Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muna Mardhiyah Amini
"Dudu dan ora merupakan penanda negasi dalam bahasa Jawa yang menempati fungsi sintaksis predikat dengan jenis kata tertentu yang mendampinginya contohnya, dudu dengan nomina dan ora dengan verba. Namun, pada data yang ditemukan terdapat dudu dan ora tidak berkedudukan sebagai bagian dari predikat mau pun menegasi predikat. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini yang bertujuan untuk menjelaskan posisi penanda negasi dudu dan ora di dalam kalimat dan cakupan penanda negasi dudu dan ora. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan sebuah novel berjudul Dom Sumurup Ing Banyu oleh Suparto Brata pada tahun 2006 sebagai sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan kalimat dengan penanda negasi dudu dan ora. Data tersebut lalu dikelompokkan berdasarkan data berupa kalimat yang memiliki pola fungsi sintaksis minimal Subjek-Predikat dan data berupa wacana. Pada penelitian ini ditemukan dudu dan ora yang menempati fungsi predikat bersama dengan kata lain yang mendampinginya. Namun, yang dinegasi oleh penanda negasi bukan kata yang mendampinginya melainkan kata pada fungsi sintaksis lainnya. Selain itu, ditemukan dudu dan ora yang tidak menempati fungsi predikat dan tidak didampingi oleh jenis kata apa pun. Dengan demikian cakupan negasi dudu dan ora mampu melewati batas 1 fungsi sintaksis.

Dudu and ora are negation markers in Javanese that occupy the syntactic function of predicates with certain types of words accompanying them, for example, dudu with nouns and ora with verbs. However, in the data found, dudu and ora do not function as part of the predicate or negate the predicate. The background of this study aims to explain the position of dudu and ora negation markers in the sentence and the scope of dudu and ora negation markers. This research was conducted by using qualitative research method and using a novel entitled Dom Sumurup Ing Banyu by Suparto Brata in 2006 as data source. Data collection was done by collecting sentences with negation markers dudu and ora. The data was then categorized based on the data in the form of sentences that have a minimal syntactic function pattern of Subject-Predicate and data in the form of discourse. In this study, dudu and ora were found to occupy the predicate function along with other words that accompany them. However, what is negated by the negation marker is not the word that accompanies it but the word in other syntactic functions. In addition, dudu and ora are found that do not occupy the predicate 2 function and are not accompanied by any type of word. Thus, the scope of dudu and ora negation is able to cross the boundary of 1 syntactic function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Sri Yuniasih Rahayu
"Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berlokasi di kecamatan Ciledug. Tujuannya adalah memaparkan dialek Betawi Ora, melacak lokasi dialek tersebut, serta menampilkan kosa katanya. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode pupuan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di daerah ini ditemukan dua puluh enam buah kosa kata yang khas. Lokasi pemakaian dialek tersebut meliputi kampung (13--16, 19--20, 22--26). Bahasa yang dipakai di daerah ini hanya merupakan satu dialek, yang termasuk salah satu subdialek pinggiran. Di kalangan anak mudanya lebih suka memakai bahasa Jakarta atau bahkan bahasa Indonesia, karena mereka merasa malu memakai dialek tersebut, yang dianggapnya bahasa kampung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Arum Kusumawardhani
"ABSTRAK
Arsitektur rumah Betawi sangat erat terkait dengan liyan. Hal ini jelas terlihat
bila membandingkan arsitektur Betawi hasil reka cipta dengan arsitektur rumah
Betawi Ora sebagai salah satu studi kasusnya. Temuan penelitian berupa adanya
bangunan blandongan sebagai ruang publik dan pangkeng pendaringan sebagai
ruang sakral pada rumah Betawi Ora yang tidak muncul pada arsitektur rumah
Betawi hasil rekacipta, mempertegas adanya keliyanan tersebut. Rumah yang
bagi masyarakat Betawi Ora merupakan bagian dari diri dan identitas mereka,
menjadi liyan di tengah representasi formal yang menutupi keberadaan mereka.
Peminggiran terus menerus terhadap masyarakat Betawi sejak dari masa
kolonial Hindia Belanda hingga sekarang ini, ditengarai sebagai faktor utama
yang mempertegas keliyanan tersebut. Penghapusan kampung ? kampung
Betawi sedikit banyak memaksa masyarakat Betawi untuk mengubah pola hidup
dan keruangan mereka, menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru, termasuk
juga pada cara mereka berarsitektur.
Keberadaan arsitektur rumah Betawi Ora yang belum diakui sebagai bagian dari
kekayaan khasanah arsitektur tradisi Betawi akan dijelaskan melalui pendekatan
historiografi arsitektural, terutama yang terkait dengan penyebab liyan serta
penyikapan orang Betawi terhadap arsitektur dan keruangan mereka sendiri.
