Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endah Kristiana
"Keamanan obat tidak hanya bergantung pada bahan aktif obat itu sendiri tetapi juga bergantung pada cemaran yang terkandung di dalamnya. 1,2,3,9-Tetrahidro-9-metil-3-metilen-4H-karbazol-4-one, atau sering disebut Ondansetron Cemaran D merupakan cemaran pada Ondansetron yang dapat membahayakan kesehatan manusia jika nilainya diatas batas minimum (0,1%) karena bersifat racun. Metode analisis kualitatif dan kuantitatif Ondansetron Cemaran D yang selektif dan akurat perlu dikembangkan untuk menjamin kualitas obat. Analisis kualitatif dan kuantitatif cemaran pada obat sering kali tidak dapat dilakukan karena terkendala harga baku pembanding cemaran yang mahal. Penelitian ini bertujuan mendapatkan Ondansetron Cemaran D yang memenuhi syarat karakterisasi dan kemurnian sebagai calon baku pembanding cemaran; serta mendapatkan metode analisis cemaran Ondansetron Cemaran D baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada Ondansetron Tablet yang valid secara KCKT. Metodologi penelitian dilakukan dengan cara menghidrolisis Ondansetron dalam suasana basa dengan konsentrasi NaOH 1M selama 30 jam pada suhu 80oC. Hasil hidrolisis Ondansetron Cemaran D yang terbentuk sebesar 34,38% (n=20, SD=1,10%, RSD=3,19%). Ondansetron Cemaran D hasil degradasi telah berhasil disolasi dengan pelarut etil asetat dan eluen heksan-etil asetat (6:4). Isolat Ondansetron Cemaran D dikarakterisasi menggunakan Spektroskopi Inframerah, Kromatografi Gas Spektroskopi Massa, KCKT-DAD, dan 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR. Kemurnian Ondanseton Cemaran D diukur menggunakan KCKT-DAD dan diperoleh purity index sebesar 1,0000 dan kemurnian sebesar 99,50% (n=20, SD= 0,11%, RSD=0,11%), dan secara DSC diperoleh kemurnian sebesar 99,66% dan titik leleh sebesar 127,66oC. Parameter validasi metode analisis secara KCKT berupa spesifisitas/selektifitas, uji kesesuaian sistem, linieritas dan rentang, akurasi, ketegaran dan LOD/LOQ. Hasil validasi memenuhi syarat kriteria keberterimaan pada semua parameter validasi dan dapat digunakan sebagai metode kualitatif dan kuantitatif untuk uji Ondansetron Cemaran D pada sampel Ondansetron Tablet. Ondansetron Cemaran D diaplikasikan dalam uji kualitatif dan kuantitatif pada sampel Ondanetron Tablet dan membuktikan adanya Ondansetron Cemaran D pada sampel.

Drug safety does not only depend on the active ingredient of the drug itself but also depends on the contamination contained in it. 1,2,3,9-Tetrahidro-9-methyl-3-methylene-4H-carbazol-4-one, or often called Impurity D Ondansetron is contamination on Ondansetron which can endanger human health if the value is above the minimum (0.1 %) due to it is toxicity. The qualitative and quantitative methods of selective and accurate Impurity D Ondansetron need to be developed to ensure the quality of the drug. Qualitative and quantitative analysis of drug contamination is often not possible due to it is constrained by the high-price of standart contaminant. The aim of this study is to obtain Impurity D Ondansetron that fullfilled requirements for characterization and purity as candidate for standard impurity; and obtain a method of analysis of Impurity D Ondansetron both qualitatively and quantitatively on tablet Ondansetron which is valid in HPLC. The research experiments were carried out by hydrolyzing Ondansetron in alkaline condition with optimum concentration NaOH 1M for 30 hours at 80oC. The result of hydrolysis of Impurity D Ondansetron was 34.38% (n = 20, SD = 1.10%, RSD = 3.19%). Impurity D Ondansetron from degradation was succesfully isolated by ethyl acetate as a solvent and hexane-ethyl acetate (6:4) as a eluent. Impurity D Ondansetron was characterized using Infrared Spectroscopy, Mass Spectroscopic Gas Chromatography, KCKT-DAD, and 