Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tresna Priyana Soemardi
Jakarta: UI-Press, 2016
617.582 TRE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Variscia Permata Putri
"Setiap kali seseorang menggerakkan lengan mereka secara sukarela dan lengan itu sendiri bergerak dengan cara yang diinginkan, itu menimbulkan kesan bahwa gerakan itu dihasilkan oleh mereka sendiri dan bahwa lengan adalah bagian dari tubuh mereka yang dapat mereka kendalikan. Kesan ini adalah perasaan yang secara sadar muncul di dalam tubuh mereka, yang dikenal sebagai rasa agensi dan kontrol. Dalam tesis ini, sebuah studi dilakukan untuk menyelidiki bagaimana rasa agensi dan kontrol seseorang dapat dipengaruhi dengan memakai orthosis aktif. Orthosis aktif adalah alat bantu untuk rehabilitasi yang mendukung dan mengkompensasi pasien dengan cedera pada sistem saraf pusat (SSP). Studi ini melibatkan pengenalan gangguan yang disengaja ke mode operasi orthosis untuk memahami persepsi subjektif pengguna tentang perangkat yang tidak berfungsi, khususnya mengenai rasa agensi, kontrol, dan kemampuan pengguna untuk bertindak. Selain itu, penelitian ini membantu untuk memahami jenis gangguan apa yang dapat merusak rasa agensi dan kendali pengguna. Gangguan yang disengaja diperkenalkan di bawah skenario haptic dan multimodal, dengan dua tingkat durasi kesalahan (pendek dan panjang) dan dua tingkat kesalahan yang diperkenalkan (sedikit dan sering). Selanjutnya, umpan balik eksplisit dari penekanan tombol dan kuesioner dinilai dan dianalisis secara statistik untuk menangkap persepsi subjektif pengguna mengenai tingkat keparahan kesalahan dan pengaruhnya terhadap rasa agensi.

Whenever someone moves their arm voluntarily and the arm itself moves in an intended manner, it creates the impression that the movement has been generated by themselves and that the arm is a part of their body that they can control. This impression is the feeling that consciously arises within their bodies, known as the sense of agency and control. In this thesis, a study is conducted to investigate how the sense of agency and control may be affected by wearing an active orthosis. An active orthosis is an assistive device for rehabilitation that supports and compensates patients with injuries to the central nervous system (CNS). The study involves introducing intentional errors to the mode of operation of the orthosis to understand the user's subjective perception of the malfunctioning device, specifically regarding the sense of agency, control, and the user's ability to act. In addition, this study helps to understand what kind of disturbance that could impair the user's sense of agency and control. Intentional errors are introduced under haptic and multimodal scenarios, with two levels of error duration (short and long) and two levels of introduced errors (few and often). Furthermore, explicit feedback of button presses and a questionnaire is assessed and statistically analyzed to capture the user's subjective perception regarding the severity of the error and its effect on the sense of agency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rina Fitriana Rahmawati
"Prosthetik adalah suatu ilmu yang mempelajari, mendesain, dan membuat kaki/tangan tiruan (prosthesis) bagi individu dengan keterbatasan fisik. Sedangkan orthotik adalah ilmu yang mempelajari, mendesain,dan membuat alat bantu gerak untuk memperbaiki kecacatan tubuh. Pembuatan prosthesis/orthosis membutuhkan waktu yang sangat panjang.Proses tersebut dimulai dengan asesmen, pengukuran, casting, modifikasi, dan serangkaian proses lain yang membutuhkan repetitive actions. Proses pembuatannya juga bersinggungan berbagai macam hazard, termasuk di dalamnya hazard biologi, hazad fisik, hazard kimia, hazard ergonomi, dan lain-lain.Kondisi ini membuat prosthetist/orthotist yang bekerja pada industri pelayanan ini menghadapi berbagai macam masalah yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan kerja. Identifikasi risiko marupakan langkah awal dalam manajemen risiko untuk mengendalikan dampak yang terjadi dan menemukan penyebab umum dari risiko-risiko dalam proses pembuatan prosthesis/orthosis. Manajemen risiko diperlukan untuk mengontrol dan meminimalisir eksposur terhadap hazard sehingga meningkatkan safety di lingkungan kerja. Metode pareto digunakan untuk menganalisa risiko pekerjaan tertinggi yang harus dihadapi oleh prosthetist orthotist. Hasil dari pareto kemudian digunakan untuk membuat langkah-langkah manajemen risiko dengan menggunakan metode bow-tie.

