Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afriman Djafri
"Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit terkait kerja (work related diseases) disebabkan oleh suatu faktor yang berasal dari tempat kerja dalam bentuk gangguan kesehatan, penyakit, kecelakaan, cacat, dan kematian. Pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dBA sebagai intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan seharihari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Data Tahun 2000 di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 9 juta pekerja setiap hari terpajan kebisingan sebesar 85 dBA. Ada sekitar 5,2 juta pekerja terpajan kebisingan > 85 dBA pada Manufacturing dan Untilities atau sekitar 35 % dari total pekerja pada industri manufacturing di Amerika. Departemen pekerja Amerika memperkirakan ada 19,3 % pekerja pada manufacturing dan untilities terpajan kebisinganSOH 90 dBA, 34,4 % terpajan kebisingan > 85 dBA dan 53,1 % terpajan kebisingan > 80 dBA.
Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri pada 103 orang pekerja di perusahaan PT. Sanggar Sarana Baja ditemukan adanya penurunan status pendengaran pada frekuensi 4000 Hz sebanyak 52,4 %, terlihat bahwa separuh pekerja dari sampel yang diperiksa pada penelitian ini telah mengalami gangguan fungsi pendengaran tidak normal.
PT. Sanggar Sarana Baja adalah salah satu perusahaan berspesialisasi dalam desain dan manufaktur dari peralatan-peralatan proses, fabrikasi baja umum, dan pemeliharaan dan konstruksi untuk minyak dan gas, petrokimia dan industri pembangkit listrik yang beroperasi sejak tahun 1977. Produk permintaan tinggi lainnya yaitu Vessel Pressure, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. Dalam proses kerjanya perusahaan ini menggunakan mesin yang menimbulkan suara yang cukup keras seperti mesin welding, Mechining, bending, rolling, setting dan alat tersebut dioperasikan oleh pekerja, sehingga para pekerja setiap harinya akan terpapar oleh suara bising tersebut, hal ini bagi pekerja/karyawan PT. Sanggar Sarana Baja dapat berpeluang untuk terganggu oleh suara tersebut Besarnya risiko kesehatan yang disebabkan suara bising pada masyarakat khususnya pada karyawan / pekerja dapat berpeluang terhadap gangguan fungsi pendengaran.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran pada pekerja pabrik di PT. Sanggar Sarana Baja tahun 2010.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan studi yang digunakan Cross Sectional, yaitu melakukan pengamatan dan wawancara pada subyek penelitian dan diikuti pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010 di bagian/unit kerja produksi PT. Sanggar Sarana Baja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, tingkat pajanan kebisingan PT. Sanggar Sarana Baja melebihi nilai ambang batas yang telah di tetapkan, yaitu berkisar antara 82 dB(A) - 89 dB(A) di bagian/unit kerja produksi. Tingkat pajanan kebisingan tertinggi terdapat di unit/bagian kerja/seksi area Vessel II yaitu 89 dB(A) dan tingkat kebisingan terendah yaitu di unit/bagian kerja/seksi area Engineering dan terdapatnya hubungan antara Tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran.
Berdasarkan hasil penelitian, perlunya peranan Pihak perusahaan agar mengembangkan program pengendalian kebisingan yang telah ada dengan penerapan komponen Hearng loss Prevention Program (HLPP) sebagai upaya meminimalisasi pajanan kebisingan yang diterima oleh pekerja sampai ke titik dimana bahaya terhadap pendengaran dapat dikurangi atau dihilangkan. Contoh; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering control, dan administrative control.

Noise is a health risk for workers in the possibility of work-related illness (work related diseases) is caused by a factor derived from the workplace in the form of health problems, illness, accident, disability, and death. The Government has issued Decree No Minister of Labor. Kep-51/MEN/1999 about Threshold Limit Value (TLV) of physical factors in the workplace, in which established Threshold Limit Values (TLV) of 85 dBA noise as the highest intensity and a value that can still be accepted by the workers without causing disease or disorder health in their daily work for a period not exceeding eight hours per day or 40 hours a week.
Data Year 2000 in the United States showed more than 9 million workers daily exposed to noise at 85 dBA. There are about 5.2 million workers exposed to noise> 85 dBA at the Manufacturing and Untilities or approximately 35% of the total workers in manufacturing industry in America. United workers Department estimates there are 19.3% of workers in manufacturing and untilities SOH 90 dBA noise exposure, 34.4% exposed to noise> 85 dBA and 53.1% exposed to noise> 80 dBA.
