Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Suhartono
"Cadangan deposit pasir besi di Indonesia umumnya mengandung Ti02 (rutil) kadar rendah yang terikat dalam mineral keluarga Ferro Titanium Oksida / ilmenite. Mineral ini merupakan mineral yang penting dan bisa bemilai ekonomi tinggi bila dapat diolah dan digunakan sebagai bahan baku pigmen rutil untuk bahan pewarna berkualitas tinggi. Pigmen ini banyak digunakan pada industri cat, pulp, dan pewama lainnya. Pigmen ini juga tidak beracun, korosif, dan tahan terhadap sinar uv. Selain itu, rutil adalah bahan baku pembuatanTitanium metal. Data perkiraan penggunaan produk Titanium selalu meningkat sekitar 10% s/d 15%.
Dialam Ti02 (rutil) juga ditemukan sebagai mineral tersendiri, namun saat ini bisa dikatakan habis, sehingga industri beralih ke rutil sintetik yang dibuat dari ilmenit (dengan kadar 45 - 70% Ti02) sebagai bahan baku pembuatan Ti02 (rutil). Namun pada saat ini, diperkirakan cadangan ilmenit dunia hanya cukup untuk beberapa dekade kedepan bila tidak ditemukan cadangan baru yang ekonomis secara geologi. Maka penelitian untuk ilmenit kadar Ti02 rendah yang melimpah di Indonesia per1u segera dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan berbagai percobaan dengan melarutkan konsentrat pasir besi berbagai ukuran butir dengan menggunakan asam khlorida dan variasi pertakuan untuk meningkatkan kadar Titanium Oksida.
Dari hasil penelitian ini tampak bahwa Ti02 asal Cilacap dan Bangka mempunyai mineral induk yang berbeda, meskipun berasal dari keluarga ilmenit. Pada hasil ekstraksi (presipitat) tampak 'reaktifrtas'-nya sangat berbeda. Pasir besi Cilacap (100 # mesh) mempunyai kadar Ti02 hanya berkisar 8-9%, namun dapat meningkat hampir tinier hingga 81 weight % atau meningkat 900% dari asalnya, dengan bertambahnya konsentrasi pelarot HCI dan kalsinasi pada presipitat pada 100Cf'C selama 4 jam. Pada pasir besi asal Bangka (100 #mesh) dengan kadar Ti02 52%, tidak menunjukan suatu perubahan yang mengesankan kecuali setelah dilarutkan dengan HCI pekat lalu dikalsinasi 10WC selama 4 jam. dimana kadar Ti02 meningkat hingga 84% (meningkat sekitar 65%) dari asalnya.
Dari hasil penelitian ini tampak bahwa mineral Ferro Titanium Oksida dengan kadar Ti02 rendah dari pesisir selatan Jawa dan (kemungkinan) juga dari pesisir barat Sumatra mempunyai prospek yang sama baiknya dengan mineral Ferro Titanium Oksida yang berasal dari pulau Bangka - Belitung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Firmansyah
"Pada penelitian ini telah dilakukan pengolahan skala kecil pasir besi menjadi ingot besi dengan proses reduksi langsung menggunakan electric muffle furnace pada suhu 1350oC dengan variasi waktu pembakaran 5, 10, 15 dan 20 menit. Komposisi pellet yang digunakan adalah pasir besi : grafit : kapur : bentonit berturut-turut 74:20:5:1 wt %. Dengan komposisi pellet yang sama dilakukan penelitian dalam skala lebih besar dan digunakan electric arc furnace sebagai alat pembakaran. Telah didapatkan hasil dari penelitian ini ingot besi berupa pig iron dengan kandungan besi 96,58 % dan karbon 3,40 %. Persen metalisasi yang diperoleh adalah 49,15 %. Pada slag masih terdapat besi dalam bentuk senyawa Fe2TiO4 dan FeO, yang membuktikan bahwa proses reduksi belum berjalan sempurna.

