Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bryany Titi Santi
"Laporan Kemenkes RI mengenai angka kejadian HIV & AIDS di Indonesia sampai September menyatakan 92.251 kasus HIV dan 39.434 kasus AIDS. ODHA memerlukan ARV untuk menekan replikasi virus. Paduan pengobatan dimulai dari lini pertama yang terdiri atas 2 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) dan 1 Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI). Nevirapin adalah ARV golongan NNRTI yang paling sering digunakan karena efektif dan efisien. Evaluasi pengobatan ARV dan data mengenai substitusi ARV masih kurang. Substitusi dapat menggambarkan isu penting berkaitan dengan keberhasilan program pengobatan HIV dan efek samping obat. Desain penelitian ini kasus kontrol dengan data berasal dari rekam medis. Kasus adalah mereka yang mengalami sustitusi nevirapin. Analisis univariat, bivariat dan multivariat logistik regresi dilakukan. Didapatkan faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan substitusi nevirapin adalah tingkat pendidikan OR=3,31(CI95%=1,27-8,63) dan kondisi awal terapi yaitu stadium klinis OR=0,37 (CI95%=0,13-1,11), kadar SGOT OR=2,15 (CI95%=0,83-5,57), kadar SGPT dengan OR=1,41 (CI95%=0,61-3,26), dan CD4 dengan OR ==1,80 (CI95%=0,56-5,83). Edukasi kepada pasien dengan tingkat pendidikan rendah mengenai manfaat dan cara minum obat perlu lebih ditekankan dan monitoring keluhan efek samping secara teratur melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laborarium secara berkala kepada seluruh penderita HIV/AIDS yang mendapat ARV disertai CD4 dan enzim hati diawal terapi yang tinggi.

Indonesian Ministry of Health reported that there are 92.251 cases HIV and 39.434 cases AIDS until September 2012. Those people need ARV to suppress viral load dan enhaced their immunity. Based on guideline therapy, starting ARV should from first line which consisted of 2 NRTI (nucleoside reverse transcriptase inhibitor) dan 1 NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor). Nevirapin is a NNRTI and more prescribe because its effectiveness and efficiency. In Indonesia, there are less data about antiretroviral evaluation, especially substitution. These data are important to identify some issues such as effectiveness antiretroviral therapy and toxicity. Toxicity that induced by antiretroviral effect nonadherence. This study is using case control design which source of data is medical records. Cases are those who experienced nevirapine substitution. Univariat, bivariat and multivariate logistic regression are using to analyze these data. Result shows that significant factors associated with nevirapine substitution are education level OR=3,31(CI95%=1,27-8,63), clinical staging OR=0,37 (CI95%=0,13-1,11), SGOT level at baseline OR=2,15 (CI95%=0,83-5,57), SGPT level at baseline OR=1,41 (CI95%=0,61-3,26), and CD4 at baseline OR ==1,80 (CI95%=0,56-5,83). This result recommend to educate those who are low education with comprehensive information about antiretroviral and monitoring regularly patients who have elevated level of liver enzime on baseline therapy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryatun
"Latar Belakang: Penggunaan terapi antiretroviral (ARV) dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita HIV/AIDS. Namun penggunaan ARV juga sering menimbulkan reaksi hipersensitivitas dalam berbagai manifestasi dan gradasi, mulai dari yang ringan sampai potensial mengancam nyawa. Pemahaman tentang prediktor kejadian reaksi hipersensitivitas dapat membantu klinisi dalam menatalaksana pasien HIV/AIDS sehingga memberikan luaran klinis yang lebih baik.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prediktor terjadinya reaksi hipersensitivitas pada penggunaan obat nevirapin dan efavirenz pada penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien HIV/AIDS rawat jalan di UPT HIV RSCM selama Januari 2004 sampai Desember 2013. Status demografik, data klinis dan laboratorium diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dilakukan pada prediktor dengan data nominal dan Uji Mann Whitney pada prediktor dengan data numerik. Adanya data yang tidak lengkap diatasi dengan teknik multiple imputation. Semua variabel yang memenuhi syarat akan dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Total subjek yang mendapat terapi ARV baik sebagai terapi pertama kali (naïve patient) atau substitusi pada kelompok nevirapin berjumlah 2.071 subjek dan efavirenz 1.212 subjek. Insiden terjadinya reaksi hipersensitivitas terkait penggunaan nevirapin dan efavirenz adalah sebesar 14%, dan 4,5%. Insiden kejadian reaksi hipersensitivitas silang adalah 5%. Prediktor reaksi hipersensitivitas yang bermakna pada analisis multivariat adalah prediktor terkait penggunaan nevirapin, yaitu jenis kelamin perempuan (OR=1,622; IK95% 1,196-2,199; p=0,002), CD4+ awal >200 sel/mm3 (OR=1,387; IK95% 1,041-1,847; p=0,025), koinfeksi dengan hepatitis C (OR=1,507; IK95% 1,138-1,995; p=0,004), dan kadar SGPT awal >1,25 kali batas atas nilai normal (OR=1,508; IK95% 0,998-2,278; p=0,051). Sedangkan prediktor reaksi hipersensitivitas terkait penggunaan efavirenz tidak ada yang memiliki kemaknaaan secara statistik.
Simpulan: Jenis kelamin perempuan, jumlah CD4+ awal >200 sel/mm3, koinfeksi dengan hepatitis C dan kadar SGPT awal yang abnormal merupakan prediktor independen terjadinya reaksi hipersensitivitas terkait penggunaan nevirapin pada pasien HIV/AIDS.

Background: ARV therapy decreases morbidity and mortality in AIDS/HIV patients. Beside its benefits, ARV therapy induces hypersensitivity reactions manifesting in various level of severity from mild to life threatening symptoms. Understanding the predictors of hypersensitivity reaction will help clinicians to manage HIV/AIDS patients particularly in anticipating the risks that will give better clinical outcomes.
Objectives: To determine the predictors of hypersensitivity reactions in nevirapine and efavirenz administration among HIV/AIDS patients in RSCM .
Methods: This is a cohort retrospective study in patients with HIV/AIDS in UPT HIV RSCM during January 2004 to December 2013. Demographic status, clinical and laboratory data are obtained from medical records. Bivariate analysis using Chi-Square test performed on nominal data and Mann Whitney test on numeric data. Incomplete data is resolved by multiple imputation techniques. All eligible variables analyzed with multivariate analysis using logistic regression.
Results: There are 2.071 naïve patients or substitution regiment in nevirapine group and 1.212 subjects in efavirenz group. Hypersensitivity reaction incidence in nevirapine and evafirenz group are 14% and 4.5% consecutively. Cross hypersensitivity reaction incidence between these drugs is 5%. Hypersentivity reaction predictors associated with nevirapine administration are female gender (OR=1,622; 95%CI 1,196-2,199; p=0,002), baseline CD4+ absolute count >200 cells/mm3 (OR=1,387; 95%CI 1,041-1,847; p=0,025), hepatitis C coinfection (OR=1,507; 95%CI 1,138-1,995; p=0,004), and baseline ALT level > 1.25 x ULN (OR=1,508; 95%CI 0,998-2,278; p=0,051), but there is no predictors associated statistically significant with efavirenz hypersensitivity reaction.
Conclusion: Female gender, baseline CD4 absolute count >200 cells/mm3, hepatitis C coinfection and baseline ALT level > 1.25 x ULN are independent predictors for hypersensitivity reaction due to nevirapine usage in HIV/AIDS."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library