Based on the results of audiometry in 103 people working in the company of PT. Sarana Baja studio found a decrease in hearing status on the frequency 4000 Hz were 52.4%, showed that half the workers from the sample examined in this study had impaired hearing function is not normal.
PT. Sanggar Sarana Baja is one company specializing in the design and manufacturing of process equipment, general steel fabrication, and maintenance and construction services to oil and gas, petrochemical and power industries operating since 1977. Other high demand products are Pressure Vessel, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. In the process his company uses the machines that create a loud enough voice like welding machines, Mechining, bending, rolling, setting and the equipment operated by workers, so workers will be exposed to everyday noises such, this is for the workers / employees of . Steel Facility workshop can expect to distracted by the voice. The magnitude of health risks caused by noise in the society especially in the employee / worker can expect to auditory dysfunction.
The purpose of this study is to determine the correlation between noise exposure on hearing function of factory workers in PT. Sanggar Sarana Baja 2010. This study was a descriptive study was analytic approach used in study design was cross sectional, that is to make observations and interviews on the subject of research and followed by measuring the intensity of noise in the workplace. When the study was conducted in April-May 2010 in unit of PT Sanggar Sarana Baja.
The results showed that noise exposure level of PT Sanggar Sarana Baja exceeds the threshold value that has been on the set, ranging from 82 dB (A) - 89 dB (A) in the unit of production. Have the highest noise exposure levels in the unit / working part / section II Vessel area that is 89 dB (A) and the lowest noise level that is in the unit / working part / section area of Engineering and the presence of the relationship between the level of noise exposure on hearing function.
Based on this research, the need for companies to develop the role of party noise control programs that already exist with the implementation of component loss Hearng Prevention Program (HLPP) in an effort to minimize the noise exposure received by workers to the point where the danger of hearing loss can be reduced or eliminated. Example; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering controls, and administrative control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pratignyowati
"Bising merupakan sumber bahaya ditempat kerja, bila tidak ditangani dengan baik. Bising selain menyebabkan penyakit akibat kerja juga dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya mendatangkan derita bagi tenaga kerja dan keluarganya tapi juga merugikan perusahaan serta lingkungan sekitarnya. PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah Perusahaan BUMN dibawah Departemen Perhubungan sebagai pengelola 10 (sepuluh) Bandara di wilayah Barat Indonesia, dimana bising merupakan suatu hal yang sehari-hari dihadapi oleh petugas AMC sebagai petugas operasi dilini depart dalam pelayanan jasa kebandarudaraan.
Sebagai Bandara bertaraf Internasional selain hares mengikuti peraturan-peraturan ICAO (International Civil Aviation Organization) harus menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku secara nasional guna melindungi tenaga kerja, orang lain disekitar Bandara, lingkungan kerja, asset perusahaan umumnya serta keselamatan penerbangan khususnya. Penelitian yang dilakukan adalah dengan diskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional berdasarkan data primer dan sekunder dari 79 petugas AMC dari PT (Persero) Angkasa Pura II tahun 2004 dan didapatkan hasil 22 petugas AMC menderita Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Dengan menggunakan slat audiometer dan sound level meter.

Noise is a source of danger in the workplace if it does not manage properly. The noise, besides it can cause sick it also can cause an accident and creating sorrow to the employee or his family. Consequently decreased performance and increased compensation pay will became the burden for the company. PT. Angkasa Pura II (Ltd) is a State Company under Transportation Department, consist of 10 airports in west Indonesia where the noise is one of the problem faces by AMC officers as the frontline officers of airport services.