In this experiment has been done laboratory scale processing of iron sand to be iron igot by direct reduction using electric muffle furnace at 1350oC by variying of burning time 5, 10, 15, and 20 minutes. The pellet was constituted by iron sand, graphite, limestone, and bentonite with composition of 74:20:5:1 wt % respectively. Using the similar composition, the experiment with larger scale has been conducted using electric arc furnace as a burning apparatus. From the experiments, iron ingot in the form of pig iron with iron content of 96,58 % and carbon content of 3,40 % has been yielded. The metallization process yielded 49,15 %. In the slag, there are still remain iron in the form of Fe2TiO4 and FeO compounds, which has proved that reduction process was still not conducted perfectly."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T29080
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiana Dysi Setiawati
"ABSTRAK
Perolehan TiO2 dari pasir besi melalui pelindian asam klorida (HCl) telah dilakukan. Pasir besi menjadi salah satu komoditas pertambangan yang turut memegang peranan penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. TiO2 yang dapat diperoleh dari ilmenite (FeTiO3) pada pasir besi mampu memberikan nilai tambah pasir besi. Pada penelitian ini, proses diawali dengan menghaluskan pasir besi sehingga didapatkan ukuran sebesar 325 mesh yang kemudian pasir besi diseparasi menggunakan magnet NdFeB dan komposit NdFeB untuk memisahkan ilmenite dari senyawa titanomagnetite dan pengotor lainnya. Pasir yang telah diseparasi dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-x (XRD) dan Scanning Electron Microscope ? Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) untuk menentukan ilmenite terbanyak.
Hasil separasi mampu meningkatkan kadar ilmenite sampai 67.61% dan mengurangi senyawa pengotor seperti hematite 26.31% dan silika 4.58%. hasil separasi yang memiliki kadar ilmenite terbanyak diberikan perlakuan pelindian menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 32%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelindian menggunakan asam klorida dapat mengganggu struktur ilmenite menjadi TiO2 dengan tingkat kemurnian mencapai 91.46% dengan efisiensi sebesar 42.14% dan mengurangi impuritas yang signifikan.

ABSTRACT
Processing TiO2 from iron sand by hydrochloric acid (HCl) has been investigated. Iron sand became one of the commodities that contribute and important role in actuating the economy of Indonesia. TiO2 can be obtained from ilmenite (FeTiO3) in the iron sand so it can give the add values of iron sand. In this study, the process began from milling iron sand up to size 325 mesh and then was separated using a NdFeB magnet and composite of NdFeB to separate between titanomagnetite, ilmenite, and the impurities. Iron sand has been separated and then has been characterized by using x-ray diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) to determine the highest concentration of ilmenite.
The results of separation can increase concentration of ilmenite up to 67.61% and reduce the impurity compounds such as hematite 26.31% and silica 4.58%. The results of separation which has the highest concentration of ilmenite was leached using hydrochloric acid at a concentration of 32%. The results show that the leaching process can destroying the structure of ilmenite into TiO2 purity of 91.46% with efficiency 42.14% and reducing impurities significantly.
"
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Faruqi
"Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia menuntut industri pertambangan dan pengolahan mineral untuk dapat mengolah sumber daya yang ada menjadi bahan baku untuk kelancaran siklus industri di Indonesia. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan dalam industri adalah bahan baku mineral berupa pasir besi. Pasir besi merupakan salah satu mineral paling melimpah di Indonesia. Kandungan utama pasir besi adalah senyawa oksida besi yaitu magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), titanomagnetit (Fe2TiO4), dan ilmenit (FeTiO3). Mineral ini mengandung unsur utama besi dengan pengotor lain yang memiliki harga jual tinggi seperti titanium. Kajian penelitian terkait reduksi karbotermik telah dikembangkan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh proses distribusi ukuran bahan baku terhadap reduksi karbotermik pasir besi dengan arang tempurung kelapa sawit dan natrium sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar sebelum dan sesudah reduksi sehingga bisa dikatakan terjadi proses reduksi. Selain itu, tampilan visual metode milling 60 menit lebih baik daripada metode lainnya. Persentase perolehan kembali Fe tertinggi dicapai pada sampel 3 yang diberi perlakuan bubuk selama 4 menit tanpa penambahan Na2SO4 sebesar 91%.

