Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luluk Lely Soraya Ichwan
"ABSTRAK
Sebagai Iangkah awal untuk menjelaskan hubungan kekerabatan antar spesies Tarsius Storr, 1780, dilakukan studi fiogenetik menggunakan data sekuen DNA mitokondria daerah ND4—ND5. Pada analisis tersebut di akukan pendekatan maximum parsimony dengan ap ikasi komputer Phylogenetic Analysis Using Parsimony (PAUP). Hasil anal isis men unjukkan bahwa posisi genus Tarsius dalam ordo Primata perlu dipisahkan dan subordo Anthropoidea ataupun ordo Prosimii. Selain itu pada kelompok Tarsius di Filipina lebih berkerabat dengan kelompok Tarsius di P. Sulawesi, dibandingkan dengan kelompok Tarsius di P. Kalimantan dan P. Sumatra. Adapun kelompok-kelompok Tarsius yang diperbandingkan antara lain T. syrichta (Linnaeus, 1758) di Filipina; T. spectrum (Pallas, 1778) dan T. sangirensis Meyer, 1896 di P. Sulawesi; serta T. bancanus Horsfield, 1821 di P. Kalimantan dan P. Sumatra."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Lailan Safina
"Latar belakang: Prevalensi populasi gemuk dewasa terus meningkat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini penting terkait perkembangan penyakit degeneratif. Perbedaan perilaku adiposit dengan awitan obesitas yang dimulai sejak kecil atau sejak dewasa belum diketahui secara jelas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan jumlah, ukuran, tingkat hipoksia, glikolisis anaerobik, autofagi, biogenesis dan fungsi mitokondria adiposit viseral tikus coba.
Metode: Tiga puluh lima ekor tikus Sprague-Dawley jantan, usia 4 minggu, BB 65–110 gram, secara acak dibagi menjadi kelompok perlakuan 8 dan 28 pekan. Kelompok 8 pekan terbagi 3 kelompok: PRK8 (pakan rendah kalori 8 pekan), PTL8 (pakan tinggi lemak 8 pekan), PS8 (pakan standar 8 pekan) sebagai kontrol. Kelompok 28 pekan terbagi 4 kelompok: PRK28 (PRK 8 pekan + PTL 20 pekan), PS28 (PS 8 pekan + PTL 20 pekan), PTL28 (PTL 28 pekan) dan kontrol (PS 28 pekan). Jumlah dan ukuran adiposit dianalisis pada pekan 8 dan 28 (histopatologi). Pemeriksaan ekspresi mRNA Hif-1α, Hif-2α, Lc3 (RT-qPCR); kadar HIF-1α, HIF-2α, PGC1α, MnSOD, LC3 (ELISA); dan aktivitas LDH (pemeriksaan enzimatis) dilakukan pada akhir pekan 28.
Hasil: BB kelompok PRK8 lebih rendah dibandingkan PS8 (p = 0,008), BB kelompok PTL8 lebih tinggi dibandingkan PS8 (p = 0,008). Jumlah adiposit tidak berbeda bermakna, namun ukuran sel kelompok PRK8 lebih kecil dibandingkan PS8 dan PTL8 (p = 0,000). BB kelompok PRK28, PS28 dan PTL28 lebih tinggi bermakna dibandingkan kontrol. BB PTL28 didapatkan paling tinggi, namun kenaikan BB akibat pemberian PTL 20 pekan terjadi pada kelompok PRK28. Jumlah adiposit PRK28 paling sedikit namun paling hipertrofi. Kadar HIF-1α PRK28 meningkat dibandingkan PTL28 (p = 0,046) dan kontrol (p = 0,029). Kadar HIF-2α PRK28 meningkat dibandingkan PS28 (p = 0,045) dan PTL28 (p = 0,022). Adiposit PTL28 juga hipertrofi, disertai peningkatan ekspresi mRNA HIF-2α. Kadar PGC1α PRK28 meningkat dibandingkan PS28 (p = 0,000), PTL28 (p = 0,000) dan kontrol (p = 0,000). Aktivitas MnSOD PRK28 meningkat dibandingkan PTL28 (p = 0,038) dan PS28 (p = 0,015). Aktivitas LDH tidak berbeda bermakna pada seluruh kelompok. Ekspresi mRNA Lc3 PRK28 meningkat dibandingkan PTL28 (p = 0,037) dan kontrol (p = 0,047) namun tidak ada perbedaan pada kadar protein LC3.
