Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wood, Michael
New York: Basic Book, 1936
791.43 WOO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Olympic Marketing, 1984
791.437 5 CHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Darmayanti
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembuat film mengemas sebuah pesan dalam merepresentasikan sebuah realitas yang ada pada kehidupan masyarakat, khususnya pada film animasi anak berjudul Frozen dalam merepresentasikan konsep cinta. Penulis menggunakan konsep representasi pada film dan enam tipe cinta menurut Lee. Selain itu, penulis menggunakan analisis naratif dengan menjelaskan struktur tiga babak dalam film Frozen. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menggambarkan bagaimana representasi konsep cinta dalam film tersebut.
Terdapat dua penelitian yang mendasari penulisan ini. Pertama, penelitian berjudul Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave ditulis oleh Fanny Puspitasari, Universitas Kristen Petra, Surabaya dan yang kedua berjudul Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love yang ditulis oleh Theresa Tonn, pada tahun 2008, Universitas Wisconsin Stout, Amerika. Penulis mengganti konsep Vladmirr Propp dalam penelitian sebelumnya dengan struktur tiga babak. Tulisan ini menunjukan terdapat lima dari enam tipe cinta menurut Lee yang digambarkan oleh masing-masing karakter yang ada pada film Frozen, yaitu Eros, Ludus, Agape, Mania, dan Storge.

This paper aims to examine how film creators potray the representation of realities within people?s life, especially through the children animation, Frozen, in representing the concept of love. The author uses concept of representation in movies and six types of love according to Lee. Additionally, the author uses narrative analysis to explain the three acts structure in the movie Frozen. This method will facilitate the author in illustrating how the concept of love is potrayed in the movie.
There are two researches used as the basis of this paper. First, a research titled Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave written by Fanny Puspitasari Go, Universitas Kristen Petra, Surabaya. The second one, titled Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love written by Theresa Tonn, in 2008, University of Wisconsin Stout, United States. The author substituted Vladmirr Propp?s concept used on the previous paper with the concept of three acts structure. This paper suggest that there are five out of six types of love according to Lee, depicted through different characters in Frozen, Eros, Agape, Mania, and Storge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sammon, Paul M.
"After cutting his cinematic teeth directing TV commercials, Ridley Scott hit the big time with the sci-fi film "Alien", which created a whole genre of sci-fi movies. This biography of Scott presents a behind-the-scenes account of how he makes movies and a complete filmography with full credits"
London: Orion Media, 1999
791.430 23 SAM r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sunia Baharani
"Pada dasarnya, film biopic menampilkan cerita tentang kehidupan atau sebagian kehidupan dari seseorang, yang biasanya adalah orang ternama dalam sebuah film. Pembuatan film biopic tidak selalu mendapatkan izin dari orang yang nyata yang dijadikan inspirasi. Permasalahan ini membuat timbul pertanyaan terkait apakah pembuatan film biopic melanggar hak privasi orang lain dengan adanya penambahan fiksi dan tidak perlunya izin dalam pembuatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana hukum hak cipta dalam mengatur sebuah karya yang mengandung privasi milik orang lain serta apakah menganalisa apakah pembuatan film biopic merupakan sesuatu yang melanggar hak privasi milik orang lain. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif, yang dilakukan dengan cara menganalisa bahan-bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan, yurisprudensi dan peraturan internasional, serta bahan pustaka atau sekunder berupa buku artikel, jurnal dan sebagainya. Yang kemudian penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam menganalisa data untuk menghasilkan analisis preskriptif dari permasalahan yang ada. Pada kesimpulannya, tulisan ini menemukan bahwa terkait konten dari ciptaan yang berupa fakta, bukanlah sesuatu yang masuk dalam pengaturan dari hukum hak cipta dan selama sebuah fakta didapatkan dengan sah, maka seseorang dapat dengan bebas membuat konten dari fakta tersebut, yang kemudian disimpulkan bahwa hal inilah yang menjadi dasar dari pembuatan film biopic. Hukum hak cipta dan hak privasi dalam penciptaan biopic berlaku tanpa bersinggungan satu sama lain, keduanya memberikan perlindungan, yang satu pada pembuat film yang satu bagi orang terkait yang dijadikan inspirasi.

Basically, biopic movies tell stories about the life or part of life of a person, in which usually a well-known person, in a film. The creation of biopic films does not always get permission from real people who are used as inspiration. This problem raises questions regarding whether the making of a biopic film violates the privacy rights of others by adding fiction and not requiring permission to make it. The purpose of this study is to analyze how copyright law regulates a work that contains the privacy of other people and whether to analyze whether the making of a biopic film is something that violates the privacy rights of other people. This type of research is juridical-normative research, which is carried out by analyzing primary legal materials in the form of regulations, jurisprudence and international regulations, as well as library or secondary materials in the form of books, articles, journals and so on. Which then this research uses qualitative methods in analyzing data to produce a prescriptive analysis of the existing problems. In conclusion, this paper finds that regarding the content of works in the form of facts, it is not something that is included in the regulation of copyright law and as long as a fact is obtained legally, then someone can freely create content from that fact, which is then concluded that this is which became the basis of making biopic films. Copyright law and privacy rights in the creation of biopics apply without interfering with each other, both provide protection, one for the filmmaker and one for related people who are used as inspiration."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarvie, Ian C.
