Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta: Godown Lontar, 2005
307.12 PEM pt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rinda Yanti
"Ditinjau dari masalah dan hambatan yang ada, konsep wanatani dalam pengelolaan pertanian di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang NTT belum berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah mengajukan konsep dan model wanatani untuk pengelolaan pertanian berkelanjutan pada ekosistem semi arid. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ditinjau dari fungsi ekologi yang meliputi vegetasi, kesuburan tanah, iklim mikro, erosi, dan kesesuaian lahan wanatani belum optimal dan belum berkelanjutan untuk mendukung produktivitas dan konservasi lahan. Fungsi ekonomi yaitu produktivitas wanatani sudah optimal, namun kurangnya dukungan kelembagaan dan fungsi sosial menyebabkan pengelolaan pertanian belum optimal dan belum berkelanjutan. Simulasi model memperlihatkan integrasi fungsi ekologi, sosial, dan ekonomi wanatani di ekosistem semi arid dapat meningkatkan konservasi dan produktivitas lahan.

Observed from the existing problems and obstacles, the agroforestry concept in the agricultural management in Amarasi District, Kupang Regency NTT, is not yet sustainable. The research objectives are to propose the agroforestry concept and model for the sustainable agricultural management in the semi arid ecosystem. The research result shows that observed from the ecological function including vegetation, land fertility, micro climate, erotion, and agroforestry land suitability is not yet optimal and not yet sustainable to support the productivity and conservation of agroforestry land. The agroforestry productivity economic function is already optimal, but the lack of institutional support and social function causes the agricultural management to be not yet optimal and not yet sustainable. The model simulation shows the integration of the ecological, social, and economic functions of agroforestry in the semi arid ecosystem can increase the land conservation and productivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Nurdin
"Indonesia adalah negara yang pernah menempatkan reforma agraria sebagai agenda bangsa
untuk menata agraria pedesaan melalui pelaksanaan UUPA 1960. Namun, Reforma Agraria
tidak berlanjut seiring naiknya kekuasaan Orba. Pada 1980-an tumbuh kembali gerakan
masyarakat pedesaan yang diakibatkan oleh konflik agraria dan perampasan tanah. Gerakan
tersebut tumbuh bersama kalangan aktivis mahasiswa yang kelak menjadi pelopor gerakan
reforma agraria dan sebagian juga menjadi scholar activist. Posta Soeharto, kesempatan
politik membuat gerakan sosial mampu mendesakkan agena reforma agraria melalui
pembaruan hukum agraria. Pada perkembangan selanjutnya, pada masa pemerintahah SBY
(2004-2014) hingga era Jokowi (2014-2019) aktivis memiliki kesempatan menjadi
Institutional Activist yang bekerja dalam kekuasaan negara. Pada saat bersamaan, wacana
dan agenda reforma agraria dan pembangunan pedesaan juga diadopsi oleh lembaga Bank
Dunia yang berpengaruh besar kepada K/L di Indonesia. Tesis ini membahas tentang peranan
institusional aktivis dan gerakan sosial dalam kebijakan Perpres 86/2018 tentang Reforma
Agraria dan kontestasi gagasan antar aktor dalam perumusan kebijakan tersebut. Temuan
penelitian ini memperlihatkan bahwa keberhasilan institusional aktivis ditentukan oleh
kemampuan mereka memanfaatkan arena (institusi), reputasi secholar activist dan dinamika
antar aktor baik yang beradan di dalam dan di luar kekuasaan pada perumusan menimbulkan
dinamika di kalangan aktivis dan gerakan sosial dalam mendorong perubahan kebijakan dan
kepiawaian dalam memanfatkan peluang politik yang tersedia.

Indonesia is a country that once put agrarian reform as the nation's agenda to reform ruralbased
agrarian structure through the implementation of the 1960 Basic Agrarian Law
(BAL). However, these efforts did not continue as the New Order's power rose. In the
1980s, the wakening of rural-based social movement caused by agrarian conflicts and
land grabbing. The movement grew along with student activists who later became
pioneers in the agrarian reform movement and some also became scholar activists. After
the fall of Soeharto era, political opportunity made social movements able to push for
agrarian reform agenda through the reform of agrarian law. Later on, during the SBY era
(2004-2014) until the Joko Widodo era (2014-2019), activists had the opportunity to
become institutional activists who worked in state power. At the same time, the discourse
and the agenda of agrarian reform and rural development were also adopted by the World
Bank institutions which had a strong influence on the ministries and or state’s institution
in Indonesia. This thesis discusses the policy formulation that contested each other in the
formulation of agrarian reform policy in Indonesia until the birth of the Presidential
Decree No.86/2018 on Agrarian Reform (Perpres RA). The contestation continued after
the endorsement. This situation leads to dynamics among activists and social movements
in encouraging a policy change on agrarian reform until the birth of the decree, including
on how the movement took advantage in regards to legal opportunity of the Perpres RA
at the national level to the village level
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T54838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library