Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ratna Mardiati Soemardi
"Gangguan skizofreniform masuk ke dalam kelompok psikosis seperti skizofrenia, dengan perbedaan bahwa lama penyakitnya, termasuk fase-fase prodromal, aktif dan residual, adalah kurang dari enam bulan akan tetapi lebih lama dari dua minggu (PPDGJ II). Manschrek dan Petri (1978) menyebutkan bahwa gangguan skizofreniform masuk dalam golongan psikosis akut, yakni suatu psikosis yang terjadinya akut dan pulih kembali dalam keadaan semula dalam waktu singkat. Yang membedakannya dari gangguan skizofrenia adalah lamanya gangguan yang kurang dari enam bulan serta lebih sering ditandai dengan gejala emosi, ketakutan, kebingungan dan halusinasi-halusinasi yang jelas, dan kemungkinan kembali kefungsi pramorbid besar, bahkan tanpa terapi sekalipun.
Ciompi (1984) berpendapat fenomena psikosis berkembang dalam tiga fase, yakni fase pra-morbid, fase kedua dan fase ketiga. Fase pra-morbid merupakan kombinasi antara unsur biologik (genetik dan kelainan organik lain) dan pengaruh pengaruh psikososial yang membuat seseorang secara pramorbid peka terhadap psikosis. Ciri kepekaan tersebut berupa rendahnya toleransi kognisi dan emosi terhadap stres yang dihubungkan dengan tidak adekuatnya kemampuan mengolah informasi kompleks. Dalam fase kedua, kejadian-kejadian yang menimbulkan stres dalam kehidupan dapat menimbulkan episoda-episoda psikotik unik atau berulangnya episoda-episoda psikotik produktif akut. Fase ketiga merupakan evolusi jangka panjang yang lebih merupakan faktor psikososial daripada biologik.
Jatuhnya seseorang ke dalam gangguan psikosis bila kepekaan sistema saraf pusatnya tersentuh sampai mencapai titik kritis oleh situasi-situasi interpersonal dan kejadian-kejadian didalam kehidupannya yang tidak menguntungkan. Kepekaan ini menurut Ciompi dapat dikenali dari kebanyakan orang karena rendahnya penyaluran kemampuan kognitifnya (Jaw channel capacity)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
616.89 DAD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ashrina Nailulmuna Haikal
"Kepribadian dan kejiwaan seorang individu dapat dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Baik atau buruknya pengaruh tersebut tergantung dari peristiwa yang dialaminya. Dalam hal ini, peristiwa buruk dapat menimbulkan perasaan trauma yang menjadi dasar berkembangnya sebuah fobia. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini berfokus kepada kepribadian dan kejiwaan tokoh Abel dalam novel Jakarta Sebelum Pagi terkait dengan fobia yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana kepribadian dan kejiwaan tokoh Abel diungkapkan dan bagaimana faktor-faktor yang membangun kepribadian dan kejiwaan tokoh Abel. Kedua hal tersebut dianalisis dengan memperhatikan fobia yang diderita oleh tokoh Abel. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan kepribadian tokoh Abel yang terbuka dan bersahabat, tegar dan mandiri, bertekad dan berpendirian kuat, berani, berhati-hati, dan antisipatif. Sementara itu, kejiwaan tokoh Abel ditunjukkan melalui pengalaman traumatis penyebab timbulnya fobia terhadap sentuhan dan suara, sifat paranoid dan perasaan tidak aman, anggapan bahwa dunia luar adalah ancaman, dan upaya melakukan suatu tindakan untuk ketenangan diri sendiri. Kepribadian dan kejiwaan Abel diungkapkan melalui interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya. Sementara itu, faktor yang membangun kondisi tersebut di antaranya adalah kesadaran yang dimiliki oleh Abel atas fobianya sendiri.

