Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Lestari
"Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya uraian dan spesifikasi jabatan yang tidak jelas dan tidak spesifik serta struktur organisasi keperawatan yang tidak memiliki jalur komando keruangan, sehingga menyebabkan tumpang tindih jabatan di bagian manajer keperawatan RSPP. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Jabatan Tenaga Manajer Keperawatan di RSPP. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian operasional (operational research) dengan pendekatan metode kualitatif. Data primer berasal dari kuesioner dan wawancara mendalam (indepih interview). Sedangkan data sekunder didapat dari telaah dokumen. Populasi penelitian adalah seluruh pemegang jabatan manajer keperawatan di RSPP, kecuali supervisor. Uraian jabatan Supervisor sudah cukup jelas dan lengkap. Hasil penelitian ini berupa usulan struktur organisasi, job description dan job specification yang baru di RSPP sehingga bisa dijadikan dasar atau masukan awal bagi Departemen Keperawatan RSPP dalam rangka restukturisasi organisasi.
Daftar Pustaka = 34 buah (1978-2004)

Job Analysis of Nurse Manager at RSPP 2004 The background of this research is the condition in RSPP where the job description and job specification are inaccurate, in specific and problematic nurse structure, which result in overlapping of job at nursing department RSPP. This is the reason for the researches to undertake his study of job analysis of nurse manager at RSPP. The method use collect data are questionnaire, in depth interview and by studying related document. The result of this research are organizational structure, job description, and job specification for the nursing department of RSPP, which may be use as base for reorganization of the department.
References: 34 ( 1978-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sulastri
"Kualitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan adalah kinerja perawat pelaksana, kinerja perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh keberhasilan supervisi yang dilakukan manajer keperawatan dan keberhasilan supervisi manajer keperawatan ditentukan oleh kemampuannya dalam supervisi. Kemampuan supervisi mencakup pengetahuan, entrepreneurial, intelektual, sosioemosional dan interpersonal. Kemampuan supervisi berhubungan dengan karakteristik demografi perawat manajer dan karakteristik organisasi yang terbentuk dari budaya organisasi. Hasil residensi di RSUD Pasar rebo menunjukkan 50 % kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dan karakteristik organisasi dengan kemampuan supervisi.
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo Jakarta, dengan jumlah sampel 30 perawat manajer garda depan yang merupakan total sampel. Instrumen penelitian terbagi tiga yaitu bagian pertama adalah karakteristik demografi, bagian kedua adalah karakteristik organisasi dan bagian ketiga adalah kemampuan supervisi. Mengingat jumlah sampel yang keeil, maka hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk rumah sakit lain.
Karakteristik responden berumur antara 23 tahun sampai dengan 50 tahun, terbanyak adalah perempuan, pendidikan SPK dan D III keperawatan, status perkawinan sebagian besar menikah, lama bekerja antara 4 tahun sampai dengan 28 tahun, dan lama menjadi manajer 0 tahun sampai dengan 4 tahun. Hasil penelitian variabel karakteristik organisasi menunjukkan bahwa sebagian besar responder mempunyai karakteristik organisasi sedang (60%,n=30), variabel kemampuan supervisi menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kemampuan supervisi pada tingkat sedang (60%, n=30). Karakteristik demografi tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kemampuan supervisi. Sementara karakteristik organisasi menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kemampuan supervisi.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada penentu kebijakan di rumah sakit untuk menetapkan peraturan agar supervisi dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pertimbangan ratio perawat dengan jumlah tempat tidur, perlu adanya perawat pengganti bagi perawat yang sedang melaksanakan tugas belajar, dan mengingat kemampuan supervisi sebagian besar responden berada pada tiungkat sedang, usia responden sebagian besar berada pada usia produktif maka perlu adanya penyegaran tentang menejemen keperawatan secara berkala, terutama tentang supervise.

