Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Puspita Sari Ika Pratiwi
"Data timbunan sampah Fakultas Teknik di Universitas Indonesia secara keseluruhan mencapai 120,6 kg/hari. Dimana 67 presentase sampah terbesar berasal dari sampah taman. Penumpukan jumlah sampah merupakan masalah lingkungan yang membuat para ahli terus mengembangkan teknologi yang tepat untuk mencari alternatif dalam menanggulangi masalah tersebut. Pemanfaatan sampah organik menjadi bahan bakar berupa pelet menjadi salah satu teknologi yang menjanjikan. Pelet telah menjadi komuditas yang mendunia. Pada tesis ini dilakukan pengujian skala laboratorium dalam pembuatan pelet dari bahan baku sampah organik yang terdapat di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan menguji karakteristik dari produk pelet yang dihasilkan tersebut. Pembuatan pelet menggunakan alat cetak manual.
Dari pengujian didapatkan komposisi bahan baku yang optimum yaitu daun 10, ranting 80 dan serabut 10, nilai kalor 3772,166 cal/gram, ukuran ayakan 80 mesh, tekanan 70 kg/cm2 dan diketahui karakteristik dari produk pelet adalah panjang 20,7 mm, diameter 6 mm, massa 0,74 gram, kerapatan 1,264 g/cm3, kadar air 9.06, zat terbang 72.62, kadar abu 13.29, kadar karbon terikat 14.90 dan ketahanan 83, serta nilai energi aktivasi devolatilisasi pada campuran daun 10, ranting 80 dan serabut 10 adalah 114,999 kJ/mol, nilainya lebih kecil daripada energi aktivasi devolatilisasi bahan baku, maka campuran bahan baku memiliki laju reaksi yang lebih cepat.Kata kunci: sampah organik, pelet, karakteristik pelet.

Total waste data in Engineering Faculty Of Universitas Indonesia was record at 120.6 kg day. Where 67 of the largest percentage of waste comes from garden waste. The build up of waste amounts is an environmental problem that keeps experts on developing the right technology to find alternatives in trackling the problem. Utilization of organic waste into fuel in the form of pellets become one of the promising technology. Pellet has become a worldwide commodity. In this thesis, laboratory scale testing is done in making pellets from organis waste raw materials contained in the Engineering Faculty Of Universitas Indonesia and test the characteristic of the pellet product. Making pellets using manual printing tools.
From the test, it was found that the composition of the optimum raw material is 10 leaf, 80 branch and 10 coconut fiber, calorific value 3772.166 cal gram, sieve size 80 mesh, pressure 70 kg cm2 and known characteristic of pellet product is length 20.7 mm, diameter 6 mm, mass 0.74 gram, density 1.264 g cm3, water content 9.06, volatile matter 72.62, ash 13.29, fixed carbon 14.90 and durability 83 and devolatilization activation energy value at mixture 10 leaf, 80 branch and 10 coconut fiber were 114.999 kJ mol, the value was smaller than the activation energy of devolatilization of raw material, then the raw material mixture has a faster reaction rate.Keywords organic waste, pellets, pellet characteristic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bariq Bagawanta
"Kebutuhan energi terus meningkat mengikuti pertumbuhan ekonomi, penduduk, harga energi, dan kebijakan pemerintah. Biomassa memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber energi utama dimasa mendatang, dan modernisasi sistem bioenergi disarankan sebagai kontributor penting bagi pengembangan energi berkelanjutan dimasa depan, khususnya bagi pembangunan berkelanjutan di negara-negara industri maupun di negara-negara berkembang. Kayu di Indonesia merupakan biomassa yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan sumber energi terbarukan. Untuk mempermudah penggunaan biomasssa kayu sebagai sumber energi atau bahan bakar adalah dengan mengolahnya dalam bentuk pelet. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian pengeringan sampah biomassa dengan menggunakan pengering tipe rotari (rotary dryer) serta mengatahui efisiensi kinerja dari alat pengering rotari berdasarkan variabel yang ditentukan. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 48 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1; dan 75139.8 lpm.

