Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esther Widhi Andangsari
"ABSTRAK
Kelompok Kecil dalam ke^tan kerohanian Kristen memiliki kegunaan
sebagai sarana pembinaan rohani, pembentukan karakter dan pemecahan
masalah kehidupan yang dihadapi oleh orang-orang yang teriibat di
dalamnya. Namun dalam penerapannya temyata Pemimpin Kelompok
Kecil mengalami kesulitan dalam mengelola Kelompok Kecil yang
dinamis sehin^a tak jarang tujuan utama KK imtuk pemuridan tidak
tercapai.
Dengan mempelajaii teori Dinamika Kelompok, maka penulis membuat
suatu pelatihan dengan menyusun modul mengenai penanganan Kelompok
Kecil dan modul ini diuji cobakan meialui penelitian ini. Penelitian ini
menekankan pada penyusunan modul dan uji cobanya sehmgga tidak
berusaha untuk membuktikan apa pun. Evaluasi pelatihan yang dilakukan
meliputi 3 hal, yaitu evaluasi pengetahuan peserta, evaluasi sikap pcserta
selama pelatihan dan evaluasi perubahan sikap peserta. Hasil pelatihan
yang dilakukan kemudian dianalisa secara kualitatif guna mendapatkan
masukan-masukan yang berarti dari para subyek untuk perbaikan modul
dimasa mendatang. Setelah melalni proses analisa didapatkan hasU bahwa pelatihan ini
berhasii memberikan perubahan pada peserta dari segi pengetahuan,
perilaku dan peserta berespon secara positif teriiadap pelatihan."
2001
S2835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdha Malisa Fauzia
"Latar Belakang: Berada pada periode kritis perkembangan visual, anak-anak merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi mengalami gangguan penglihatan. Salah satu upaya deteksi dini gangguan penglihatan pada anak adalah melalui program skrining kesehatan anak sekolah. Guru dapat didelegasikan menjadi petugas skrining di sekolah, namun perlu menjalani pelatihan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pelatihan yang valid untuk melatih guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di DKI Jakarta dalam melakukan pemeriksaan mata pada anak sekolah
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method dengan metode exploratory sequential yang terdiri atas dua tahapan. Tahapan pertama adalah penyusunan rancangan modul pelatihan dengan desain penelitian deskriptif kualitatif. Tahapan ini diawali dengan pengumpulan materi modul melalui focus group discussion (FGD), wawancara individu, dan tinjauan kepustakaan. Setelah dilakukan analisis, dilakukan pengembangan rancangan modul serta penyusunan dan validasi instrumen untuk penelitian tahap kedua. Tahapan kedua adalah uji validitas modul pelatihan. Uji validitas konten dilakukan dengan mengirimkan modul pelatihan dan kuisioner google form kepada validator dan dianilisis menggunakan I-CVI (item-level content validity index). Uji validitas konstruk diadakan bersamaan dengan pelatihan 20 guru di SMP 55 dan SMA 31 Jakarta yang berupa evaluasi pengetahuan (pre-test & post-test) dan uji keterampilan peserta pelatihan.
Hasil : Dari hasil analisis FGD dan wawancara, modul dikembangkan melalui enam tahapan. Uji validitas konten modul memiliki nilai 1.00. Pada pelatihan, didapatkan perbedaan bermakna skor pengetahuan guru antara sebelum dan setelah menjalani pelatihan (p=0.000), sedangkan 100% peserta memiliki keterampilan yang baik dalam melakukan pemeriksaan. Modul pelatihan pemeriksaan mata anak sekolah oleh Guru SMP dan Guru SMA di DKI Jakarta memiliki validitas konten dan validitas konstruk yang baik.
Kesimpulan : Modul pelatihan pemeriksaan mata pada anak sekolah oleh Guru SMP dan Guru SMA di DKI Jakarta memiliki validitas konten dan validitas konstruk yang baik.

