus koinfeksi TBC-HIV. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus. Tujuan penelitian ini untuk menggali lebih dalam tentang persepsi perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV menggunakan komponen teori Health Belief Model (HBM). Hasil penelitian adalah perilaku pencegahan yang di lakukan ODHIV dalam pencegahan Tuberkulosis adalah pemeriksaan TBC, meminum Terapi pencegahan Tuberkulosis, memakai masker saat bepergian dan melakukan pola hidup sehat. Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan, persepsi bahaya/ kesakitan terhadap Tuberkulosis, persepsi manfaat dan hambatan untuk berperilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat berperilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya dari petugas kesehatan, pendamping ODHIV, pasangan, dan teman sebaya.
Tuberculosis and HIV are health issues that are targeted by sustainable development goals to improve the welfare of the world community to end in 2030. The link between TB and HIV is very close, TB is the main cause of death in people living with HIV (PLWH). Indonesia is a country with the second most TB cases in the world. Of the 271 million population, there are 543,100 people living with HIV and an estimated 4,700 people with TB-HIV. Prevention efforts are urgently needed to prevent the risk of tuberculosis transmission in ODHIV, with the Health Belief Model (HBM) theoretical approach which reveals an individual's perception of his illness will affect his health behavior. By knowing the link between perceptions of ODHIV on tuberculosis prevention behavior in ODHIV, it is hoped that tuberculosis prevention behavior in ODHIV can be increased and have an impact on reducing cases of TB-HIV co-infection. This research is a qualitative using a case study design. The purpose of this study was to dig deeper into the perceptions of tuberculosis prevention behavior in ODHIV using the theory component of the Health Belief Model (HBM). The results of the study are preventive behaviors that are carried out by ODHIV in preventing tuberculosis, namely TB examinations, taking TB prevention therapy, wearing masks when traveling and adopting a healthy lifestyle. This behavior is influenced by perceptions of vulnerability, perceptions of danger/pain against tuberculosis, perceptions of benefits and barriers to this behavior, having beliefs about this behavior, and cues to do so from health workers, ODHIV companions, partners, and peers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Novia
"Infeksi laten tuberkulosis merupakan keadaan tubuh yang tidak menunjukkan gejala saat terserang bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi laten dapat berkembang menjadi tuberculosis aktif sehingga perlu diberikan terapi pencegahan tuberkulosis. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam penanganan infeksi laten tuberkulosis di rumah sakit adalah apoteker. Informasi mengenai terapi pencegahan tuberkulosis dapat diberikan kepada sesama tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien atau pihak lain di luar rumah sakit. Pelayanan informasi obat dapat dilakukan melalui penerbitan media informasi seperti buklet. Laporan ini bertujuan untuk menyusun buklet terapi pencegahan tuberkulosis. Penyusunan buklet dilakukan dengan metode studi literatur pada peraturan tata laksana terapi pencegahan tuberkulosis yang berlaku di Indonesia. Desain buklet dilakukan dengan menggunakan aplikasi Canva pada kertas ukuran B5. Buklet terdiri dari 16 halaman yang terbagi menjadi cover, isi, daftar pustaka, dan kontak Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Latent tuberculosis infection is a state of the body that has no symptoms when attacked by Mycobacterium tuberculosis bacteria. Latent infection can develop into active tuberculosis so it is necessary to provide preventive therapy for tuberculosis. One of the medical personnel who plays a role in managing latent tuberculosis infection in hospitals is the pharmacist. Information on tuberculosis preventive therapy can be provided to fellow health workers, patients, patients' families, or other parties outside the hospital. Drug information services can be carried out through the publication of information media such as booklets. This report aims to develop a booklet on tuberculosis prevention therapy. The preparation of the booklet was carried out using a literature study method on the regulations on the management of tuberculosis preventive therapy applicable in Indonesia. The booklet design was done using the Canva application on B5-size paper. The booklet consisted of 16 pages divided into cover, content, bibliography, and University of Indonesia Hospital contact."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Pasien dengan HIV positif memiliki risiko 30 kali lebih besar terkena tuberkulosis. Terapi Pencegahan Tuberkulosis adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah orang yang berisiko terinfeksi bakteri tuberkulosis yang dapat berkembang menjadi TB positif. Puskesmas Kecamatan Ciracas memfasilitasi pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan penderita infeksi TB yang meliputi pelayanan klinis berupa penyuluhan. Informasi data obat TPT diperoleh dari Pedoman Teknis Penanganan Infeksi Tuberkulosis Laten (ILTB), Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Pengendalian Tuberkulosis, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun Tahun 2021 tentang Pengendalian Tuberkulosis, dan Pharmaceutical Care untuk Tuberkulosis yang telah dibandingkan dengan daftar obat TPT yang digunakan di Puskesmas Kabupaten Ciracas. Penggunaan media booklet sebagai media penyuluhan dipilih karena dapat membantu pasien HIV memahami tuberkulosis dan pentingnya mengkonsumsi TPT. Media booklet yang dirancang khusus berisi materi tentang TPT yang disusun secara sistematis dengan gambar ilustrasi yang mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat TPT.