The Relationship between Demographic Characteristics and Organization Characteristic and The Supervision Competencies Perceived by Nurse Manager at the Pasar Rebo Hospital, Jakarta Timur The quality of health care service will be affected by quality of nursing services. On the other hand the quality of nursing services will be affected by the clinical nurse's performance. The nurse clinical performance will be depended on the fulfillment of supervision function done by Nurse Managers. The success of manager in supervision will be depended on competencies from the activity. The competencies of supervision are: knowledge, entrepreneurial, intellectual, socio-emotional, and interpersonal. Supervision competencies related to demographic characteristic nurse manager and the organization characteristic which build up from the organizational cultural. The result of residence in Pasar Rebo Hospital show the figures that 50% first line nurse manager did not to do the supervision. So that this research want to know a relation between demographic characteristic, organization characteristic with the supervision competencies.
This research is analytic descriptive research with cross sectional methods. The subject research will be held in Pasar Rebo Hospital Jakarta with total 30 samples from first line nurse manager. Our research instrument will be separate from three parts. Part one is demographic characteristic, part two is organization characteristic, and the third is the competencies of supervision. Total sample is minimal so that the result of this research can not be generalization to the other hospital.
The respondents age from 23 year to 50 year. Many of them are women, and have studied at SPK and DIII Nursing Program education, marital status respondent have been married and have been working for 4 to 28 years and responsible of manager form 4 year until 4 years. The result of variable characteristic organization pointed that many of them (60%) have characteristic organization middle, variable competency supervision pointed that many of them (60%) have ability to supervision at the middle level. Demographic characteristic is not relation between capability supervision.
According to this research, we suggest that the key person which have decision in the hospital to set up or make the rules for the good supervision activity. The most important, there is must be increase ratio from nurses with the total bed. And also have another nurses for change the nurses who have following the study program, and attention to the competencies of supervision the whole respondent at the middle level, the respondent age at the productive activity so that they must have many training programs of nursing management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 8819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Bin Seh Abubakar
"Perubahan status RSMM menjadi Badan Layanan Umum membawa dampak pada semua bidang termasuk profesi keperawatan. Pada bulan Januari 2008, terjadi mutasi perawat dan hal ini beresiko untuk terjadinya konflik sehingga dirasakan perlu untuk melakukan pelatihan tentang manajemen konflik pada kepala ruangan dan dilihat pengaruhnya pada kinerja perawat pelaksana. Metode penelitian ini adalah quasieksperimental dengan desain Pre and Post Test Without Control Group. Perawat pelaksana yang menjadi responden sebanyak 104 orang yang dipilih dengan simple random sampling dan tersebar pada 18 ruangan. Kepala ruangan mendapatkan pelatihan tentang manajemen konflik dan dibimbing dengan frekuensi yang berbeda (6 kali, 3 kali, dan tanpa bimbingan), kemudian kepala ruangan menerapkan kemampuan manajemen konflik dengan membimbing perawat pelaksana untuk meningkatkan kinerjanya. Karakteristik perawat pelaksana dianalisa dengan uji statistik deskriptif sedangkan kinerja perawat pelaksana dianalisa dengan uji t-dependen untuk melihat perbedaan kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah dibimbing kepala ruangan dan uji Anova untuk melihat perbedaan kinerja perawat pelaksana dengan frekuensi bimbingan yang berbeda pada kepala ruangan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang bermakna pada kinerja perawat pelaksana sesudah dibimbing kepala ruangan yang telah dilatih dan dibimbing (p Value < 0,05). Peningkatan kinerja perawat pelaksana yang kepala ruangannya dibimbing 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang kepala ruangannya tidak dibimbing, demikian juga degan kinerja perawat pelaksana yang kepala ruangannya dibimbing 3 kali. Sementara kinerja perawat pelaksana yang kepala ruangannya dibimbing 6 kali tidak berbeda secara bermakna dengan yang kepala ruangannya dibimbing 3 kali. Perawat pelaksana yang belum menikah lebih tinggi kinerjanya dibandingkan dengan yang telah menikah. Dari hasil penelitian ini disarankan agar calon kepala ruangan diberikan pelatihan manajemen konflik dan dibimbing sebanyak 3 kali.

