Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambri Rahayu
"Skripsi ini merupakan studi biografi perjalanan karir Koes Plus pada periode tahun 1969-1987. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menjelaskan dan menggambarkan perjalanan Koes Plus sebagai sebuah band dalam dunia musik pop Indonesia. Dari masa sebelum terbentuk, masa perjuangan awal, masa kejayaannya hingga masa kemundurannya. Oleh karena itu skripsi ini juga akan membahas kondisi musik pop Indonesia sejak pengaruh awal tahun 1900-an hingga masa Industri tahun 1970-an. Keluarga Koeswoyo dan Koes Bersaudara juga akan di bahas karena merupakan cikal bakal Koes Plus. Penelitian dan pengumpulan data skripsi ini dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara. Studi tersebut dilakukan dengan menelusuri sumber data yang berupa buku-buku artikel. Pemberitaan media massa dan juga media pandang dengar yang berupa kaset dan foto Koes Plus. Sedangkan sumber wawancara di dapat dengan mewawancarai anggota Koes Plus. keluarga Koeswoyo dan peenggemar Koes Plus. Selama delapan belas tahun perjalanan karir Koes Plus, band ini telah mengalami hanyak hal. Pada masa kejayaannya di tahun 1970-1977. Koes Plus adalah band yang paling terkenal dan paling produktif membuat album. Mereka menerima bayaran tertinggi untuk tampil di panggung dan di kontrak dengan bayaran termahal untuk rekaman album. Selain itu Anggotanya dikontrak untuk menjadi model iklan minuman ringan bersoda dan menjadi sampul buku tulis. Lagu-_lagu pada album-album awal mereka mendapat pujian dari pengamat musik sebagai lagu komersil yang bermutu. Namun seiring dengan semakin produktifnya Koes Plus membuat album lagu mereka mulai di kritik oleh pengamat musik. Seperti halnya band lain. Koes Plus juga mengalami kejenuhan dan ketengan antar anggotanya. Band ini bahkan beberapa kali diisukan akan bubar. Namun demikian Koes Plus selalu dapat bertahan . bahkan ketika trend musik pop berubah dan membuat musik Koes Plus terdengar ketinggalan zaman band ini terus mencoba bertahan. Hal tersebut dikarenakan keempat anggotanya telah memilih musik sebagai jalan hidup mereka. kegigihan keempatnva bertahan dengan pilihan hidup mereka membuat band ini mendapat penghargaan Legand of BASF Award pada tahun 1992."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Alfarindo
"Musik populer Jepang yang ada pada saat ini sebenarnya telah melewati proses perkembangan yang panjang. Dimulai sebelum Perang Dunia II terjadi dan terus berkembang hingga sekarang. Pengaruh musik Barat juga ikut memberikan pengaruh, terutama pada era postwar dimana musik Barat mulai bisa masuk ke Jepang. Selain itu kependudukan Amerika di Jepang juga telah memberikan pengaruh, termasuk pengaruh musik the Beatles. Pada pertengahan tahun 1960-an the Beatles mulai terkenal secara global, termasuk Jepang. Hingga pada tahun 1966 the Beatles akhirnya melakukan tour ke Jepang dan memberikan dampak dan pengaruh terhadap musik populer Jepang pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat ketika munculnya musik jenis 'Group Sound' di Jepang dan juga munculnya band-band yang mengusung musik tersebut. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai pengaruh the Beatles dalam perkembangan musik populer Jepang.