Energy demand continues to increase along with economic growth, population, energy prices, and government policies. Biomass has the potential to become one of the main energy sources in the future, and the modernization of the bioenergy system is proposed as an important contributor to future energy development, specifically for sustainable development in industrialized countries or in developing countries. Wood in Indonesia is a biomass that has long been known by the community and is a renewable energy source. To facilitate the use of wood biomass as a source of energy or fuel by processing it in the form of pellets. This study aims to test the drying of rubbish by using a rotary dryer type (rotary dryer) and know the efficiency of the performance of a rotary dryer based on the variables needed. The variables carried out in this rotary dryer test use a size of 8 mm diameter wood pellets with a consumption rate of 48 grams / minute, drum dryer rotation 1; 1.25; and 1.5 rpm with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caecilia Meyta Rahayuningtyas
"Pengolahan sampah secara open dumping mengakibatkan dampak bagi lingkungan. Plastik memiliki 21,36% komposisi sampah, sulit terurai dan dapat meningkatkan pemanasan global. Plastik sachet/multilayer termasuk pemakaian plastik yang banyak digunakan untuk pengemasan. Masalah penelitian ini adalah adanya sampah sachet yang tidak memiliki nilai ekonomi karena tidak diambil oleh pelapak dan masih sedikit yang mendaur ulang. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasir Putih, kota Depok. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis timbulan sampah plastik sachet, pengelolaan sampah plastik di rumah tangga, proses daur ulang plastik sachet dan mengembangkan konsep pengelolaan sampah plastik kemasan sachet untuk mendukung konsep ekonomi sirkular. Pendekatan penelitian secara kuantitatif dengan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif, serta dianalisis dengan LCA, CBA dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi plastik sachet adalah 17% dari total  timbulan sampah plastik. Selain itu adanya kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sampah, belum mampu mendorong masyarakat kelurahan Pasir Putih  aktif dalam memilah sampah, karena hanya 27,7 % masyarakat yang memilah sampah dan 15,8% yang selalu mengumpulkan sampah di bank sampah. Teknologi daur ulang sampah plastik sachet menggunakan proses ekstrusi merupakan proses yang menghasilkan pelet plastik ramah lingkungan. Berdasarkan hasil LCA penilaian dampak pemanasan global relatif kecil yaitu 1,17%. Pengelolaan sampah plastik sachet dengan daur ulang ekstrusi dinilai layak karena nilai NV Rp 10,16 M dan BCR 1,492. Angka ini dapat dikembangkan lagi dengan cara pengumpulan sampah plastik yang lebih efisien. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sampah plastik sachet layak untuk dikelola dalam bentuk daur ulang menjadi pelet, karena memiliki nilai tambah ekonomi, tidak menimbulkan dampak lingkungan dan mendukung ekonomi sirkular. Pengelolaan sampah plastik sachet memerlukan upaya pengumpulannya melalui peningkatan peran serta masyarakat dan penerapan EPR oleh produsen.

Waste processing by open dumping has an impact on the environment. Plastic has 21.36% of the waste composition, is difficult to decompose and can increase global warming. Sachet/multilayer plastic includes the use of plastic that is widely used for packaging. The problem with this research is that there are sachets of waste that have no economic value because the pelapak do not collect them and only a few recycle them. The research was conducted in Pasir Putih Village, Depok City. The purpose of this study was to analyze the generation of plastic sachet waste, plastic waste management in households, the plastic sachet recycling process and to develop the concept of plastic sachet packaging waste management to support the circular economy concept. Quantitative research approach with a combination of quantitative and qualitative methods, and analyzed with LCA, CBA and descriptive. The results of this study indicate that the composition of plastic sachets is 17% of the total plastic waste generation. Apart from that, the existence of a government policy regarding waste management has not been able to encourage the people of the Pasir Putih sub-district to be active in sorting waste, because only 27.7% of people sort waste and 15.8% always collect waste in waste banks. The technology for recycling plastic sachets using an extrusion process is a process that produces environmentally friendly plastic pellets. Based on the results of the LCA assessment of the impact of global warming, it is relatively small, namely 1.17%. The management of plastic sachet waste by extrusion recycling is considered feasible because the NV value is IDR 10.16 billion and the BCR is 1.492. This figure can be developed further by means of a more efficient collection of plastic waste. This study concluded that plastic sachet waste is feasible to be managed in the form of recycling into pellets, because it has added economic value, does not cause environmental impacts and supports a circular economy. The management of plastic sachet waste requires efforts to collect it through increased community participation and the application of EPR by producers."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Anggreini Putri