Sebuah penelitian dengan menggunakan metode interpretasi menjadi dasar dari
tulisan ini, yang bertujuan untuk mengangkat kesejarahan dari masyarakat
kebanyakan melalui pendekatan ?history from below?.
Pendekatan teoritis terkait konsep liyan dan subaltern digunakan untuk
mengenali masyarakat Betawi yang sering kali dikatakan sebagai kelompok
marginal di ibu kota Jakarta. Keberadaan masyarakat Betawi dan
kebudayaannya, terutama yang terkait dengan arsitektur rumah dan ruang
keterbangunan mereka, akan diamati perubahan dan perkembangannya sejak
periode akhir pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga periode reformasi
sebagai upaya untuk memperjelas kesejarahan mereka dan liyan yang terkait
erat di dalamnya.

Abstract
Betawi house architecture is closely related to ?Otherness?. This is clearly seen when
comparing Betawi architecture formal representation with the architecture of Betawi
Ora house as a case study. The research findings of blandongan as a public space and
pangkeng pendaringan as sacred space at Betawi Ora house which does not appear on
the architecture of Betawi house formal representation, confirm the existence of
otherness. The house for Betawi Ora people is part of the self and their identity,
became ?Others? in the middle of a formal representation that covers their existence.
Continuous marginalization of the Betawi people since the colonial Dutch East Indies
until now, identified as the main factors that reinforce the otherness. Elimination of
the Betawi villages, forced the Betawi people to change their everyday life and
spatiality, to adjust to new conditions, including to their architecture
The existence of Betawi Ora house that has not been recognized as part of Betawi
architectural traditions will be explained through the historiography architectural
approaches, especially those related to the cause of the ?Otherness? and Betawi
people attitude towards their own architecture and spatial. A study using the
interpretive research method is the basis of this paper, which aims to raise the history
of the commoners through a 'history from below' strategy.
Theoretical approach and related concepts of Other and subaltern are used to
identify the Betawi people, often said to be a marginal group in the capital city of
Jakarta. The existence of the Betawi people and its culture, especially as related to
architecture and their built environment, will be observed the changes and
developments since the end of the period of the Dutch East Indies colonial rule until
the period of reforms in an effort to clarify their historical and ?Otherness? are
inextricably linked in it."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31810
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ashar Ardianto
"Tulisan ini membahas tentang keindahan serta kritik sosial yang terkadung di dalam lirik lagu Ora Cucul Ora Ngebul ciptaan Jogja Hip Hop Foundation, menggunakan pendekatan sastra. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui proses pembacaan secara berulang-ulang untuk memahami sumber data, membaca dan mempelajari literatur yang menunjang dan mencatat hal-hal penting dengan harapan dapat menemukan kajian-kajian yang relevan serta berkesinambungan dengan lirik lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Keindahan lirik lagu terletak pada pilihan kata yang membangun rima yang indah. Keindahan juga terletak pada pola sajaknya yang menyerupai pantun serta macapat puisi tradisional Jawa , yang memenuhi kaidah guru gatra, guru lagu, dan guru wialangan. Kritik sosial yang diangkat dalam teks lagu ini berkaitan dengan ketimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat, di mana terdapat perlakuan yang tidak sama antara wong gedhe dan wong cilik atas sebuah hal yang sama. Wong cilik menjadi korban atas ketidakadilan sosial ini.