As an international airport, besides must comply to existing ICAO (International Civil Aviation Organization) International regulations, it also must apply standards on work safety and health nationally adopted to protect its employees, the people around, company assets in general and especially flying safety. The observation undergone is a descriptive - analytically with cross - sector approach, based on primary and secondary data from 79 AMC officers of PT (Persero) Angkasa Pura H in 2004 i.e through observation and sound level meter, result 22 AMC officers suffering from noise induced hearing loss (NHL).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri
"ABSTRAK Bising merupakan dampak yang timbul mengikuti kemajuan industri yang dapat dirasakan termasuk oleh ibu hamil. Pajanan bising saat kehamilan diketahui dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Sebaliknya musik dapat memberikan efek positif dalam berbagai reaksi fisiologis, yaitu kognisi, emosi, dan imunitas. Akan tetapi, belum diketahui dampak gabungan pajanan keduanya saat prenatal, serta pengaruhnya terhadap fungsi otak, khususnya hippocampus yang berperan dalam kognisi dan memori spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pajanan suara gabungan (musik dan bising) dapat mengkompensasi dampak negatif bising pada perkembangan hippocampus. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pengaruh pajanan suara musik, bising dan kombinasinya selama perkembangan prenatal terhadap fungsi hippocampus neonatus Gallus gallus domesticus. Telur yang telah difertilisasi diinkubasi dalam mesin tetas yang dilengkapi pengeras suara untuk tiga jenis suara, yaitu musik, bising dan gabungan, serta sebuah kelompok kontrol. Pajanan suara diberikan sejak embrio berusia 10 hari sampai menetas. Selanjutnya dilakukan penilaian memori spasial menggunakan labirin T, penimbangan berat otak, penghitungan jumlah neuron dengan pewarnaan Hematoxylin eosin, serta penilaian ekspresi protein BDNF pada hippocampus dengan pewarnaan imunohistokimia. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna berat otak pada masing-masing kelompok. Selain itu, pajanan musik dapat memfasilitasi pembentukkan memori spasial didukung dengan peningkatan jumlah neuron dan ekspresi protein BDNF pada hippocampus; sebaliknya pajanan bising menginhibisi konsolidasi memori spasial, menurunkan jumlah neuron dan ekspresi BDNF di hippocampus. Pajanan gabungan memberikan hasil yang tidak berbeda dengan kelompok kontrol pada tiap parameter. Disimpulkan bahwa pajanan gabungan dapat mengkompensasi

ABSTRACT
Noise has become a critical issue following industrial evolution, especially pregnant women. Noise exposure during prenatal period may disrupt fetal growth and development. Otherwise, music gives various positive physiological responses to the development of cognition, emotion, and immunity. However, the effect of combination of both sound during prenatal to brain, especially hippocampus that manage cognition and spatial memory has never been studied. This research aimed to know whether combination of music and noise exposures can compensate negative effect of noise in hippocampus development. Research conducted by comparing the effect of music, noise and combination of both exposures during prenatal development to the function of Gallus gallus domesticus neonate hippocampus. Fertilized eggs were incubated in hatchery machine equipped with a loud speaker for three exposures groups, i.e. music, noise and combination, and a control group; given from E10 until hatching. Data collected for evaluation were spatial memory assessment that was done using T-maze, brain weight, total hippocampus neuron number and BDNF expression in hippocampus. As result, there was no significant difference in brain weight among these groups. Furthermore, prenatal music stimulus enhanced spatial memory formation supported by the increasing number of total neuron and BDNF expression in hippocampus. Besides, prenatal noise stimulus elicited spatial memory inhibition, decreased of total neuron number and BDNF expression in hippocampus. Combination group showed no significant result compare to control group in each measurements. In conclusion, combination of both music and noise stimulus during prenatal period could compensate the negative effect of prenatal noise exposure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Indar Ayuningtyas
"Proses kerja di Area Forging PT X dapat menimbulkan risiko bahaya dari tekanan suara yang ditimbulkan oleh mesin produksi yang dapat menimbulkan kebisingan dan dapat berpengaruh pada gangguan fungsi pendengaran pekerja. Diperlukan analisa faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran agar dapat digunakan sebagai langkah pengendalian yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tekanan bising, gambaran pajanan bising (Leq 8 jam), gambaran gangguan pendengaran dan faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja di Area Forging PT X. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional untuk melihat hubungan gangguan fungsi pendengaran akibat pajanan bising dengan menganalisa faktor lain yang dapat mempengaruhinya seperti usia, masa kerja, kebiasaan merokok, pajanan getaran, hobi terkait bising, dan pemakaian alat pelindung diri (alat pelindung telinga). Berdasarkan hasil didapatkan bahwa gambaran tekanan bising di Area Forging PT X berkisar antara 74,1 – 103,4 dBA, pajanan bising (Leq 8 jam) 44 orang (66,7%) terpajan bising tinggi ≥85dBA dan 22 orang (33,3%) terpajan bising <85 dBA dan rata-rata pajanan adalah sebesar 91,5 dBA. Dari 66 partisipan, 8 (12,1%) partisipan mengalami gangguan fungsi pendengaran sensorineural dan 58 (87,9%) partisipan memiliki pendengaran normal. Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi pendengaran adalah pajanan bising memiliki p value 0,045 dengan nilai OR 0,818, hobi terkait bising memiliki p value 0,005 dan nilai OR 14,37, masa kerja memiliki p value 0,045 dan nilai OR 0,818, usia memiliki p value 0,001 dan nilai OR 20,07, kebiasaan merokok memiliki p value 0,008 dan nilai OR 12,33, serta penggunaan alat pelindung diri memiliki p value 0,009 dan nilai OR 10,6. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gangguan fungsi pendengaran sensorineural adalah usia. Untuk mengandalikan faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi pendengaran dapat menggunakan hierarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administratif dan alat pelindung diri.