The status change of RSMM to independent public health service had impact to all disciplines, including nursing profession. In January 2008, rotation of nurse was conducted and potentially resulted conflicts. This condition was considered to be anticipated with providing training of conflict management for nurse managers, and then evaluated its effect on nurse performance. This study used quasi- experimental design with Pre and Post Test Without Control Group. Sample size of this study was 104 nurses of 214 nurses who were selected randomly in 18 patient ward. The training and coaching was performed in different frequency of sessions (6 sessions, 3 sessions, and session without coaching) for nurse managers who then demonstrated their skill of conflict management with guiding nurses in improving their performance. Descriptive statistical test was applied for nurse characteristic and t-dependent test was applied for nurse performance with differentiating nurse performance before and after the guidance provided by nurse manager. Anova test was applied to predict the difference of nurse performance with various frequency of coaching provided for nurse manager. The result of this study showed increasing nurse performance after being guided by nurse managers who were trained and coached (pValue < 0,05). The increasing of nurse performance with nurse managers who were coached in 3 sessions and 6 sessions was higher than nurse performance with nurse manager who were not provided with coaching. Nurse performance with nurse manager who were coached 3 times and 6 times was not significantly different. The performance of unmarried nurse was higher than married nurse. It was recommended that candidates of nurse managers should be trained about conflict management with 3 sessions of coaching.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24816
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdiana
"Kepala ruangan sebagai perawat manajer yang bersentuhan langsung dengan staf, melaksanakan strategi untuk meningkatkan retensi agar stafnya mempunyai keinginan untuk bertahan bekerja. Strategi yang telah dilaksanakan kepala ruangan seringkali kurang membuahkan hasil yang baik karena beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi kepala ruangan dalam meningkatkan retensi perawat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini menggunakan total sampling dari kepala ruangan sesuai kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan merupakan modifikasi dari instrumen strategi retensi perawat dan pengembangan dari beberapa sumber terkait.
Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara struktur organisasi, dukungan pimpinan, fungsi perencanaan, fungsi ketenagaan, dan fungsi pengendalian dengan strategi retensi p = 0,002 ndash; 0,044, ? = 0,05 . Faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah dukungan pimpinan p = 0,032; OR = 2,817, 95 CI dan fungsi ketenagaan p = 0,042; OR = 2,714, 95 CI . Rekomendasi: Kepala ruangan perlu dukungan yang kuat dari pimpinan rumah sakit dalam melaksanakan strategi untuk meningkatkan retensi perawat.

Head nurse as a nurse manager in direct contact with staff, executes a strategy to increase retention so that his staff has a desire to survive. Strategies that have been implemented by head nurse are often poorly managed due to several factors. The purpose of this study was to identify factors that may influence the strategy in increasing nurse retention.
This research is descriptive research with cross sectional approach. This study used total sampling from head nurse according to inclusion criteria. The instrument used is a modification of the nurse 39 s retention strategy and development tool from several related sources.