"Eceng gondok merupakan gulma perairan dengan pertumbuhan sangat cepat. Berbagai usaha pemanfaatan eceng gondok saat ini belum mampu mengimbangi pertumbuhannya. Eceng gondok mempunyai kandungan serat yang tinggi (mencapai 20% berat) sehingga sangat berpotensi menjadi bahan baku pembuatan komposit dan industri tekstil. Kualitas serat eceng gondok sangat dipengaruhi oleh kadar air di dalamnya. Jika ingin dimanfaatkan sebagai bahan baku komposit dan tekstil, kadar air serat eceng gondok harus di bawah 10%, sedangkan pada keadaan awal kadar airnya dapat mencapai lebih dari 90%. Untuk itu, dibutuhkan pretreatment awal berupa proses pengeringan eceng gondok. Proses pengeringan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode Mixed Adsorption Drying merupakan salah satu inovasi metode yang dapat menggantikan proses pengeringan konvensional. Metode fluidisasi sudah umum digunakan untuk digunakan untuk pengeringan produk pertanian dan farmasi, dapat ditingkatkan kemampuannya jika digabungkan dengan adsorpsi. Pada proses pengeringan dengan sistem fluidisasi-adsorpsi akan terjadi penguapan air dari eceng gondok oleh udara pengering dan di saat yang sama adsorbent akan menjerap uap air di udara ini sehingga kelembaban udara dapat dijaga rendah. Variabel yang diubah dalam penelitian ini berupa suhu dan jumlah adsorben. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi suhu dan jumlah adsorben, maka laju pengeringan juga akan semakin cepat. Suhu optimum dalam penelitian ini adalah 60 ℃ dan rasio eceng gondok: fly ash optimum adalah 50:50. Selain itu, dari dua variabel optimum tersebut didapatkan difusivitas efektif sebesar 6,64E-7.

Water hyacinth is an aquatic weed which is growth very fast. Various utilization of water hyacinth is not currently able to compensate the growth. Water hyacinth has a high fiber content (up to 20% by weight) so it has the potential to become raw material for making composites and textile industries. The quality of water hyacinth fiber is strongly influenced by the water content in it. As aquatic plant, water hyacinth has high initial moisture content, more than 90%. Drying process is used to reduce high moisture content of water hyacinth and can be used as composite and textile industry raw material, that is below 10%. Drying by Mixed Adsorption Drying method is one of the innovative methods that can replace conventional drying process. Fluidization method is commonly used for used for drying agricultural products and pharmaceuticals, can be enhanced when combined with adsorption. The independent variable in this study are temperature and the amount of adsorbent. The result showed that if the temperature and the amount of adsorbent is higher, the drying rate will also fast. The optimum temperature in this study wis 60 ℃ and the optimum ratio of water hyacinth and fly ash is 50:50. In addition, two variables optimum effective diffusivity obtained by 6,64E-7."
2016
S62046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Characterization of pellet mixture of oxyde uranium and oxyde zirconium that is sintering process product. Characterization of nixture pellet UO2 and ZrO2 result of sintering process has been done as a mean to knows hardness character , microstructure, grain size and pellet density...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adji Kawigraha
"Disertasi ini membahas pengaruh batubara pada bijih besi tipe lateritik dalam bentuk pelet komposit. Tiga sampel R, C dan CTR digunakan dalam penelitian ini. R merupakan sampel yang berasal dari lokasi tambang, C merupakan bijih besi R yang telah dicuci dengan classifyer, dan CTR merupakan sampel C yang telah dilewatkan pada pemisah magnetik. Ketiganya berbeda dalam jumlah goethit, hematit dan magnetit. Sampel C hanya digunakan untuk reduksi diatas 1000 °C. Batubara yang digunakan sebagai reduktor merupakan batubara dengan kadar karbon rendah. Ketiga sampel digunakan berukuran lebih kecil dari 140 mesh. Sampel ditambahkan batubara dengan jumlah yang bervariasi, dibuat pelet dan dikeringkan. Pelet komposit kemudian direduksi.
Reduksi diatas 1000 °C dilakukan dengan tungku tabung. Kecepatan pemanasan tungku 10 °C/menit hingga temperatur yang diinginkan, temperatur ditahan selama 10 menit dan kemudian diturunkan hingga temperatur kamar. Variasi jumlah batubara adalah 20 % berat dan 29 % untuk R dan C serta 31 % untuk CTR. Jumlah batubara yang terakhir tersebut berhubungan dengan komposisi stoekiometri Fet dan C. Variasi temperatur adalah 1100 °C, 1200 °C, 1300 °C dan 1350 °C.