The work process in Forging Area PT X can pose a danger from sound pressure generated by production machines which can cause disturbances to worker functions. Analysis of factors that influence hearing loss so that it can be used as an appropriate control measure. This study aims to determine the description of noise, noise exposure description (Leq 8 hours), description of hearing loss and factors that influence hearing loss in workers in the Forging Area of ​​PT X. This study is an observational study with cross sectional design to see the relationship between functional impairment due to exposure noise by analyzing other factors that can influence it such as age, years of service, smoking habits, vibration, hobbies related to noise, and use of personal protective equipment (ear protection). Based on the results obtained that the description of noise pressure in the Forging Area PT X ranges from 74.1 – 103.4 dBA, noise exposure (Leq 8 hours) 44 people (66.7%) high noise exposure >85dBA and 22 people (33.3 %) exposed to noise ≤85 dBA and the average exposure was 91.5 dBA. Of the 66 participants, 8 (12.1%) have sensorineural hearing loss and 58 (87.9%) have normal hearing. Factors that are significantly related to hearing loss are noise exposure have p value of 0.045 with an OR value of 0.818, a noise hobby have p value of 0.005 and OR value of 14.37, years of service have p value of 0.045 and OR value of 0.818 , age have p value of 0.001 and OR value of 20.07, smoking habits have p value of 0.008 and OR value of 12.33, and the use of personal protective equipment have p value of 0.009 and an OR value of 10.6. The most dominant factor influencing sensorineural hearing loss is age. To control those affecting hearing function impairment, risk control factors can be used, namely elimination, substitution, control, control, and personal protective equipment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Semiramis Zizlavsky
"ABSTRAK
Pendahuluan: Paparan bising merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
dampaknya terhadap ambang dengar seseorang yang bekerja di pabrik. Akibat
paparan bising dapat menyebabkan pergeseran ambang dengar yang bersifat
sementara maupun menetap. Umumnya akibat paparan bising akan terjadi kerusakan
sel rambut luar di koklea. Tujuan: Melihat perubahan ambang dengar pada
pemeriksaan Audiometri maupun SNR (Signal to noise ratio ) pada OAE (Oto
Accoustic Emission) akibat paparan bising. Metode: Penelitian ini mengevaluasi
ambang dengar dan fungsi sel rambut luar koklea pekerja di pabrik Baja pada periode
tahun 2017 dan 2018.Data diperoleh dari data pekerja pabrik yang menjalani
pemeriksaan Audiometri nada murni dan OAE pada periode tersebut.Penelitian
dilakukan dengan metode kohort. Hasil: Jumlah pekerja yang menjalani pemeriksaan
Audiometri dan OAE pada tahun 2017 sebanyak 221 orang, sedangkan pada tahun
2018 sebanyak 241 orang. Data tersebut diatas hanya bisa dinilai sebanyak 144 orang
yang menjalani pemeriksaan pada tahun 2017 dan 2018. Pada evaluasi terdapat
perubahan secara signifikan baik pada hasil Audiometri maupun OAE.Oleh karena itu
dibutuhkan evaluasi yang lebih lama.