Background: Children have high risk of visual impairment due to presence within critical period of visual development. An essential measure for early detection of vision disorders in children involves health screening programs within school settings. Teachers can be delegated as screening officer, but their effectiveness requires comprehensive training to ensure adequate knowledge and skills. This research aims to develop a valid training module to equip Junior High School (SMP) and Senior High School (SMA) teachers in Jakarta with the necessary skills to conduct eye examinations for school children.
Method: Mixed-methods approach with an exploratory sequential design comprising two phases.  The first phase was development of the module with descriptive qualitative as the study design. It begins with collection of module content through focus group discussions (FGD), individual interviews, and literature searching. Following analysis, module draft was developed, and instrument for the second phase of research were formulated and validated. The second phase consist of contend and construct validation of the module. Conten validity assessed by validator using questionaire and was analyzed using item-level content validity index. Construct validity was determined within training of teachers at SMP 55 and SMA 31 Jakarta involving knowledge assessment (pre-test and post-test) and skills evaluation.
Results: Content of module was developed through six-stage process using information that was obtained from FGD and interviews. Result of content validity test was 1.00. A significant difference in teachers' knowledge scores was observed before and after the training (p=0.000), with 100% of participants demonstrating proficient skills in conducting examinations.
Conclusion: The training module for eye examinations in school-aged children by SMP and SMA teachers in Jakarta exhibits good content and construct validity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Tri Hartanto Sukamto
"ABSTRAK
Pasal 10 BAB III Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak secara jelas membuka kesempatan pada anak
agar mendapat dukungan dan penghargaan terhadap pengembangan dirinya,
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya. Oleh sebab itu, pemberian
rangsangan yang tepat sangatlah penting pada masa lima tahun pertama dalam
kehidunpan anak yang dikenal dengan istilah “The Golden Age
Konsep dari kecerdasan yang semakin berkembang mengantarkan
temuan baru mengenai konsep Multiple Intelligences yang kemudian diterapkan
pada Prasekolah-prasekolah dengan tujuan untuk mengembangkan segala aspek
kecerdasan yang dimiliki oleh anak didiknya. Penerapan konsep tersebut
seyogyanya didukung oleh kemampuan dari pengajarnya agar penerapan tersebut
dapat beijalan secara optimal, sehingga sangatlah penting dalam membuat suatu
rancangan modul pelatihan dalam upaya untuk mempersiapkan tenaga pengajar
agar dapat menjalankan fungsinya tersebut dengan baik. Program pelatihan ini
dirancang untuk membekali para pengajar dalam upaya penerapan konsep
Multiple Intelligences secara optimal dan juga mengatasi keluhan dan kendala
yang diakibatkan kesenjangan kemampuan yang mereka miliki sebelumnya
Subjek penelitian adalah para pengajar di prasekolah yang menerapkan
konsep Multiple Intelligences seperti Sekolah Alam Bogor dan Global Islamic
LabSchool Depok. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode
wawancara serta kuesioner bagi para pengajar untuk didapatkan informasi yang
berguna untuk menyusun materi dari modul pelatihan yang dirancang berdasarkan
hasil analisa kebutuhan.
Rancangan modul pelatihan dirancang berdasarkan hal-hal yang perlu
dikembangkan pada para pengajar yang antara lain adalah pengetahuan dasar
mengenai perkembangan anak usia dini, kemampuan merancang pola pengajaran
Multiple Intelligences yang sesuai, pengembangan kreativitas pengajar dalam
penerapannya serta keterampilan dalam mengkomunikasikan perkembangan siswa
kepada orang tuanya.

ABSTRACT
Section 10 CHAPTER of III [Code/Law] Republic Of Indonesia Number
23 Year 2002 about Protection of Child clearly open opportunity for child in order
to get appreciation and support to development of themself, as according to
intellegence storey;level and his/her age. On that account, giving of correct
excitement of vital importance at a period of five first year in child life, it's
recognized with term11 The Golden Age.
Conception of intelligence which progressively expand to send new
finding regarding concept of Multiple Intelligences which is later,then applied by
preschools as a mean to develop all intellegence aspect had by its protege.
