Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isti Surjandari Prajitno
"Salah satu masalah dalam maningkatkan daya saing suatu produk, maka perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai penentuan harga jual dari produk tersebut. Hal ini juga dialami oleh PT Delima Jaya sebagai perusahaan yang bargerak dalam bidang karoseri kabin operator. Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah penentuan harga pokok produksi sebagai dasar penentuan harga jual dari produk kabin operator (salah satu produk komponen alat-alat berat yang diproduksi oleh PT. Delima Jaya).
Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas dari rencana pengembangan usaha ini terutama dari segi finansialnya, perlu diketahui berapa ongkos pembuatan kabin operator ini. Besarnya ongkos pembuatan ini dapat dipakai sabagai dasar penentuan harga jual.
Untuk memecahkan permasalahan ini digunakan Teknik Tata Hitung Ongkos dengan Sistem Ongkos Taksiran, yaitu salah satu metoda penentuan ongkos sebelum produksi dimulai. Agar penentuan ongkos pembuatan ini dapat disesuaikan dengan harga bahan-bahan dan kegiatan produksi yang mungkin berubah, maka perhitungan ongkos taksiran ini dilakukan dengan suatu pendekatan fungsi ongkos, dimana besarnya ongkos pembuatan tergantung terhadap volume produksi. Selain itu perlu dibuat suatu persamaan harga pokok produksi agar pengendalian ongkos-ongkos yang terjadi dapat dijalankan dengan mudah.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Angelita Lesmana
"Kelelahan merupakan salah satu faktor yang menjadi hambatan bagi operator untuk melakukan pekerjaannya, sebab kelelahan dapat menyebabkan kantuk, sulit berpikir, lelah berbicara, tidak mudah berkonsentrasi, cenderung lupa, dan merasakan ketidaknyamanan lain. Salah satu penyebab kelelahan yang diketahui adalah keadaan lingkungan kerja, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kebisingan, getaran, pencahayaan, dan lain-lain. Belum ada penelitian yang membahas mengenai pengaruh variabel tersebut secara simultan terhadap kelelahan pekerja, sehingga penelitian ini dibuat dengan tujuan menghasilkan persamaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan menggunakan alat pengukur getaran Larson Davis Human Vibration Meter 100, alat pengukur kebisingan Larson Davis Dosimeter Spark 706C, dan software pengukur waktu reaksi sebagai parameter kelelahan Design Tools, didapatkan persamaan regresi berganda , dimana Y melambangkan waktu reaksi subjek terhadap stimulus yang diberikan (s), X1 melambangkan getaran yang terdapat pada area kerja subjek (m/s2), dan X2 melambangkan kebisingan (dB). Dengan nilai adjusted R square sebesar 96,6% , dapat diartikan bahwa variabel independen dalam penelitian ini mampu menjelaskan sebagian besar variabel dependen waktu reaksi sebagai parameter kelelahan operator

Fatigue is one of the known nuisance factors for worker to do his job, because fatigue can cause drowsiness, difficulty thinking, tired of talking, difficulty to concentrate, inclined to forget, and other discomforts. One of the known causes of fatigue is the working environment, and the influencing factors are noise, vibration, lighting, and others. No studies have discuss the influence of these variables simultaneously to a worker‟s fatigue before, so this study was made with the purpose of generating equations to meet those needs. By using vibration gauges Larson Davis Human Vibration Meter 100, noise gauges Larson Davis Noise Dosimeters Spark 706C, and a computer software to measure reaction time as a parameter of fatigue, Design Tools, obtained multiple regression equation , where Y symbolizes the reaction time of the subject when given a stimulus (s), X1 symbolizes vibrations in the working area (m/s2), and X2 symbolizes noise (dB). With the adjusted R square value of 96.6%, it means that the independent variables in this study were able to explain most of the reaction time as the dependent variable"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Tyas Ayunda
"Di era globalisasi, perkembangan industri kesehatan dapat dilihat melalui kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan arus informasi. Salah satu aspek dari kemajuan tersebut adalah pesatnya kemajuan dalam industri alat kesehatan. Mirip dengan sediaan farmasi, perangkat medis juga memiliki pedoman pembuatan yang harus dipatuhi untuk memastikan keamanan, kualitas, dan kemanjuran. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) pada tahun 2017 untuk mengatur produksi alat kesehatan. Dengan semakin meningkatnya kemajuan teknologi di bidang kesehatan, industri alat kesehatan perlu memenuhi kualifikasi tertentu untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Kajian ini fokus pada pelatihan operator produksi pada industri alat kesehatan untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan mutu dan manfaat alat kesehatan yang dihasilkan. Permasalahan penelitian berkisar pada perlunya menilai efektivitas program pelatihan dalam meningkatkan keterampilan dan kinerja operator produksi di industri alat kesehatan. Metodologinya meliputi pelaksanaan sesi pelatihan berdasarkan Prosedur Operasi Standar (SOP) pembersihan dan pengoperasian mesin, serta evaluasi kemampuan operator melalui penilaian langsung selama proses produksi dan post-test. Hasilnya menunjukkan pentingnya pelatihan dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan kompetensi operator produksi dan mendukung pertumbuhan industri alat kesehatan. Studi ini menyoroti pentingnya pelatihan dalam meningkatkan keterampilan dan kinerja operator produksi, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap keberhasilan dan pengembangan PT. Forsta Kalmedic Global (Forsta) dan industri sejenis.