This thesis discusses the aesthetics and social criticism contained in the lyrics of Jogja Hip Hop Foundation rsquo s song Ora Cucul Ora Ngebul, using a literary approach. The collection of required data in this study was collected through a recurrent reading process to understand the data source, reading, and study the literature that supports and record important things in the hope of finding relevant and ongoing studies with the lyrics of the song. The method used in this research is descriptive qualitative. Aesthetics also lies in the choice of words that build a beautiful rhyme. Aesthetics also lies in the pattern of poems that resemble pantun and macapat Javanese traditional poem , which meet the rules of guru gatra, guru lagu, and guru wilangan. The social criticism raised in the lyrics of this song relates to the social inequality that occurs in society, where there is unequal treatment between wong gedhe and wong cilik on the same thing. Wong cilik became the victim of this social injustice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Santoso
"ABSTRAK
Skripsi ini berisi pembahasan tentang struktur cerita yang terdapat dalam novel Eman-eman ora keduman karangan Drs. Soetarno Bs. Struktur-struktur tersebut berupa analisis terhadap tokoh, alur dan latar. Hadiwirjono adalah tokoh utama di dalam cerita tersebut. Hadiwirjono seorang petani yang memiliki sawah berhektar-hektar dan terlibat masalah dengan peraturan baru, yaitu Landreform. Latar waktu dalam cerita ini ditahun 1960-an, yang pada masa itu Landreform sedang gencar-gencarnya dicanangkan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur cerita kemudian menemukan tema. Teori yang digunakan adalah teori unsur-unsur teks cerita dari Panuti Sudjiman. Hasil analisis menyatakan bahwa tema di dalam novel Eman-eman ora keduman adalah tentang keadilan yang dalam hal ini berkenaan dengan masalah sistem peraturan baru, yaitu Landreform.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discuss about the structures which builds the story in the novel Eman-emam Ora Keduman, written by Drs. Soetamo Bs. The structures which analyzed in this research consists of; characters, plot, and setting. Hadiwirjono is the main character in that novel. Hadiwirjono is a farmer who have many farms and have several problems due to the new land regulation called Landreform. The novel set the time back in about 1960, which was the period when Landreform being socialized to the people. As told before, this analyzes will analyzing the structures that builds the story in the novel. Through this, we can find the theme of the story. In this research, I used the story text elements theory by Panuti Sudjiman. The result tells that theme in the novel Eman-eman Ora Keduman is about justice and faimess due to the System brought by the new regulation."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Hotman Hamdansyah
"Penelitian ini memiliki fokus pada Komuniti Peduli Ciliwung (KPC) Tanjung Barat serta model pengelolaan sampah di kawasan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Tanjung Barat yang masyarakatnya mayoritas berasal dari komuniti sukubangsa etnik Betawi. Masalah Penelitian adalah Pemulihan Lingkungan hidup dan pemeliharaan ekosistem DAS Ciliwungyang dipengaruhi / didasari oleh Faktor Kebudayaan Lokal ( Local Knowledge dan Local wisdom )yang dimiliki oleh komuniti sukubangsa Betawi dalam membentuk Jaringan sosial sebagai Landasan Pembangunan Berbasis Komuiti .
Sebagai Penelitian kuallitatif, Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan seperti metode etnografi, yang mendeskripsikan tentang sukubangsa atau kelompok masyarakat berbasis etnik Betawi Ora. Dari hasil analisis diperoleh bahwa : 1).Peran strata sosial dan Personal network ( Ketokohan) yang dimiliki dalam struktur masyarakat komuniti suku bangsa/etnik Betawi berpengaruh terhadap proses Pemberdayaan masyarakat (Community Development) yang di selenggarakan oleh Komunitas Pencinta Ciliwung Tanjung Barat, serta 2). Faktor Kearifan Lokal dari mitos, tabu serta tradisi dari komuniti sukubangsa Betawi harus tetap dipertahankan karena dengan nilai tradisi turun temurun tersebut berpengaruh signifikan dalam menjaga dan memelihara kebersihan dan kelestarian ekosistem DAS Ciliwung.

This research has focused on the Ciliwung Community Care (KPC) and the Tanjung Barat regional waste management model ecosystem Watershed (DAS) Ciliwung the Tanjung Barat where people mostly from ethnic Betawi ethnic local community. The research problem is the Environmental Restoration and maintenance of Ciliwung watershed ecosystem that is influenced / based on the Local Cultural Factors (Local Knowledge and Local wisdom) are in, iliki by ethnic Betawi local community in shaping the social network as a Platform of Community based development..
As a qualitatif Research, this research was conducted with approaches such as ethnography method, which describes the ethnic or ethnic-based groups of Betawi Ora. From the analysis found that: 1). Role of social strata and personal networks (Prominent) owned by the local community community structure tribes / ethnic Betawi influence on the process of community empowerment (Community Development) organized by the Community of Kelompok Pencinta Tanjung Barat, as well as 2 ). Local Wisdom factor of myths, taboos and traditions of local community from Betawi ethnic must be maintained because the value of the traditions handed down a significant effect in protecting and maintaining the cleanliness and preservation of ecosystems of Ciliwung river.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Hotman Hamdansyah
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki fokus pada Komuniti Peduli Ciliwung (KPC)
Tanjung Barat serta model pengelolaan sampah di kawasan ekosistem
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Tanjung Barat yang masyarakatnya
mayoritas berasal dari komuniti sukubangsa etnik Betawi . Masalah
Penelitian adalah Pemulihan Lingkungan hidup dan pemeliharaan ekosistem
DAS Ciliwungyang dipengaruhi / didasari oleh Faktor Kebudayaan Lokal (
Local Knowledge dan Local wisdom )yang dimiliki oleh komuniti
sukubangsa Betawi dalam membentuk Jaringan sosial sebagai Landasan
Pembangunan Berbasis Komuiti .