ABSTRACT
Introduction : Exposure to noise is important because makes impact to hearing level
whose works in factory. This noise exposure can result in temporary threshold shift or
permanent threshold shift. The principle cause of NIHL is damage to cochlear outer
hair cells. Purpose : To see the change of hearing level in Audiometric measurement
and SNR (signal to noise ratio) in (Oto Accoustic Emission) caused by noise
exposure. Methode : This research evaluated hearing level and fuction of cochlear
outer hair cell factory worker in a steel mill periode 2017 until 2018. This data of
factory worker collect from data who undergo pure tone Audiometry and OAE at this
periode. This research done by cohort method.Result: The number of workers
undergoing Audiometric and OAE measurement in 2017 was 221 people, while in
2018 there were 241 people. The data above can only be assessed as many as 144
people undergoing inspection in 2017 and 2018. In evaluation there were significant
changes in both Audiometric and OAE result, therefore a longer evaluation time was
needed."
PIN X PERHATI KL-BANTEN, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Sulistiyorini
"Pajanan bising merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran atau noise-induced hearing loss (NIHL). Pada bagian assembling PT Suzuki Indomobil Motor Plant Cakung 1 terdapat bahaya bising yang berasal dari mesin dan peralatan. Penelitian dilakukan secara cross-sectional atau potong lintang terhadap pajanan bising harian dan keluhan gangguan pendengaran dengan melihat faktor perancu berupa masa kerja, usia, pemakaian alat pelindung telinga (APT), perilaku merokok, dan hobi yang dimiliki pekerja (menembak mendengarkan musik atau radio dengan menggunakan headset atau headphone mengunjungi diskotik (dugem), dan menonton pertunjukkan konser musik rock) dengan cara mengukur pajanan dosis bising harian dan pengisian kuesioner.
Berdasarkan analisis bivariat tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pajanan bising harian dengan keluhan gangguan pendengaran. Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan bermakna pada variabel perancu dengan kejadian keluhan gangguan pendengaran yang ditunjukkan dengan nilai p-value <0.05.. Perlu dilaksanakan beberapa elemen dari program, HLPP (hearing loss prevention program) terutama pemeriksaan audiometri untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran.

Exposure to noise is one factor that affects hearing loss or noise - induced hearing loss ( NIHL ) . On the assembling 4W unit of PT Indomobil Suzuki Motor Plant Cakung 1 there is a hazard that noise coming from the engine and equipments. The study was conducted as a cross - sectional of the daily noise exposure and hearing loss complaints to see confounding factors such as length of service, age , use of ear protective devices (APT), smoking behavior, and worker -owned hobby (shooting listening to music or radio with a headset or headphones visiting discotheques (clubbing), and watch a rock concert performance) by measuring the daily noise exposure dose and questionnaires.
Based on bivariate analysis found no significant difference between the daily noise exposure with hearing complaints. It also found no significant differences in the incidence of confounding variables with complaints of hearing loss as indicated by the value of p-value of <0.05. It should be implemented some elements of the program, HLPP (hearing loss prevention program) primarily audiometric examination for early detection of hearing loss.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Aulia Kamal
"ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan diluar pendengaran yang disebabkan oleh bising adalah stres kerja. Dimana intensitas bising yang masih dibawah NAB dapat menimbulkan persepsi stres kerja pada sebagian orang, hal inilah yang disebut sebagai bising subyektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan bising subyektif dengan persepsi stres pekerja menggunakan skor skala persepsi stres atau Perceived Stress Scale (PSS) serta faktor-faktor lain pada pekerja PT K di Jakarta.
Metode penelitian: Penelitian menggunakan metode potong lintang dengan sampel purposif pada pekerja PT K di Jakarta. Data dikumpulkan melalui hasil medical check up dan pengisian kuesioner PSS. Subyek penelitian mempunyai kriteria inklusi bersedia menjadi responden dan bekerja di main office yang terpajan bising dibawah 85 dB. Kriteria eksklusinya adalah pekerja yang telah didiagnosa menderita gangguan jiwa stres dan penyebab stres telah diketahui.
Hasil: Diantara 107 pekerja main office, terdapat 96 orang pekerja yang bersedia menjadi responden. Analisa dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney pada pekerja yang memiliki kebiasaan exercise dengan yang tidak exercise dengan nilai p = 0,090, untuk kesan bising subyektif didapatkan p=0,005 dan untuk persepsi bising subyektif didapatkan nilai p=0,051.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor PSS dengan kesan bising subyektif. Sedangkan untuk umur, jenis kelamin, status pendidikan dan pernikahan, masa kerja, jabatan, DM, Hipertensi, kebiasaan merokok, exercise, dan persepsi bising subyektif didapatkan perbedaan skor PSS namun tidak bermakna.

ABSTRACT
Background: Non hearing disorder because of noise is stress at work. Noise intensity under threshold can cause stress perception at work to some people, referred to as subjective noise exposure. This study aims to examine the relationship between subjective noise exposure and stress perception at work using score of Perceived Stress Scale Questionnaire and other factors on workers of PT K in Jakarta.
Methods: Cross sectional descriptive, conducted on 96 workers from main office. Data were collected from medical check up and Perceived Stress Scale Questionnaire. Subject have inclusive criteria were willing to become respondent and work at main office who are exposed to noise under 85 dB. Exclusive criteria were workers who have been diagnosed with stress mental disorder and cause has been known.
Results: Statistical analysis using Mann Whitney test on workers who have exercise habit with who havent give results p= 0.090, to find out if workers feel their work environment noisy or not using Mann Whitney test give result p=0.005. Meanwhile to find out if workers feel annoyed with the noise or not give results p= 0,051.
Conclusion: It can be concluded that there is a significant difference between score of Perceived Stress Scale with subjective noise impression. As for age, sex, education, marital status, years of service, position, diabetes, hypertension, smoking habits, exercise and noise subjective perception gave difference to score of Perceived Stress Scale but not meaningful.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Harianto
"Penyakit kardiovaskular menempati urutan ke-4 atau 15% dari penyebab
kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. Hipertensi yang meru-
pakan salah satu penyakit pembuluh darah, dikenal sebagai silent killer
karena sering tidak menimbulkan gejala. Sebagian besar penderita
hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi
umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya dan hanya sebagian kecil
yang berobat secara teratur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
prevalensi hipertensi pada pekerja pelabuhan di wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan serta faktor-faktor risiko yang
berpengaruh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang; sub-
jek diperoleh dari hasil survei penyakit tidak menular tahun 2011 oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan Tarakan. Subjek yang terkumpul adalah 361 peker-
ja. Nilai pengukuran tekanan darah menggunakan nilai baku dari JNC VII
tahun 2003. Prevalensi hipertensi ditemukan lebih rendah daripada angka
nasional dan provinsi, yaitu 21,88%. Pajanan kebisingan dikaitkan dengan
usia, riwayat keluarga hipertensi, stres, indeks massa tubuh dan berhu-
bungan dengan hipertensi.
Cardiovascular disease range ranks fourth or 15 % of the causes of death
related to job. Hipertension is one of cardiovascular disease thet is known
as silent killer because of lack of simptom. Most of hypertension patients in
Indonesia are not detected, while they are whose detected do not conscious
their disease condition and only little who get the treatment regularly. The
objective of this study was to know the prevalence and risk factors of
hypertension among harbor worker at Port Health Office Class II of Tarakan
with it?s associated risk factors. The study design used was cross-
sectional. The study used secondary data source of noncommunicable di-
sease survey, 2011 at Port Health Office of Tarakan. The subjects were 361
workers. Value of blood pressure measurement using the raw value of the
Pajanan Kebisingan dan Hipertensi di Kalangan
Pekerja Pelabuhan
Noise Exposure and Hypertension among Harbor Worker
Eddy Harianto* Hadi Pratomo**
JNC VII IN 2003. The prevalence of hypertension were found lower than na-
tional and province indicator score, 21,88%. Noise exposure is associated
with hypertension together with age, family hypertension history, stress,
body mass index. "
Kantor Kesehatan Pelabuhan Tarakan Kalimantan Utara, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Evelina Hotma Baringin Tiurma
"Gangguan fungsi pendengaran pada pekerja industri merupakan penyakit akibatkerja yang sampai saat ini masih ada dijumpai. Gangguan fungsi pendengaran inidisebabkan oleh pajanan bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuigambaran pajanan bising yang diterima dan fungsi pendengaran pada pekerja diPT.X. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan crosssectional yaitu meneliti sekaligus variable independen, variable dependen danvariabel perancunya usia, masa kerja, merokok, penyakit HT, penyakit DM, Kebiasaan mendengar bising, pajanan vibrasi dalam waktu bersamaan. Analisisdata adalah tabel dengan menggunakan analisis data univariat, bivariat danmultivariat. Didapatkan gambaran pajanan bising yang diterima pekerja > 85 dBAsebanyak 28 orang dan 11 diantaranya menderita gangguan fungsi pendengarandan variable pajanan bising efektif, umur dan vibrasi memberi pengaruhterjadinya gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di PT.X.