Personality and psychological condition of an individual can be influenced by many things, including events that occur around them. Whether the influence is good or not depends on the event that they experience. In this case, a bad event can create a traumatic feeling that is a basic reason for a phobia. Based on this description, this study focuses on personality dan psychological condition of a character named Abel in the novel Jakarta Sebelum Pagi in relation to his phobia. This study aims to explain how the personality and psychological condition of Abel are exoressed and how the factors that build it. Those two things are analyzed by considering Abel's phobia. This study uses qualitative method and psychology literature approach. The result shows the personality of Abel who is open and friendly, tough and independent, determined, courageous, cautious, and antisipatory. Meanwhile, the psychological condition of Abel is shown through traumatic experience that caused phobia to touch and sound, paranoid and feelings of insecurity, a belief that the outside world is a threat, and some actions that taken for self calm. The personality and psychological condition of Abel are expressed through his interactions with people around him. Meanwhile, one of the factors that contributed to build it is the awareness that Abel has of his own phobia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Sitawati
"Latar Belakang: Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat, Skizofrenia diderita oleh 21 juta orang di dunia. Anggota Rumah Tangga (ART) di Indonesia yang menderita Skizofrenia/ psikosis 6,7 per mil pada 2018. Cakupan pengobatan penderita Skizofrenia atau psikosis yang berobat ke RS Jiwa/fasilitas layanan kesehatan/Tenaga Kesehatan adalah pernah/seumur hidup (85%) dan yang minum obat rutin 1 bulan terakhir (48,9%). Sekalipun prevalensinyaya kecil namun dampaknya sangat besar biaya finansial Skizofrenia di Amerika Serikat diperkirakan melampaui biaya semua kanker bila digabungkan, karena Skizofrenia bermula pada awal kehidupan, menyebabkan hendaya/ketidakmampuan yang signifikan dan bertahan lama, membuat tuntutan perawatan rumah sakit yang berat, membutuhkan perawatan rawat jalan, rehabilitasi, dan layanan dukungan terus-menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya determinan kepatuhan minum obat pada penderita Skizofrenia di Poli Rawat Jalan RSJ Daerah Propinsi Lampung tahun 2019.
Metode: Penelitian Kuantitatif dengan desain Cross Sectional, sampel 192 responden diolah dengan chi square dan regresi logistik.
Hasil: Sebagian dari penderita yang menjadi responden patuh minum obat (51,0%), berumur dewasa >30 tahun (70,3%), berpenghasilan dibawah UMP Lampung (82,3%), tingkat pendidikan dasar (46,9%), akses ke RSJ terjangkau (73,4%), persepsi dukungan keluarga sangat kuat (50,5%), wawasan terkait penyakit luas (94,3%), persepsi keparahan penyakit sedang (61,5%), persepsi tidak ada efek samping obat (54,7%), persepsi peran Dokter baik (35,9%) dan peran Apoteker sangat baik (80,2%). Kepatuhan berasosiasi secara positif dengan penghasilan (OR= 4,73), tingkat pendidikan, akses ke RSJ (OR=5), persepsi dukungan keluarga (OR=2,2), wawasan terkait penyakit (OR=5), persepsi keparahan penyakit, persepsi efek samping obat (OR=2,6), peran Dokter dan peran Apoteker (OR=2,7). Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah akses dengan OR = 6,6.
Rekomendasi: Meningkatkan akses pada penderita melalui optimalisasi pelayanan kesehatan mental rujukan berjenjang di PPK I, II, disertai sumber daya manusia (Dokter, Apoteker) serta obat-obatan terkait, mengaktifkan Website RSJ serta melakukan edukasi melalui video edukasi, leaflet, poster, banner terkait kepatuhan minum obat penderita Skizofrenia.

Introduction: Skizophrenia is a severe mental disorder, it affects 21 Million people in the word. Household membersin Indonesia who suffer from schizophrenia/psychosis 6,7 per mile in 2018. Treatment coverage for schizophrenia/ psychosis patients who go to mental health/health care facilities/ health workers is ever/ for lifetime (85%) and who take routine medication for last month (48.9%). Even though the prevalence is small but the impact is enormous, financial costs of schizophrenia in the United States are estimated to exceed the costs of all cancers when combined, because schizophrenia starts early in life, causes significant and long-lasting health/disability, makes demands for severe hospital treatment, requires outpatient care, rehabilitation, and continuous support services. The purpose of this study was to determine the determinants of medication adherence in patients with paranoid schizophrenia in outpatient polyclinic in Lampung Province Regional Hospital in 2019
Method: a quantitative research with cross sectional design, 192 sample respondents, using chi square and logistic regression analysis.