ABSTRACT
Japanese popular music nowadays was actually going through a long process of development. It was started before the World War II begin dan keep developing until now. Western music also giving an influence in Japanese popular music, especially when in postwar era where Western music can finally distributed in Japan. Beside that, America`s invasion in Japan after World War II also contributed to the development, including in distributing the Beatles`s music. In the mid 1960s the Beatles strating to be known globally including Japan. Until in 1966 the Beatles finally having a tour to Japan and giving an influence and effect to Japanese popular music at that time. This particular occurrences can be seen at the emergence of `Group Sound` music and bands that upholding the music. Because of it, this research will discuss about the influence of the Beatles on the development of Japanese popular music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Savira Eknitananda
"Gisaeng adalah wanita penghibur profesional Korea yang dapat disamakan dengan Geisha dari Jepang dan Chi-nu dari Cina. Budaya ini dipercaya telah ada sejak Zaman Goryeo (Abad ke-9 M). Namun, pada masa penjajahan Jepang (1910-1945), budaya dan identitas Gisaeng mulai terkikis seiring masuknya musik populer ke Korea. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh musik populer terhadap identitas Gisaeng yang direpresentasikan dalam film Hae-Eohwa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa besarnya minat masyarakat terhadap musik populer mengakibatkan Gisaeng meninggalkan identitas lamanya untuk menjadi penyanyi musik populer.

Gisaeng is a professional female entertainer in Korea, equals to Geisha of Japan and Chi-nu of China. This culture is believed to be existed since Goryeo Era (9 M). However, during Japan Colonial Period (1910-1945), Gisaeng identity started to deteriorate as the popular music came in and flourished among Koreans. This research uses qualitative descriptive method and aims to expose the impact of popular music to the identity of Gisaeng. This research found that the level of public interest in popular music resulted in Gisaeng leaving their identity to pursue career in popular music business.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Sarma Dahita
"Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Serge Gainsbourg berhasil menjadi salah satu ikon musik populer di Prancis. Penelitian di dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan tekstual dan kontekstual. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan Serge Gainsbourg berhasil menjadi ikon musik adalah karena karya-karyanya, citra yang ditampilkannya, yakni citra pemberontak, dan kedekatannya dengan ikon-ikon lain.

This study focuses on any factors that makes Serge Gainsbourg become an Icon in French popular music. This research is qualitative, using text-oriented and context-oriented approached. The result of this research shows that there are three factors that make Gainsbourg become an music icon in France: his musics, his image, dan his relationship with any other icons."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S14513
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Achmad Yusuf
"Skripsi ini merupakan sebuah tulisan bertema 'sejarah sosial budaya' yang mengangkat fenomena Psikodelik dan lahirnya kaum hippies dan Generasi Bunga yang muncul pada awal dekade '70-an di Amerika Serikat dan Inggris. Fenomena ini lahir akibat pola pikir remaja pada era 60-an hingga 70-an tersebut yang kritis dan berani serta mendobrak kemapanan serta nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat, dan 'didukung' maraknya penggunaan narkotika, ganja, dan minuman keras. Namun demikian kaum hippies tersebut tetap mengetengahkan tema perdamaian, menentang perusakan lingkungan, humanisme serta menentang perang, terutama Perang Vietnam yang berkecamuk pada akhir '60-an. Para musisi besar tahun 60-an seperti The Beatles, The Rolling Stones, The Doors, Grateful Dead, Jimi Hendrix & the Experiences, komunitas Haight Ashbury, Bob Dylan, Janis Joplin dan sebagainya menjadi panutan para kaum hippies dimana gaya bermusik mereka, fashion, tingkah laku, pola pikir dan kebiasaan mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan seks bebas begitu diminati dan menjadi gaya hidup.
Budaya yang dihasilkan dari pola hidup 'akrab' dengan obat-obatan terlarang tersebut dikenal dengan budaya 'psikedelik' dan psikedelik itu berarti : 'Hal yang berhubungan terhadap persepsi baru atau alternatif melalui penggunaan obat-obatan penghalusinasi. Di Indonesia budaya psikedelik ini muncul bersamaan dengan adanya bom minyak tahun 1973. Bom minyak ini sangat menguntungkan Indonesia karena sebagai salah satu negara penghasil minyak Indonesia mulai melakukan join venture dengan negara-negara besar seperti Jepang dan Amerika Serikat sehingga dari prosentasi bagi-hasil tersebut mampu menaikan pendapatan negara. Hal tersebut juga menimbulkan keuntungan bagi kalangan masyarakat tertentu sehingga lahir kalangan 'orang kaya baru' yang banyak tinggal di perkotaan. Dengan 'kemakmuran' tersebut, fasilitas-fasilitas mewah bisa diperoleh seperti : stereo set, televisi, majalah-majalah musik, mode dan hiburan dari luar negeri.