Patients with HIV positive have a 30 times greater risk of developing tuberculosis. Tuberculosis Prevention Therapy is an effort made to prevent people who are at risk of being infected with tuberculosis bacteria which can develop into positive TB. The Ciracas District Health Center facilitates health services for people with HIV/AIDS and people with TB infection which includes clinical services in the form of counseling. TPT drug data information was obtained from the Technical Guidelines for Handling Latent Tuberculosis Infection (ILTB), Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 67 of 2016 concerning Tuberculosis Control, Presidential Regulation of the Republic of Indonesia Number 67 of 2021 concerning Tuberculosis Control, and Pharmaceutical Care for Tuberculosis which has been compared to the list of TPT drugs used at the Ciracas District Health Center. The use of booklet media as an educational medium was chosen because it can help HIV patients understand tuberculosis and the importance of consuming TPT. A specially designed media booklet contains material about TPT which is systematically arranged with easy-to-understand illustrations, to increase patient compliance in taking TPT drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sartika
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyumbang kematian tertinggi di beberapa negara-negara maju dan berkembang termasuk Indonesia. Selain berdampak kepada kesehatan, penyakit tuberkulosis juga menjadi penyakit yang mengakibatkan kerugian ekonomi cukup tinggi di tanah air. Upaya yang saat ini banyak dilakukan meliputi promosi edukasi pencegahan penularan tuberkulosis dengan berbagai media berbasis paper dan audiovisual yang terbukti efektif namun masih perlu adanya inovasi yang lebih kompleks lagi dari media sebelumnya. Media video explainer merupakan jenis video promosi yang memadukan gambar, animasi, serta audio narasi dengan sajian materi yang singkat namun informatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi video explainer terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam pencegahan penularan tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen jenis pre test dan post test dengan kelompok kontrol, pada pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden pada masing-masing kelompok kontrol dan intervensi sebanyak 39 responden. Analisis data menggunakan paired t test dan pooled t test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara pemberian edukasi video explainer terhadap pengetahuan (p value < 0,05), Sikap (p value < 0,05), dan keterampilan (p value < 0,05). Media video explainer disarankan dapat digunakan menjadi media edukasi alternatif di puskesmas pada awal pengobatan dan kunjungan rumah untuk dapat memaksimalkan asuhan keperawatan melalui edukasi kesehatan dalam pencegahan penularan tuberkulosis.
Tuberculosis is one of the third highest contributors of death in several developed and developing countries including Indonesia. In addition, tuberculosis impacted on health, it was also a disease caused high economic losses in the country. Efforts that are currently being carried out including the promotion of tuberculosis transmission prevention by various education media such as paper-based and audiovisual media. Explainer video as a media education typed promotional video that combines images, animations, and audio narration with a short presentation of material. This study aimed to see the influence of explainer video education on the level of knowledge, attitudes and skills of families in preventing tuberculosis transmission. This study used a quasi-experimental design with pre-test and post-test with a control group. The selection of respondents were done by simple random sampling. The number of respondents in the intervention group and the control group were similar to 39 people. The data analysis used paired t test and pooled t test. The results showed that there was a significant effect between giving explainer video education on knowledge (p value < 0.05), attitudes (p value < 0.05), and skills (p value < 0.05). The explainer video media is recommended as alternative media for using in public health center at the beginning of treatment and at home to maximaze the nursing care by health education in preventing tuberculosis transmission."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Alifa Putri
"Tuberkulosis masih menjadi penyakit yang memakan korban jiwa pada masyarakat. Pengetahuan penyakit tuberkulosis penting bagi keluarga untuk melakukan pencegahan. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa pengetahuan tuberkulosis masih rendah. Rendahnya pengetahuan tuberkulosis menjadikan keluarga rentan terserang. Keluarga sebagai kelompok terkecil dalam masyarakat memiliki peran dalam menjaga kesehatan yang disebut tugas kesehatan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tuberkulosis dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam melakukan pencegahan. Penelitian menggunakan desain deskriptif
cross sectional dengan teknik
purposive sampling dengan responden sejumlah 111 keluarga pada enam provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tuberkulosis dan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam pencegahan TB (
p = 0,002; α = 0,05). Pengembangan program edukasi tuberkulosi berbasis keluarga di Indonesia perlu untuk meningkatkan pengetahuan meningkat sehingga keluarga dapat melakukan pencegahan tuberkulosis dengan melaksanakan tugas kesehatan.