Metuchen, N.J: The Scarecrow Press, 1978
301.57 JAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nisrina
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan karakter wanita di film-film orisinil Netflix. Ada beberapa gerakan perempuan yang telah muncul di industri film, namun masih banyak masalah mengenai peran perempuan di dalam industri ini. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis bagaimana karakter dan peran wanita sesuai jenis kelaminnya dan menggolongkannya ke dalam dua kategori, yaitu sifat maskulin dan feminin. Ppenelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif, yaitu analisis konten.

This paper is about the portrayal of women in Netflix Original movies. There have been several movements of women empowerment in the film industry, however some are inapparent as there are still numerous issues rising on women`s roles in the industry. Therefore, this study sheds light on how female characters behave in accordance to their gender and be interpreted into two categories, masculine and feminine traits. Based on Muted-Group Theory, this study was carried out by using a quantitative method on content analysis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifah Firyal
"
ABSTRACT
Through movies, we usually reflect our society based on narrative in film and several movies portraying on
women define their femininity. This study examine the portrayal of feminine identity in movies Muriels
Wedding and The Dressmaker in order to find how the females characters defined their femininity in those
films. Using textual analysis, this research focus on the narrative of the movie and the portrayal of femininity,
with the help of social identity theory, this studies also seeing on how femininity that related with self-concept
within social group. This research found that both movies shown different aspect in defining their femininity
which is one defines with how they dress and the other with marriage. Having different background story and
the condition of the society, both movies presenting femininity that influenced by the society.
ABSTRAK
Film merupakan gambaran terhadap relalitas yang terjadi di kehidupan sehar-hari. Beberapa film
meggambarkan bagaimana identitas feminine yang ada di dalam diri mereka. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran identitas gender feminine didalam film Muriels Wedding dan The Dressmaker dan untuk
mengetahui bagaimana karakter-karakter perempuan dalam film tersebut mendefinisikan identitas perempuan
mereka. Menggunakan metode textual analysis, penelitian ini memfokuskan terhadap jalan cerita dan
penggambaran yang ada di dalam film mengenai identitas feminin, dibantu dengan teori identitas sosial dalam
masyarakat untuk mengetahui bagaimana penggambaran identitas gender feminin yang berhubungan dengan
konsep diri yang dibuat dalam suatu kelompok sosial orang itu berada, Penelitian ini menemukan bahwa
identitas gender feminin yang berada dalam dua film tersebut mendefinisikan identitas feminin mereka dengan
hal yang berbeda yaitu dengan bagaimana mereka perpakaian dan melalui pernikahan. Dengan latar belakang
yang berbeda dan keadaan masyarakat yang berbeda, kedua film tersebut mendiskripsikan identitas feminin
yang terpengaruh oleh masyarakat sekitar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Haura Salsabila
"This study aims to explore the appeal of absurdism in B-rated movies among Indonesian filmmakers and audiences by analyzing the motifs and significance of these movies. B-rated movies are low-budget commercial motion pictures which are usually intended to lure viewers with sensational or exploitative content but may also have artistic merits or cult followings. Drawing on the theory of absurdism, this study examines the reasons behind the increasing popularity of B-rated movies in Indonesia, particularly among the younger generation which focuses on the case of Azzam Fi Rullah, filmmaker who is known for his devoted style in making B-rated movies with absurd themes and elements. The study uses qualitative methods such as interviews and textual analysis to collect data from various sources such as filmmakers, critics, audiences, and online platforms. The study expects to find that absurdism in B-rated movies appeals to Indonesian audiences because it offers a form of escapism, entertainment, expression, and critique of social realities. The study also hopes to find the significance of B towards Indonesian filmmakers.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi daya tarik absurdisme dalam film kelas B di kalangan filmmaker dan penonton Indonesia dengan menganalisis motif dan signifikansi dari film-film tersebut. Film Kelas B adalah film komersial berbiaya rendah yang biasanya dimaksudkan untuk menarik penonton dengan konten sensasional atau eksploitatif, tetapi juga dapat memiliki keunggulan artistik atau pengikut kultus. Dengan mengacu pada teori absurdisme, penelitian ini mengkaji alasan di balik meningkatnya popularitas film kelas B di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda yang berfokus pada Azzam Fi Rullah, seorang pembuat film yang dikenal dengan elemen dan tema absurd yang menjadi gaya “khas”-nya dalam membuat film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif seperti wawancara dan analisis teks untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti pembuat film, kritikus, penonton, dan platform online. Penelitian ini berharap menemukan bahwa absurdisme dalam film kelas B menarik bagi penonton Indonesia karena menawarkan bentuk pelarian, hiburan, ekspresi, dan kritik terhadap realitas sosial. Penelitian ini juga berharap dapat menemukan signifikansi film kelas B terhadap filmmaker Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Listiorini
"Janet Wasko dalam tulisannya Understanding the Disney Universe menyatakan bahwa Disney merupakan sebuah industri hiburan yang paling banyak dikaji oleh para intelektual dari berbagai disiplin ilmu. Universitas Berkeley sendiri mencatat terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan buku tentang Disney. Namun kebanyakan meninjau Disney dari media film animasi dan wahana bermainnya (seperti Disneyland). Masih jarang tulisan atau buku yang membahas tentang komik Disney. Karya klasik yang mengkaji komik Disney adalah apa yang ditulis oleh Dorfman dan Mattelart, yaitu How to Read Donald Duck (1975) dengan menitik beratkan pada masalah imperialisme kultural Disney pada Dunia Ketiga. Perkembangan isi komik Disney yang seiring dengan perkembangan zaman membawa para tokoh Disney tidak lagi berkelana ke Dunia Ketiga, namun lebih jauh lagi, yaitu angkasa luar dan makhluknya.