Impaired hearing on an industrial worker occupational diseases that until now there isencountered. Malfunctioning of this hearing caused by noise exposure. This study aimsto describe the acceptable noise exposure and hearing function in workers in PT.X. Thestudy was observational with cross sectional design which simultaneously examines theindependent variable, dependent variable and variable perancunya age, years ofsmoking, disease HT, DM, Habits hear noise, vibration exposure at the same time.Analysis of the data is a table using data analysis of univariate, bivariate and multivariateanalyzes. It was noted that workers noise exposure 85 dBA as many as 28 people and11 of them suffer from auditory function and variable effective noise exposure, age andvibration influence auditory dysfunction in workers in PT.X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T47237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Lise
"Salah satu physical hazard di dunia industri adalah kehisingan. Dan hingga saat ini kebisingan adalah masalah yang paling sering ditemukan di sebagian besar industri. Kebisingan ditempat kerja akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan dan keselamatan karyawan dan lingkungan, khususnya terhadap penurunan fungsi pendengaran. Karyawan adalah salah satu asset penting bagi perusahaan dan merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan untuk melindungi, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan produktifitas karyawan sesuai dengan kebijakan dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tingginya angka kejadian penurunan fungsi pendengaran pada karyawan yang terpajan bising memperlihatkan adanya hubungan antara karakteristik lingkungan kerja yang bising dengan dampak tersebut. Namun demikian terjadinya penurunan fungsi pendengaran tidak hanya diakibatkan oleh pajanan bising, melainkan adanya faktor - faktor lain yang ikut berpengaruh terbadap penurunan fungsi pendengaran, seperti faktor usia, masa kerja, riwayat pekerjaan lain, status kesehatan dan hobi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepajanan bising dan penurunan fungsi pendengaran pada karyawan yang terpajan bising di area finishing dan dyeing PT. Coats rejo, Bogor, melalui pendekatan cross-sectional. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistik univariat, bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisa multivariat dengan uji regresi logistik. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 117 karyawan yang sudah dilakukan pemeriksaan audiometri.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada sebanyak 13 karyawan ( 11,1 %) yang mengalami Sensori Neural Hearing Loss, dan seluruh karyawan yang diteliti (117). Setelah dilakukan analisa secara statistik, didapatkan faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi penurunan fungsi pendengaran di kalangan karyawan, yaitu riwayat status kesehatan, usia, dan masa kerja. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan saran dan masukan kepada manajemen PT.Coats Rejo Bogor untuk menerapkan Program Konservasi Pendengaran secara terpadu dengan melibatkan manajemen dan karyawan, sehingga bahaya bising yang ada di lingkungan kerja dapat dikendalikan agar tidak memberi dampak yang negatifbagi kesehatan karyawan, khususnya terbadap penurunan fungsi pendengaran.

Noise is a physical hazard that exist in any industrial activities. Noise in the workplaces has a negative effects to the health and safety of employees in their daily occupations, especially hearing loss. Employees are one of the most company assets . therefore, the company should protect their employees from exposure to noise and promote employees health in accordance with the standard and company policy. Increasing of the hearing loss cases in the workplace, showed that work environment characterized by the relationship with the risks of noise exposures. Eventhough the hearing loss can be caused by noise exposures, it can also be influenced by other factors such as ages, length of work, history of work with noisy environment, history of health and hobbies.
The purpose of this research is to better understand the factors associated with the noise exposure and hearing loss to the employees at finishing and dyeing areas of PT.Coats Rejo Bogor. This research has been conducted with a cross-sectional approach, and life event scale technique that carried out through questionnaires that are distributed to the respondens. The sample of this research are covering all workers who have been examinated by the audiometric test. There were 117 respondens, and the research statistics analyze data using the techniques of univariate and bivariate through the Chi-Square test, together with the multivariate through the logistic regression test.
The results of this research showed 11,1% of respondens have experienced sensori-neural hearing loss. History of health, age, and length of work are stastistically significant value and dominating influence on the sensori-neural hearing loss related noise exposures in the workplace. This research can hopefully lead to recommendations that will help the company in developing management of hearing conservation programs in the workplace in order to reduce hearing loss.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>