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR. The purity of Impurity D Ondanseton was measured using KCKT-DAD and obtained purity index of 1.0000 and purity of 99.50% (n = 20, SD = 0.11%, RSD = 0.11%), and DSC purity of 99.66% and melting point of 127.66oC. The validation parameter of the HPLC analysis method involve specificity/selectivity, system suitability test, linearity and range, accuracy, robustnes and LOD / LOQ. The results have fullfilled the quality requirement for all validation parameters and can be used as a qualitative and quantitative method for testing Impurity D Ondansetron on Ondansetron Tablets. Impurity D Ondansetron was applied in qualitative and quantitative tests on Ondansetron tablets and proven the presence of Impurity D Ondansetron in the sample.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armon Fernando
"Penelitian ini melakukan optimasi metode analisis penetapan kadar sisplatin secara kromatografi cair kinerja tinggi melalui derivatisasi menggunakan pereaksi dietilditiokarbamat untuk meningkatkan selektivitas dan sensitifitasnya terhadap detektor Uv-Vis, karena senyawa sisplatin tidak mempunyai gugus kromofor yang dapat terdeteksi oleh detektor ultraviolet. Menentukan kadar ondansetron hidroklorida dalam sampel dicobakan mengoptimasi penggunaan kolom fase terbalik C18 yang belum umum untuk penetapan kadar ondansetron. Sisplatin mempunyai efek samping emetogenik kuat yang dapat di hambat oleh ondansetron melalui inhibitor reseptor 5-HT3 yang sangat efektif untuk pencegahan mual dan muntah selama kemoterapi sisplatin yang diberikan secara terpisah melalui intravena. Pemberian antiemetik bersamaan dengan kemoterapi dalam satu rute pemberian diharapkan lebih efektif dan efisien untuk penanganan kemoterapi kanker. Pemberian dalam satu rute secara bersamaan harus dilakukan evaluasi stabilitas kimia campuran sisplatin dan ondansetron hidroklorida dalam satu larutan infus NaCl 0,9 % selama 24 jam kemoterapi kanker.
Sisplatin dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi melalui derivatisasi dengan pereaksi natrium dietilditiokarbamat 10% dalam NaOH 0,2N. Derivat sisplatin-dietilditiokarbamat dielusi menggunakan fase gerak asetonitrilair (70:30 %v/v) dengan kecepatan alir 0,8 ml/menit pada kolom Knauer® C18-RP (250 x 4,6 mm, 5µm). Ondansetron hidroklorida dianalisis dan dipisahkan menggunakan kolom Sunfire Waters® C18-RP (25 cm x 4,6 mm, 5 µm) dengan fase gerak KH2PO4 50 mM (pH 7) dan asetonitril (75:25 %v/v) dengan kecepatan alir 2 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 249 nm. Stabilitas kimia kedua obat selama 24 jam dievaluasi dengan membuat campuran larutan injeksi sisplatin 92,42 ppm dan ondansetron HCl 59,15 ppm dalam larutan infus NaCl 0,9 % yang disimpan pada suhu 27°C dibawah cahaya ruangan normal.
Hasil derivatisasi sisplatin dengan 20µl dietilditiokarbamat 10% pada suhu 90°C selama 20 menit diekstraksi dengan 2ml kloroform dan dideteksi pada panjang gelombang 344 nm. Metode linier pada kisaran 20 sampai 140 ppm dengan batas deteksi (LOD) 3,606 ppm dan koefisien variasi intra-hari dan interhari rata-rata < 2 % pada semua tingkat konsentrasi. Optimasi metode analisis ondansetron hidroklorida diperoleh kurva kalibrasi yang linier pada kisaran 5 sampai 100 ppm dengan batas deteksi (LOD) 3,404 ppm serta presisi intra-hari dan inter-hari dengan koefisien variasi rata-rata ≤ 2 % pada semua tingkatan konsentrasi pengujian. Hasil stabilitas kimia campuran kombinasi sisplatin dan ondansetron HCl dalam larutan infus NaCl 0,9%, diketahui sisplatin dan ondansetron HCl stabil selama 4 jam meskipun berkurangnya potensi <10% dari kedua komponen obat. Metode yang dikembangkan selektif dan spesifik untuk pemisahan dan kuantitasi penetapan sisplatin dan ondansetron HCl dari hasil uraiannya dalam satu campuran sediaan farmasi.

This research to the optimization analysis methods of the determination of the cisplatin consentrations utilizing high performance liquid chromatography to establishment concentration of cisplatin utilizing reagents diethyldithiocarbamate to increasing it selectifity and sensitifity for ultraviolet detection, because the cisplatin compounds does not have any chromophore fungtions that can be detected by ultraviolet detector. Determine the consentration ondansetron hydrochloride in the sample we purpose optimize the use of C18 reversed phase column is not common for the determination of ondansetron consentrations. Cisplatin have any side effects strong emetogenic that it can be blocked by ondansetron via inhibitor 5-HT3 receptors which is very effective for the prevention of nausea and vomiting during cisplatin chemotherapy provided separately through intravenously. Giving antiemetic along with chemotherapy in an expected route of more effective and efficient handling of chemotherapy for cancer. Giving in a route at the same time stability evaluation should be conducted chemical mixture cisplatin and ondansetron hydrochloride in one solution infuse NaCl 0.9% during the 24 hours of cancer chemotherapy.
Cisplatin was analyzed using high performance liquid chromatography through derivatisation with sodium diethyldithiocarbamate reagents in 10% NaOH 0.2 N. Derivate cisplatin-diethyldithiocarbamate was eluted using phase mobile acetonitrile-water (70:30% v/v) with the flow rate 0.8 ml / min on the Knauer ® C18-RP (250 x 4.6 mm, 5μm) column. Ondansetron hydrochloride was analyzed and separated using a Sunfire Waters ® C18-RP (25 cm x 4.6 mm, 5 μm) column with a mobile phase 50 mM KH2PO4 (pH 7) and acetonitrile (75:25% v/v) with the flow rate 2 ml / min and detected at 249 nm. Chemical stability of both drugs for 24 hours was evaluated by creating a mixture solvent injection cisplatin 92.42 ppm and 59.15 ppm ondansetron HCl solution in 0.9% NaCl infuse was stored at a temperature of 27°C under normal room light.
Derivatisation results of cisplatin with 20μl diethyldithiocarbamate 10% at a temperature of 90°C for 20 minutes with 2ml chloroform extracted and detected at 344 nm. Methods was linier over the range 20 to 140 ppm with a limit of detection (LOD) 3.606 ppm and the coefficient of variation intra-day and interday average of <2% for all concentration. The ondansetron hydrochloride methods was optimized and validated with the calibration curve was linier over the range of 5 to 100 ppm with a limit of detection (LOD) 3.404 ppm. Precision intra-day and inter-day coefficients of variation average ≤ 2% for all concentration. Chemical stability results of mixture combination of cisplatin and ondansetron HCl in 0.9% NaCl infuse solution, known the cisplatin and ondansetron HCl was stable for 4 hours although loss of their potencies <10%. Methods was developed for specific and selective separation and quantitation determination of cisplatin and ondansetron HCl from its decomposition in the mixture of pharmaceutical dosage form.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T29848
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Astuti
"Latar Belakang: Propofol adalah salah satu agen induksi yang sering digunakan dalam anestesia umum. Efek samping yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien adalah nyeri injeksi. Telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengatasi nyeri injeksi propofol. Lidokain 40 mg disertai dengan oklusi vena menggunakan turniket adalah metode yang banyak digunakan dan paling efektif. Ondansetron rutin digunakan sebagai pencegahan PONV pada pasien anestesia umum dan terbukti memiliki potensi analgesia serta efektif dalam mencegah nyeri injeksi propofol. Penelitian uji klinis acak tersamar ganda ini membandingkan efektivitas pemberian premedikasi lidokain 40 mg dengan ondansetron 8 mg disertai penggunaan turniket untuk mencegah nyeri injeksi propofol.
Metode: Penelitian ini bersifat uji klinis acak tersamar ganda pada pasien yang menjalani anesthesia umum di Instalasi Bedah Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Setelah mendapatkan izin komite etik dan informed consent, sebanyak 104 subyek didapatkan dengan consecutive sampling pada bulan Juli hingga September 2016. Setelah pemasangan turniket selama 60 detik diikuti dengan pemberian liodakin 40 mg atau ondansetron 8 mg, dilakukan penilaian nyeri menggunakan verbal rating scale pada detik 0 injeksi propofol 0,5 mg/kg dan 20 detik pascainjeksi propofol. Dengan menggunakan uji Chi square dengan alternatif fisher dilakukan perbandingan keefektifan antara kedua kelompok.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kekerapan nyeri injeksi propofol pada kelompok lidokain 40 mg disertai turniket dan ondanetron 8 mg disertai turniket pada detik 0 dan detik 20 pascainjeksi propofol p 0,051 dan p 0,062.
Simpulan: Pemberian ondansetron 8 mg intravena disertai dengan penggunaan turniket memiliki efektivitas yang sama dengan lidokain 40 mg intravena disertai dengan penggunaan turniket untuk mencegah nyeri injeksi propofol.

Background: Propofol is one of the induction agent that is often used in general anesthesia. Pain on injection propofol often cause discomfort in patient. A number of research has been done to solve this problem. Lidocaine 40 mg accompanied by venous occlusion using a tourniquet is a method that is widely used and most effective. Ondansetron routinely used as PONV prevention in patients with general anesthesia and shown to have analgesia potential as well as effective in preventing propofol injection pain. This randomized double blind clinical trial compared the effectiveness of premedication with lidocaine 40 mg ondansetron 8 mg with the use of a tourniquet to prevent pain on injection propofol.
Methods: This study was a double blind randomized clinical trial in patients undergoing general anesthesia in at Kirana surgical center Cipto Mangunkusumo. The study has been approved by FKUI RSCM Research Ethical Committee Jakarta. A total of 104 obtained by consecutive sampling in July until September 2016. After placement a tourniquet for 60 seconds followed by administration of 40 mg lidocaine or 8 mg ondansetron, an assessment of pain using a verbal rating scale is done at seconds 0 propofol injection of 0.5 mg kg and 20 seconds after the injection. By using the chi square test and fisher as an alternatives, were compared effectiveness between the two groups.
Result: There were no significant differences in the incidence of propofol injection pain in group lidocaine 40 mg with the use of tourniquet and 8 mg ondansetron with a tourniquet in seconds 0 and 20 seconds after injection of propofol p 0.051 and p 0.062.
Conclusion: Ondansetron 8 mg with the use of a tourniquet has the same effectiveness with Lidocaine 40 mg with the use of a tourniquet to prevent pain on injection propofol
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lonah
"ABSTRAK
Pendahuluan: Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah pada perempuan hamil yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia, dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5 berat badan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tatalaksana farmakoterapi berjenjang menggunakan metoklopramid atau ondansetron. Harga ondansetron yang lebih mahal daripada metoklopramid dapat meningkatkan biaya perawatan pasien hiperemesis gravidarum. Dengan efektivitas yang sama dan harga yang berbeda, perlu dilakukan kajian farmakoekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dan biaya obat ondansetron yang digunakan pada pasien hiperemesis gravidarum dengan biaya BPJS di RSCM periode tahun 2012 sampai 2016.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, dengan menggunakan rekam medis dari 60 pasien hiperemesis gravidarum yang dirawat di ruang perawatan kelas-3 RSCM dalam periode 2012-2016. Analisis farmakoekonomi dilakukan berdasarkan keluaran klinis yang terdiri dari efektivitas dan biaya perawatan biaya langsung . Efektivitas dinilai berdasarkan jumlah hari sampai keluhan mual dan muntah menghilang setelah pemberian tatalaksana antiemetik ondansetron atau tatalaksana antiemetik tanpa ondansetron.Hasil: Sebagian besar subjek penelitian menderita hiperemesis gravidarum tingkat I sampai II, dengan rentang usia antara 18 tahun hingga 39 tahun, rerata usia gestasi 12 minggu, dan jumlah graviditas ke-1 sampai ke-5. Efektivitas kedua obat antiemetik, secara statistik tidak berbeda bermakna, yang dilihat dari hari ke berapa keluhan menghilang P=0,370 . Tidak diperoleh informasi efek samping obat ondansetron atau metoklopramid dari rekam medis pasien. Dari perhitungan analisis minimalisisasi biaya AMiB diperoleh hasil bahwa biaya rerata per pasien dengan ondansetron dibandingkan tanpa ondansetron tidak berbeda bermakna P=0,966 .Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efektivitas dan efisiensi biaya pada penggunaan ondansetron dibandingkan metoklopramid untuk tatalaksana hiperemesis gravidarum. Diperlukan penelitian prospektif dengan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak di pusat pelayanan kesehatan primer.