Disamping itu banyak pula berdiri tempat-tempat hiburan seperti : klub malaria, bar, dan arena disco. Alat-alat musik yang sebelumnya sangat sulit dijangkau karena masih langka dan harganya mahal, mulai bisa didapat sehingga memudahkan menjamurnya kelompok-_kelompok musik yang banyak meniru band luar negeri, seperti : God Bless yang mengidolakan Deep purple dan Alice Cooper, The Rollies dengan gaya Chicago-nya, dan sebagainya. Seiring dengan itu, mau tidak mau pengaruh negatif pun banyak merasuk di kalangan remaja-remaja kota di Indonesia, seperti: menghisap ganja, perkelahian antar gang, minuman keras dan pornografi. Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah menerapkan peraturan-peraturan seperti undang-undang anti narkotika, nasionalisasi acara acara televisi dan sebagainya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ainum Sakiman
"Tesis ini membahas tentang album Dari Rakyat Untuk Rakyat-DRUR dan teks lagunya sebagai medium resistensi menjadi sebuah kajian menarik. Dengan berlandaskan paradigm kritis, penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan kajian budaya kritis ke dalam proses komunikasi politik.
Penelitian ini coba memberikan fokus untuk membongkar dan memahami bagaimana teks-teks musik populer digunakan untuk mengkonstruksi suara-suara resistensi dan menyiasati perubahan konteks sosio-kultural dan politik.
Analisis wacana kritis Norman Fairclough dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali lebih dalam peran bahasa dalam konstruksi dari album Dari Rakyat Untuk Rakyat-DRUR. DRUR memperlihatkan faktor-faktor yang berkontribusi pada kekuatan produktif musik dalam upaya untuk mengkonstruksi resistensi budaya dan politik.
Penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa teks-teks musik merupakan bentuk budaya yang kuat untuk mengajak atau membangkitkan dukungan pada suatu gerakan atau kasus, membangun solidaritas dan kohesi sosial, mempromosikan kesadaran atau sekadar memberikan harapan di kalangan penggemarnya.

This thesis studies about album of Dari Rakyat Untuk Rakyat-DRUR and song text as a medium of resistance into an interesting study. With a paradigm based on critical, this study aims to integrate the critical cultural studies into the processes of political communication.
This study tries to give focus to unpack and understand how texts of popular music are used to construct the voices of resistance and deal with changes in socio-cultural context and politics.
Norman Fairclough critical discourse analysis with a qualitative approach is used to dig deeper into the role of language in the construction of the album Dari Rakyat Untuk Rakyat-DRUR shows the factors that contribute to the productive power of music in an attempt to construct a cultural and political resistance.