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi representasi di komik Disney tentang angkasa luar dan UFO, diskursus yang muncul dan latar belakang sosial-historis yang melatarbelakangi munculnya diskursus tersebut. Bukan suatu kebetulan bila di AS muncul diskursus tertentu di masyarakat Amerika tentang angkasa luar dan makhluk angkasa luar. Kerangka teoritik besar yang melandasi tulisan ini adalah Cultural Studies dari Birmingham Cultural Studies. Pendekatan ini menimba, mengkaji peran media (Disney) dalam melakukan reproduksi sekaligus konstruksi pengetahuan dan diskursus tentang angksa luar dan UFO.
Paradima penelitian yang digunakan bersifat marxian dan kritis dengan mendasarkan pada teori ideologi Althusser dan Gramsci serta teori diskursus dari Pecheux dan Michel Foucault Metode analisis yang digunakan adalah metode diskursus kritis multilevel dari Norman Fairclough, dengan teknik analisis semiotika. Kerangka analisis yang digunakan mengacu pada model multilevel dari Norman Fairclough yang terbagi menjadi dua tahap utama yaitu tahap pembahasan peristiwa komunikasi (communicative event) yang terdiri dari teks, praktek diskursus, dan praktek sosio-kultural ; dan tahap analisis gabungan antar elemen yang terdiri atas deskripsi, interpretasi dan eksplanasi. Teknik analisis semiotika digunakan terutama di tahap analisis gabungan antar elemen.
Cerita komik Disney dimanapun diproduksi selalu didasarkan atas karakter dan standar khas Disney yang merefleksikan ikon-ikon AS. Teks-teks komik Disney, cerita tematik angkasa luar adalah hasil dari proses reproduksi kultural dari proses produksi budaya media yang kapitalistik. Diskursus angkasa Iuar, UFO dan alien muncul dari representasi teks komik yang dibangun berdasarkan tiga hal, pertama, dengan mereproduksi diskursus angkasa luar, UFO dan alien yang berkembang dan popular pada masyarakat Amerika ; kedua, Disney sendiri telah menempatkan angkasa luar sebagai bagian dari perjalanan sejarah industri budayanya ; dan ketiga, adalah kondisi sosial politik di AS dalam hal ini kebijakan politik AS mengenai angkasa luar, UFO dan alien yang memproduksi wacana tersendiri pada masyarakatnya.
Dengan kata lain, penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan diskursus angkasa luar UFO dan alien di komik Disney sesungguhnya mencerminkan perkembangan diskursus yang sama di masyarakat Amerika. Kondisi ini sekaligus menunjukkan peran Disney sebagai media yang merepresentasikan sekaligus melegitimasikan ideologi dominan Amerika Serikat tentang angkasa luar. Hal ini menjadikan Disney sebagai media budaya yang kapitalistik mereproduksi diskursus angkasa luar yang popular dan menguntungkan dan menjadikannya "pengetahuan baru" bagi khalayak pembacanya. Diskursus yang muncul tentang relasi manusia dan alien tersebut rnemiliki dampak sosial sekaligus ideologis yang mungkin terjadi dengan proses reproduksi diskursus tersebut adalah kemungkinan dimarjinalkannya teks-teks pengetahuan lain bagi anak-anak, dan menguatnya hegemoni AS dalam dominasi kulturalnya melalui komik Disney. Reproduksi tersebut bahkan merepresentasikan ideologi demokrasi Amerika yang semu : anti kekerasan dan berusaha menempuh jalan damai melalui diplomasi atau perundingan; menafikan semua invasi dan peperangan yang selama ini dipimpinnya ke berbagai negara di belahan dunia."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>