Simpulan: Ditemukan perbedaan respons adiposit viseral pada kelompok tikus gemuk dewasa yang berbeda status gizi pada masa pertumbuhan. Adiposit tikus yang kurus pada masa pertumbuhan didapatkan hipertrofi dan hipoksia; disertai peningkatan gen autofagi, biogenesis dan fungsi mitokondria. Adiposit tikus yang gemuk sejak kecil didapatkan hipertrofi disertai peningkatan ekspresi gen hipoksia.

Background: The prevalence of obesity in adults is increasing worldwide. This is problematic since obesity is associated with degenerative diseases. Nowadays, Indonesia is facing an interesting phenomenon, where there are adults who have been obese since childhood and others who conversely were undernourished while young. The biological differences of these two types of obesities are not well understood. This study aims to analyse the difference in the size, number, hypoxic state, anaerobic glycolysis, autophagic activity, biogenesis and mitochondrial functions of rat visceral adipocytes that differ in nutritional state at youth.
Method: Thirty five four-week-old male Sprague-Dawley rats were randomly divided into 8-week and 28-week treatment groups. The 8-week groups consist of groups given a low-caloric diet (LCD8), a high-fat diet (HFD8), a standard chow diet (SD8) as control. The 28-week groups consist of groups given LCD for 8 weeks + HFD for 20 weeks (LCD28), SD for 8 weeks + HFD for 20 weeks (SD28), HFD for 28 weeks (HFD28), and SD for 28 weeks as control. The size and number of visceral adipocytes were analyzed at week 8 and 28 by histopathological examination. The levels of Hif-1α, Hif-2α and Lc3 mRNA (RT-qPCR), HIF-1α, HIF-2α, PGC1α, MnSOD, LC3 (ELISA); and the lactate dehydrogenase activity (enzymatic analysis) were analyzed at week 28.
Result: The LCD8 significantly had the lowest BW and the HFD8 had the highest. There was no difference in the number of adipocytes, but the LCD8 adipocytes were tiny in size. At week 28, there was a significant increase of BW in all the treatment groups compared to control. The highest BW was found in the HFD28 group, but the highest BW increase was found in LCD28. The LCD28 had the least amount of adipocytes, but the size was the largest, with the significant increase of HIF-1α and HIF-2α. Although the HFD28 adipocytes were hypertrophic, there was an increase in the Hif-2α mRNA expression but not in the protein level. The PGC1α level and the MnSOD activity of the LCD28 were significantly higher than the other groups. There was no difference in the lactate dehydrogenase activity between all groups. The Lc3 mRNA of the LCD28 was increased significantly, but not in the level of LC3 protein.
Conclusion: There were differences in the visceral adipocyte characteristics of obese adult rats which differ in nutritional state at a young age. Adipocytes of the obese adult rats which were undernourished were hypertrophic, hypoxic, and had increased autophagic gene expression, biogenesis and mitochondrial functions. The adipocytes of rats which were obese since young were hypertrophic and had increased hypoxic gene expression.
"
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Ratna
"Lensa manusia berfungsi memfokuskan cahaya teriihat, menyerap UV A dan UV B, sehingga sangat rentan terhadap efek fototoksik cahaya yang diterimanya. Sel epitel adalah bagian Iensa yang memiliki peran penting untuk pertumbuhan, diferensiasi dan homeostasis seluruh Iensa. Sel ini selalu terpapar cahaya sehingga sangat mungkin terganggu oleh radiasi UV yang bersifat mutagenik. Mitokondria adalah penghasil energi dan berperan pada kematian sel serta penuaan. MtDNA sangat rentan terhadap paparan radikal bebas karena tidak memiliki histon pelindung dan kemampuan reparasi yang sangat terbatas, oleh karena itu Iaju mutasi mtDNA Iebih tinggi dibandingkan DNA inti. Pada berbagai jaringan yang menua. ditemukan akumulasi mutasi mtDNA terdelesi. Delesi ini mengakibatkan hilangnya gen mtDNA yang menyandi subunit kompleks respirasi mitokondria (kompleks I, III, IV dan V) serta tRNA dan rRNA mitokondria, sehingga teljadi penurunan fungsi OXPHOS. Deiesi mtDNA ini awalnya dilaporkan terdeteksi pada jaringan otot lurik dan otot jantung, tetapi kemudian diiaporkan pula pada berbagai jaringan lain yang menua.
Pertanyaan yang sangat penting dalam ilmu oftalmologi adalah, apakah proses yang sama juga berperan di Iensa mata. MtDNA sel epitel Iensa sangat mungkin mengakumulasi mutasi mtDNA karena sel ini selalu terpapar oleh UV, masa hidupnya cukup panjang dan tidak pemah gugur atau hilang. Sampai sekarang pertanyaan tersebut belum terjawab. Paparan UV pada kuitur Iensa menyebabkan apoptosis sel epitel dan kekeruhan Iensa. Pada Iensa manusia, apoptosis ditemukan pada katarak polaris anterior maupun katarak senilis, sedangkan pada iensa jernih hampir tidak ditemukan adanya apoptosis. Tingkat apoptosis sel epitel lensa dan perubahan fungsi respirasi mitokondria mungkin pula berperan pada penuaan dan proses pembentukan katarak. Hubungan antara penuaan, apoptosis dan pembentukan katarak masih merupakan pertanyaan yang belum teljiawab secara menyeiuruh. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini ingin mengkaji apakah perubahan fungsi respirasi mitokondria dan tingkat apoptosis berperan dalam fenomena penuaan sei epitel lensa dan proses kataraktogenesis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D621
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Iqbal Adi Pratama
"Latar Belakang: Infertilitas adalah suatu kondisi di mana pasangan gagal menghasilkan keturunan setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual, tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas wanita yang disebabkan oleh berbagai faktor merupakan masalah yang dapat meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu penanganan infertilitas adalah teknologi reproduksi berbantuan seperti IVF dan ICSI yang keberhasilannya dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama viabilitas oosit. Viabilitas oosit sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti zat gizi yang mengandung seperti asam lemak tertentu dan isoflavon. Kedelai (Glycine max) diketahui mengandung berbagai zat yang dapat mempengaruhi viabilitas oosit, namun belum ada penelitian mengenai pengaruh konsumsi kedelai.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedelai terhadap viabilitas oosit yang diukur dengan potensial membran mitokondria.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan hewan coba. Mencit betina galur Swiss (Mus musculus) umur 6 minggu dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok harus menghasilkan 16 oosit yang diberi pakan kedelai 120 g/KgBB dan yang tidak. Mencit diberi perlakuan sampai umur 8 minggu. Pada umur 8 minggu, mencit diterminasi untuk diambil oositnya. Oosit kemudian diperlakukan dengan protokol MitoTracker (ThermoFisher) dan dilihat menggunakan mikroskop confocal untuk melihat intensitas warna, yang kemudian dianalisis dengan perangkat lunak ImageJ.
Hasil: Rata-rata intensitas warna pada kelompok yang diberi kedelai lebih tinggi (27154.63) dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi (19036.42). Namun, perbedaan ini tidak signifikan secara statistik jika diuji menggunakan uji-t independen dengan p > 0,05).
Kesimpulan: Rata-rata intensitas warna kelompok dengan kedelai lebih tinggi tetapi perbedaannya tidak nyata. Kurangnya signifikansi statistik bisa menjadi hasil dari ukuran sampel yang kecil.

Background: Infertility is a condition in which a couple fails to produce offspring after 12 months of sexual intercourse, without contraception. Female infertility caused by various factors is a problem that will increase in the next few years. One of the treatments for infertility is assisted reproductive technology such as IVF and ICSI whose success is influenced by many factors, especially oocyte viability. Oocyte viability itself is influenced by various factors such as nutrients that contain certain fatty acids and isoflavones. Soybean (Glycine max) is known to contain various substances that can affect oocyte viability, but there has been no research on the effect of soybean consumption.
Objective : This study aimed to determine the effect of soybean on oocyte viability as measured by mitochondrial membrane potential.
Methods : This research is an experimental study with experimental animals. Female Swiss strain mice (Mus musculus) aged 6 weeks were divided into several groups, where each group had to produce 16 oocytes that were fed 120 g/KgBW soybean and those that were not. Mice were treated until the age of 8 weeks. At the age of 8 weeks, the mice were terminated to collect the oocytes. The oocytes were then treated with the MitoTracker protocol (ThermoFisher) and viewed using a confocal microscope for color intensity, which was then analyzed with ImageJ software.
Results: The average color intensity in the group that was given soybeans was higher (27154.63) than the group that was not given (19036.42). However, this difference was not statistically significant when tested using an independent t-test with p > 0.05).
Conclusion: The average color intensity of the group with soybeans was higher but the difference was not significant. The lack of statistical significance could be a result of the small sample size.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Nazihah
"Mitokondria merupakan organel yang memetabolisme besi secara ekstensif, sehingga menjadi target kerusakan yang diinduksi besi pada kondisi hemosiderosis. Produksi reactive oxygen species (ROS) yang tinggi di mitokondria dapat lebih meningkat saat ada besi bebas yang kemudian memicu reaksi Fenton. Produksi ROS yang tinggi dapat menyebabkan stres oksidatif, sehingga regulasi konsentrasi besi harus diatur dengan ketat. Phaleria macrocarpa diketahui mengandung senyawa aktif mangiferin yang telah terbukti memiliki aktivitas kelasi besi, namun belum diketahui apakah dapat bekerja di mitokondria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol buah Phaleria macrocarpa dalam melindungi mitokondria hati dari kerusakan akibat besi dan kaitannya dengan transporter influks dan efluks besi di hati tikus model hemosiderosis. Penelitian ini menggunakan organ hati tersimpan dari tikus Sprague-Dawleyjantan sebanyak 30 ekor yang dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok, yaitu normal (N) dan kelompok hemosiderosis tanpa terapi (Fe), diterapi deferiprone 462,5 mg/kgBB (Fe+DFP), mangiferin 50 mg/kgBB (Fe+M), serta ekstrak etanol buah Phaleria macrocarpa dosis 100 mg/kgBB (Fe+PM100) dan 200 mg/kgBB (Fe+PM200). Dilakukan analisis kadar MnSOD, copy number mtDNA, dan analisis ekspresi mRNA DMT1, ZIP14, MFRN1, MFRN2, ABCB7, dan ABCB8 yang dilaporkan berperan dalam transpor besi ke dalam sel dan mitokondria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Phaleria macrocarpa memengaruhi ekspresi gen transporter besi namun tidak dapat memperbaiki penanda kerusakan mitokondria pada organ hati hemosiderosis.

Mitochondria are organelles that metabolize iron extensively, making them targets for iron-induced damage. The high production of reactive oxygen species (ROS) in mitochondria can be further increased when there is free iron which then triggers the Fenton reaction. High ROS production can cause oxidative stress, so iron concentration regulation must be strictly regulated. Phaleria macrocarpa is known to contain the active compound mangiferin which has been shown to have iron chelation activity, but it is not yet known whether it can work in mitochondria. This study aims to determine the effectiveness of the ethanol extract of Phaleria macrocarpa fruit in protecting liver mitochondria from iron-induced damage and its relation to iron influx and efflux transporters in the liver of hemosiderosis rat models. This study used stored liver organs from 30 male Sprague-Dawley rats which were randomly divided into 6 groups, namely normal (N) and hemosiderosis groups without therapy (Fe), treated with deferiprone 462.5 mg/kgBW (Fe+DFP), mangiferin 50 mg/kgBW (Fe+M), and Phaleria macrocarpa fruit ethanolic extract at a dose of 100 mg/kgBW (Fe+PM100) and 200 mg/kgBW (Fe+PM200). Analysis of MnSOD levels, mtDNA copy number, and analysis of relative mRNA expression of DMT1, ZIP14, MFRN1, MFRN2, ABCB7, and ABCB8 were performed which were reported to play a role in iron transport into cells and mitochondria. The results showed that Phaleria macrocarpa extract has the potential to modulate the expression of iron transporter genes but was not able to ameliorate the mitochondrial damage marker in hemosiderosis liver."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsan Saleh
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Mekanisme kerja primakuin, sampai saat ini masih belum sepenuhnya diketahui. Dugaan bahwa primakuin bekerja pada parasit malaria melalui penghambatan sistem rantai . pernafasan parasit, didasarkan pada bukti bahwa obat ini dimetabolisme menjadi bentuk intermediat, 5,6-quinolin diquinone yang mempunyai struktur yang mirip dengan ubikuinon (koenzim Q), salah satu komponen penting sistem respirasi mitokondria. Diperkirakan bahwa efek antimalaria obat ini dimediasi oleh kompetisi perikatannya dengan koenzim Q pada apositokrom b. Beberapa inhibitor kompleks III rantai pernafasan di mitokondria mempunyai struktur kimiawi yang mirip dengan koenzim Q dan resistensi terhadap inhibitor-inhibitor tersebut didasari oleh adanya mutasi pada gen sitokrom b.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme kerja obat antimalaria primakuin pada parasit malaria melalui pendekatan biomolekuler dengan hipotesis bahwa resistensi parasit malaria terhadap primakuin didasari oleh adanya mutasi pada gen sitokrom b. Untuk itu dilakukan upaya untuk mendapatkan galur P. berghei yang resisten terhadap primakuin dengan cara memberikan primakuin dengan dosis subletal secara bertahap pada P berghei yang sensitif terhadap primakuin. Terjadinya resistensi terhadap primakuin dideteksi dengan tes sensitivitas in vivo dan dilanjutkan dengan kloning untuk mendapatkan galur murni. Dari galur tersebut dilakukan isolasi DNA, amplifikasi gen sitokrom b dengan metode PCR dan sekuensing DNA untuk mengetahui adanya mutasi pada situs perikatan kuinon (Qo dan Qi).
Hasil dan Pembahasan:
Dari penelitian ini telah berhasil diperoleh dua galur P. berghei yang resisten terhadap primakuin dengan derajat resistensi sekitar 20 kali dibandingkan dengan galur parental. Analisis gen sitokrom b menunjukkan tidak ditemukannya mutasi baik pada tempat perikatan kuinon (Qi dan Qo) maupun pada bagian lainnya. Diperkirakan, dengan derajat resistensi yang diperoleh mungkin belum mampu menyeleksi alel resisten pada gen target. Kemungkinan yang lain adalah resistensi terhadap primakuin tidak didasari adanya mutasi pada gen sitokrom b, tetapi lebih pada struktur kimianya sebagai aminokuinolin, sehingga analisis terhadap gen yang berkaitan dengan resistensi terhadap golongan obat tersebut, misalnya pbmdr I dan pbcrl mungkin diperlukan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Fachruliansyah
"ABSTRAK
Pulau Enggano terletak paling selatan dari busur kepulauan sebelah pantai barat Sumatra. Penduduk aslinya, atau juga Suku Bangsa Enggano merupakan populasi yang terisolasi dan tidak diketahui sejarah asal usulnya serta tidak memiliki keterkaitan bahasa dan kebudayaan dengan populasi penutur bahasa Austronesia di Nusantara, khususnya di Sumatra. Kami menganalisis daerah kontrol DNA mitokondria (mtDNA) dari 29 individu Enggano dan membandingkannnya dengan populasi lainnya di Nusantara dan juga Daratan Asia Tenggara untuk melihat sejarah asal usul serta keterkaitannya dengan populasi penutur bahasa Austronesia. Kami menemukan bahwa pada populasi Enggano tidak ditemukan penanda genetik populasi penutur bahasa Austronesia. Akan tetapi, Suku Bangsa Enggano memiliki nenek moyang yang sama dengan populasi-populasi di wilayah Daratan Asia Tenggara yang diperkirakan berumur sekitar 30.000 tahun yang lalu.
Meskipun demikian, Suku Bangsa Enggano merupakan populasi yang bermigrasi pada masa pertengahan Holosen bersamaan ketika naiknya permukaan air laut di Paparan Sunda dan berdekatan dengan ekspansi populasi penutur bahasa Austronesia yang berasal dari Taiwan. Kami juga menemukan bahwa Suku Bangsa Enggano memiliki diversitas genetik dan pertumbuhan populasi yang rendah sebagai hasil konstribusi isolasi geografis.

ABSTRACT
Enggano Island located at the southern most of the west coast islands of Sumatra. The original inhabitants, which also known as the Engganese people, are one of the most isolated populations and their history of origin is unknown. They have no similar language and culture with Austronesian-speaking populations in the Island Southeast Asia, particularly Sumatra. We analyzed the mitochondrial DNA (mtDNA) control region from 29 individuals and compared the result with other populations in Mainland and Island Southeast Asia to observe their history of origin and relation to Austronesian-speaking populations.
However, we found that there was no Austronesian maternal genetic ancestry in Enggano. Instead, the Engganese has a common ancestor with Mainland Southeast Asia population ranging back to 30.000 years ago. However, the Enggano people are a relatively new population who migrated during the mid-Holocene as Sundaland was flooded and adjacent to the expansion of Austronesian-speaking populations originating from Taiwan. We also found that they have low population growth and genetic diversity as a result of geographical isolation.
"
2015
T45505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Gracesella Hutami Patintingan
"Doksorubisin adalah kemoterapi yang efektif namun dapat menyebabkan toksisitas jantung, salah satunya dengan menginduksi disfungsi mitokondria. Penemuan atau pengembangan agen kardioproteksi dari bahan alam merupakan salah satu peluang potensial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek kardioproteksi ekstrak air daun Moringa oleifera (MO) dalam mengurangi toksisitas doksorubisin dan mekanismenya melalui regulasi biogenesis mitokondria. Sebanyak 22 ekor tikus Sprague-Dawley jantan dirandomisasi ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol normal yang diinjeksi NaCl. Ketiga kelompok lainnya diberikan injeksi doksorubisin 4 mg/kg BB/minggu (Dox) atau doksorubisin 4 mg/kg BB/minggu dan MO-200 mg/kg BB/hari (Dox+MO-200) atau doksorubisin 4 mg/kg BB/minggu dan MO-400 mg/kg BB/hari (Dox+MO-400), selama 4 minggu. Pada akhir minggu keempat, tikus didekapitasi, lalu darah dan jantung diambil untuk dianalisis. Kelompok Dox menunjukkan kerusakan histopatologi jantung sedang, peningkatan aktivitas LDH, CK-MB, kadar 8-OH-dG dan ekspresi mRNA caspase-3. Selain itu, diamati perubahan regulasi biogenesis mitokondria yang ditandai oleh penurunan ekspresi mRNA PGC-1α, TFAM, SOD2, dan copy number mtDNA pada kelompok Dox. Pemberian MO memperbaiki berbagai efek akibat doksorubisin tersebut, kecuali kadar 8-OH-dG. Ekstrak Moringa oleifera dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB menunjukkan tendensi dalam mengurangi toksisitas doksorubisin pada tikus melalui regulasi biogenesis mitokondria.

Doxorubicin is an effective chemotherapeutic agent but can cause cardiac toxicity, one of which is by inducing mitochondrial dysfunction. Developing cardioprotective agents from natural resources is a potential opportunity. This study was conducted to determine the cardioprotective effect of Moringa oleifera (MO) leaves aqueous extract against doxorubicin-induced toxicity and its possible mechanism by regulating mitochondrial biogenesis. Twenty-two male Sprague-Dawley rats were randomized into 4 groups. The first group was a normal control, received NaCl injections. The other three groups were given injections of doxorubicin 4 mg/kgBW/week (Dox) or doxorubicin 4 mg/kg BW/week and MO-200 mg/kg BW/day (Dox+MO-200) or doxorubicin 4 mg/kg BW/week and MO-400 mg/kg BW/day (Dox+MO-400), for 4 weeks. After four weeks, rats were decapitated, then blood and heart were analyzed. Dox group showed moderate cardiac histopathological alterations, increased LDH, CK-MB activity, 8-OH-dG levels, and caspase-3 mRNA expression. In addition, changes in mitochondrial biogenesis regulation were observed, which were decreased mRNA expressions of PGC-1α, TFAM, SOD2, and mtDNA copy number in the Dox group. Administration of MO ameliorated these effects, except for 8-OH-dG levels. Moringa oleifera extract doses of 200 mg/kg BW and 400 mg/kg BW showed a tendency to reduce doxorubicin toxicity in rats by regulating mitochondrial biogenesis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badru Kamal
"Telah dilakukan penelitian dengan tujuan melihat perbedaan jumlah salinan mtDNA pada ibu hamil malnutrisi sebelum dilakukan suplementasi dalam penelitian SUMMIT (Supplementation of multiple micronutrient intervention trial). Sampel yang digunakan berupa sampel darah kering dari penelitian SUMMIT yang berjumlah 72. Jumlah salinan mtDNA diestimasi dengan metode qPCR. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah salinan mtDNA yang signifikan pada kelompok IFA dan MMN (p > 0,05), subkelompok BBLR dan BBLN kelompok IFA (p > 0,05), subkelompok BBLR dan BBLN kelompok MMN (p > 0,05), dan antar subkelompok (p > 0,05). Namun, hasil analisis rerata jumlah salinan mtDNA menunjukkan adanya indikasi awal perbedaan jumlah salinan mtDNA, dengan rerata jumlah salinan mtDNA kelompok MMN (28,57) > kelompok IFA (22,89) dan rerata jumlah salinan mtDNA subkelompok BBLR kelompok MMN (38,01) > subkelompok BBLR kelompok IFA (26,81). Walaupun demikian, hasil tersebut tidak konklusif karena secara statistik tidak menunjukkan signifikansi. Diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak dan homogenisasi variabel lain yang dapat memengaruhi jumlah salinan mtDNA untuk penelitian selanjutnya.

This research aims to determine the variation of mtDNA copy number in undernourished pregnant mothers before supplementation in SUMMIT (Supplementation of multiple micronutrient intervention trial) study. Seventy-two of dried blood samples from SUMMIT study were used in this study and mtDNA copy number was estimated with qPCR method. Statistical analysis (U-Mann Whitney and Kruskal-Wallis) test showed no significant difference of mtDNA copy number between IFA and MMN group (p > 0,05), subgroup LBW and NBW in IFA group (p > 0,05), subgroup LBW and NBW in MMN group (p > 0,05), and among all subgroup (p > 0,05). However, the result of mean analysis indicated that mtDNA copy number had different means: mtDNA copy number in MMN group (28,57) > IFA group (22,89), meanwhile subgroup LBW in MMN group (38,01) > subgroup NBW in IFA group (26,81). These finding was still not conclusive due to the absent of statistical significant. More samples and consideration of other variables were needed for further study.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>