ABSTRACT
Introduction Hyperemesis gravidarum is defined as presence of nausea and vomiting in pregnancy which interfere daily activities and cause complications. Complications that can occur are ketonuria, dehydration, hypokalemia, and weight loss more than 3 kg or 5 weight. In order to overcome this problem, it is necessary to have a pharmacotherapy course with metoclopramide or ondansetron. Ondansetron is more expensive than metoclopramide. It can increase the cost of treating hyperemesis gravidarum patients. With the same effectiveness and different prices, a pharmacoeconomic study needs to be done. This study aims to analyze the effectiveness and cost of ondansetron drugs used for hyperemesis gravidarum patients in RSCM Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo period 2012 until 2016.Method This is a cross sectional study, using a medical record of 60 hyperemesis gravidarum patients treated in RSCM 3rd class treatment rooms within the period 2012 2016. Pharmacoeconomic analysis is performed on the basis of clinical outcomes consisting of effectiveness and direct cost. Effectiveness is assessed by the number of days of clinical improvement following administration of ondansetron antiemetics or non ondansetron antiemetic management. Result Most of the study subjects are grade I to II hyperemesis gravidarum patients, with a study subject span between 18 years to 39 years old, the mean of gestational age was 12 weeks gestation, and the number of gravidities 1 to 5. The effectiveness of both antiemetic drugs, statistically not significantly different, seen from day to how the complaint disappeared P 0.370 . No information on side effects of ondansetron or metoclopramide drugs from patient medical records was obtained. From the calculation of cost minimization analysis AMiB obtained the result that the average cost per patient with ondansetron compared without ondansetron not significantly different P 0,966 . Conclusion There is no difference in effectiveness and cost efficiency in use ondansetron versus metoclopramide for the management of hyperemesis gravidarum. A prospective study is required with a larger number of study subjects in primary care centers. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T58895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lonah
"Pendahuluan: Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah pada perempuan hamil yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia, dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5 berat badan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tatalaksana farmakoterapi berjenjang menggunakan metoklopramid atau ondansetron. Harga ondansetron yang lebih mahal daripada metoklopramid dapat meningkatkan biaya perawatan pasien hiperemesis gravidarum. Dengan efektivitas yang sama dan harga yang berbeda, perlu dilakukan kajian farmakoekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dan biaya obat ondansetron yang digunakan pada pasien hiperemesis gravidarum dengan biaya BPJS di RSCM periode tahun 2012 sampai 2016.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, dengan menggunakan rekam medis dari 60 pasien hiperemesis gravidarum yang dirawat di ruang perawatan kelas-3 RSCM dalam periode 2012-2016. Analisis farmakoekonomi dilakukan berdasarkan keluaran klinis yang terdiri dari efektivitas dan biaya perawatan biaya langsung . Efektivitas dinilai berdasarkan jumlah hari sampai keluhan mual dan muntah menghilang setelah pemberian tatalaksana antiemetik ondansetron atau tatalaksana antiemetik tanpa ondansetron.
Hasil: Sebagian besar subjek penelitian menderita hiperemesis gravidarum tingkat I sampai II, dengan rentang usia antara 18 tahun hingga 39 tahun, rerata usia gestasi 12 minggu, dan jumlah graviditas ke-1 sampai ke-5. Efektivitas kedua obat antiemetik, secara statistik tidak berbeda bermakna, yang dilihat dari hari ke berapa keluhan menghilang P=0,370 . Tidak diperoleh informasi efek samping obat ondansetron atau metoklopramid dari rekam medis pasien. Dari perhitungan analisis minimalisisasi biaya AMiB diperoleh hasil bahwa biaya rerata per pasien dengan ondansetron dibandingkan tanpa ondansetron tidak berbeda bermakna P=0,966.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efektivitas dan efisiensi biaya pada penggunaan ondansetron dibandingkan metoklopramid untuk tatalaksana hiperemesis gravidarum. Diperlukan penelitian prospektif dengan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak di pusat pelayanan kesehatan primer.

Introduction: Hyperemesis gravidarum is defined as presence of nausea and vomiting in pregnancy which interfere daily activities and cause complications. Complications that can occur are ketonuria, dehydration, hypokalemia, and weight loss more than 3 kg or 5 weight. In order to overcome this problem, it is necessary to have a pharmacotherapy course with metoclopramide or ondansetron. Ondansetron is more expensive than metoclopramide. It can increase the cost of treating hyperemesis gravidarum patients. With the same effectiveness and different prices, a pharmacoeconomic study needs to be done. This study aims to analyze the effectiveness and cost of ondansetron drugs used for hyperemesis gravidarum patients in RSCM Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo period 2012 until 2016.
Method: This is a cross sectional study, using a medical record of 60 hyperemesis gravidarum patients treated in RSCM 3rd class treatment rooms within the period 2012 2016. Pharmacoeconomic analysis is performed on the basis of clinical outcomes consisting of effectiveness and direct cost. Effectiveness is assessed by the number of days of clinical improvement following administration of ondansetron antiemetics or non ondansetron antiemetic management.
Result: Most of the study subjects are grade I to II hyperemesis gravidarum patients, with a study subject span between 18 years to 39 years old, the mean of gestational age was 12 weeks gestation, and the number of gravidities 1 to 5. The effectiveness of both antiemetic drugs, statistically not significantly different, seen from day to how the complaint disappeared P 0.370 . No information on side effects of ondansetron or metoclopramide drugs from patient medical records was obtained. From the calculation of cost minimization analysis AMiB obtained the result that the average cost per patient with ondansetron compared without ondansetron not significantly different P 0,966.
Conclusion: There is no difference in effectiveness and cost efficiency in use ondansetron versus metoclopramide for the management of hyperemesis gravidarum. A prospective study is required with a larger number of study subjects in primary care centers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Khairunnisa Salsabila
"Mual dan muntah adalah suatu kondisi yang dapat timbul dari manifestasi berbagai macam kondisi, contohnya efek samping obat, tindakan pembedahan, infeksi sistemik, kehamilan, dan radiasi atau kemoterapi. Ondansetron dan Metoklopramid merupakan dua jenis antiemetik yang kerap kali diberikan pada pasien rawat inap RS UI yang mengalami mual dan muntah. Ondansetron adalah obat antiemetik golongan selective 5-HT3 serotonin-receptor antagonist dan Metoklopramid merupakan antagonis reseptor dopamin D2. Pada proses peresepan obat, penilaian kesesuaian indikasi obat dengan diagnosis pasien dilakukan guna memperoleh ketepatan, keamanan, dan keefektifan pemberian obat. Melalui tugas khusus ini, diharapkan kesesuaian antara pemberian Ondansetron dan Metoklopramid pada pasien rawat inap RSUI bulan Januari 2023 dengan indikasi yang dipersyaratkan pada literatur dapat dinilai dan dievaluasi. Data pemberian Ondansetron pada pasien rawat inap RSUI periode Januari 2023 menunjukkan bahwa dari keseluruhan 50 pasien yang diberikan Ondansetron, sebanyak 24 pasien adalah pasien yang menjalani pembedahan. Di sisi lain, data pemberian Metoklopramid pada pasien rawat inap RSUI periode Januari 2023 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang diberikan Metoklopramid Injeksi 10 mg/2 mL adalah pasien yang mengalami peradangan pada saluran pencernaan. Berdasarkan pengkajian data pemberian obat Ondansetron dan Metoklopramid pada pasien rawat inap RSUI periode Januari 2023, diperoleh kesimpulan bahwa pemberian Ondansetron dan Metokloramid di RSUI telah didasarkan pada diagnosis pasien dan disesuaikan dengan indikasi obat berdasarkan literatur, pemberian Ondansetron pada pasien rawat inap RSUI di bulan Januari 2023 didominasi oleh pasien yang merasakan mual muntah pasca pembedahan, dan pemberian Metoklopramid lebih difokuskan pada pasien yang mengalami peradangan dan nyeri pada saluran pencernaan.

Nausea and vomiting are conditions that can arise from the manifestation of various situations, for example, drug side effects, surgical, systemic infections, pregnancy, radiation or chemotherapy. Ondansetron and Metoclopramide are two types of antiemetics that are often administered to inpatients at RSUI who experience nausea and vomiting. Ondansetron is an antiemetic drug that belongs to the selective 5-HT3 serotonin-receptor antagonist, while Metoclopramide is a dopamine D2 receptor antagonist. In the drug prescription process, an assessment of the appropriateness of the medication's indication for the patient's diagnosis is performed to ensure the accuracy, safety, and effectiveness of drug administration. Through this special task, it is hoped that the compatibility between the administration of Ondansetron and Metoclopramide to inpatients at RSUI in January 2023 with the required indications in the literature can be assessed and evaluated. The data on the administration of Ondansetron to inpatients at RSUI in the January 2023 period show that out of a total of 50 patients given Ondansetron, 24 patients underwent surgery. Meanwhile, data indicates that most patients receiving Metoclopramide experienced digestive tract inflammation. Based on this assessment, it is evident that Ondansetron and Metoclopramide administration at RSUI is in line with diagnoses and aligned with indications specified in literature. Ondansetron was primarily given to post-surgery patients with nausea and vomiting in January 2023, whereas Metoclopramide was focused on those with digestive tract inflammation and pain."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisha Virginia
"Mual dan muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu efek samping yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Antagonis reseptor 5-HT3 seperti ondansetron telah digunakan dalam mengontrol mual dan muntah akibat kemoterapi emetogenik moderat. Perbedaan biaya obat antara ondansetron generik berlogo dan bermerek dagang diketahui cukup signifikan. Metode analisis efektivitas-biaya (AEB) dilakukan untuk mengukur dan membandingkan efektivitas serta biaya antara kedua pengobatan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Data primer dan sekunder didapatkan melalui catatan rekam medik, sistem informasi rumah sakit, dan wawancara. Pasien wanita dengan kanker payudara yang menggunakan kemoterapi emetogenik moderat untuk pertama kalinya di RS Kanker Dharmais pada tahun 2012 diikutsertakan dalam penelitian. Sampel yang dilibatkan dalam analisis sebanyak 21 pasien, yaitu 12 pasien ondansetron generik berlogo dan 9 pasien ondansetron generik bermerek dagang. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan proporsi pasien yang terbebas dari mual dan muntah akut. Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, alat kesehatan, rawat singkat, dan jasa dokter.
Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas ondansetron generik bermerek dagang lebih besar (0,444) dibandingkan ondansetron generik berlogo (0,250). Median total biaya pengobatan ondansetron generik bermerek dagang lebih mahal (Rp 468.649,00) dibandingkan ondansetron generik berlogo (Rp 405.022,00). Hasil akhir menunjukkan bahwa ondansetron generik bermerek dagang (REB: Rp 1.055.515,77) lebih cost-effective dibandingkan ondansetron generik berlogo (REB: Rp 1.620.088,00). Perpindahan pengobatan dari ondansetron generik berlogo ke bermerek dagang membutuhkan biaya tambahan sebesar Rp 327.974,23 agar terbebas resiko mual dan muntah akut akibat kemoterapi emetogenik moderat.

Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) is one of the side effects that can reduce the quality of life. A 5-HT3 receptor antagonist like ondansetron has been used to control moderately emetogenic chemotherapy induced-nausea and vomiting. Difference in drug costs between ondansetron generics and brand names appear significantly. Cost-effectiveness analysis (CEA) were conducted to measure and compare the effectiveness and cost of the treatment.
A observasional study was done using total sampling method from retrospective data. Primary and secondary data collected from medical records, hopital information systems, and interviews. Female patients with breast cancer who were prescribed moderately emetogenic chemotherapy for the first time in 2012 were included in this research. The number of samples were 21 patients, which included 12 patients with generics ondansetron and 9 patients with brand names ondansetron. The effectiveness is measured by the proportion of patients free of acute nausea and vomiting. The cost is median of the total cost, summed from the cost of drugs, medical devices, hospitalization, and physician.
Based on the results of this study, the effectiveness of brand names ondansetron (0.444) is greater than generics ondansetron (0.250). Median total cost of brand names ondansetron is more expensive (Rp 468,649.00) than generics ondansetron (Rp 405,022.00). The final result showed that brand names ondansetron (CER: Rp 1,055,515.77) is more cost-effective than generics ondansetron (CER: Rp 1,620,088.00). Change of medication from generics to brand names ondansetron require extra cost Rp 327,974.23 for controlling acute nausea and vomiting due to moderately emetogenic chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library