The abundant natural resources in Indonesia require the mining and mineral processing industries to be able to process existing resources into raw materials for the smooth running of the industrial cycle in Indonesia. One of the resources needed in the industry is mineral raw material in the form of iron sand. Iron sand is one of the most abundant minerals in Indonesia. The main content of iron sand is iron oxide compounds, namely magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3), titanomagnetite (Fe2TiO4), and ilmenite (FeTiO3). This mineral contains the main element iron with other impurities that have a high selling price such as titanium. Research studies related to carbothermic reduction have been developed with the aim of knowing the effect of the raw material size distribution process on the carbothermic reduction of iron sand with palm oil shell charcoal and sodium sulfate. The results showed that there was a change in levels before and after the reduction so that it could be said that there was a reduction process. In addition, the visual display of the 60 minute milling method is better than other methods. The highest percentage of Fe recovery was achieved in sample 3 which was treated with powder for 4 minutes without the addition of Na2SO4 by 91%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binar Pribadi Kusuma
"Indonesia merupakan negara yang dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah terutama di bidang cadangan mineralnya. Pasir besi merupakan salah satu mineral paling melimpah di Indonesia. Kandungan utama pasir besi adalah senyawa oksida besi, yaitu magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), titomagnetit (Fe2TiO4), dan ilmenit (FeTiO3). Ilmenite merupakan mineral yang mengandung unsur utama besi dengan pengotor lain yang memiliki harga jual tinggi yaitu titanium. Studi penelitian yang berkaitan dengan reduksi karbotermik telah dikembangkan dengan tujuan menyelidiki efek kadar natrium sulfat pada tingkat akhir terak kaya besi dan titanium. Reduksi karbotermik dilakukan dengan menggunakan muffle tube furnace pada suhu 12000C selama 1 jam. Sampel yang direduksi adalah campuran pasir besi dan arang cangkang sawit sebagai reduktor 6,91% dari massa sampel dan divariasikan aditif natrium sulfat sebesar 0%, 1,5%, 3%, dan 4,5% dari massa sampel. Hasil uji XRF menunjukkan indikasi terjadinya proses reduksi pasir besi karena terjadi peningkatan kadar unsur besi. Hasil uji SEM-EDS menunjukkan perubahan morfologi untuk setiap penambahan konsentrasi natrium sulfat sebesar 0%, 1,5%, 3%, dan 4,5%. Kondisi optimal terjadi pada penambahan 3% natrium sulfat karena terdapat senyawa besi dan TiO2 yang berbentuk anatase dan recovery mencapai 88,35%.

Indonesia is a country known to have abundant natural resources, especially in the field of mineral reserves. Iron sand is one of the most abundant minerals in Indonesia. The main content of iron sand is iron oxide compounds, namely magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3), titomagnetite (Fe2TiO4), and ilmenite (FeTiO3). Ilmenite is a mineral that contains the main element iron with another impurity that has a high selling price, namely titanium. Research studies related to carbothermic reduction have been developed with the aim of investigating the effect of sodium sulfate levels on the final levels of iron and titanium rich slag. Carbothermic reduction was carried out using a muffle tube furnace at a temperature of 12000C for 1 hour. The sample that was reduced was a mixture of iron sand and palm shell charcoal as a reducing agent of 6.91% of the sample mass and varied with sodium sulfate additives of 0%, 1.5%, 3%, and 4.5% of the sample mass. XRF test results indicate an indication of an iron sand reduction process due to an increase in iron content. SEM-EDS test results showed morphological changes for each addition of sodium sulfate concentration of 0%, 1.5%, 3%, and 4.5%. The optimal condition occurs in the addition of 3% sodium sulfate because there are iron and TiO2 compounds in the form of anatase and recovery reaches 88.35%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekri Bill
"ABSTRAK
Pasir besi merupakan komoditi yang penting pada pengolahan industri besi dan baja
didunia. Saat ini Indonesia masih mengimpor bahan baku industri besi dan baja dari
negara luar seperti China, Brazil, Swedia, dan lainnya. Padahal, sumber daya pasir besi
di Indonesia mampu untuk menjadi salah satu alternatif dalam pengembangan industri
ini. Namun, dalam prosesnya pengembangan industri pengolahan pasir besi memiliki
banyak hambatan, baik dari segi teknis maupun non-teknis. Kekurangan penelitian