The result showed that there was a significant relationship between organizational structure, leadership support, planning function, staffing function, and controlling function with retention strategy p 0,002 0,044, 0,05 . The most dominant factors influenced were leadership support p 0.032, OR 2.817, 95 CI and staffing function p 0.042 OR 2.714, 95 CI . Recommendations Nurse retention strategies conducted by head nurse need strong support from hospital management for their success in improving nurse retention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Rini Eka Wulandari
"Peningkatan pendidikan formal menjadi sangat penting bagi profesi keperawatan dan merupakan salah satu jenis pengembangan profesional berkelanjutan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin tinggi mengharuskan seorang perawat untuk meningkatkan pendidikannya secara formal. Manajer keperawatan bertanggung jawab atas terlaksananya peningkatan pendidikan formal setiap staf nya di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dan manajer dalam peningkatan pendidikan formal. Desain penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif, dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, partisipan dalam penelitian yaitu 14 orang perawat yang terdiri dari 9 orang mewakili perawat dan 5 orang mewakili manajer perawat pada RS X di Lampung Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam secara langsung. Analisis data menggunakan metode colaizzi dan analisis tematik. Hasil penelitian diperoleh lima tema untuk pengalaman perawat yaitu: 1) Pemahaman terhadap pentingnya pendidikan formal bagi perawat; 2) Dukungan bagi perawat dalam melanjutkan sekolah; 3) Hambatan dalam meningkatkan pendidikan formal; 4) Kepuasan terhadap upaya manajer dalam mendukung peningkatan pendidikan; 5) Dampak program peningkatan pendidikan formal, sedangkan untuk pengalaman manajer diperoleh empat tema yaitu: 1) Memberikan dukungan kepada perawat yang melanjutkan pendidikan; 2) Hambatan dalam peningkatan pendidikan formal di rumah sakit; 3) Dampak peningkatan pendidikan formal pada pelayanan keperawatan; 4) Perlu penyusunan rencana strategi upaya peningkatan pendidikan formal. Rekomendasi dari penelitian ini adalah rumah sakit membuat rencana berkaitan dengan kebijakan, pedoman/panduan tentang peningkatan pendidikan formal bagi perawat dan disosialisasi kepada seluruh perawat serta dievaluasi sehingga upaya dalam meningkatkan pendidikan formal berjalan dengan baik.

Increasing formal education is very important for the nursing profession and is one type of continuous professional development. The development of science and the increasingly high demands of health services require a nurse to increase her education formally. The nursing manager is responsible for the implementation of improving the formal education of each staff in the hospital. The purpose of this study was to explore the experiences of nurses and managers in improving formal education.The qualitative research design used a descriptive approach, with a semi-structured interview method. The sampling technique used purposive sampling, the participants in the study were 14 nurses consisting of 9 representing nurses and 5 representing nurse managers at X Hospital in South Lampung. Data collection was carried out by direct in-depth interviews. Data analysis used the colaizzi method and thematic analysis. The results of the study obtained five themes for the nurse's experience, namely: 1)Understanding of the importance of formal education for nurses; 2) Support for nurses in continuing school; 3) Barriers to improving formal education; 4) Satisfaction with manager's efforts in supporting education improvement; 5) The impact of the formal education improvement program, while for the experience of managers, four themes were obtained, namely: 1) Providing support to nurses who continue their education; 2) Barriers to the improvement of formal education in hospitals; 3) The impact of increasing formal education on nursing services; 4) It is necessary to formulate a strategic plan for efforts to improve formal education. Recommendations from this study are hospitals make plans related to policies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Sumarni
"Kepala ruangan sebagai penanggung jawab ruang rawat inap mempunyai peranan yang sangat menentukan di dalam menciptakan pelayanan keperawatan yang profesional, dengan mengarahkan, menggerakkan, memberi kemudahan dan memberi teladan yang baik bagi perawat pelaksana agar mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja secara produktif.
RSUD Kabupaten Tasikmalaya merupakan rumah sakit umum kelas B yang mempunyai tenaga perawat mayoritas lulusan SPK (66,22%), sehingga memerlukan kepala ruangan yang mempunyai kemampuan, baik asuhan keperawatan maupun manajemen keperawatan, agar perawat pelaksana dapat melaksanakan tugasnya secara produktif. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan diketahuinya hubungan antara efektivitas kepemimpinan kepala ruangan dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Tasikmalaya.
Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebagai unit analisis adalah 142 orang. Analisis terdiri dari: Analisis univariat untuk deskripsi setiap variabel; analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mencari hubungan antar variabel, dan regresi linier sederhana untuk mencari hubungan sub variabel independen dengan variabel dependen; analisis multi variat menggunakan regresi linier ganda untuk melihat sub variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menggambarkan adanya hubungan yang bermakna baik antara efektivitas kepemimpinan dengan produktivitas kerja maupun antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja. Dari enam komponen efektivitas kepemimpinan masing-masing komponen mempunyai hubungan yang bermakna dengan produktivitas kerja, dan komponen yang paling berhubungan yaitu komunikasi. Begitu juga dan tiga komponen motivasi kerja masing-masing komponen berhubungan secara bermakna dengan produktivitas kerja dan yang paling berhubungan adalah kebutuhan akan otonomi dan kebutuhan akan afiliasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu bahwa para pengelola di RSUD Tasikmalaya, terutama kepala bidang keperawatan perlu berupaya untuk meningkatkan kepemimpinan kepala ruangan melalui pendidikan berkelanjutan dan pelatihan manajemen keperawatan serta menyusun standar asuhan keperawatan di setiap unit. Bagi kepala ruangan diharapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan menetapkan tujuan dalam mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana diupayakan agar tercipta lingkungan yang kondusif, kerjasama yang kohesif, peningkatan kemandirian serta suasana kompetitif yang sehat diantara semua tenaga perawat.

The Correlation between Both Affectivity of Nurse Manager Leadership and Work Motivation with Productivity of Executing Nurses at Inpatient Unit of Regional Public Hospital Tasikmalaya Nurse Manager as in charge at inpatient unit has not determining role in creating professional care service, directing, activating, facilitating and giving good example to executing nurses in order that they have high motivation to work productively.
Regional public hospital (RSUD) Tasikmalaya, B-classed hospital, has most of them graduated form nursing school (66,22 %), and they need nursing manager who has capability either nursing care or care management, so that the executing nurses could run their duty productively. Base of those cases above, the purpose of this research was to think correlation between both of unit manager's leadership and work motivation with productivity of executing nurses at inpatient unit in regional public hospital Tasikmalaya.
The method of this research was quantitative with descriptive correlation and cross sectional approach. The number of the respondent was 142 people. Analysis were consist: univariate analysis was run to describe each variable; bivariate analysis used chi square test to look for some relations among variables and the simple liner regression was utilized to search relation of independent sub variable and dependent variable; the multivariate analysis used double liner-regression to seek independent sub variable and the most related with the dependent variable.
The results indicated that there was significant relation either between affectivity of leadership with work productivity, or between work motivations with work productivity. Of the six components of leadership affectivity, each has relation with work productivity, and the most related were communication. And of the three work motivation components, each was significant connected with work productivity, and the most related were need of power and need affiliation. Based on the research, the research conductor deliver some advise: The management of the regional public hospital Tasikmalaya especially the head of care unit division should improve leadership of unit manager through continuing education and nursing management training as well as compose standard of nursing care at every unit. And the unit manager should improve his/her communication competence and decided the aim in directing the nursing care activities. To enhance work motivation, cohesive cooperation, independence improvement, the executing nurses should create conducive environment as well as healthy competitive situation among them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T7093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Muttaqin
"ABSTRAK
Supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur tidak terjadwal dan selama ini belum pernah ada pelatihan tentang supervisi. Perilaku caring perawat pelaksana masih rendah, hal ini terlihat dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang masih belum optimal. Penelitian dengan judul pengaruh pelatihan supervisi pada kepala ruangan terhadap perilaku caring perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Cianjur ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan supervisi terhadap perilaku caring perawat pelaksana dengan memakai metode quasi experiment pre dan post test design. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap dengan jumlah sampel 45 perawat. Analisa hubungan variabel dilakukan dengan uji koefisien korelasi pearson dan t-test. Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan yang bermakna perilaku caring perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapatkan supervisi dari kepala ruangan yang telah dilatih; ada peningkatan perilaku caring yang bermakna pada masing-masing kelompok perawat pelaksana sesudah mendapat supervisi 2 kali, 4 kali dan 6 kali dari kepala ruangan. Supervisi 2 kali dari kepala ruangan sudah cukup untuk dapat meningkatkan perilaku caring perawat pelaksana. Diusulkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur sehubungan adanya pengaruh antara pelatihan supervisi kepala ruangan dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana maka sebaiknya senantiasa berupaya terus mengadakan pelatihan-pelatihan guna meningkatkan kinerja karyawannya di unit pelayanan keperawatan. Perawat pelaksana sebaiknya mendapatkan pelatihan tentang caring untuk lebih meningkatkan pemahaman dalam penerapan perilaku caring selama menjalankan tugas layanan keperawatan pada klien. Sehubungan hasil penelitian yang dilakukan selama 6 minggu membuktikan bahwa supervise yang dilakukan sebanyak 2 kali ebih efektif dapat meningkatkan perilaku caring, maka supervise pada seluruh perawat dapat dilakukan cukup 2 kali selama rentang waktu yang sama.

ABSTRACT
Nurse manager supervision in Cianjur District Hospital is unscheduled and currently supervision training has not been conducted yet. Caring behavior of the nurse is still low, as seen in unoptimal nursing care. This research was aimed to examine the effect of supervision training on caring behavior of associate nurse quasi experiment methode with pre and post test design. These research populations are all associate nurses at inpatient room. Sample number in this research which fulfills inclusion criterion is 45 nurses. Analysis of variable relation has been done by correlation coefficient test Pearson and t-test. This research result indicated the difference of caring behavior of associate nurse before and after getting supervision from room head; Increasing of caring behavior on each group of associate nurse after getting supervision 2 times, 4 times and 6 times from room head. 2 times supervision from nurse manager is enough for increasing caring behavior of associate nurse. It is recommended to Cianjur district hospital to conduct, training intended to enhance associated nurse performances in nursing care unit. It is suggested that associated nurse have to abtain training concerning caring in order to increase understanding in application of caring behavior in implementing nursing care. This research conduct in 6 weeks revealed that twice supervisions in 6 weeks at Cianjur district hospital were more effective in improving caring behavior, thus supervision for all nurses can be carried out 2 times for the same span of time."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Ely Krisdarlina
"Kinerja personil baik kuantitas maupun kualitas dalam organisasi rumah sakit merupakan penampilan dari setiap upaya pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab perawat manajer. Perawat manajer adalah orang yang terlibat dalam akreditasi dan bertanggung jawab atas pengelolaan pelayanan keperawatan, sehingga tujuan pelayanan keperawatan yang bermutu tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran 'hubungan antara pemahaman tentang akreditasi rumah sakit dan karakteristik dengan kinerja perawat manajer di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta'. Disain penelitian adalah deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 80 orang, dengan instrumen kuesioner yang telah diujikan hasil valid dan reliabel.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pemahaman akreditasi Rumah Sakit bidang pelayanan keperawatan dengan kinerja perawat manajer (p=0,973). Perawat manajer yang paham tentang akreditasi lebih baik, memiliki peluang untuk meningkatkan kinerjanya dibandingkan dengan perawat manajer yang kurang paham. Sedangkan karakteristik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kinerja perawat manajer.
Disimpulkan bahwa pemahaman perawat manajer tentang akreditasi tidak berhubungan bermakna dengan kinerja perawat. Direkomendasikan bahwa pimpinan rumah sakit perlu menjelaskan pemahaman perawat manajer tentang akreditasi untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di rumah sakit.

In a hospital organization, the personnel's performance from both the quality or quantity standpoint reflects the effort in health service was responsible nurse manager. The person who is involved in the accreditation process is the nurse manager and he/ she is responsible in managing the nursing services to achieve the high quality nursing services.
This research is intended to illustrate 'the relationship between the understanding of hospital accreditation and individual characteristic with the performance of nurse managers at the Raden Said Sukanto Main Police Hospital in Jakarta'. The research format is a co relational descriptive with a cross sectional characteristic. The sample for this research is taken from the entire nurse manager staff at the RS Sukanto Main Police Hospital numbering to 80 people, the instrument used with the validity and reliability test.
The result reveals that there is no significant relation between the understanding of hospital accreditation in the field of nursing services with the nurse manager's performance (p=0.973). A nurse manager who understands the gist of accreditation has a slightly better chance to improve his/her performance compared to a nurse manager who is insufficient in his/her understanding of the accreditation. The research on characteristic reveals that there is no significant relation between the individual's characteristic and the performance of nurse managers at the RS Sukanto Main Police Hospital.
The conclusion of this study showed that there isn't significant relation between the undertanding nurse manager with performance nurse's. From this result can be suggested for direction hospital need explained the continuation of the accreditation process to provide an effective learning experience to increase the quality of the nursing service is recommended.
In a hospital organization, the personnel's performance from both the quality or quantity standpoint reflects the effort in health service was responsible nurse manager. The person who is involved in the accreditation process is the nurse manager and he/she is responsible in managing the nursing services to achieve the high quality nursing services. This research is intended to illustrate 'the relationship between the understanding of hospital accreditation and individual characteristic with the performance of nurse managers at the Raden Said Sukanto Main Police Hospital in Jakarta'. The research format is a co relational descriptive with a cross sectional characteristic. The sample for this research is taken from the entire nurse manager staff at the RS Sukanto Main Police Hospital numbering to 80 people, the instrument used with the validity and reliability test. The result reveals that there is no significant relation between the nderstanding of hospital accreditation in the field of nursing services with the nurse manager's performance (p=0.973). A nurse manager who understands the gist of accreditation has a slightly better chance to improve his/her performance compared to a nurse manager who is insufficient in his/her understanding of the accreditation. The research on characteristic reveals that there is no significant relation between the individual's characteristic and the performance of nurse managers at the RS Sukanto Main Police Hospital. The conclusion of this study showed that there isn't significant relation between the undertanding nurse manager with performance nurse's. From this result can be suggested for direction hospital need explained the continuation of the accreditation process to provide an effective learning experience to increase the quality of the nursing service is recommended.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Karmila
"Komunikasi efektif saat bedside handover masih belum optimal dilaksanakan di rumah sakit. Proses bedside handover yang tidak optimal ditandai dengan masih ada perawat yang tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien, tidak melibatkan pasien secara komprehensif dalam perencanaan perawatan pasien, tidak memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien dan perawat. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan komunikasi saat bedside handover dengan kepuasan pasien dan perawat di rumah sakit n= 383 pasien dan 303 perawat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertempat di tiga rumah sakit pemerintah di Banda Aceh RS A, RS B, dan RS C. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh perawat dengan kepuasan perawat di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover adalah komunikasi saat bedside handover. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover penting diketahui untuk mengevaluasi persepsi pasien dan perawat terhadap keefektifan penerapan komunikasi, keadekuatan informasi yang disampaikan, keterlibatan pasien secara komprehensif, dan kolaborasi tim yang baik antar perawat, yang akan berdampak kepada optimalnya proses bedside handover. Manajer keperawatan terutama kepala ruangan diharapkan dapat mendorong seluruh perawat pelaksana untuk menerapkan setiap fase komunikasi efektif saat bedside handover secara optimalKomunikasi efektif saat bedside handover masih belum optimal dilaksanakan di rumah sakit. Proses bedside handover yang tidak optimal ditandai dengan masih ada perawat yang tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien, tidak melibatkan pasien secara komprehensif dalam perencanaan perawatan pasien, tidak memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien dan perawat. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan komunikasi saat bedside handover dengan kepuasan pasien dan perawat di rumah sakit n= 383 pasien dan 303 perawat . Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertempat di tiga rumah sakit pemerintah di Banda Aceh RS A, RS B, dan RS C.
Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh perawat dengan kepuasan perawat di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover adalah komunikasi saat bedside handover. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover penting diketahui untuk mengevaluasi persepsi pasien dan perawat terhadap keefektifan penerapan komunikasi, keadekuatan informasi yang disampaikan, keterlibatan pasien secara komprehensif, dan kolaborasi tim yang baik antar perawat, yang akan berdampak kepada optimalnya proses bedside handover. Manajer keperawatan terutama kepala ruangan diharapkan dapat mendorong seluruh perawat pelaksana untuk menerapkan setiap fase komunikasi efektif saat bedside handover secara optimal.