Tuberculosis is still a disease that takes lives in the community. Knowledge of tuberculosis is important for families to take precautions. Previous research shows that tuberculosis knowledge is still low. Low tuberculosis knowledge makes families vulnerable to the disease. The family as the smallest group in society has a role in maintaining health, called the family health task. This study aims to determine the relationship between tuberculosis knowledge and the implementation of family health tasks in
tuberculosis prevention. The study used a cross sectional descriptive design with a purposive sampling technique with 111 family respondents in six provinces in Indonesia. The results showed there was a significant relationship between the level of tuberculosis knowledge and the implementation of family health tasks in tuberculosis prevention (p = 0,002; α = 0.05). The development of a family-based tuberculosis education program in Indonesia needed to increase the knowledge so that families can carry out tuberculosis prevention by out health tasks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Evi Supriatun
"
ABSTRAKTuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi. Penemuan kasus tuberkulosis semakin meningkat pada anak usia sekolah. Namun, upaya promosi kesehatan pada setting sekolah masih belum gencar dilakukan. Role play merupakan salah satu metode edukasi kesehatan yang memberdayakan anak usia sekolah dengan bermain peran secara aktif untuk memahami materi yang diberikan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh metode role play terhadap perilaku pencegahan penularan tuberkulosis pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperiman jenis pre dan post test dengan kelompok kontrol, pada 100 anak. Hasil uji t menunjukkan peningkatan perilaku pencegahan tuberkulosis pada kelompok intervensi lebih tinggi daripada kelompok kontrol (pvalue= 0,000). Metode role play disarankan untuk diterapkan di sekolah dalam pemberian edukasi kesehatan sebanyak minimal 6 sesi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48957
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ghefira Dania
"Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang menular melalui droplet nuclei. Pada tahun 2020, diperkirakan sekitar 10 juta orang mengidap TBC di seluruh dunia dan hal ini menjadi penyebab kematian tertinggi ke-13 serta menjadi penyebab kematian dari penyakit menular nomor dua setelah COVID-19. Salah satu faktor risiko TBC adalah Diabetes Melitus (DM). Penderita DM mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga memiliki 2-3 kali risiko lebih tinggi terkena TBC bila dibandingkan dengan seseorang tanpa DM. Penerapan intervensi unggulan pada asuhan keperawatan keluarga ini dilakukan untuk menganalisis keefektifan terapi farmakologis melalui kepatuhan minum obat yang dikombinasikan dengan terapi non-farmakologis berupa aktivitas fisik senam aerobik low impact terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM. Metode praktik dilakukan dengan intervensi kepatuhan minum obat serta melakukan senam aerobik low impact selama 20 menit dengan pembagian waktu 5 menit pemanasan, 10 menit gerakan inti, dan 5 menit pendinginan. Setelah dilakukan pemberian intervensi, terjadi penurunan kadar gula darah sebanyak 333 mg/dL dengan rata-rata penurunan per harinya sebanyak 25,612 mg/dL. Penerapan kepatuhan minum obat dan senam aerobik low impact direkomendasikan untuk dapat diterapkan setiap harinya secara mandiri di rumah agar dapat mengontrol kadar glukosa darah sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya TBC.
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the Mycobacterium tuberculosis transmitted through droplet nuclei. In 2020, it was estimated that around 10 million people suffered from TBC. TBC is the 13th leading cause of death and the second leading cause of death from infectious diseases after COVID-19. One of the risk factors for TB is Diabetes Mellitus (DM). People with DM have a decreased immune sistem so they have a 2-3 times higher risk of developing TB when compared to someone without DM. The superior intervention of family nursing care is carried out to analyze the effectiveness of pharmacological therapy through adherence to medication combined with non-pharmacological therapy in the form of low-impact aerobic exercise to reduce blood sugar levels in DM patients. The practical method was carried out by intervening with medication adherence and doing low-impact aerobic exercise for 20 minutes with 5 minutes of warm-up time, 10 minutes of core movement, and 5 minutes of cooling down. After the intervention, there was a decrease in blood sugar levels by 333 mg/dL with an average daily decrease of 25,612 mg/dL. The application of drugs and low-impact aerobic exercise is recommended to be applied every day independently at home to control blood glucose levels and reduce the occurrence of tuberculosis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Kanita Klara
"Human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrom adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) merupakan perencanaan terapi pencegahan TB yang tidak hanya dilakukan untuk ODHA, tetapi juga untuk pasien imunokompromais lainnya serta orang-orang yang memiliki kontak serumah dengan pasien TB. Puskesmas Kecamatan Cengkareng menjalankan program pengobatan untuk pengidap HIV-AIDS, TB, dan TPT. Tujuan dilakukannya laporan ini adalah menganalisis data TPT untuk ODHA di Puskesmas selama periode tertentu. Teknik pengambilan data dengan purposive sampling dimana data populasi diperoleh dari pencatatan apoteker penanggung jawab program HIV dan TB. Jumlah pasien yang mengikuti program TPT adalah sebanyak 221. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diperoleh jumlah sampel yang dapat diamati sebanyak 136. Pasien ODHA yang mengawali inisiasi TPT pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober memiliki rata-rata persentase keberhasilan 91,785% dengan jumlah pasien yang berhasil adalah 122 dari 136 pasien. Persentase keberhasilan program TPT untuk pasien pengidap HIV-AIDS adalah sebesar 91,057% untuk pasien dengan terapi 3HP dan 76,923% untuk pasien dengan terapi 6H. Pasien dengan terapi 3HP memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