tentang teknologi pengolahan pasir besi yang mumpuni masih menjadi faktor
penghambat. Selain itu kandungan titanium yang ada pada pasir besi yang umumnya
di Indonesia juga menjadi masalah yang teknis bagi pengembangan industri ini. Untuk
itu diperlukan suatu penelitian tentang pengolahan pasir besi. Pada penelitian dilakukan
suatu metode penggunaan ukuran partikel serta proses magnetik untuk melakukan
preparasi awal suatu proses peningkatan kadar titanium dari pasir besi. Sampel awal
pasir besi yang digunakan berasal dari daerah Tasikmalaya. Pada awalnya, pasir besi
akan diberikan proses pengeringan selama 30menit untuk mengurangi kadar air dalam
pasir besi tersebut. Setelah pengeringan selesai sampel dianalisis komposisi dengan
menggunakan EDS. Kemudian sampel akan melalui tahapan pengayakan. Pada proses
ini, pasir besi akan terpisah menjadi beberapa ukuran partikel, diantaranya 80#, 100#,
120#, 140#, 170#, dan 270#. Setelah itu sampel dilakukan uji EDS untuk melihat kadar
titanium tertinggi. Kemudian sampel diberikan proses pemisahan secara magnetik
dengan 3 variabel, yakni 0.5T, 1.3T, 1.8T. Setelahnya sampel dianalisis kembali
kadarnya untuk kemudian memperoleh hasil peningkatan kadar titanium setelah
proses-proses tersebut. Pada awal pengeringan, sampel memiliki kadar Ti sebesar
4.43%. Setelah melalui proses pengayakan, sampel dengan kadar titanium tertinggi
adalah sampel yang memiliki ukuran partikel 270#, yakni sebesar 11.87%. Sampel ini
kemudian menjadi sampel utama pada proses pemisahan magnetik. Pada proses
pemisahan magnetik didapatkan terjadi penurunan kadar titanium pada penggunaan
induktansi sebesar 0.5T dan 1.3T. Namun, pada saat penggunaan induktansi 1.8T,
sampel mengalami peningkatan kadar Ti menjadi 14.22%.

ABSTRACT
Iron sand is an important commodity in the processing of iron and steel industry in the
world. As we know, Indonesia still import raw materials of this industry from foreign
countries, for example, China, Brazil, Sweden, etc. In fact, iron sand resources in
Indonesia is able to be one of the alternatives resources in the development of this
industry. However, the development of the iron sand processing industry has much
barriers, both technical and non-technical. We can developed iron sand to be a potential
source for titanium processing industry. Titanium processing industry in Indonesia
itself is still rarely developed. This is because of some difficulties in the process.
Shortage of research on developed technologies that capable and friendly to
environtment is still a limiting factor. In addition the content of titanium in the iron
sand is also being a technical problem for the development of this industry. This
requires a deep study of the iron sand processing. In this research carried out a method
using magnetic and particle size as well as the process of preparation of titanium
extraction. Initial sample of iron sand used comes from Tasikmalaya region. First of
all, the iron sand will be given the drying process for 30 minutes to reduce the water
content in the iron sand. After that, the samples were analyzed its composition by using
EDS. Then the sample will be sieving through 6 stages. In this process, iron sand will
be separated into several particle sizes, such as 80 #, 100 #, 120 #, 140 #, 170 #, and
270 #. After that, the samples tested with EDS to see which sample has the highest
levels of titanium content. Then the sample is given by the magnetic separation process
with 3 variables, 0.5T, 1.3T, 1.8T.Last process is the samples were analyzed EDS for
second time. At the beginning of drying, the samples had levels of 4.43% Ti. After
going screening process, samples with 270# has highest titanium content, which is
equal to 11.87%. Than this samples then become the main sample in the magnetic
separation process. In the process of magnetic separation there are some decreased
levels of titanium content in the use of an inductance of 0.5T and 1.3T. Howe"
2017
S70162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devara Clarissa Pieter
"Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam khususnya pada bahan tambang. Pasir besi banyak ditemukan di pesisir Indonesia yang didalamnya mengandung beberapa mineral berharga seperti hematit Fe2O3, ilmenit FeTiO3 serta rutil TiO2. Studi penelitian terkait pasir besi telah dikembangkan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap pembentukan titanomagnetit Fe2TiO4-Fe3O4 pada proses reduksi pasir besi menggunakan reduktor batubara dan aditif sodium sulfat Na2SO4. Hasil pengujian XRD dan semi-kuantitaif pada variasi temperatur 700oC, 800oC dan 900oC diperoleh temperatur optimum yaitu temperatur 900oC dengan jumlah titanomagnetit Fe2TiO4-Fe3O4 sebesar 48.5.