Analisis dilakukan dengan XRD untuk mengetahui fasa-fasa yang terbentuk dan diikuti dengan kuantifikasi fasa dengan metode Rietvield. Densitas pelet diukur untuk mengetahui perubahannya terhadap perubahan fasa. Mikrostruktur pelet diamati dengan SEM untuk mengetahui perbedaan dari pelet R dan CTR. Reduksi dibawah 1000 °C dilakukan dengan alat Simultaneous Thermal Analysis dan tungku tabung. Reduksi dengan alat STA dilakukan dengan kecepatan 10.

The dissertation discusses the reduction process of lateritic iron ore-coal composite pellet. Three samples have been used, called R, C and CTR. R is lateritic iron ore from mining, C is washed lateritic iron ore and CTR is lateritic iron ore which has been washed folllowed by magnetic separation. The three samples have different quantity of goethite, hematite and magnetite phases. C has been used only for direct reduction above 1000 °C. The used coal has low fixed carbon. The R, C and CTR are smaller than 140 mesh. The composite pellets are made of mixture of coal and ore.
Reduction above 1000 °C is carried out in tube furnace. Heating rate is 10 °C/minute. The temperature is fixed and maintained for 10 minutes. Then, temperature is decreased by turning off the electricity to room temperature. The composite of R and C are made of 20 % and 29 % of total weight whereas the composite of CTR are made of 20 % and 31 % of total weight. The temperatures are fixed at 1100 °C, 1200 °C, 1300 °C and 1350 °C.
X-Ray Diffraction is used for analysing the phases present after heating and followed by quantification using Rietveld Method. Density of composite pellet are measured. Microstructure of pellets are also investigated using SEM. Reduction below 1000 °C is carried out using Simoultaneous Thermal Analysis and tube furnace. Heating rate is 10 °C/minute. Nitrogen is flowed 20 mL/minute. Obtained thermal graphs are analysed. Reduced samples are analysed using X-Ray Diffraction. During reduction, released gases are analysed using gas analyser.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1984
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Sudarmaji
"ABSTRAK
Banyak proses yang telah diterapkan pada dunia industri dalam mengubah ukuran partikel, dari partikel kecil menjadi besar, antara lain dalam bentuk pelet, ekstrusi atau granular. Bentuk pelet memilih kelebihan dari bentuk ekstrusi maupun granular yaitu lebih kuat dan rapat. Tetapi dari segi adsorpsi, proses pemeletan (binder, tekanan dan kalsinasi) justru mengurangi luas permukaan dan volume mikropori yang menyebabkan pembatasan difusi sehingga kapasitas adsorpsi berkurang.
Dalam penelitian ini sebagai asorben digunakan zeolit alam Malang yang mempunyai kandungan Mordenite cukup besar. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya zeolit alam terlebih dahulu dimodifikasi dengan pertukaran kation menggunakan larutan NaCl 3M dengan perbandingan zeolit : larutan ( 1 gr : 2 ml). Larutan dan zeolit diaduk selama +/- 10 jam pada suhu ruang. Setelah dimodifikasi ZMT dipeletkan dengan menggunakan alat peliet press dengan air sebagai binder, kemudian dikalsinasi pada suhu 140 °C. Pemeletan dilakukan dengan variasi tekanan 2, 4 dan 6 ton serta variasi binder 25% dan 30% berat kering zeolit.
Pengujian kapasitas adsorpsi dilakukan dengan menggunakan alat Syngas Reaction System di Laboratorium RRK & KGA TGP-FTUI. Uji kapasitas adsorpsi dilakukan sebanyak 3 kali (2.5 sirklus) dengan menggunakan gas umpan udara pada kondisi suhu ruang. Regenerasi dilakukan dengan metode thermal swing desorprion. Dari uji kapasitas adsorpsi ternyata palet ZMT 30% mempunyai kinerja yang realtif lebih baik dibandingkan pelet ZMT 25%. Pelet ZMT 30% mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih baik karena dengan semakin banyaknya binder yang digunakan zat-zat pengotor yang ada dalam zeolit kemungkinan yang terbawa keluar waktu kalsinasi maupun degasing akan Iebih banyak. Daya tahan ZMT 30% juga lebih baik karena dengan komposisi binder 30% aplikasi tekanan pada waktu pembuatan pelet lebih efektif sehingga menghasilkan pelet yang lebih rapat dan kuat.