Applying of the concept is properly supported by ability of its instructor so that
the applying can walk in an optimal fashion, so that of vital importance in making
a training module device in the effort to draw up instructor energy, so that can run
its function better, this Training program is designed to supply all instructor in the
effort applying of concept of Midtiple Intelligences in an optimal fashion as well
as overcoming resulted by constraint, and sigh ability difference which they have
previously.
Research Subjek are instructors in preschool which is applying concept of
Multiple Intelligences like Natural School of Bogor and Global of Islamic
Labschool Depok. Method data collecting by using method interview and also
quesioner to all instructor in order to got information which good for compiling
items of designed training module pursuant to result of requirement analysis.
Module training device designed pursuant to things required to developed
by all instructors which for example; basic knowledges concerning growth of age
child early, ability design pattern instruction of appropriate Multiple Intelligences,
development of instructor creativity in its applying and also skill in
communicating growth of student to its old fellow"
2007
T37620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tara Safira Nur Syita
"Latar Belakang: Kelahiran bayi prematur menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia pada tahun 2003 adalah 90 per 1000 kelahiran. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dan termasuk perilaku buruk ibu hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Penyebab penyakit periodontal selama kehamilan tidak hanya dipengaruhi oleh kehamilan itu sendiri tetapi juga oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu hamil. Dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan kesehatan dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya penyakit mulut. Pembuatan modul pelatihan mengenai risiko penyakit periodontal pada bayi prematur diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kader dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil. Tujuan : Menambah pengetahuan kader dalam mendidik ibu hamil dan mendapatkan modul pelatihan kader untuk memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah kelahiran prematur akibat periodontitis. Metode : Desain penelitian adalah eksperimental. Subyek penelitian adalah 48 kader posyandu yang dipilih melalui metode pengambilan sampel yang bertujuan. Hasil : Ada peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan kader (p= 0.00) setelah diberikan pelatihan (modul) dengan metode pembelajaran kolaboratif. Kesimpulan : Ada perubahan pengetahuan kader setelah mendapat pelatihan (modul) dengan metode pembelajaran kolaboratif

Background: Premature births according to the Basic Health Research (Riskesdas) in Indonesia in 2003 were 90 per 1000 births. This can be influenced by several things and including the bad behavior of pregnant women towards dental health maintenance and mouth during pregnancy. The causes of periodontal disease during pregnancy are not only influenced by the pregnancy itself but also by the knowledge, attitudes, and actions of pregnant women. Maintaining oral health and improving health can be done to reduce the occurrence of oral diseases. Making a training module regarding the risk of periodontal disease in premature infants is expected to increase the knowledge of cadres in providing counseling to pregnant women. Objective: Increase the knowledge of cadres in educating pregnant women and get modules training of cadres to have knowledge about dental and oral health to prevent premature birth due to periodontitis. Methods: The research design was experimental. The research subjects were 48 posyandu cadres who were selected through a purposive sampling method. Results : There was a significant increase in the knowledge of cadres (p= 0.00) after being given training (modules) with collaborative learning methods. Conclusion: There is a change in the knowledge of cadres after receiving training (modules) with the method
collaborative learning
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Suleeman