This research findings suggest that the texts of the music is a powerful cultural form to ask or raise support for a movement or a case, build solidarity and social cohesion, promote awareness or just give hope among fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31376
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elaine Mischa Amadeus
"Although frequently dismissed as mere entertainment, popular music can be utilized as a site for constructing and representing identities. This is exemplified by Indonesian R&B/hip-hop singer Agnez Mo who aspires to, among others, represent Indonesia through her English works. This study explores the Indonesian identity Mo portrays in the lyrics and images of her music video Long As I Get Paid (2017). Carlsson’s (1999) theory on music video textual analysis is utilized in this study. Results are then understood in relation to Orientalism and self-Orientalism. This study finds that Mo constructs the identity of a feminine, strange, exotic, and sexually assertive Eastern woman who willingly sells herself to a Western man for money. Moreover, she is depicted ignoring the criticisms she receives for it. Such portrayal is a reiteration of classic Orientalist stereotypes. Furthermore, Mo being the one to Orientalize herself ultimately makes her actions fall under self-Orientalism. This study’s findings indicate that the concept of self-Orientalism is relevant not only to the realms of advertising and tourism– which are what a large number of previous studies on self-Orientalism focus on – but also popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Aditya Adhiatmaka
"Perubahan makna mengenai warisan budaya di era fragamentasi budaya yang membentuk pemahaman dan artikulasi baru pada musik populer sebagai sebuah warisan budaya. Antara tahun 2009 dan 2016 telah bermunculan setidaknya empat kelompok inisiatif pengarsipan musik populer Indonesia yang bekerja secara kolektif untuk mengumpulkan, mengarsipkan, dan melestarikan rekaman dan segala hal yang berhubungan dengan musik populer Indonesia. Walaupun kelompok-kelompok pengarsipan musik populer Indonesia memiliki kesamaan misi dalam menyadarkan masyarakat indonesia mengenai pentingnya kesejarahan musik populer Indonesia, arsip yang dihasilkan mereka berbeda satu dengan yang lain. Dengan berdasar pada wawancara etnografis semi-terstruktur, tesis ini membahas bagaimana kelompok-kelompok pengarsipan mendefinisikan, mengidentifikasi, mendokumentasikan, melestarikan, dan merekonstruksi kesejarahan musik populer Indonesia melalui kegiatan pengarsipan.

The changing definitions of heritage in an era of cultural fragmentation give rise to new under standings and articulations of popular music as a cultural heritage. The period between 2009 and 2016 Indonesia saw the emergence of at least four initiatives which respectively are working collectively to collect, archive, and preserve recordings and anything else that relates to Indonesian popular music. In spite of their more or less similar mission, namely to make the Indonesian public aware of the importance of the history of popular music in Indonesia, the activities and outputs of those individual initiatives differ. On the basis of semi structured ethnographic interviews and narrative analysis, this thesis discusses how the initiatives defining, identifying, documenting, preserving and reconstructing Indonesian popular music and its histories through archival process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitorio Mantalean
"ABSTRAK
Kemapanan major label yang notabene pihak paling berpengaruh dalam industri musik populer mengalami guncangan akibat demokratisasi akses yang disebabkan oleh revolusi digital, tak terkecuali di Indonesia. Hal tersebut membuat major label perlu mencari berbagai sumber pemasukan baru sejak bisnis music sales tak lagi dapat diandalkan sebagai tumpuan pendapatan. Grup band Nidji yang masuk pada saat industri musik populer Indonesia tengah limbung rupanya tetap mampu bertahan di saat banyak grup band seusianya lenyap tertelan ganasnya ombak industri. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Nidji sanggup mempertahankan diri sebagai grup band yang tetap populer dan produktif pada era keterpurukan industri musik populer Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesediaan Nidji menjadi ujung tombak pemasukan Musica Studio dalam bisnis manajemen artis membuat Nidji tetap dapat produktif dan populer selagi menguntungkan Musica Studio sebagai major label yang menaunginya. Selain itu, Musica Studio sebagai major label juga menerapkan sejumlah strategi guna menciptakan efisiensi produksi karya musik seraya melakukan ekspansi bisnis ke bidang-bidang lain.

ABSTRACT
The democratization of access caused by digital revolution shook the status quo of major label as the most influencing and decisive player in the pop music industry, including in Indonesia. It urged major labels to search for new sources of revenue since music sales business was no longer reliable. Music group Nidji, that stepped in at the time of Indonesia 39 s pop music industry was unsteady, apparently are still able to survive until now while other groups their age are drowning. Using qualitative approach, this case study research aims to find out how Nidji could maintain themselves as productive and popular music group in the adversity era of Indonesia pop music industry. The result shows that Nidji rsquo s willingness to be the spearhead of Musica Studio rsquo s revenue in artist management business kept themselves productive and popular while at the same time helped Musica Studio securing their revenue stream. In the other hand, Musica Studio as the major label also applied some strategies to create production efficiency while expanding their business to another sectors. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>