Dengan semakin besarnya tekanan yang digunakan dalam pembuatan pelet ZMT ternyata daya adsorpsinya berkurang akan tetapi pelet tersebut akan mempunyai ketahanan terhadap operasi siklus. Bila tekanan yang digunakan terlalu kecil walau mempunyai daya adsorpsi yang cukup baik akan tetapi penurunan kapasitas adsorpsinya cukup besar setelah diregenerasi. Seperti pada pelet ZMT yang dibuat dengan tekanan 2 ton kapasitas adsorpsinya pada adsorpsi-3 lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi peiet ZMT yang dibuat dengan tekanan 4 ton.
Secara umum penelitian ini menghasilkan pelet zeolit yang relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya [8]. Dalam penelitian dihasilkan pelet yang mempunyai kapasitas adsorpsi terbesar adalah pelet ZMT dengan komposisi binder 30% dan tekanan pembuatan 2 ton, yang mempunyai kapasitas adsorpsi-1 sebesar 0.15899 mg H2O/gr zeolit. Hasil tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu sebesar 0.105 mg H2O/gr zeolit. Untuk operasi siklus adsorpsi-regenerasi pelet ZMT dengan komposisi binder 30% dan tekanan pembuatan 6 ton, mempunyai ketahanan operasi yang lebih baik dibandingkan pelet ZMT yang lainnya.
Dalam operasi siklus adsorpsi-regenerasi 2.5 siklus pelet ZMT dengan komposisi binder 30% serta tekanan pembuatan 2 ton masih lebih baik dibanding pelet ZMT yang lainnya, hal ini bisa dilihat dari kapasitas adsorpsi terbesar dan total uap air yang diadsorp juga terbesar. Akan tetapi hasil ini bisa lain jika operasi adsorpsinya lebih lama. Sebab untuk operasi yang lama diperlukan pelet yang selain mempunyai daya adsorpsi baik juga ketahanan terhadap operasi siklus juga diperhatikan. Dengan hal ini perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai daya adsorpsi suatu zeolit untuk kondisi operasi yang berbeda."
2000
S50809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryadi Wijaya
"ABSTRACT
Pemanfaatan limbah menjadi energi pada limbah kopi menjadi salah satu solusi untuk penanganan limbah kopi. Pencampuran limbah Spent Coffee Ground SCG dan Coffee Silverskin CS berpotensi menghasilkan bahan bakar yang lebih baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karateristik SCG dan CS dan pengaruh fraksi pencampuran SCG dan CS terhadap kualitas bahan bakar pelet yang dihasilkan. Karakteristik SCG dan CS sebagai refuse derived fuel RDF meliputi densitas, morfologi, distribusi ukuran partikel, parameter pada analisis biopolimer, analisis proksimat dan analisis ultimat. Proses pembuatan bahan bakar pelet menggunakan metode densifikasi dengan tekanan 195 MPa. Karakteristik bahan bakar pelet meliputi densitas, durabilitas, analisis proksimat, nilai kalor dan pengujian pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik fisik CS mendukung terbentuknya pelet dengan tingkat densitas, durabilitas dan pembakaran yang lebih baik, namun apabila dilakukan pencampuran CS dalam jumlah yang besar berpotensi menghasilkan emisi partikulat abu dan emisi NOx. Sehingga sampel dengan komposisi pencampuran dengan SCG 75, CS 20 dengan perekat buatan 5 mampu menghasilkan pelet kualitas baik dan telah sesuai dengan beberapa parameter yang diuji pada standar pelet Jerman DIN 51731.

ABSTRACT
The concept of waste into energy in coffee waste to be one solution to the problem of coffee waste. Spent Coffee Ground SCG and Coffee Silverskin CS waste mixes have the potential to produce better fuel. The aim of this research is to know the characteristics of SCG and CS and the influence of mixing fraction of SCG and CS on the quality of pellet fuel produced. Characteristics of SCG and CS as refuse derived fuel RDF include density, morphology, particle size distribution, parameters in biopolymer analysis, proximate analysis and ultimate analysis. The process of making pellet fuel using densification method with pressure 195 MPa. Characteristics of pellet fuel include density, durability, proximate analysis, heat value and combustion testing. The results showed that the physical characteristics of CS support the formation of pellets with better density, durability and combustion levels, but when large amounts of CS are mixed, it is potential to produce ash particulates emissions and NOx emissions. Thus a sample with a mixing composition with SCG 75, CS 20 with 5 adhesive is capable of producing good quality pellets and is in compliance with some parameters tested on the German pellet standard DIN 51731."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>