Sebagai Penelitian kuallitatif, Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
seperti metode etnografi, yang mendeskripsikan tentang sukubangsa atau
kelompok masyarakat berbasis etnik Betawi Ora. Dari hasil analisis
diperoleh bahwa : 1).Peran strata sosial dan Personal network ( Ketokohan)
yang dimiliki dalam struktur masyarakat komuniti suku bangsa/etnik Betawi
berpengaruh terhadap proses Pemberdayaan masyarakat (Community
Development) yang di selenggarakan oleh Komunitas Pencinta Ciliwung
Tanjung Barat, serta 2). Faktor Kearifan Lokal dari mitos, tabu serta tradisi
dari komuniti sukubangsa Betawi harus tetap dipertahankan karena dengan
nilai tradisi turun temurun tersebut berpengaruh signifikan dalam menjaga
dan memelihara kebersihan dan kelestarian ekosistem DAS Ciliwung.

ABSTRAK
This research has focused on the Ciliwung Community Care (KPC) and the
Tanjung Barat regional waste management model ecosystem Watershed
(DAS) Ciliwung the Tanjung Barat where people mostly from ethnic Betawi
ethnic local community. The research problem is the Environmental
Restoration and maintenance of Ciliwung watershed ecosystem that is
influenced / based on the Local Cultural Factors (Local Knowledge and
Local wisdom) are in, iliki by ethnic Betawi local community in shaping the
social network as a Platform of Community based development..
As a qualitatif Research, this research was conducted with approaches such
as ethnography method, which describes the ethnic or ethnic-based groups
of Betawi Ora. From the analysis found that: 1). Role of social strata and
personal networks (Prominent) owned by the local community community
structure tribes / ethnic Betawi influence on the process of community
empowerment (Community Development) organized by the Community of
Kelompok Pencinta Tanjung Barat, as well as 2 ). Local Wisdom factor of
myths, taboos and traditions of local community from Betawi ethnic must
be maintained because the value of the traditions handed down a significant
effect in protecting and maintaining the cleanliness and preservation of
ecosystems of Ciliwung river."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rizki Maharani
"Film adalah satu di antara sekian rupa komunikasi visual yang dapat berisi beragam informasi. komponen seperti visual dan suara didasari dengan suatu cerita yang berisi suatu pesan yang akan disampaikan dari pembuat film bagi penontonnya. Pada zaman modern ini, film digunakan sebagai ajang kreatifitas hingga ajang pelestarian budaya. Salah satu rumah produksi film yang kerap kali mengangkat tema budaya Jawa dalam ceritanya, yakni Rumah Produksi Ravacana Films. Salah satu film mereka yang mengangkat kepercayaan dalam budaya Jawa, yaitu film pendek Danyang yang menjadi objek kajian pada penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat dua permasalahan yang dibahas, yakni 1.) Apa pesan moral yang terkandung dalam film pendek Danyang?; dan 2.) Apa pepatah Jawa yang sesuai dengan pesan moral tersebut?. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dalam menyimak suatu pesan moral dalam film pendek berbahasa Jawa dan dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian yang dibahas. Penelitian ini memakai metode pendekatan deskriptif kualitatif menurut Moleong (2005: 4) dengan mendasarkan konsep pesan moral menurut Nurgiyantoro (2013: 429). Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dengan dokumentasi data melalui pengambilan gambar berupa tangkapan layar dari beberapa cuplikan adegan dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film pendek Danyang karya Ravacana Films ini mengandung pesan moral melalui pepatah Jawa yakni Yitna Yuwana lena kêna dan ungkapan yang menunjukkan Ora Tanggap ing Sasmita. Hal penting yang ingin disampaikan melalui film pendek Danyang ini adalah ketidakhati-hatian dan ketidakpedulian manusia dapat menghadirkan dampak negatif, kepada bagi diri sendiri maupun orang lain.

Film is one of the many forms of visual communication that can contain a variety of information. Components such as visuals and sound are based on a story that contains a message that will be conveyed from the filmmaker to the audience. In modern times, films are used as a place for creativity to cultural preservation. One of the film production houses that often raises the theme of Javanese culture in their stories, is the Ravacana Films Production House. One of their films raises beliefs in Javanese culture, namely the short film Danyang which is the object of study in this study. In this study, there are two problems discussed, namely 1.) What is the moral message contained in the short film Danyang?; and 2.) What is the Javanese proverb that is by the moral message? This research aims to increase understanding in listening to a moral message in a Javanese short film and can provide answers to the research problems discussed. This study uses a qualitative descriptive approach method according to Moleong (2005: 4) based on the concept of moral messages according to Nurgiyantoro (2013: 429). The data collection technique for this study is data documentation by taking screenshots of several scenes in the film. The results of the study show that the short film Danyang by Ravacana Films contains a moral message through a Javanese proverb, namely Yitna Yuwana lena kêna and expressions that show Ora Tanggap ing Sasmita. The important thing that we want to convey through this short film is that human carelessness and indifference can have a negative impact, both for ourselves and others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library