Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danang Budi Setyawan
"Air limbah domestik dan pertanian telah menjadi masalah lingkungan disebabkan kandungan nitrogen dan fosfat berdampak pada eutrofikasi. Diketahui dari hasil studi menunjukan bahwa jenis mikroalga dapat mereduksi kadar nitrogen dalam limbah. Namun, pada umumnya limbah tidak memiliki nutrien cukup untuk pertumbuhan mikroalga. Pupuk diketahui menjadi sumber nutrien bagi tumbuhan, diduga dapat dimanfaatkan pula untuk pertumbuhan mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemanfaatan pupuk terhadap pertumbuhan mikroalga dan kemampuan mikroalga mereduksi senyawa nitrat dan amonia. Penelitian ini membandingan tiga jenis mikroalga (Oscillatoria, Chlorella, dan Scenedesmus) pada tiga konsentrasi pupuk (0,01% (g/l); 0,02%; and 0,03%) dengan rata-rata kandungan awal nitrat dan amonia masing-masing 80 ppm pada pH netral berkisar 6,8-7,2. Setelah pengamatan selama 21 hari, terlihat penurunan konsentrasi amonia rata-rata diseluruh perlakuan sebesar 45 ppm dan peningkatan pada konsentrasi nitrat diseluruh perlakuan sebesar 37 ppm. Pertumbuhan populasi Scenedesmus terlihat paling baik dibandingkan mikroalga lainnya dengan nilai absorbansi rata-rata 0,79. Pada populasi Scenedesmus pH media menurun dari rata-rata 7,09 menjadi 4,62. Konsentrasi nitrit meningkat pada seluruh perlakuan mikroalga dengan konsentrasi pupuk 0,02% dan 0,03% dari rata-rata 0,37 ppm menjadi 5,20 ppm.

Wastewater from domestic and agriculture activities become environmental problem due to nitrogen and phosphate content which can lead to eutrophication. Some microalgae has been proved can reduce amount of nitrate and ammonia content in wastewater. However most of wastewater lack of nutrient which needed by microalgae growth. Fertilizer has been known as source of nutrient and can improve the growth of plant. The objective of this study was to find correlation between nutrientand microalgae growth and ability to reduce nitrate and ammonium compounds. The research compared between three type of microalgae (Oscillatoria, Chlorella, and Scenedesmus) in three concentration of fertilizer (0,01% (g/l); 0,02%; and 0,03%) with average intial concentration of ammonium and nitrate each was 80 ppm and pH netral around 6,8-7,2.
After 21 days observation, concentration of ammonium decreased 45 ppm in average and nitrate increased 37 ppm in average. Scenedesmus showed the best growth among others with average value of absorbance 0,79. In Scenedesmus population showed decreased of pH value from an average 7,09 to 4,62. Nitrite concentration has increased in all microalgae treatment with fertilizer concentration 0,02% and 0,03% with average nitrite value from 0,37 ppm to 5,20 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakaria Hafiz
"Budidaya mikroalga menggunakan PBR mampu memberikan hasil yang maksimal dikarenakan PBR mampu dikontrol secara maksimal. Meskipun begitu sistem ini sulit untuk dikembangkan untuk skala besar dikarena volume dan biaya yang dibutuhkan sangat besar. Pada penelitian ini dikembangkan sistem sepuluh photobioreactor (PBR) volume kecil dengan sistem kontinu yang disusun secara seri dengan sistem sirkulasi. Hal ini terbukti mempu meningkatkan produktivitas produksi biomassa mikroalga. Model yang dikembangkan mendapatkan hasil yang baik yaitu 162,2 g/m3 ­dan 192,2 g/m3 konsentrasi biomassa pada dua kondisi tekanan parsial karbon dioksida yang berbeda. Menggunakan metode regresi linear didapatkan bahwa model ini merupakan sistem yang tidak linear terhadap perubahan lajur alir masuk PBR dengan nilai regresi sebesar 0,69. Dikarenakan tingkat ke non-linearannya yang tinggi maka digunakan neural network model predictive control (NNMPC) pada sistem PBR ini sebagai pengendali. NNMPC digunakan dikarenakan kelebihannya dalam identifikasi sistem dibandingkan model MPC konvensional serta memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan pengendali MPC dan PID. NNMPC menggunakan neural network untuk mengidentifikasi hubungan nonlinear pada sistem dan mampu mengidentifikasi dengan akurat. Pada sistem ini konsentrasi biomassa dikontrol dengan cara memanipulasi laju alir masuk PBR. NNMPC terbukti mampu mengendalikan sistem PBR dengan baik dengan model neural network dan desain NNMPC yang tepat. Parameter optimum NNMPC yang berupa sampling time (T), prediction horzion (P), dan control horizon (M) yang digunakan pada sistem PBR ini berturut-turut adalah 0,2, 10, dan 3. NNMPC mampu mengatasi perubahan set point dan gangguan meskipun terdapat overshoot dan offset yang relatif kecil yaitu di bawah 1%. Selain itu settling time ketika menggunakan NNMPC berkisar 110 hingga 269 jam.