Indonesia is a developing country that has rich deposit of natural resources particularly in mineral ores. Many of iron sand found in coastal Indonesia that contains some valuable minerals such as hematite Fe2O3, ilmenite FeTiO3 sand rutile TiO2. Research study related to iron sand has developed that aims to determine the effect of temperature against the form of titanomagnetite in reduction process using coal as reductor and sodium sulphate Na2SO4 as an additive. The results of XRD characterization and semi quantitative with temperature variable 700oC, 800oC and 900oC obtained that 900oC is an optimum temperature with amount of titanomagnetite Fe2TiO4 Fe3O4 as much as 48.5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Sukmara
"Titanium dioksida (TiO2) adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan sebagian besar industri kimia. Titanium dioksida ini dapat diperoleh salah satunya dari ekstraksi pasir besi yang kaya akan titanium. Potensi yang besar ini dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang Banten, dimana bahan baku berupa pasir besi yang melimpah teridentifikasi bahwa pasir besi Pandeglang mengandung ilmenit (FeTiO3) mencapai 66,64 % dan titanomagnetit (Fe2TiO4) mencapai 19,20%. FeTiO3 ini menjadi bahan baku utama dalam penelitian ini. FeTiO3 diekstraksi menjadi TiO2 dengan metoda hidrometalurgi melalui perlakuan leaching asam sulfat H2SO4. Selanjutnya, proses reduksi logam Ti dari bahan baku TiO2 hasil dari ekstraksi pasir besi lokal, dengan metoda kombinasi antara metoda Kroll dan metoda OS (Ono K., dan Suzuki R.O.). TiO2 tersebut dilebur dengan CaCl2 pada suhu 950 ºC selama 6 jam. Proses pemurnian Ti dengan melibatkan reduksi Ca dari TiO2 dan elektrolisis CaO dalam pencairan CaCl2. Penelitian ini berhasil mengekstraksi TiO2 fasa anatase dengan tingkat kemurnian mencapai 98,3%. Kemurnian TiO2 yang relatip rendah ini berhasil ditingkatkan dengan menvariasikan konsentrasi H2SO4 berturut-turut sebesar 45, 50, 55, 60, dan 65 %. TiO2 yang dihasilkan, memiliki tingkat kemurnian berkisar dari 98.3% hingga 99.5% dengan tingkat recovery 60,37% hingga 77,97 %. Konsentrasi larutan H2SO4 optimum adalah 60 % menghasilkan TiO2 dengan tingkat kemurnian sebesar 99,50% dan recovery 77,97 %. Hasil proses reduksi TiO2 menjadi logam Ti dilakukan dengan menerapkan metode Kroll kombinasi dengan metode OS (Ono K., Suzuki R.O.) menunjukkan bahwa telah berhasil diperoleh logam Ti dengan tingkat kemurnian mencapai 97,29% dan recovery 86,32 %. Disimpulkan bahwa pasir besi yang terdapat di Kabupaten Pandeglang mengandung mineral ilmenit dan titanomagnetit yang kaya unsur Ti. Metode ekstraksi yang telah dilakukan dalam penelitian ini bisa ditingkatkan pada skala pilot project.

Titanium dioxide (TiO2) is a much-needed raw material for most chemical industries. Titanium dioxide can be obtained from the extraction of iron sand which is rich in titanium. Where raw materials in the form of abundant iron sand identified contains ilmenite (FeTiO3) reaching 66.64% and titanomagnetite (Fe2TiO4) reaching 19.20%. FeTiO3 is the main raw material in this research. FeTiO3 was extracted into TiO2 by hydrometallurgical method through sulfuric acid leaching treatment H2SO4. Furthermore, the Ti metal reduction process from the TiO2 raw material resulting from the extraction of local iron sand, using a combination method between the Kroll method and the OS method (Ono K., and Suzuki R.O.). The TiO2 was melted with CaCl2 at 950 ºC for 6 hours. The Ti purification process involved the reduction of Ca from TiO2 and the electrolysis of CaO in the CaCl2 melt. This study successfully extracted anatase phase TiO2 with a purity level of 98.3%. The purity of this relatively low TiO2 was successfully improved by varying the concentration of H2SO4 successively by 45, 50, 55, 60, and 65%. TiO2 produced, has a purity level ranging from 98.3% to 99.5% with a recovery rate of 60.37% to 77.97%. The optimum concentration of H2SO4 solution is 60% to produce TiO2 with a purity level of 99.50% and recovery of 77.97%. The results of the TiO2 reduction process into Ti metal carried out by applying the Kroll method combined with the OS method (Ono K., Suzuki R.O.) showed that Ti metal was successfully obtained with a purity level of 97.29% and a recovery of 86.32%. It was concluded that the iron sand found in Pandeglang Regency has the potential as a source of Ti. The extraction method that has been carried out in this study can be applied on a pilot project scale, so that the need for the use of Ti can be obtained domestically."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugraha
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sodium sulfat Na2SO4 pada proses reduksi pasir besi titan. Sampel yang digunakan merupakan pasir besi yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Barat, serta menggunakan batu bara sebagai reduktor dan aditif sodium sulfat Na2SO4 yang menjadi parameter pada penelitian ini. Dari hasil pengujian XRD dan data analisa perhitungan semi-kuantitatif diperoleh peningkatan kadar senyawa titano-magnetit Fe2TiO4-Fe3O4 yang lebih tinggi setelah proses reduksi menggunakan aditif sodium sulfat Na2SO4. Dari data hasil perhitungan semi-kuantitatif untuk variasi penambahan sodium sulfat Na2SO4 sebesar 5, 15, dan 25 didapatkan bahwa pembahan sodium sulfat Na2SO4 memiliki nilai optimum pada penambahan 15 dengan jumlah senyawa titano-magnetit Fe2TiO4-Fe3O4 yang terbentuk sebesar 46,9.

This study aims to determine the effect of sodium sulfate Na2SO4 addition on the reduction proses of tiania iron sand. The sample that used in this research are the iron sand that taken from Sukabumi, West Java, coal as reductor, and sodium sulfate Na2SO4 as additive and primary parameter. From the result of XRD characterization and semi quantitative analysis the content of titano magnetite Fe2TiO4 Fe3O4 in the iron sand increase with addition of sodium sulfate Na2SO4. Meanwhile, from semi quantitative analysis result with the variation of sodium sulfate Na2SO4 in 5, 15, and 25 have an optimum point on the addition of 15 sodium sulfate Na2SO4 with 46,9 of titano magnetite Fe2TiO4 Fe3O4 content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedi Eka Maulana
"ABSTRAK
Indonesia memiliki cadangan pasir besi yang tinggi, umumnya terdapat di sepanjang selatan pulau jawa. Pasir besi mengandung beberapa mineral berharga yang mengandung Titanium seperti ilmenite, titanomagnetite dan rutile. Penelitian ini akan membahas tentang pengaruh waktu reduksi terhadap peningkatan kadar titanomagnetite pada pasir besi dengan penambahan aditif Na2SO4 sebanyak 15 sebagai katalis dengan variasi waktu 10, 20, dan 30 menit pada suhu 800OC. Dibutuhkan tahap roasting agar dapat memaksimalkan proses pemurnian pasir besi dengan penambahan Na2CO3 dengan perbandingan 1:0.4 Dari hasil pengujian XRD dan data analisa perhitungan semi-kuantitatif menggunakan Software HighScore Plus diperoleh peningkatan kadar senyawa titanomagnetite yang optimum pada waktu reduksi selama 30 menit dengan jumlah senyawa titanomagnetite xFe2TiO4 1-x Fe3O4 sebesar 36

ABSTRACT
Indonesia has rich deposit of Iron Sand that can be found along of the Java southern part island. Iron sand contains some Ti Rich minerals such as ilmenite, titanomagnetite dan rutile. This study aims to determine the effect of time variation on the results of Increasing titanomagnetite in iron sand and addition of 15 Na2SO4 as a catalyst. Variation of this reasearch are respectively 10 minutes, 20 minutes and 30 minutes with reduction temperature at 800OC. It takes the stage of roasting to condition the ore to be more easily reduced and increase the metal content so that it can maximize the iron sand purity with addition of Na2CO3 additive with mass ratio 1 0.4 . Based on the XRD and Semi Quant equation using Software HighScore Plus, optimal time for reducing iron sand with coal at 800OC is 30 minutes, which produce content of titanomagnetite as much as 36 ."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>