In the era of globalization, the development of the health industry can be seen through the advancement of knowledge, technology, and information flow. One aspect of this progress is the rapid advancement in the medical device industry. Similar to pharmaceutical preparations, medical devices also have manufacturing guidelines that must be followed to ensure safety, quality, and efficacy. The Ministry of Health of the Republic of Indonesia issued the Good Manufacturing Practices for Medical Devices (CPAKB) in 2017 to regulate the production of medical devices. With the increasing technological advancements in healthcare, the medical device industry needs to meet certain qualifications to achieve set targets. This study focuses on the training of production operators in the medical device industry to enhance competitiveness and improve the quality and benefits of produced medical devices. The research problem revolves around the need to assess the effectiveness of training programs in improving the skills and performance of production operators in the medical device industry. The methodology involves conducting training sessions based on Standard Operating Procedures (SOP) for machine cleaning and operation, as well as evaluating the operators' abilities through direct assessments during production processes and post-tests. The results show the importance of continuous training and evaluation to ensure the competence of production operators and support the growth of the medical device industry. This study highlights the significance of training in enhancing the skills and performance of production operators, ultimately contributing to the overall success and development of PT. Forsta Kalmedic Global (Forsta) and similar industries.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Eviansyah
"Training merupakan salah satu aspek yang diatur di dalam CPOB yang menjadi hal penting untuk dilakukan dan diberikan oleh industri farmasi kepada setiap personil untuk menyiapkan personil yang terkualifikasi. Adanya keperluan akan dokumentasi terkait daftar training untuk operator produksi yang selama ini belum terdokumentasikan dengan baik di PT. Darya-Varia Laboratoria Plant Gunung Putri, sehingga dilakukannya pengerjaan tugas khusus ini untuk menyusun dan membentuk matriks training plan operator produksi. Metode penyusunan dan pembentukan matriks training plan dilakukan dengan membentuk klasifikasi bagian produksi sesuai penerapannya di PT. Darya Varia Laboratoria Plant Gunung Putri kemudian dilakukan pemilahan dan pengklasifikasian SOP dan batch manufacturing record sebagai dasar pelatian dan langkah terakhir dilakukan pembuatan materi training beserta bahan evaluasi training yang dilengkapi dengan matriks kualifikasi operator sesuai hasil evaluasi training yang dilakukan. Hasil dari penyusunan dan pembentukan matriks training plan untuk bagian general pharmacy didapatkan sebanyak 83 training plan untuk bagian mixing, 73 training plan untuk bagian filling, dan 33 training plan untuk bagian tulle, sedangkan untuk bagian soft capsule didapatka 58 training plan untuk bagian gelatin, 62 training plan untuk bagian mixing dan compounding, 63 training plan untuk bagian enkapsulasi, 49 training plan untuk bagian inspeksi dan drying, 56 training plan untuk bagian sortir dan printing, 52 training plan untuk bagian polishing, dan 59 training plan untuk bagian striping. Bahan evaluasi training yang dihasilkan sebanyak 71 bagian sesuai dengan jumlah SOP bagian produksi dengan masing masing bagian terdiri dari 10 hingga 20 soal dan juga terbentuk kriteria kualifikasi operator berdasarkan nilai evaluasi training.

Training is one of the aspects regulated in GMP which is an important thing to be carried out and given by the pharmaceutical industry to each personnel to prepare qualified personnel. There is a need for documentation related to the training list for production operators which has not been well documented at PT. Darya-Varia Laboratoria Plant Gunung Putri. The method to create a matrix training plan was carried out by form a classification of the production section according to its application at PT. Darya Varia Laboratoria Plant Gunung Putri was then sorted and classified into SOPs and batch manufacturing records as the basis for the training. The last step was the preparation of training materials along with training evaluation form supplemented by an operator qualification matrix according to the results of the training evaluation carry out. The results of the preparation and formation of the matrix training plan for the general pharmacy section obtained 83 training plans for the mixing section, 73 training plans for the filling, and 33 training plans for the tulle production, while for the soft capsule section, 58 training plans for the gelatin section, 62 training plans for mixing and compounding, 63 training plans for encapsulation, 49 training plans for inspection and drying, 56 training plans for sorting and printing, 52 training plans for polishing, and 59 training plans for striping. The resulting training evaluation form are 71 sections with consisting of 10 to 20 questions and operator qualification criteria based on the training evaluation value."
Depok: 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library