Result: Some of the patients who became respondents obeyed taking medication (51.0%), having adult age > 30 years (70.3%), earning under the UMP Lampung (82.3%), basic education level (46.9%), access to RSJ affordable (73.4%), perception of family support was very strong (50.5%), good insight into illness (94.3%), perception of disease severity moderate (61.5%), perception of drug: no side effects (54.7%), perceptions of the role of the doctor good (35.9%) and the role of the Pharmacist is very good (80.2%). Compliance was positively associated with income (OR = 4.73), education level, access to RSJ (OR = 5), perceptions of family support (OR = 2.2), insight into illness (OR = 5), perception of disease severity, perception of drug side effects (OR = 2.6), the role of the doctor and the role of the pharmacist (OR = 2.7). The most dominant variable that is related to medication adherence is access with OR = 6.6
Recommendation: Increase access to patients through optimization of tiered referral mental health services in PPK I, II, along with human resources (Doctors, Pharmacists) and related medicines, activate the RSJ Website and conduct education through educational videos, leaflets, posters, related banners compliance with taking medication for patients with schizophrenia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Khairat
"Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa dengan peningkatan kasus setiap tahun di Indonesia. Skizofrenia tergolong pada penyakit multifaktorial dengan adanya interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik heritabilitas tinggi, sehingga faktor genetik memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan. Skizofrenia digolongkan menjadi lima tipe berdasarkan gejala yang mendominasi. Tipe paranoid menjadi tipe skizofrenia yang terbanyak dibandingkan tipe lainnya. Gen-gen yang berperan pada skizofrenia umumnya gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmitter dan hasil studi Genome Wide Association Study (GWAS) di Asia Timur dengan nilai Minor Allele Frequency (MAF) rendah. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara varian pada gen DTNBP1, COMT, GPM6A, RASSF1 dengan skizofrenia tipe paranoid pada pasien di Sumatera Barat, Indonesia. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 100 orang pasien skizofrenia tipe paranoid dan 100 orang sampel kontrol/non skizofrenia. Metode yang digunakan untuk analisis genotipe varian gen adalah dengan Restriction Enzyme Length Polymorphism (RFLP) dan Amplification Refractory Mutation System (ARMS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varian pada gen GPM6A memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus skizofrenia tipe paranoid di Sumatera Barat, Indonesia pada alel A dengan nilai p value 0,002 dan rasio odd 1,604 (1,076-2,390). Sehingga dapat disimpulkan bahwa gen GPM6A memiliki potensi sebagai kandidat marka genetik pasien skizofrenia tipe paranoid di Sumatera Barat, Indonesia.

Schizophrenia is a mental disorder with an increasing incindence every year in Indonesia. Schizophrenia is classified as a multifactorial disease with the interaction between environmental factors and high heretability genetic factors, thus genetic factors have a greater influence compared to the environment. Schizophrenia is divided into five types based on dominating symptoms. Paranoid types is the major type of schizophrenia compared to other types. The genes that play a role in schizophrenia are generally genes associated with neurotransmitters and Genome Wide Association Study (GWAS) in East Asia with low Minor Allele Frequency (MAF) scores. The aim of this study was to elucidate the association between variance in the genes DTNBP1, COMT, GPM6A, RASSF1 in paranoid schizophrenia patients in West Sumatra, Indonesia. One hundred paranoid schizophrenia patients and control/non-schizophrenia samples were included. Genotyping analysis was performed with Restriction Enzyme Length Polymorphism (RFLP) and Amplification Refractory Mutation System (ARMS). The results showed that variant of the GPM6A gene had a significant association with paranoid schizophrenia in West Sumatra, Indonesia in A allele with p value 0.002 and odd ratio 1.604 (1.076-2.390). In conclusion, the GPM6A gene has the potential as a genetic marker candidate of paranoid schizophrenia patients in West Sumatra, Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Luciana Kabang
"Halusinasi merupakan salah satu gejala skizofrenia paranoid. Halusinasi merupakan persepsi sensorik palsu yang tidak berkaitan dengan stimulus eksternal yang nyata. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk menyampaikan asuhan keperawatan halusinasi pada Tn. R dengan skizofrenia paranoid. Proses asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis kepada Tn. R yang berusia 28 tahun selama 11 hari rawat pada tanggal 7 ndash; 18 Mei 2018. Implementasi keperawatan berfokus pada kemampuan klien mengenal dan mengontrol halusinasinya serta mengikuti program pengobatan secara optimal. Intervensi keperawatan memberikan dampak yang positif kepada klien terlihat dari penurunan tanda dan gejala halusinasi yang diperlihatkan oleh klien serta kemampuan klien mengaplikasikan kegiatan yang dilatih. Rencana tindak lanjut pelayanan keperawatan diharapkan dapat dimaksimalkan baik secara individu, keluarga dan kelompok.