Prosthetics is a science that study, design, and make prosthesis/artificial limbs for the individual with physical disabilities. Orthotics is a science that studies, designs, and makes supported body’s devices (orthosis) to correct human deformities. Making prosthesis/orthosis in prosthetics and orthotics industry needs a long process. The process started with assessment, casting, modification, and other steps that need repetitive action involving several hazardous materials. These hazards include biological hazards, physical hazards, chemical hazards, ergonomic hazards, etc. This condition made prosthetist/orthotist who works in the industry facing several health and occupational problems. Risk management needs to apply to control and minimize hazard exposure to the professional, thus will increase safety in the working place. Hazard identification and risk assessments are the very first step in risk management to control the impact of working conditions in the manufacturing of prosthesis and orthosis. It can find the general causes, risks, and determining control to increase occupational health and safety in the industry. Experts from prosthetics orthotics industry asked to give weight in the hazardous process. Pareto method used to determine the most risks in the process. Later on, bow-tie analysis used to manage risks in the industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Makarim
"

Komponen dorsiflexion assist orthotic ankle joint fleksibel adalah salah satu komponen pada jointed ankle-foot orthosis (AFO) yang digunakan menghabilitasi pasien yang memiliki kelainan drop foot. Total biaya fabrikasi jointed AFO masih mahal karena belum ada pemanufaktur lokal untuk komponen joint fleksibel ini sehingga masih beralih pada komponen impor. Rekayasa balik dilakukan pada komponen impor yang paling banyak digunakan agar dapat dirancang ulang dan dimanufaktur dengan teknologi 3D printing. Optimalisasi desain dimulai dengan analisis finite element untuk mengobservasi material dan momen dorsifleksor berian dari komponen. Selanjutnya dibangun sebuah rancangan bentuk geometri yang dapat dimodifikasi agar: (1) dapat menyesuaikan besar momen dorsifleksor yang diberikan dan (2) menyesuaikan dengan material yang digunakan saat fabrikasi 3D printing.


A flexible dorsiflexion assist orthotic ankle joint is one of the components of a jointed ankle-foot orthosis (AFO). A jointed AFO is typically used to habilitate a patient who diagnosed with drop foot. Locally, the total cost of fabricating a jointed AFO is relatively high due to lack of local manufacturer, hence buying the imported ones. A reverse engineering to the most popular imported component is done to later be re-designed and manufactured using 3D printer. Optimization of the design begins with a finite element analysis to observe the material and the dorsiflexor moment assistance from the component. Hereinafter, a customizable design for its geometrical shape is created in order to: (1) adjust its dorsiflexion moment assistance, and (2) optimizes it with the 3D printing material.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Febriansyah Saleh
"Latar Belakang: Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) tercatat sebagai kelainan congenital terbanyak di Indonesia. Adanya perkembangan dalam penelitian menggeser paradigma penanganan CTEV menjadi konservatif dibandingkan operatif. Metode Ponseti dinilai aman dan dan efisien, serta memiliki nilai efektivitas yang tinggi dalam tatalaksana CTEV. Namun, kepatuhan dalam penggunaan orthosis abduksi standar pada CTEV anak usia berjalan masih menjadi tantangan dan mempengaruhi angka relaps yang cukup tinggi. Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) menjadi salah satu orthosis abduksi yang berpotensi untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan pada CTEV usia berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian ulangan deformitas serta luaran penggunaan KAFO pada CTEV usia berjalan. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di poliklinik Orthopaedi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada bulan Februari 2021-Februari 2022. Pengambilan subjek penelitian dilakukan berdasarkan metode total sampling. Data klinis, radiologis dan laboratorium diambil dari rekam medis, sementara skor PIRANI serta skor NWDPS diukur melalui pemeriksaan fisik dan wawancara terhadap subjek baik secara langsung atau pun melalui telepon. Data pasien dimasukkan ke dalam database pasien CTEV RSCM. Seluruh data dianalisis dan ditabulasikan ke dalam tabel dengan menggunakan SPSS ver. 23. Hasil dan pembahasan: Pada penelitian ini, didapatkan 40 subjek penelitian dengan prevalensi kejadian ulangan deformitas pasca penanganan ponseti adalah 30% pada CTEV usia berjalan. Nilai tengah dari usia subjek penelitian adalah 12 (12-72) bulan dengan mayoritas subjek adalah anak laki-laki (57.5%). Terdapat hubungan bermakna antara usia memulai penggunaan KAFO dengan luaran fungsional (p = 0,047) dan skor PIRANI (p<0,001) pascapenggunaan KAFO. Selain itu, didapatkan adanya hubungan bermakna antara durasipemakaian KAFO dengan luaran fungsional (p = 0,049) dan skor PIRANI (p < 0,001) pascapenggunaan KAFO.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara usia memulai penggunaan KAFO dan durasi pemakaian KAFO dengan luaran fungsional dan skor PIRANI pasca penggunaanKAFO. Hal ini menandakan adanya angka relaps yang lebih tinggi pada anak- anak usia lebihtua atau terlambat dalam penanganan CTEV. Selain itu, penggunaan KAFO sebagai orthosisdalam fase pemeliharaan berpotensi untuk meningkatan kepatuhan dalam penanganan CTEVmetode konservatif pada anak usia berjalan.

Background: Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) is reported as the most common congenital abnormalities in Indonesia. Developments in research have shifted the paradigm of treating CTEV to lean towards conservative managements rather than operative ones. The Ponseti method is considered safe and efficient, and has a high effectiveness value in the management of CTEV. However, compliance in children with the use of standard abduction orthosis CTEV of walking age is still a challenge and presumably linked to the high relapse rate of the deformity of the foot. Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) is an abduction orthosis that has the potential to improve comfort and compliance in walking age CTEV. This study aims to determine the prevalence of recurrence of deformity and the outcome of using KAFO in walking age CTEV. Methods: This study is an observational study with a cross-sectional design. The study was conducted at the Orthopedic Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta in February 2021-February 2022. The research subjects were taken based on the total sampling method. Clinical, radiological and laboratory data were taken from medical records, while PRANI scores and NWDPS scores were measured through physical examinations and interviews with subjects either in person or by telephone. Patient data was entered into the CTEV RSCM patient database. All data were analyzed and tabulated into tables using SPSS ver. 23.
Results and discussion: In this study, there were 40 study subjects with the prevalence of recurrence of deformity after Ponseti treatment was 30% in walking age CTEV. The mean age of the study subjects was 12 (12-72) months with the majority of subjects being boys (57.5%). There was a significant relationship between the age of starting the use of KAFO with functional outcomes (p = 0.047) and the PIRANI score (p <0.001) post-KAFO usage. In addition, there was a significant relationship between the duration of KAFO usage with functional outcomes (p = 0.049) and PIRANI score (p < 0.001) post-KAFO usage. Finally, there was no significant relationship between gender and functional outcome (p = 0.315). and PIRANI score (p = 0.191) post- KAFO usage. Conclusion: There is a significant relationship between the age of starting KAFO use and duration of KAFO use with functional outcomes and PIRANI scores after using KAFO. This indicates a higher relapse rate in older children or late in the treatment of CTEV, in addition to that, the potential for increased adherence to the use of KAFO as an orthosis in the maintenance phase of CTEV treatment in children of walking age is well-marked in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library