Effective communication during bedside handover is not optimally implemented in hospitals. Ineffective Bedside handover process is characterized by a nurse who does not introduce himself to the patient, does not involve the patient comprehensively in the patient 39 s care plan, does not provide patients with the opportunity to ask questions, and does not provide relevant and understandable information. This phenomenon impact to patient and nurse satisfaction. The purpose of this study is to identify the association of bedside handover communication with patient and nurse satisfaction at hospitals n 383 patients and 303 nurses. This research uses descriptive correlation design with the cross sectional approach, located at three government hospitals in Banda Aceh RS A, RS B, and RS C.
The results of this study indicate that there is a significant correlation between communication during bedside handover perceived by patients with patient satisfaction in three hospitals p 0.001 p 0.001 p 0.001. There is a significant correlation between communication during bedside handover perceived by nurse with nurse satisfaction in three hospitals p 0,001 p 0,001 p 0,001. The most dominant factor affecting patient and nurse satisfaction in bedside handover is communication during bedside handover. The results of this study explain that patient and nurse satisfaction on bedside handover communication is important to evaluate the perception of patients and nurses on the effectiveness of communication implementation, transfer information, comprehensive patient involvement, and good team collaboration among nurses, that will impact on the effective bedside handover process. Nursing manager especially the head nurse is expected to encourage all implementing nurses to apply every phase of effective communication during bedside handover to get bedside handover optimally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoseph Kea Embu
"Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi merupakan penerapan dari manajemen SDM menghubungkan model kompetensi dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan dalam organisasi. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas manajemen SDM berbasis kompetensi menurut perspektif perawat manajer lini pertama di Rumah Sakit (RS) Siloam Kelapa Dua Tangerang. Jenis penelitian yakni penelitian desktriptif dengan pendekatan kualitatif studi kasus. Informan penelitian: 5 perawat manajer lini pertama dan 4 informan kunci. Data primer dengan kuesioner dan wawancara mendalam. Data sekunder dengan telaah dokumen kompetensi. Hasil penelitian yakni: Perawat manajer lini pertama setuju kebutuhan pelatihan diidentifikasi RS, adanya kesempatan pelatihan sesuai kebutuhan, dukungan RS dalam workshop dan seminar, kesempatan karir bagi yang berkinerja baik, ada perencanaan jalur karir, perencanaan dan pengembangan karir sesuai kinerja staf, RS menerapkan sistem kompensasi mendorong dalam tercapainya tujuan RS, ada perlakuan yang adil dan remunerasi dijadikan sebagai penghargaan bagi yang berkinerja baik. Perawat manajer lini pertama setuju adanya wawancara selama rekrutmen dan seleksi, jabatan staf disesuaikan dengan kompetensinya, adanya wawancara dalam rekrutmen, pemilihan kandidat rekrutmen berdasarkan kompetensinya. Perawat manajer lini pertama setuju dengan RS diperbolehkan bicara formal dengan top manajer mengenai hasil evaluasi, pengembangan berdasarkan evaluasi kinerja, RS selalu menginfokan terkait dengan standar evaluasi kinerja, serta pemberian penghargaan berdasarkan kinerja.

Competence Based Human Resource Management (CBHRM) is the application of HR management linking the competency model with the competencies needed to do work within the organization. The purpose of the study was to analyze the effectiveness of competency-based HR management according to the perspective of first-line manager nurses at Siloam Hospitals Kelapa Dua, Tangerang. The type of research is descriptive research with a qualitative case study approach. Research informants: 5 nurse first-line managers and 4 key informants. Primary data with questionnaires and in-depth interviews. Secondary data by reviewing competency documents. The results of the study are: First-line nurse managers agree that training needs are identified by hospitals, there are training opportunities as needed, hospital support in workshops and seminars, career opportunities for good performers, there is career path planning, career planning and development according to staff performance, hospitals implement a system compensation encourages the achievement of hospital goals, there is fair treatment and remuneration is used as a reward for good performers. First-line nurse managers agree that there are interviews during recruitment and selection, staff positions are adjusted to their competencies, there are interviews in recruitment, selection of recruitment candidates based on their competencies. The first-line nurse manager agrees with the hospital being allowed to talk formally with the top manager regarding the evaluation results, development based on performance evaluation, the hospital always informs about performance evaluation standards, as well as awarding performance based on performance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>