Hallucination is one of clinical manifestations of paranoid schizophrenia. Hallucination is a false sensory perception which has no association with the actual external stimulus. This study case aimed to elaborate on nursing care provided for Mr. R with hallucination and paranoid schizophrenia. The nursing care was provided for Mr. R, 28 year old male, for 11 days long starting from 7th to 18th of May 2018 by referring to standards of generalist nursing care. The nursing intervention emphasized on client rsquo;s ability to recognize and control his hallucination as well as to comply with the regimen program properly. The interventions provide positive impact on client as manifested by relieved signs and symptoms of hallucination and his proficiency in applying trained activities. Follow-up plan of care is supposed to be promoted for individual, family, group, and community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jacinta Fransisca Rini
"Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Bagaimana orang tua mengasuh anak banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadi di masa Ialu yang membentuk karakter dan kepribadiannya.
Para orang tua berinteraksi dengan anak dan kedekatan yang terjalin antara mereka amat mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya. Orang tua yang menunjukkan sikap dan tindakan abusive, otoriter, menanamkan rasa malu dan bersalah pada anak sejak dini, merupakan umpan balik yang negatif dan dipersepsi sebagai penolakan yang disebabkan kekurangan dan kelemahan dirinya.
Orang tua yang abusive, dikatakan menerapkan aturan secara kaku disertai hukuman yang menyiksa. Siksaan yang dialami oleh seorang anak, tidak hanya menimbulkan trauma secara fisik (mengalami hambatan perkembangan Fisik dan intelectual), tapi juga secara psikis karena ia akan hidup dalam ketakutan, kemarahan, kebencian, kesedihan, kecemasan, keputusasaan dan ketidakberdayaan atas perlakuan orang tua yang tidak adil. Semua pengalaman emosional yang traumatis dalam kehidupan bersamanya dengan orang tua dapat mendorong berkembangnya gangguan kepribadian paranoid di masa selanjutnya.
Pada umumnya, penderita gangguan kepribadian paranoid dikatakan oleh para ahli, memiliki orang tua yang abusive. Menurut DSM IV, gangguan kepribadian paranoid bam menampakkan manifestasinya di awal masa dewasa.
Masalahnya, manifestasi gangguan kepribadian paranoid di masa dewasa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan individu tersebut, termasuk kehidupan berkeluarga. Sikap dan perilaku individu paranoid akan mempengaruhi pola asuh dan interaksinya baik dengan anak-anak maupun pasangan. Penelitian ini menemukan, bahwa pola asuh yang negatif di masa Ialu tidak hanya mempengaruhi pembentukan karakter individu, namun mempengaruhi cara individu tersebut mendidik dan mengasuh anaknya sendiri di masa selanjutnya.
Penelitian ini menemukan adanya pola-pola yang sama seperti yang terdapat pada generasi sebelumnya, seperti dalam pemilihan pasangan, cara berinteraksi dengan pasangan, cara interaksi dan pengasuhan terhadap anak. Terlihat dalam penelitian ini bagaimana gangguan kepribadian paranoid yang dialami subyek utama penelitian, menyebabkan distimgsi pada keluarga, seperti yang dialami pula dalam keluarga asalnya dahulu. Hal yang membedakan adalah adanya intervensi penanganan terhadap gangguan kepribadian paranoid serta sikap positif yang ditunjukkan pihak keluarganya sendiri (bukan keluarga asal) terhadap subyek utama penelitian ini yang membawa pengamh terhadap pengembalian fungsi keluarga ke arah yang lebih baik.
Penelitian yang bersifat generasional ini pada dasarnya menarik untuk dipelajari dan dilakukan penggalian secara lebih dalam terhadap seluruh anggota keluarga agar dapat menemukan mata rantai yang jelas antara karakter, sikap dan perilaku orang tua terhadap persoalan kejiwaan dan kepribadian yang dialami anggota keluarga yang Iain. Saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya, agar penelitian selanjutnya benar-benar bisa mencari dan menemukan informasi dari anggota keluarga Iain, baik dad satu generasi maupun antar generasi agar lebih bisa mengenali pola-pola yang nampak, yang dapat memberikan pengaruh baik positif maupun negatif pada pembentukan kepribadian seseorang."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>