Human immunodeficiency virus (HIV) is a virus that attacks or infects white blood cells which causes a decrease in human immunity, while Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of disease symptoms that arise due to decreased immunity caused by infection by HIV. Tuberculosis (TB) is a disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. As a form of prevention, people living with HIV who do not have TB disease are given tuberculosis prevention therapy (TPT). TPT is a TB prevention therapy plan that is not only carried out by PLWHA, but also for other immunocompromised patients and people who have household contacts with TB patients. The Cengkareng District Health Center runs a treatment program for people living with HIV-AIDS and tuberculosis treatment. In addition, the TPT program was also implemented. The purpose of this special assignment was to analyze TPT data for PLWHA at the Cengkareng District Health Center for a certain period. The data collection technique was purposive sampling in which population data were obtained from the registration of the pharmacist in charge of the HIV and TB program. The number of patients participating in the TPT program from May to October was 221. The data analyzed were those that met the inclusion and exclusion criteria so that a total of 136 observable samples were obtained. Overall, PLHIV patients who started TPT initiation in May, June, July, August, September, and October had an average success rate of 91.785% with 122 of 136 patients who were successful. The percentage of TPT program success for patients living with HIV-AIDS was 91.057% for patients with 3HP therapy and 76.923% for patients with 6H therapy. Patients on 3HP therapy have a higher success rate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Qonita Nabihah
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Masalah kesehatan ini membutuhkan perhatian khusus di Indonesia karena jumlah pasien termasuk yang terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya berupaya keras untuk mengendalikan dan memberantas TB melalui program pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan yang tepat. Salah satu bentuk pencegahan yang direkomendasikan adalah terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk populasi yang berisiko tinggi terinfeksi TB dan mengalami keparahan. Sebagai unit pelayanan kesehatan primer masyarakat di wilayah Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Puskesmas Kecamatan Matraman perlu mengevaluasi penggunaan obat TPT karena tingginya kasus TB di daerah tersebut. Data mengenai penggunaan regimen TPT oleh pasien yang terdaftar di Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas Matraman dikumpulkan secara retrospektif, lalu dianalisis untuk memperoleh gambaran pola penggunaan dan kesesuaian terapi dengan pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Individu yang memperoleh TPT paling banyak pada kelompok usia remaja dan dewasa yaitu 25 orang (66%). Terdapat 3 jenis regimen yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman yaitu 6H, 3HP, dan 3HR, dengan mayoritas pasien dewasa memilih regimen 3HP (79%). Pemilihan regimen TPT di Puskesmas Kecamatan Matraman sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat dan kondisi khusus pasien. Sebagian besar pasien berhasil menyelesaikan regimen (87%) namun terdapat pasien yang mengalami putus obat (5%) karena alasan medis yang tidak diketahui. Dalam upaya pencegahan TB, penting untuk memahami faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan mengambil tindakan yang tepat untuk meminimalkan risiko putus obat.
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Indonesia faces a significant TB challenge, ranking among the highest TB burden countries globally. The World Health Organization (WHO) and health organizations prioritize TB control through prevention, early diagnosis, and appropriate treatment. Tuberculosis preventive therapy (TPT) is recommended, especially for high-risk populations in Matraman Community, East Jakarta. The Matraman Community Health Center plays a pivotal role in community healthcare. Given the area's high TB prevalence, evaluating TPT medication usage is essential. Retrospective data from Matraman Community Health Center's Pharmacy Service Unit reveal that the majority of TPT recipients are adolescents and adults, totaling 25 individuals (66%). Three main regimen types—6H, 3HP, and 3HR—are employed, with 79% of adult patients favoring 3HP. Regimen selection aligns with Ministry of Health guidelines, considering drug availability and patient-specific conditions. Encouragingly, a significant portion of patients (87%) successfully completed their TPT regimens. However, a minority (5%) discontinued treatment due to undisclosed medical reasons. To enhance TB prevention, understanding factors affecting treatment success is crucial, necessitating proactive measures to mitigate treatment discontinuation risks. Indonesia's TB battle underscores the importance of international efforts for TB control and eradication."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library