Microalgae cultivation using PBR is able to provide maximum results because PBR can be controlled optimally. This system is difficult to develop for a large scale because the volume and cost required are substantial. In this study, a ten-volume photobioreactor (PBR) system with a continuous system was developed in series with the circulation system. This has proven to be able to increase the productivity of microalgae biomass production. The developed model has good results, namely 162.2 g / m3 ¬ and 192.2 g / m3 biomass concentration under two different carbon dioxide partial pressure conditions. Using the linear regression method, it was found that this model is a non-linear system for changes in the PBR inlet flow with a regression value of 0.69. Due to the high level of non-linearity, the neural network predictive control (NNMPC) model is used as a controller in this PBR system . NNMPC is used because of its advantages in system identification compared to conventional MPC models and has better performance than MPC and PID controllers. NNMPC uses neural networks to identify non-linear relationships in the system and able to identify accurately. In this system, the biomass concentration was controlled by manipulating the PBR inflow rate. NNMPC is proven able to control PBR systems well with neural network models and the right NNMPC designs. The optimum parameters of NNMPC in the form of sampling time (T), prediction horizon (P), and control horizon (M) used in this PBR system are 0.2, 10, and 3. NNMPC is able to overcome changes in setpoints and interference, although there is a relatively small overshoot and offset, which is below 1%. Besides settling time when using NNMPC ranges from 110 to 269 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Desi Swastiki
"Penelitian mengenai kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifit pada Halimeda di Teluk Hurun, Lampung telah dilakukan pada bulan September 2022. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman dan mengetahui kelimpahan jenis mikroalga epifit pada Halimeda di Teluk Hurun, Lampung. Mikroalga epifit diambil dari 10 titik sampling, penghitungan jumlah sel dan identifikasi mikroalga epifit dilakukan dengan metode subsampel di bawah mikroskop. Sepuluh (10) genus mikroalga epifit berasal dari dua kelas, yaitu Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Sepuluh genus tersebut meliputi Synedra, Nitzschia, Cocconeis, Licmophora, Amphipleura, Amphora, Diploneis, Aulacoseira, Cymbella, dan Trichodesmium. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan total mikroalga epifit pada Halimeda berkisar antara 12000-39164 sel/mL.

Research on the abundance and diversity of epiphytic microalgae on Halimeda in Hurun Bay, Lampung has been carried out in September 2022. The purpose of this study was to identify and determine the diversity and abundance of epiphytic microalgae in Halimeda at Hurun Bay, Lampung. Epiphytic microalgae were sampled from 10 sampling points. Cell counting was carried out using the subsample method. Identification of epiphytic microalgae was based on morphological character using a light microscope. The result of study showed that epiphytic microalgae found at Hurun Bay belonged to two classes, namely Bacillariophyceae and Cyanophyceae. Genera were identified, which were Synedra, Nitzschia, Cocconeis, Licmophora, Amphipleura, Amphora, Diploneis, Aulacoseira, Cymbella, and Trichodesmium. The total abundance of epiphytic microalgae in Halimeda ranged from 12000-39164 cells/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This paper describes important aspects related with growth media for culturing marine microalgae.This paper aims to be used by researchers of microalgae in Indonesia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dionanda Dafito
"Penelitian terhadap komunitas mikroalga epiplastik pada substrat plastik polyethylene terephthalate (PET) dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan seribu. Sampel plastik kemasan minuman diambil dari tiga stasiun di bagian Barat, Utara, dan Timur Pulau Pramuka. Sampel yang diisolasi kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dan kelimpahan, serta keanekaragaman mikroalga pada setiap stasiun dihitung. Mikroalga tersebut diidentifikasi, sehingga struktur komunitas dan adanya mikroalga berpotensi toksik diketahui. Mikroalga yang diidentifikasi berasal dari tiga divisi, yaitu Bacillariophyta, Dinophyta, dan Cyanobacteria. Bacillariophyta merupakan divisi yang paling melimpah dan ditemukan 11 genus yang berasal dari divisi tersebut, antara lain Coscinodiscus, Diploneis, Pleurosigma, Gyrosigma, Nitzschia, Cymbella, Thalassiosira, Synedra, Navicula, Fragilaria, dan Thalassionema. Dinophyta yang ditemukan berasal dari genus Prorocentrum dan Cyanobacteria yang ditemukan berasal dari genus Chroococcus. Nitzschia merupakan mikroalga yang paling melimpah dengan total kelimpahan 395,9 sel/ml, sedangkan kelimpahan terendah dimiliki oleh Chroococcus dengan nilai 1,18 sel/ml. Mikroalga berpotensi toksik ditemukan pada beberapa stasiun, yaitu Nitzschia dan Prorocentrum. Indeks keanekaragaman dan kemerataan tertinggi terdapat pada stasiun 1 (1,62 dan 0,78) karena tidak ada genus yang mendominasi, sedangkan indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 3 (0,52).

Research on epiplastic microalgal communities on polyethylene terephthalate (PET) plastic substrates was conducted in the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Beverage packaging plastic samples were taken from three stations in the western, northern, and eastern parts of Pramuka Island. The isolated samples were then observed under a light microscope and the abundance and diversity of microalgae at each station were calculated. The microalgae were identified so that community structure and the presence of potentially toxic microalgae were known. The microalgae identified came from three classes, namely Bacillariophyta, Dinophyta, and Cyanobacteria. Bacillariophyta is the most abundant class and 11 genera were found from the class, including Coscinodiscus, Diploneis, Pleurosigma, Gyrosigma, Nitzschia, Cymbella, Thalassiosira, Synedra, Navicula, Fragilaria, and Thalassionema. Dinophyta found came from the genus Prorocentrum and Cyanobacteria found came from the genus Chroococcus. Nitzschia is the most abundant microalgae with a total abundance of 395.9 cells/ml, while the lowest abundance is owned by Chroococcus with a value of 1.18 cells/ml. Potentially toxic microalgae were found at several stations, namely Nitzschia and Prorocentrum. The highest diversity and evenness indices were found at station 1 (1.62 and 0.78) because there was no genus dominating the station, while the highest dominance index was found at station 3 (0.52)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman
"

Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Semakin meningkatnya kebutuhan akan energi mengakibatkan krisis energi dunia, salah satunya Indonesia. Penggunaan BBM yang tidak terkontrol mengakibatkan dampak negatif yang mengkhawatirkan. Oleh sebab itu diperlukan alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Indonesia memiliki potensi sumber energi alternatif, yaitu energi baru terbarukan dapat berupa pengembangan biofuel berbasis nabati dari mikroalga. Mikroalga membutuhkan proses yang cukup panjang untuk menghasilkan biodiesel. Adapun proses secara umumnya adalah proses kultivasi, pemanenan, ekstraksi lipid dari biomassa, dan sintesis biodiesel. Proses kultivasi mikroalga Synechococcus HS-9 sebanyak 7,5 L menghasilkan biomassa basah mikroalga sebesar 5,5295 g dan berat kering biomassa sebesar 3,323 g/L. Sintesis biodiesel menggunakan metode transesterifikasi dipengaruhi oleh suhu dan waktu reaksi. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh yield biodiesel 5,5% pada variasi suhu 55 0C dengan waktu konstan 60 menit dan yield biodiesel tertinggi sebesar 4,25% pada waktu 30 menit dengan suhu konstan 65 0C. Kandungan FAME yang dimiliki oleh biodiesel mikroalga Synechococcus HS-9, yaitu dalam bentuk monounsaturated fatty acid sebesar 3,16%, polyunsaturated fatty acid sebesar 18,96% dan saturated fatty acid sebesar 77,87%. Nilai propertis biodiesel mikroalga Synechococcus HS-9 dari vikositas kinematik sebesar 0,42 mm2/s dan densitas sebesar 1482 kg/m3.


Fossil fuels are non-renewable fuels. The increasing demand for energy has resulted in the world energy crisis, one of which Indonesia. Uncontrolled use of BBM results in negative impacts. Therefore, an alternative is required to fulfill the energy needs of renewable natural resources. Indonesia has a potential alternative energy source, which is renewable energy can be the development of biofuel based on microalgae. Microalgae require a long enough process to produce biodiesel. The process are cultivation, harvesting, lipid extraction from biomass, and biodiesel synthesis. The cultivation process of Synechococcus HS-9 as much as 7,5 L obtained microalgae wet biomass of 5,5295 g and dry weight of biomass of 3,323 g/L. The synthesis of biodiesel using transesterification method is influenced by temperature and reaction time. From the research obtained 5,5% of biodiesel yield at a temperature variation of 55 0C with a constant time of 60 minutes. The highest biodiesel yield 4,25% at 30 minutes with a constant temperature of 65 0C. The FAME content of Synechococcus HS-9 microalgae biodiesel is in the form of monounsaturated fatty acid amount 3,16%, polyunsaturated fatty acids amount 18,96%, and saturated fatty acid amount 77,87%. The biodiesel property value of Synechococcus HS-9 microalgae from kinematic viscocity is 0,42 mm2/s and density amount 1482 kg/m3.

"
2019
T53255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilian Pryski Waskitho Adi
"Bentuk talus makroalga dan faktor lingkungan dapat memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik. Sementara itu, penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik di Muara Binuangeun belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik pada makroalga, serta menganalisa pengaruh faktor lingkungan dan bentuk talus makroalga terhadap kelimpahan mikroalga epifitik pada makroalga di rataan terumbu Muara Binuangeun. Sampel mikroalga epifitik pada makroalga diambil dari 4 stasiun penelitian yang dipilih berdasarkan keberadaan makroalga. Hubungan mikroalga epifitik dengan bentuk talus makroalga diuji menggunakan uji Chi Square, sedangkan pengaruh parameter lingkungan dengan kelimpahan mikroalga epifitik diuji dengan uji korelasi Spearman. Kelimpahan mikroalga epifitik tertinggi terdapat makroalga berdaging dengan permukaan kasar, seperti Sargassum. Sementara itu, keanekaragaman mikroalga epifitik tertinggi terdapat pada Turbinaria. Mikroalga epifitik yang memiliki asosiasi dengan bentuk talus makroalga adalah Amphora. Amphora berasosiasi positif dengan bentuk talus berdaun. Parameter lingkungan yang cenderung berkorelasi kuat dengan kelimpahan mikroalga epifitik yaitu DO dan salinitas.

Macroalgae form and environmental parameters may affect the abundance and diversity of epiphytic microalgae. Meanwhile, research on the abundance and diversity of epiphytic microalga in Muara Binuangeun has naver been done. Therefore, this research was conducted to determine abundance and diversity of epiphytic microalgae on macroalgae, and analized the effect of environment factor and macroalgae form to abundance of epiphytic microalgae on macroalgae in Muara Binuangeun reef flat. Samples of epiphytic microalgae were taken from 4 station which selected based on macroalgae presence. The relationship between epiphytic microalgae and macroalgae form was tested using Chi Square test, whereas effect of environmental parameter on the abundance of epiphytic microalgae tested using Spearman test. The highest abundance of epiphytic microalgae found in Sargassum and the highest diversity of epiphytic microalgae found in Turbinaria. Epiphytic microalgae that has associations with macroalgae form is Amphora. Amphora has positively associated with foliose macroalgae. Environmental parameters tend to be strongly correlated with abundance of epiphytic microalgae are DO and salinity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Betawati Prihantini
"Penelitian tentang pertumbuhan mikroalga Chlamydomonas spp yang ditumbuhkan pada tiga macam medium dengan variasi derajat keasaman (pH) telah dilakukan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jumsan Biologi, FM1PA Universitas Indonesia Depok. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dalam rangka pencarian sumber daya mikroalga alternatif untuk penanggulangan air buangan (limbah). Kultur mikroalga Chlamydomonas spp yang diisolasi dari kolam alga di sekitar air buangan pabrik karet, Subang, Jawa Barat diteliti pada 3 macam medium dengan 9 variasi derajat keasaman (pH). Sebagai media kultur digunakan 2 macam medium perlakuan yaitu Medium alamiah sederhana Ekstrak Taoge (MET) dan medium Air Sumur. Sedangkan medium kontrol yang digunakan adalah medium yang biasa digunakan untuk pemeliharaan awal kultur mikroalga tersebut yaitu medium sintetik Beneck. Sembilan variasi derajat keasaman (pH) tersebut adalah pH 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, II, dan 12. Parameter pertumbuhan mikroalga yang digunakan adalah jumlah set mikroalga. Kurva pertumbuhan dilukiskan pada grafik milimeter block dengan data log semi. Sedangkan fase-fase pertumbuhan dihitung dengan laju pertumbuhan (K) spesifik mikroalga yang terjadi. Pada masing-masing pH perlakuan dilakukan uji statistik Anova sate arah dari ketiga variabel (media) pada a = 0,1.
Hasil uji statistik Anova satu arah dari ketiga variabel (media) pada masing-masing pH perlakuan memperlihaikan pertumbuhan sel berbeda nyata pada a = 0,1 pada seluruh hari pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur mikroalga Chiamydomonas hasil isolasi dari kolam alga di sekitar air buangan pabrik karet, Subang, Jawa Barat dapat tumbuh di dalam MET (pH 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12), medium Air Sumur (pH 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12), dan medium Beneck (pH 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12) dengan toleransi yang berbeda. Pertumbuhan terbaik dalam MET adalah pada pH 6 (K = 0,91), dan terburuk pada pH 12 (K = 0,52). Pertumbuhan terbaik dalam medium Air Sumur adalah pada pH 9 (K = 0,93), dan terburuk pada pH 4 (K = - 0,61). Sedangkan pertumbuhan terbaik dalam medium Beneck adalah pada pH 5 (K = 0,79), dan terburuk pada pH 4 (K T 0,29)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hadi El Amin
"Penelitian Struktur komunitas dan pertumbuhan kultur campuran mikroalga Situ Babakan menggunakan substrat zeolit dalam Bold Basal Medium (BBM) dengan variasi konsentrasi logam berat Cu telah dilakukan. pada wilayah perairan Situ Babakan, Jakarta Selatan dipengaruhi oleh kualitas air. Pengambilan sampel dilakukan pada 14 Desember 2022 di 4 titik lokasi, yaitu inlet 1, inlet 2, midlet, dan outlet. Terdapat 4 kelas mikroalga yang ditemukan meliputi 12 genus dari kelas Bacillariophyceae, 18 genus dari kelas Chlorophyceae, 11 genus dari kelas Cyanophyceae, dan 3 genus dari kelas Euglenophyceae dengan rata-rata kelimpahan 96.790.500 plankter/L. Situ Babakan memiliki keanekaragaman sedang dengan nilai H’rata-rata 2,42. Kemerataan mikroalga sedang dengan rata-rata nilai E 0,65 dan tingkat dominansi rendah dengan nilai D 0,16. Situ Babakan memiliki pH 5, kadar DO 7,32 mg/L, Nitrat 1,43 mg/L, Fosfat 0,03 mg/L, Cu 0,02 mg/L, suhu 31,23 oC dan kecepatan arus sebesar 0,009 m/s. Hasil uji Kruskal Wallis dengan α 5% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kelimpahan mikroalga dengan nilai terendah pada inlet 1 sebesar 70.807.000 plankter/mL dan tertinggi sebesar 113.746.500 plankter/mL pada outlet. Terdapat 5 genus mikroalga yang mampu ditumbuhkan dalam BBM. kultur tersebut ditumbuhkan selama 14 hari. Kultur dengan zeolit memiliki kelimpahan tertinggi pada konsentrasi Cu 9,42 ppm di hari ke 3 sebesar 5.300 sel/mL. Kultur tanpa zeolit menunjukkan kelimpahan tertinggi pada Cu dengan konsentrasi 3,14 ppm sebesar 23.100 sel/mL. Hasil uji ANOVA pada α 5% menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara kadar logam berat Cu dengan kelimpahan sel kultur campuran.

Community structure and growth of mixed culture of Situ Babakan microalgae using zeolite substrate in Bold Basal Medium (BBM) with varying concentrations of heavy metal Cu have been carried out in the water area of Situ Babakan, South Jakarta influenced by water quality. Sampling was conducted on 14 December, 2022 at 4 location points, namely inlet 1, inlet 2, midlet, and outlet. There are 4 classes of microalgae found including 12 genera from the Bacillariophyceae class, 18 genera from the Chlorophyceae class, 11 genera from the Cyanophyceae class, and 3 genera from the Euglenophyceae class with an average abundance of 96.790.500 plankter/L. Situ Babakan has moderate diversity with an average H' value of 2,42. The evenness of microalgae is moderate with an average E value of 0,65 and a low level of dominance with a D value of 0,16. Situ Babakan has a pH of 5, DO levels of 7,32 mg/L, nitrate 1,43 mg/L, phosphate 0,03 mg/L, Cu 0,02 mg/L, temperature 31,23 oC and flow rate  0,009 m/s. Kruskal Wallis test results with α 5% showed that there were differences in microalgae abundance with the lowest value at inlet 1 of 70.807.000 plankter/mL and the highest of 113.746.500 plankter/mL at the outlet. There are 5 genera of microalgae that can be grown in BBM. The culture was grown for 14 days. The culture with zeolite had the highest abundance at a Cu concentration of 9,42 ppm on day 3 at 5.300 cells/mL. The culture without zeolite showed the highest abundance at a Cu concentration of 3,14 ppm at 23.100 cells/mL. ANOVA test results at 5% α showed insignificant results between Cu heavy metal levels and mixed culture cell abundance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>