"Berbagai hal telah dilakukan pemerintah untuk menyiapkan negara Republik Indonesia memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, setelah Penbangunan Jangka Panjang Tahap I dinilai cukup berhasil. Salah satu hal yang dianggap menjadi kunci keberhasilan pembangunan ialah sumber daya manusia yang harus berkualitas tinggi. Untuk itu telah disiapkan pula anggaran yang dipakai untuk pendidikan dan peningkatan ketrampilan manusia Indonesia pada umumnya. Khusus dari kalangan intelektual diharapkan sumbangan dan masukan yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan tersebut.Ini dapat dimaklumi karena kaum intelektual walaupun mencakup sebagain kecil dari kaseluruhan rakyat Indonesia, namun secara potensil justru memiliki peran strategis yang besar. Namun sayangnya, pada saat ini juga muncul berbagai keluhan yang ditujukan terhadap calon intelektual, yaitu mahasiswa. Cukup banyak keluhan yang dilontarkan terhadap kualitas mahasiswa saat ini, tidak hanya pada mereka yang kuliah di perguruan tinggi swasta, tapi juga negeri, bahwa sikap mereka pada umumnya tidak kritis, bahkan cenderung apatis dan masa bodoh terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat. Beberapa penelitian di lingkungan Universjtas Indonesia menunjukkan dukungan terhadap gejala tersebut. Chandra (1991) dan Napitupulu (1992) misalnya mendapatkan bukti bahwa sebagian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tidak pernah mengajukan satupun pertanyaan ke pada para pengajar, padahal bertanya adalah salah satu indikasi dari adanya sikap kritis. Ketika ditanyakan alasannya, subyek menjawab bahwa mereka tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Kalaupun ada hal yang tidak dimengerti, lebih baik mereka mendiamkan hal tersebut, dan berharap tidak akan muncul pada ujian, daripada bertanya pada pengajar dan menemukan jalan keluar seperti yang seharusnya. Beberapa mahasiswa lainnya cukup berani untuk membahas tersebut dengan rekan kuliah walaupun belum pasti mendapatkan jawaban yang diinginkan. Walaupun berbagai analisa bisa diberikan untuk meneliti akar dari masalah ini (misalnya penenuan SCU Mundandar, 1977, yang menemukan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memang tidak melatih siswa untuk menjadi kreatif, hanya sekedar pasif mengikuti apa yang diperintahkan guru saja) tapi penulis mendekati masalah ini dari sudut yang berbeda.
Penelitian di bidang psikologi kognitif naupun psikolinguistik nembuktikan bahwa berpikir kritis bisa dilatih, pada orang yang sudah dewasa sekalipun (lihat misalnya penelitian Lehman & Nisbett, 1990). Bahkan Silalahi (1992) dan Djiwatampu (1993) berhasil membuktikan bahwa pelatihan proses kognitif berupa pengaktifan skemia bisa ditransfer dalam bidang bahasa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman bacaan para subyek.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun modul pelatihan "Berpikir Kritis" dan sekaligus mencobakannya pada peserta kuliah Bimbingan Menulis tahun 1993 (sebanyak 72 orang) yang juga diasuh oleh penulis. Porsi berpikir kritis yang berkaitan dengan bahan kuliah Bimbingan Menulis adalah saat peserta diminta membuat tulisan yang bersifat argumentatif. Biasanya waktu yang tersedia untuk menyiapkan tulisan argumentatif adalah 3 pertemuan, tapi melalui modul ini disiapkan 12 pertemuan untuk membahas elemenelemen berpikir kritis sebelum akhirnya peserta diminta membuat tulisan argumentatif. Elemen-elemen berpikir kritis yang dijadikan topik bahasan adalah memahami pengertian klaim/pernyataan, memahami klaim, menilai kebenaran suatu klaim, jenis-jenis kesalahan berpikir, dan jenis argumen.
Dari hasil analisa kualitatif maupun kuantitatif terhadap prestasi peserta (yang diberikan sebagai pre-test dan post-test) ternyata bahwa pada akhir pelatihan (saat evaluasi), ditemukan peningkatan daya analisa peserta terhadap suatu tulisan argumentatif berbentuk paragraf. Selain itu, dibandingkan dengan peserta kuliah Bimbingan Menulis pada tahun-tahun sebelumnya, peserta pada tahun 1993 yang mendapatkan pelatihan ini berhasil membuat tulisan argumentatif yang lebih baik. Ini semua menunjukkan bahwa pelatihan "Berpikir Kritis" mampu meningkatkan kualitas ketrampilan kritis yang terutama diukur melalui kemampuan menganalisa tulisan dan kemampuan membuat tulisan argumentatif. Cara lain yang dapat dipakai untuk meningkatkan hasil yang telah ditemukan adalah memperluas topik bahasan tentang jenis argumen, agar peserta betul-betul mahir menggunakan ketrampilan kritis yang dilatihkan, selain juga meneliti seberapa jauh ketrampilan yang telah diajarkan bisa ditransfer ke kegiatan lainnya di luar kuliah Bimbingan Menulis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover