Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Betty Yosephin
Yogyakarta: Rapha Publishing, 2022
618.92 SIM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frengky Bermana
"Latar Belakang: Kebocoran anastomosis merupakan komplikasi pada pembedahan kolorektal. Banyak faktor yang memngaruhi kejadian kebocoran anastomosis namun studi terbaru peran mikrobiota menjadi salah satu pencetus kebocoran anastomosis. Kasus kebocoran anastomosis berkisar 3-18 % yang meningkat seiring berbagai faktor yang dimiliki oleh pasien. Disbiosis mikrobiota selanjutnya dapat memicu gangguan penyembuhan dan merusak kolagen pada lumen usus. Diperlukan penelitian prospektif untuk dapat menilai karakteristik kebocoran anastomosis.
Metode: Dilakukan pengambilan sampel pascaanastomosis lalu dilakukan kultur jaringan. Lendir mukosa dipisahkan dari lumen untuk mendapatkan gambaran mikrobiota pada lumen. Kejadian kebocoran diikuti 5 hari pascaanastomosis dan dinilai faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kebocoran anastomosis. Data ditampilkan dalam bentuk deskriptif tabel dan persentase.
Hasil: Terdapat satu kasus kebocoran anastomosis pada operasi lower anterior resection, usia 65 tahun, ASA III dengan komorbid hipertensi tingkat II. Didapat bakteri Escherichia coli terbanyak ditemukan selain Proteus spp dan Klebsiella spp. Bakteri ini merupakan bakteri komensal saluran cerna dan belum diketahui patogenitasnya serta hubungan dengan pemberian antibiotik preoperasi.
Kesimpulan: Belum diketahuinya strain patogen pada temuan hasil kultur. Karakteristik subjek memiliki jarak anastomosis ke anal <10 cm, ASA III, usia >65 tahun dan memiliki komorbid tidak signifikan memiliki hubungan kejadian kebocoran anastomosis.

Background: Anastomotic leak is a complication of colorectal surgery. Many factors influence the incidence of anastomotic leakage, but recent studies on the role of the microbiota are one of the triggers for anastomotic leakage. Anastomotic leak cases range from 3-18% which increases with various factors possessed by the patient. Microbiota dysbiosis can then trigger healing disorders and damage collagen in the intestinal lumen. Prospective studies are needed to assess the characteristics of anastomotic leak.
Methods: Post-anastomosis samples were taken and then tissue culture was performed. Mucous mucus is separated from the lumen to obtain an image of the microbiota in the lumen. The incidence of leakage was followed 5 days post-anastomosis and assessed the factors that influence the incidence of anastomotic leak. The data is displayed in the form of descriptive tables and percentages.
Results: There was one case of anastomotic leak during lower anterior resection surgery, age 65 years, ASA III with comorbid grade II hypertension. The most Escherichia coli bacteria were found besides Proteus spp and Klebsiella spp. These bacteria are commensal bacteria of the gastrointestinal tract and the pathogenicity and relationship with preoperative antibiotics are not known.
Conclusion: There is no known pathogenic strain in the culture findings. Characteristics of the subject had an anastomotic distance to the anal <10 cm, ASA III, age> 65 years and had no significant comorbid association with the incidence of anastomotic leak.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kristien Juni Thandwi Jonathan
"Mikrobiota usus manusia banyak dikaitkan dengan perkembangan tubuh mulai dari perkembangan otak, imunitas tubuh, hingga penyakit-penyakit seperti kelainan metabolik dan autisme. Mikrobiota usus pada neonatus menjadi sorotan untuk dipelajari lebih jauh karena mikrobiota usus mampu mempengaruhi perkembangan tubuh hingga dewasa. Salah satu faktor keberagaman komposisi mikrobiota yaitu rute persalinan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui serta membandingkan profil mikrobiota mekonium neonatus yang dilahirkan melalui rute persalinan normal dan cesar di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Metode yang digunakan untuk identifikasi mikroba dalam penelitian ini yaitu pengkulturan sampel mekonium yang diidentifikasi secara mikrobiologi dan secara biologi molekuler meliputi PCR dan DNA sekuensing dengan menggunakan gen penyandi 16S rRNA. Hasil menunjukkan bahwa pada mekonium neonatus mengandung berbagai jenis bakteri terutama bakteri yang berasal dari filum Firmicutes (74%) terutama genus Staphylococcus (55,5%). Bakteri unik dalam mekonium neonatus yang lahir secara normal yaitu Corynebacterium singulare, Streptococcus haemolyticus, Streptococcus agalactiae, Enterococcus hirae, Enterococcus faecalis, Bacillus paramycoides, Bacillus lichenformis, dan Bacillus aryabhattai. Mekonium neonatus yang dilahirkan secara cesar mengandung bakteri unik seperti Klebsiella pneumoniae, Enterobacter hormaechei, dan Atlantibacter hermannii. Perbedaan juga terdapat pada jumlah koloni yang terkultur seperti Staphylococcus epidermidis yang banyak ditemukan pada neonatus cesar namun sedikit pada neonatus normal.

Human gut microbiota is linked to body development such as brain development, and illnesses such as metabolic disorders. Neonates gut microbiota was highlighted for further studies because it can affect the humans body development. One of the factors that affect neonates gut microbiota diversity is the delivery model. This studys purpose was to obtain and compare the profile of neonates meconium microbiota, born with normal and cesarean delivery modes at Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Methods used in this study were culturing the meconium sample identified using microbiology and biology molecular methods including Polymerase Chain Reaction (PCR) and DNA sequencing using the coding gene of 16S rRNA. Results showed that neonates meconium contained bacteria with Firmicutes (74%) as the dominant phylum, especially genus Staphylococcus (55,5%). Unique bacteria in neonates meconium with normal delivery modes were Corynebacterium singulare, Streptococcus haemolyticus, Streptococcus agalactiae, Enterococcus hirae, Enterococcus faecalis, Bacillus paramycoides, Bacillus lichenformis, and Bacillus aryabhattai. Unique bacteria in neonates meconium with cesarean delivery mode were Klebsiella pneumoniae, Enterobacter hormaechei, and Atlantibacter hermannii. The difference also includes the relative amount of the colonies that were cultured such as Staphylococcus epidermidis found in high abundance in cesarean neonates but not in normal neonates."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grasella
"ABSTRAK
Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi merupakan kondisi dimana kadar total serum bilirubin (TSB) lebih dari sama dengan 5 mg per dL dan biasanya terjadi pada 60% bayi sehat lahir cukup bulan dan 80% bayi lahir kurang bulan. Kadar TSB yang meningkat hingga 20-25 mg per dL dapat menyebabkan gangguan neurologis (kernikterus) karena fraksi bebas bilirubin tidak terkonjugasi dapat melewati sawar darah otak. Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat disebabkan oleh peningkatan sirkulasi enterohepatik. Mikrobiota pencernaan memiliki peran penting dalam menurunkan sirkulasi enterohepatik dengan mereduksi bilirubin tidak terkonjugasi menjadi urobilinogen yang selanjutnya akan dimetabolisme tubuh. Profil mikrobiota pencernaan neonatus memiliki asosiasi dengan risiko perkembangan hiperbilirubinemia. Informasi mengenai profil mikrobiota pencernaan neonatus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi pada populasi di Indonesia masih langka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran awal profil mikrobiota pencernaan dari mekonium neonatus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dilakukan dengan memilih sebanyak masing-masing 3 sampel neonatus dengan total serum bilirubin ³ 5 mg/dL dan < 5 mg/dL serta dilahirkan pada periode Februari-Maret 2019. Mekonium neonatus dikultur secara mikrobiologi pada medium selektif dan nonselektif kemudian dilakukan identifikasi media selektif, morfologi koloni, mikroskopik, dan molekuler dengan Polymerase Chain Reaction-16s rRNA Sanger Sequencing (PCR-sequencing). Data klinis neonatus diperoleh dengan pencatatan rekam medik di RSCM. Profil mikrobiota terkulturkan dari mekonium neonatus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terdiri dari filum Firmicutes yang didominasi oleh genus Staphylococcus (50%) diikuti oleh Bacillus (37,5%) dan Enterococcus (12,5%) sedangkan neonatus normal terdiri dari filum Firmicutes yang didominasi oleh genus Staphylococcus (58,34%) diikuti oleh Bacillus (25%), Streptococcus (8,33%), dan Enterococcus (8,33%). Profil mikrobiota mekonium neonatus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi dan normal didominasi oleh genus Staphylococcus (anaerob fakultatif) yang berpotensi sebagai patogen. Profil mikrobiota mekonium neonatus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi (TSB ³ 5 mg/dL) memiliki keberagaman lebih rendah dibandingkan neonatus normal (TSB < 5 mg/dL) khususnya neonatus dengan metode persalinan caesar.

ABSTRACT
Unconjugated hyperbilirubinemia is a condition where total serum bilirubin (TSB) levels are greater than or equal to 5 mg per dL and usually affects up to 60% healthy term neonates and 80% preterm neonates. Increased TSB levels up to 20-25 mg per dL can cause neurological disorders (kernicterus) because the free fraction of unconjugated bilirubin can cross the blood-brain barrier. Increased unconjugated bilirubin concentration is due to increased enterohepatic circulation. Gut microbiota has an important role in reducing the enterohepatic circulation by transforming unconjugated bilirubin to urobilinogen which will be metabolized by the body. The neonates gut microbiota profile is associated with the risk of hyperbilirubinemia. Information regarding gut microbiota profile of neonates with unconjugated hyperbilirubinemia in Indonesian population is scarce. The purpose of this study was to get a preliminary description of gut microbiota profile from neonates meconium with unconjugated hyperbilirubinemia at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM). Observational study with the cross-sectional design was conducted by selecting 3 samples each from neonates with TSB ³ 5 mg/dL and < 5 mg/dL and born in February-March 2019. Neonates meconium was cultured microbiologically on selective and nonselective media and identified based on selective media, morphology, microscopy, and molecular by Polymerase Chain Reaction-16s rRNA Sanger Sequencing (PCR-sequencing). Clinical data of neonates were obtained from the medical record at RSCM. Cultured microbiota profiles from neonates meconium with unconjugated hyperbilirubinemia consisted of Firmicutes which was dominated by Staphylococcus (50%) followed by Bacillus (37,5%) and Enterococcus (12,5%) whereas normal neonates meconium consisted of Firmicutes which was dominated by Staphylococcus (58,34%) followed by Bacillus (25%), Streptococcus (8,33%), and Enterococcus (8,33%). Microbiota profiles from neonates meconium with and without unconjugated hyperbilirubinemia were dominated by Staphylococcus (facultative anaerobe) with pathogenic potential. The meconium microbiota profile of neonates with unconjugated hyperbilirubinemia (TSB ³ 5 mg/dL) had lower diversity than normal neonates (TSB < 5 mg/dL), especially cesarean-born infants.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Ida Resita Vebrianti Corebima
"Latar belakang: Air susu ibu ASI sangat bermanfat bagi bayi baru lahir, dari aspek komponen nutrisi maupun proteksi. Respon imun innate dan adaptif pada NKB diketahui masih imatur, diantaranya pada saluran cerna adalah antimikrobial peptide termasuk di dalamnya adalah human defensin 2 hBD2 . Pemberian nutrisi pada bayi prematur masih menjadi problematika karena belum semua NKB bisa mendapatkan ASI saja, sementara ASI kaya akan hBD2.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan rancangan studi cross sectional. Dilakukan di ruang neonatologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2016 ndash; April 2017. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Laboratorium Prodia. Populasi target NKB dengan usia gestasi 28-34 minggu. Terbagi 4 kelompok ASI, predominan ASI, predominan susu formula dan susu formula saja. Dilakukan pada 44 neonatus kurang bulan. Menggunakan metode ELISA, pemeriksaan radiologis dan pengecekan kadar PCT,CRP dan IT rasio. Metode statistik dengan one way ANOVA.
Hasil: Kadar defensin pada masing-masing kelompok terdapat perbedaan yang signifikan dimana rerata kadar defensin terendah pada kelompok ASI sebesar 91,84 diikuti kelompok 2 221,52, kelompok 4 249,46 dan kadar tertinggi tercatat pada kelompok 3 sebesar 344,86 p=0,004 . Pada pemeriksaan Kadar procalcitonin ,CRP dan It rasio tidak terdapat beda yang signifikan. Klebsiella paling rendah populasinya pada kelompok ASI.
Kesimpulan: hBD 2 kadarnya ditemukan rendah pada kelompok ASI dan tinggi pada kelompok predominan susu formula dan susu formula saja. Hal ini menunjukkan tingginya proses inflamasi pada kelompok yang mendapat susu formula. Air Susu Ibu masih yang terbaik bagi saluran cerna dengan bukti rendahnya Klebsiela pada Kelompok ASI.

Background: Breast milk is highly beneficial for newborns, due to its nutritional aspects and protective properties. Innate and adaptive immune responses in preterm newborns are still immature, including the ones in the gastrointestinal system, namely antimicrobial peptide called human defensin 2 hBD2. Nutrition for preterm babies is still a problem because not all of them can get exclusive breast milk, while breast milk is rich in hBD2.
Method: This study is an analytic descriptive study with cross sectional design. This study was done in the neonatology room in National Central General Hospital of Cipto Mangunkusumo Jakarta, on November 2016 ndash April 2017. Laboratory examination was performed in Prodia Laboratory. The target population was preterm newborns with gestational age of 28 34 weeks, divided into 4 groups, namely the breast fed group, predominant breast fed group, predominant formula fed group, and exclusively formula fed group. This study was performed in 44 preterm newborns using ELISA method, radiological examinations, and measuring the level of PCT, CRP dan IT ratio. The statistical analysis method used for this study is one way ANOVA.
Result: There were significant differences in defensin level among the groups, in which the mean defensin level was lowest in breast fed group 91,84 , followed by the second group 221,52 , the fourth group 249,46 , and the highest in the third group 344,86 p 0,004 . There were no significant differences among groups in IT ratio and procalcitonin and CRP levels. Breastmilk is the best protection for preterm gut which Klebsiella was lowest in breastmilk group.
Conclusion: The level of hBD2 was found to be low in breast fed group and high in predominant formula fed group and also in exclusively formula fed group. This showed the high inflammation process happening in the group fed with formula.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Diasty Rahayu
"Kelimpahan relatif dan rasio Firmicutes/Bacteroidetes mikrobiota usus dipengaruhi oleh asupan makan dan mempengaruhi kesehatan anak dan dewasa. Namun, penelitian pada ibu hamil di daerah urban masih terbatas dan hasil yang dihubungkan dengan pola makan masih berbeda-beda, terutama di negara berpenghasilan rendah-menengah. Penelitian ini menilai hubungan antara pola makan dengan kelimpahan relatif mikrobiota usus (filum dan genus) dan rasio Firmicutes/Bacteroidetes. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di Puskesmas di empat kota di Jakarta (Pusat, Tengah, Barat dan Utara) merekrut 90 ibu hamil yang datang pada kunjungan Ante Natal Care (ANC). Data asupan makan ibu dengan menggunakan semi quantitative food frequency questioner (SQ-FFQ) diambil oleh enumerator yang sudah ditraining. Data asupan makan dianalisis menggunakan principal component anlysis (PCA) yang akan membentuk pola makan. Sampel feses diambil dan dianalisis dengan Next Generation Sequencing (NGS) 16S rRNA untuk mendapatkan hasil kelimpahan relatif mikrobiota usus . Terbentuk 4 pola makan yaitu pola makan tinggi sumber protein, pola makan tinggi sumber susu dan produk susu, pola makan tinggi sumber karbohidrat dan serat serta pola makan tinggi sumber buah-buahan. Dua filum terbesar yaitu (Firmicutes dan Bacteroidetes) dan 3 genus terbanyak yaitu Prevotella, Faecalibacterium dan Blautia dengan rerata kelimpahan relatif berurutan 69,5%, 12,6%, 5,98%, 8,59% dan 6,59%. Pola makan tinggi karbohidrat dan serat, namun tidak dengan pola makan lain, memiliki nilai p signifikan dengan kelimpahan relatif Faecalibacterium setelah disesuaikan dengan Pendidikan dan suku pada analisis multivariat (β 1,01, CI 95% 0,27-1,73 dan p=0,008). Kesimpulannya, setiap kenaikan pola makan tinggi sumber karbohidrat dan serat dapat menaikkan kelimpahan relatif dari Faecalibacterium sebesar 1,01%. Edukasi tentang pemilihan pola makan yang sehat dan baik untuk serta asupan karbohidrat dan serat yang bervariasi sangat penting dilakukan.

Relative abundance influenced by diet and affect children and adults’ health. However, evidence among urban pregnant women is limited and results on the link of this outcome with dietary pattern is conflicting especially in low-middle income nations. We assessed the relationship between maternal dietary pattern and the relative abundance of gut microbiota and Firmicutes/Bacteroidetes ratio. A cross-sectional study was conducted in primary health care in four districts in Jakarta (Central, East, West and North areas) recruiting 90 pregnant women during their ante natal care visits. Maternal food intake was assessed using a semi-quantitative food frequency questionnaire by trained enumerators and analyzed using principal component analysis to form a dietary pattern. Fecal samples were collected and analyzed with the Next Generation Sequencing (NGS) 16S rRNA to obtain the relative abundance of gut microbiota results. Four eating patterns were formed, namely a high protein sources diet, a high milk and dairy products sources diet, a high carbohydrates and fiber sources diet and a high fruit sources diet. Two largest phyla (Firmicutes and Bacteroidetes) and three largest genera (Prevotella, Faecalibacterium and Blautia) were identified with an average relative abundance value of 69.5%, 12.6%, 5.98%, 8.59% and 6.59%, respectively. High carbohydrate and fiber sources diet, not the other patterns, had a significant value with Faecalibacterium abundance after adjusting for education and ethnicity in multivariate model (β 1.01, CI 95% 0.27- 1.73 and p=0.008). In conlussion, increase high carbohydrate and fiber source diet could increase the relative abundance of Faecalibacterium by 1.01%. Education to choose healthy diet and variety carbohydrate and fiber sources will be needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Vania
"Kulit sebagai organ terbesar dan terluar dari tubuh manusia yang langsung berhadapan dengan lingkungan luar menjadi pertahanan fisik lini pertama sekaligus tempat kolonisasi mikrobiota komensal dalam mencegah invasi patogen. Identifikasi komposisi mikrobiota kulit menarik dilakukan untuk mengetahui interaksi antar mikrobiota sehingga mikrobiota kulit komensal yang bersifat probiotik dapat dikembangkan menjadi bahan aktif terapeutik mikrobioma kulit untuk menjaga kesehatan kulit. Keberagaman mikrobiota kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor etnis. Penelitian ini mempelajari pengaruh faktor etnis pada dewasa muda pria dan wanita yang mewakili etnis Papua, Jawa, dan keturunan Tionghoa terhadap profil mikrobioma kulit. DNA genomik mikrobiota dari sampel kulit wajah diekstraksi dan disekuens dengan metode Next Generation Sequencing lalu dilakukan analisis diversitas alfa dan beta. Berdasarkan analisis alfa dengan indeks OTU yang dterobservasi, Shannon, dan Faiths PD, diversitas dalam grup tertinggi terdapat pada grup etnis Papua dan terendah pada grup etnis keturunan Tionghoa, namun diversitas alfa ketiga grup tidak berbeda signifikan secara statistik. Analisis beta dilakukan berdasarkan kualitatif dan kuantitatif menunjukkan pengaruh faktor etnis pada profil mikrobioma kulit antar etnis yang signifikan secara statistik serta pengelompokkan yang baik berdasarkan hasil PCoA pada indeks Jaccard, disimilaritas Bray Curtis, Unweighted, dan Weighted. Bakteri yang bersifat komensal dan dominan selanjutnya dapat dikembangkan menjadi bacterial cocktail maupun formula postbiotik untuk terapi mikrobiota kulit dengan pertimbangan interaksi komposisi mikrobiota kulit pada etnis terkait.

Skin as the largest and the outermost part of human body that directly exposed to the outer environment serves as the first physical barrier and colonised by commensal bacteria to prevent pathogen invasion. Identifying composition of commensal skin microbiota is interesting to know the interaction between the microbiota so the commensal skin microbiota who has probiotic effect can be developed as active substance of skin microbiome therapeutic to maintain skin health. The skin microbiome diversity is influenced by several factors, one of them is ethnicity. This study shows the influence of ethnicity factor in Papuans, Javanese, and Chinese descent young adults on skin microbiome profiles. The microbiota genomic DNA are extracted from the face skin samples and sequenced with Next Generation Sequencing method to be further analysed on its alpha and beta diversity. According to alpha diversity analysis with observed OTU, Shannon, and Faiths PD indices, the greatest alpha diversity shown in Papuans, while the smallest is shown in the Chinese descent group, but alpha diversity differences between three groups are not statistically significant. Beta diversity was assessed by the use of Jaccard index, Bray Curtis dissimilarity, Unweighted and Weighted Unifrac with PCoA shows the difference skin microbiome profiles according to ethnicity and is statistically significant between ethnic group. The characterised commensal and dominant bacteria can be further developed as bacterial cocktail and postbiotic formula as skin microbiome therapeutic with interaction between skin microbiota composition within each ethnicity taking into account."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Andrian
"Kolonisasi Bifidobacterium merupakan bakteri komensal yang baik untuk perkembangan dan kolonisasi awal mikrobiota janin. Jumlah Bifidobacterium dapat dipengaruhi oleh asupan protein ibu selama hamil. Penelitian potong lintang ini dilakukan di seluruh puskesmas kecamatan di Jakarta Timur mulai bulan Februari hingga April 2015 dengan subjek ibu hamil berusia 19 - 44 tahun dan usia kehamilan 32 - 37 minggu. Data asupan protein didapatkan dengan metode 2-day repeated 24 hour food recall, selain itu dinilai juga rasio asupan nabati- hewani menggunakan metode semi quantitative - food frequency questionnaire (SQ-FFQ). Analisis feses dilakukan pada 52 subjek menggunakan metode real time-polymerase chain reaction (rPCR). Hasil penelitian ini memperlihatkan terdapat korelasi positif lemah tidak bermakna antara asupan protein dengan jumlah Bifidobacterium (r = 0,132, p >0,05), sehingga penelitian ini belum dapat membuktikan adanya korelasi antara asupan protein dengan jumlah Bifidobacterium pada ibu hamil trimester ketiga.

Bifidobacterium is a commensal bacteria that are beneficial for the development and early colonization of microbiota on fetus. The amount of Bifidobacterium can be influenced by maternal protein intake during pregnancy. A cross-sectional study had been conducted in all primary health care in East Jakarta Subdistrict, from February to April 2015. Subjects of the study were pregnant women aged 19-44 years old and gestational age 32-37 weeks. The quantity of protein intake was obtained by 2-day repeated 24 hour food recall method, moreover, the study also assessed the intake of vegetable-animal ratio by semiquantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ) method. Stool analysis was conducted on 52 subjects using real-time polymerase chain reaction (rPCR). The result of the study showed a poor positive correlation between protein intake with the amount of Bifidobacterium (R = 0.132, p >0.05).This study has not showed any significant correlation between protein intake with the amount of Bifidobacterium in the third trimester of pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T633878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Safira Alatas
"Latar belakang. Translokasi bakteri dari saluran cerna merupakan masalah yang penting dalam terjadinya infeksi pada pasien dengan kolestasis obstruktif serta sirosis hepatis. Pada studi ini kami bermaksud untuk mempelajari komposisi mikrobiota usus dihubungkan dengan malabsorpsi lemak dan gangguan integritas usus pada anak dengan kolestasis kronis. Metode. Sampel feses dari bayi/anak dengan kolestasis dan anak sehat dikumpulkan untuk dilakukan evaluasi terhadap jumlah sel lemak, komposisi mikrobiota usus serta integritas ususnya.
Hasil. Lima puluh tujuh bayi/anak (27 kolestasis dan 30 anak sehat) dilakukan evaluasi. Terdapat perbedaan bermakna pada berat badan, P=0.001; status nutrisi, P=<0.0001; serta konsumsi susu formula dengan bahan dasar middle chain triglyceride, P=<0.0001. Selain itu juga ditemukan bahwa komposisi lemak pada feses serta kadar fecal calprotectin lebih tinggi pada kelompok kolestasis dibandingkan dengan anak sehat, P=<0.0001 dan P=0.021. Sesuai dengan hasil tersebut ditemukan pula perbedaan yang bermakna di antara kedua grup tersebut pada komposisi Bifidobacteria sp. and E. Coli sp., P=0.005.
Kesimpulan. Ditemukan perbedaan yang bermakna pada berat badan, status nutrisi, komposisi lemak feses, kadar fecal calprotectin serta profil mikrobiota usus antara kelompok bayi dengan kolestasis dengan bayi sehat. Diperlukan studi lanjutan untuk mempelajari interaksi antara saluran cerna dan hati pada kolestasis.

Background. Bacterial translocation from the gastrointestinal tract is central to current concepts of endogenous sepsis in obstructif cholestasis and cirrhosis. In this study we evaluate gut microbiota profile and their correlation with fat malabsorption and gut integrity. Methods. We evaluate feces sampels from chronic cholestasis and healthy infants to know their fat malabsorption, gut microbiota composition, and gut integrity, then compare between the 2 groups.
Results. Fifty-seven infants (27 cholestasis and 30 healthy) were evaluated. There were significant difference in mean body weight 7932.39 (SD: 3416.2) VS 11453.3 (SD: 4012.3) grams, P=0.001; nutritional status, P=<0.0001, and middle chain triglyceride dominant infant formula, P=<0.0001. Feces evaluation showed a significant hinger fat composition (+2 and +3), P=<0.0001 and fecal calprotection level in cholestatic groups (81.32 (SD:61.6) VS 47.37 (SD:47.3) microgram/g faeces), P=0.021. In accordance with fecal calprotectin level, there were a significant difference between the 2 groups in composition of Bifidobacteria sp. and E. Coli sp., P = 0.005.
Conclusions. Significant differences were found in body weight, nutritional status, feces fat composition, fecal calprotection level and gut microbiota profile between chronic cholestasis and healthy infants. Further studies needed to evaluate the interaction between gut and liver axis in infants with cholestasis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Olivia Maurine Jasirwan
"Latar Belakang: Non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) merupakan kondisi perlemakan hati yang merupakan salah satu faktor risiko karsinoma hepatoselular (KSH). NAFLD melibatkan berbagai faktor dalam patogenesisnya, salah satunya mikrobiota saluran cerna. Disbiosis mikrobiota saluran cerna dianggap sebagai faktor utama dalam peristiwa disregulasi sistem imun dan inflamasi pada patogenesis NAFLD.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk melihat profil dan konfigurasi mikrobiota saluran cerna pasien dengan NAFLD dan pengaruhnya terhadap nilai kondisi fibrosis dan stratosis hati yang tercermin dalam nilai controlled attenuation parameter (CAP) dan transient elastography (TE).
Metode: Dilakukan studi potong lintang analitik terhadap 37 pasien dengan NAFLD yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Desember 2018 hingga Maret 2019. Dilakukan anamnesis, wawancara food recall, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan CAP-TE, dan pengambilan sampel feses pada pasien subjek penelitian. Mikrobiota saluran cerna disekuensing dengan Next-Generation Sequencing (NGS) platform Miseq (Illumina).
Hasil: NAFLD lebih dominan pada wanita dan penderita penyakit sindrom metabolik. Firmicutes, Bacteroidetes, dan Proteobacteria berturut-turut merupakan filum dengan proporsi terbesar. Disbiosis mikrobiaota saluran cerna didapatkan pada separuh dari sampel subjek penelitian. Rasio Firmicutes/Bacteroidetes (RFB) pada setiap pasien berbeda-beda dan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap variabel sindrom metabolik. Diversitas mikrobiota saluran cerna didapatkan menurun pada pasien NAFLD dengan trigliserida tinggi dan obesitas sentral.
Simpulan: Sejumlah mikrobiota saluran cerna pada tingkat taksonomi yang berbeda memiliki korelasi positif maupun negatif terhadap fibrosis dan steatosis.

Background: Non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) is fatty liver condition that can lead to hepatocellular carcinoma (HCC). NAFLD is multifactorial component in its pathogenesis, one of which is gut microbiota. Dysbiosis of gut microbiota is considered as main factor in the dysregulation of immune system and inflammatory condition in the pathogenesis of NAFLD.
Aim: This study aim to investigate the profile and configuration of gut microbiota in patient with NAFLD dan its correelation withfibrosis and steatosis condition as reflected in controlled attenuation parameter (CAP) dan transient elastography (TE) value.
Method: cross sectional study was done upon 37 NAFLD patients in Cipto Mangunkusumo National General Hospital from December 2018 to March 2019. All subjects undergone food recall examination, physical and laboratory examination, CAP-TE value measurement, and fecal sample examination. The gut microbiota was investigated through 16s RNA sequensing by Next-Generation Sequencing (NGS) platform Miseq (Illumina).
Result: NAFLD was predominant in female subjects and those with metabolic syndrome. Firmicutes, Bacteroidetes, dan Proteobacteria was the predominant phylum consecutively. Dysbiosis was appeared in half of the study subjects. The Ratio of Firmicutes/Bacteroidetes was different in each patients and has no significnat correlation with metabolic syndrome variables. The diversity of gut microbiota was decresed in NAFLD patients with high tryglicerides and central obesity.
Conclusion: Certain gut microbiota at different taxonomy level have positive and negative correlation with fibrosis and steatosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>